Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kunjungan K1

2.1.1.Pengertian K1

K1 adalah kunjungan ibu pertama kali pada masa kehamilan. K1

dibagi menjadi K1 murni dan K1 Akses. K1 murni adalah kontak

pertama kali ibu hamil dengan petugas Kesehatan pada trimester 1. K1

Akses kontak pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan bukan

trimester 1 (usia Kehamilan lebih dari 12 minggu)

2.1.2.Pengertian ANC

Antenatal care adalah pengawasan selama kehamilan sampai

sebelum persalinan terutama ditunjukan pada pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim. Dilakukan dengan observasi

berencana dan teratur terhadap komplikasi dan penyakit ibu yang dapat

mempengaruhi kehamilan.

19
20

Standar pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan RI, meliputi : Memberikan pelayanan kepada

ibu hamil minimal 4 kali, saru kali trimester I, satu kali pada trimester

ke II, dan dua kali pada trimester III ini termasuk dalam standar 4 dalam

asuhan kehamilan.

1. Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran

lengan atas (LILA). Pertambahan optimal adalah kira-kira 20% dari

berat badan ibu sebelum hamil, jika berat badan tidak bertambah,

lingkar lengan atas <23,5 cm menunjukkan ibu mengalami

kekurangan gizi.

2. Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus

dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini

terhadap gejala preeklamsi dan ini termasuk dalam standar 6 dalam

asuhan kehamilan.

2. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dilakukan secara rutin

dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin.

Indicator pertumbuhan berat jnain intrauterine, tinggi fundus uteri

juga dapat mendeteksi secara dini terhadap terjadinya

molahidrotidosa dan janin ganda.

3. Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk

mengetahui usia kehamilan, letak, bagian terendah, letak

punggung, menentukan denyut jantung janin untuk menentukan


21

asuhan selanjutnya. Ini termasuk standar 5 dalam asuhan

kehamilan.

4. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil

sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat

menghindari terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu

bersalin dan nifas.

5. Pemeriksaan hemoglobin (Hb) pada kunjungan pertama dan pada

kehamilan 30 minggu.

6. Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan, diminum

setiap hari, ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh dan kopi,

suami/keluarga hendaknya selalu dilibatkan selama ibu

mengkonsumsi zat besi untuk meyakinkan bahwa tablet zat besi

betul-betul diminum.

7. Pemeriksaan urin juka ada indikasi (tes protein dan glukosa),

pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi (HIV/AIDS dan PMS).

8. Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil

perawatan payudara, gizi ibu selama hamil, tanda bahaya pada

kehamilan dan pada janin. Bicarakan tentang persalinan kepada ibu

hamil, suami/keluarga pada trimester III, memastikan bahwa

persiapan persalinan bersih, aman dan suasana yang

menyenangkan, persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk.

9. Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan

dapat digunakan, obat-obatan yang diperlukan, waktu pencatatan


22

kehamilan dan mencatat semua temuan pada kartu menuju sehat

(KMS) ibu hamil untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2.1.3.Evidence Based (suatu kajian berdasarkan bukti) dalam ANC

Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaan yang

sistematik, ilmiah dan penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan

keputusan tentang asuhan pasien secara individu. Hal ini menghasilkan

asuhan efektif dan tidak selalu melakukan intervensi bahwa sebagian

besar komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bias diprediksi atau

dicegah.

Menurut MNH (Maternal Neonatal Helath) asuhan antenatal

merupakan produser rutin yang dilakukan oleh petugas

(dokter/bidan/perawat) dalam membina suatu hubungan dalam proses

pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinannya. Dengan

demikian, memberikan asuhan ANC yang baik akan menjadi salah satu

tiang penyangga dalam usaha menurunkan AKI dan AKB.

2.1.4 Meningkatkan Efektivitas Asuhan Antenatal

Untuk meningkatkan efektivitas ANC perlu dipahami mengenai tujuan

ANC yaitu:

a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan

bayi dengan pendidikan, nutrisi, serta proses kelahiran bayi secara

normal.

b. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan

tumbuh kembang janin.


23

c. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis atau abstetri

selama kehamilan.

d. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,

menjalankan nifas normal, serta merawat anak dengan baik.

Adapun ANC akan efektif bila meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Asuhan yang diberikan petugas terampil dan berkesinambungan.

b. Persiapan menghadapi persalinan yang baik.

c. Mempromosikan kesehatan dan pencegahan penyakit (TT, suplemen

gizi, pencegahan konsumsi alcohol).

d. Mendeteksi dini komplikasi serta perawatan penyakit yang diderita

ibu hamil (hipertensi).

2.1.5 Kerangka asuhan antenatal yang efektif, meliputi :

a. Deteksi dini penyakit

b. Konseling dan promosi kesehatan

c. Persiapan persalinan.

d. Kesiagaan menghadapi komplikasi.

2.1.6 Sintesa K1 Murni

Kontak pertama Ibu hamil dengan tenaga Kesehatan pada usia

kehamilan 0-12 minggu.

2.1.7 Sintesa K1 Akses

Kontak pertama ibu hamil dengan prtugas Kesehatan pada usia

kehamilan diatas 12 minggu.


24

2.2 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

2.2.1 Pengertian

Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K

dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir melalui kegiatan

akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus merupakan kegiatan yang

membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk

persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.

Program P4K merupakan prioritas dalam menurunan AKI di Indonesia,

hal tersebut di dukung oleh Surat Edaran Menteri Kesehatan No.

2008 tentang Percepatan Pelaksanaan P4K dengan penempelan stiker.1

P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di Desa

dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat

dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi

komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan penggunaan

Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan dengan menggunakan stiker

sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan

mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir 2

1
Depkes RI. 2010, Program Safe Motherhood di Indonesia, Jakarta: Ditjen Bina. Kesehatan
Masyarakat.
2
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat. Pelayanan Dasar.
Jakarta: Depkes RI.
25

2.2.2 Manfaat, Tujuan dan Sasaran P4K

Menurut Departeman Kesehatan Republik Indonesia (2009)3,

tujuan P4K digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Tujuan umum : meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan

bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif

keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman

dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan

bagi ibu sehingga bersalin dengan aman dan melahirkan bayi yang

sehat

2. Tujuan khusus :

a. Terdatanya status ibu hamil dan terpasang stiker P4K di setiap

rumah ibu hamil yang memuat info tentang : lokasi tempat tinggal

ibu hamil, identitas ibu hamil taksiran kehamilan,penolong

persalinan, pendamping persalinan dan fasilitas tempat bersalin,

calon donor darah, tranportasi yang akan digunakan. Adanya

perencanaan persalinan yang sesuai dan disepakati oleh ibu hamil,

suami, keluarga dan bidan.

b. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat

bila terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas

3
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat. Pelayanan Dasar.
Jakarta: Depkes RI.
26

c. Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal

maupun non formal, dukun atau pendamping dan pencegahan

komplikasi dengan stiker dan KB pasca salin sesuai dengan

perannya masing masing

P4K memiliki beberapa manfaat4 diantaranya :

1. Percepat fungsi desa siaga

2. Meningkatkan cakupan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai

standar

3. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil

4. Meningkatkan kemitraan bidan dan dukun

5. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini

6. Meningkatnya peserta KB pasca salin

7. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi

8. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi

P4K memiliki sasaran yaitu : Penanggungjawab dan pengelola program

KIA propinsi dan kabupaten, bidan koordinator, kepala puskesmas,

dokter, perawat, bidan, kader, forum peduli KIA (forum P4K, pokja

posyandu dan lain lain).

Indikator keberhasilan P4K ada 7 yaitu :

1. Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker

2. Persentase ibu hamil mendapat stiker

4
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat. Pelayanan Dasar.
Jakarta: Depkes RI.
27

3. Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai

standar

4. Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan.

5. Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami

komplikasi tertangani.

6. Persentase menggunakan KB pasca salin

7. Persentase ibu bersalin di nakes mendapatkan pelayanan nifas

2.2.3 Komponen Pelaksanaan P4K

1. Fasilitasi aktif oleh bidan desa :

a. Pencatatan ibu hamil

b. Dasolin / tubulin

c. Donor darah

d. Transport ambulan desa

e. Suami / keluarga menemani ibu pada saat bersalin

f. IMD

g. Kunjungan nifas

2. Ada KIE

Dalam pelaksanaan P4K petugas harus melakukan KIE kepada ibu

hamil untuk meningkatkan pemahaman ibu hamil tentang

a. Tanda tanda bahaya kehamilan

b. Pemakaian KB setelah melahirkan

c. Pemberian ASI

d. Donor darah
28

e. Ambulan desa

f. Perencanaan persalinan yaitu dimana tempat akan melahirkan,

siapa pendamping saat persalinan dan persiapan dana jaminan

untuk biaya persalinan

2.2.4 Output P4K

Menurut Departeman Kesehatan RI (2009), output yang diharapkan

adalah sebagai berikut5 :

1. Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker

2. Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai standar

3. Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk

KB yang disepakati bersama dengan penolong persalinan

4. Bidan menolong persalinan sesuai standar

5. Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standar

6. Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan

kesehatan lingkungan (sosial budaya).

7. Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non

formal dan forum peduli KIA atau Pokja Posyandu dalam perencanaan

persalinan.

2.2.5 Pelaksanaan P4K Oleh Bidan

Menurut Depkes RI pelaksanaan P4K meliputi6 :

1. Orientasi P4K dengan stiker

5
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat. Pelayanan Dasar.
Jakarta: Depkes RI.
6
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat. Pelayanan Dasar.
Jakarta: Depkes RI.
29

Ditujukan untuk pengelola program dan stikholder yang terkait di

tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Kegiatan ini

bertujuan untuk memberikan sosialisasi tentang tujuan, manfaat,

mekanisme pelaksanaan , sistem pencatatan dan pelaporan serta

dukungan apa saja yang disiapkan dan diperlukan agar P4K dengan

stiker dapat terlaksana dilapangan

2. Sosialisasi

Sosialisasi ditujukan kepada kepala desa / lurah, bidan, dukun, tokoh

agama, tokoh masyarakat, organisasi perempuan, PKK serta lintas

sektor di tingkat desa/kelurahan. Kegiatan ini bertujuan memberikan

sosialisasi tentang tujuan, manfaat, mekanisme pelaksanaan agar

mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dalam

pelaksanaannya di lapangan.

3. Operasionalisasi P4K dengan stiker di tingkat desa

a. Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa / kelurahan

untuk meningkatkan partisipasi aktif keluarga dan masyarakat

dalam membantu mempersiapkan persalinan yang aman bagi ibu

b. Mengaktifkan forum peduli KIA yang sudah ada di masyarakat

misalnya : GSI, Forum Desa Siaga, Pokja Posyandu dan lain lan

c. Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker

yang di lakukan oleh bidan didampingi kader / dukun

d. Pemasangan stiker di rumah ibu hamil di lakukan setelah

melakukan konseling yang kemudian stiker di isi oleh bidan


30

kemudian di tempel di rumah ibu hamil (sebaiknya di depan

rumah) sebagai penanda untuk pendataan dan pemantauan

terhadap ibu hamil

e. Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa dilakukan setiap

bulan secara teratur dan di sampaikan pada setiap pertemuan

bulanan

f. Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ ambulan desa

g. Penggunaan, pengelolaan dan pengawasan tabulin/dasolin

h. Pembuatan dan penandatanganan amanat persalinan, dokumen

amanat persalinan memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker.

Stiker berfungsi sebagai notifikasi atau penanda kesiapsiagaan,

sedangkan amanat persalinan memperkuat komitmen ibu hamil

dan suami yang berisi komponen warga yang sanggup menjadi

pendonor darah, yang memiliki sarana transportasi, proses

pencatatan perkembangan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir, rencana pendampingan suami saat persalinan,

rencana Inisiasi Menyusui Dini ( IMD ), rencana penggunaan Kb

pasca salin, kesiapan bidan dalam kunjungan nifas dan upaya

penggalian dan pengelolaan dana

4. Rekapitulasi pelaporan dilakukan secara benjenjang dari tingkat

paling dasar ke tingkat yang lebih tinggi yaitu bidan di Desa,

Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, Dinas Kesehatan

Provinsi dan tingkat nasional


31

5. Forum komunikasi di perlukan untuk meningkatkan kualitas

pelaksanaan P4K di masing masing tingkat wilayah.

2.2.6 Sintesa penggunaan Stiker P4K

Pemakaian lembaran kertas yang ditempelkan sebagai media notifikasi

sasaran dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan

menghadapi komplikasi bagi ibu dengan ditempel di depan rumah ibu

hamil.

2.3 Pemanfaatan Buku KIA

2.3.1 Pengertian Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah guna, faedah, dan fungsi . Sedangkan yang

dimaksud dengan pemanfaatan menurut Seels And Richey (1994)

pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber belajar

. Menurut clarck, ada lima aspek pemanfaatan yaitu:

1. Media sebagai teknologi mesin

2. Media sebagai tutor

3. Media sebagai pengubah perilaku

4. Media sebagai pemotivasi belajar

5. Media sebagai alat berpikir

2.3.2 Penjelasan Umum Buku KIA

Buku kesehatan ibu dan anak (buku KIA) berisi catatan kesehatan

ibu (hamil, bersalin, dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan
32

anak balita,) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat

kesehatan ibu dan anak.

Setiap ibu hamil mendapat satu buku KIA, jika ibu melahirkan

bayi kembar, maka ibu memerlukan tambahan buku KIA lagi. Buku

KIA tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan (Posyandu, Polindes/

Poskesdes, Pustu, Puskesmas, Bidan, Dokter Praktik, Rumah Bersalin

Dan Rumah Sakit).

Buku ini untuk dibaca oleh ibu, suami dan anggota keluarga lain

karena berisi informasi yang sangat penting untuk kesehatan ibu dan

anak.

Buku ini dibawa oleh ibu atau keluarga setiap kali ke fasilitas

pelayanan kesehatan. Buku ini disimpan, jangan sampai hilang karena

berisi informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Catatan yang ada

didalam buku ini akan sangat bermanfaat bagi ibu, anak dan petugas

kesehatan. Tanya ke dokter, bidan , dan petugas kesehatan lainnya jika

ada hal-hal yang ingin diketahui atau ada masalah kesehatan ibu dan

anak. Jangan malu dan ragu untuk bertanya.

2.3.3 Pengertian buku KIA

Buku KIA adalah alat yang sederhana sebagai alat informasi,

edukasi dan komunikasi dalam menyebarkan informasi penting

mengenai kesehatan ibu dan anak (KIA) kepada keluarga. Buku KIA

merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau

masalah ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan


33

informasi yang penting bagi ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai

pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket

(standart) pelayanan KIA, gizi, imunisasi dan tumbuh kembang balita.

Buku KIA merupakan pencatatan dan penyuluhan (edukasi) bagi ibu

dan keluarganya, juga alat komunikasi antar tenaga kesehatan dan

keluarga. Disebut alat edukasi karena buku KIA berisi informasi dan

materi penyuluhan tentang kesehatan ibu dan anak termasuk gizi, yang

dapat membantu keluarga khususnya ibu dalam memelihara kesehatan

dirinya sejak ibu hamil sampai anaknya berumur 5 tahun.

Buku KIA disebut alat komunikasi karena tenaga kesehatan dapat

memberikan catatan penting yang dapat dibaca tenaga kesehatan lain

dan ibu serta keluarga, misalnya keluhan, hasil pemeriksaan, catatan

persalinan, pelayanan yang diberikan kepada ibu/ bayi/ balita, hasil

pemeriksaan tambahan dan rujukan.

Buku KIA merupakan buku wajib dibaca oleh ibu hamil, suami

dan anggota keluarga dan berisi informasi penting dan berguna bagi

Kesehatan ibu dan anak, juga dimaksudkan sebagai alat monitor

karena kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan

pasien, sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam mengontrol kesehatan ibu dan anak.

2.3.4 Tujuan Buku KIA

Salah satu manfaat dari buku KIA adalah sebagai berikut:


34

1. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan

ibu dan anak.

2. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling

rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti gangguan gizi

yang sering kali berakhir dengan kecacatan atau kematian.

3. Untuk mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara

kesehatan ibu dan anak maka salah satu program adalah

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui

penggunaan buku kesehatan ibu dan anak.

2.3.5 Manfaat Buku KIA

Manfaat buku KIA secara umum adalah agar ibu dan anak

mempunyai catatan kesehatan yang lengkap sejak hamil sampai

anakanya berumur 5 tahun. Sedangkan manfaat buku KIA secara

khusus adalah:

1. Untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak.

2. Alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan

informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang

kesehatan gizi dan paket standar pelayanan KIA.

3. Alat untuk mendeteksi secara dini adanya masalah kesehatan ibu

dan anak.

4. Catatan pelayanan gizi, kesehatan ibu dan anak termasuk

rujukannya.
35

5. Gabungan kartu-kartu kesehatan yang pernah ada dan yang masih

ada seperti KMS ibu hamil, kartu KB, KMS balita, kartu

perkembangan anak.

2.3.6 Sasaran Pemberian Buku KIA

Sasaran pemberian buku KIA adalah sasaran langsung yaitu ibu

dan anak dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Setiap ibu hamil dapat buku KIA, ibu menggunakan buku KIA ini

hingga masa nifas. Bayi menggunakan buku KIA ini sejak lahir

sampai berumur lima tahun.

2. Jika lahir kembar ibu akan mendapat tambahan buku sesuai

dengan jumlah bayi.

3. Ibu yang hamil lagi akan mendapat buku yang baru.

4. Jika buku KIA hilang selama masih ada persediaan sebaiknya ibu

atau anak mendapat ganti buku yang baru.

Sedangkan sasaran tidak langsung adalah sebagai berikut:

1. Suami atau anggota keluarga yang lain.

2. Kader posyandu.

3. Petugas kesehatan terutama ketika memberi pelayanan kepada ibu

dan anak.

4. Supervisor dan pengelola program yang bertanggung jawab dalam

pengembangan buku KIA.


36

2.3.7 Isi Buku KIA

Buku KIA ini terdiri dari

1. Bagian Ibu Terdiri Dari

a. Kesehatan Keluarga

b. Kesehatan Ibu

a) Ibu Hamil

1) Pemeriksaan kehamilan secara rutin

2) Persiapan melahirkan: Tanyakan kepada bidan atau

dokter tanggal perkiraan persalianan, suami dan

keluarga mendampingi saat ibu hamil periksa, siapkan

tabungan untuk biaya persalinan dan kendaraan,

rencanakan melahirkan di tolong oleh tenaga kesehatan,

rencanakan ikut keluarga berencana (KB), siapkan

orang yang bersedia donor darah jika sewaktu-waktu

diperlukan.

3) Perawatsn sehari-hari : Mandi 2 kali sehari dengan

sabun, gosok gigi setelah sarapan, dan sebelum tidur,

boleh melakukan hubungan suami istri, setelah

kandungan berumur 4 bulan, sering elus-elus perut dan

ajak bicara bayi di dalam kandungan, kurangi kerja

berat, istirahat berbaring minimal 1 jam di siang hari

dengan posisi tidur sebaiknya miring, sebaiknya ibu


37

tidur pakai kelambu, jangan memakai obat bakar atau

semprot.

4) Anjuran makan untuk ibu hamil : tanya kepada petugas

kesehatan tentang makanan yang bergizi, makan dengan

pola gizi seimbang dan tidak pantang makanan. Jika

mual-mual dan muntah dan tidak nafsu makan pilihlah

makanan yang tidak berlemak dan menyegarkan seperti

roti, ubi, singkong, biskuit, dan buah. Jangan minum

jamu, minuman eras, atau merokok karena

membahayakan kandungan, jika minum obat tanyakan

caranya kepada petugas kesehatan.

5) Tanda-tanda bahaya pada kehamilan : perdarahan pada

hamil muda maupun hamil tua, bengkak di kaki, tangan

atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang, demam

atau panas tinggi, air ketuban keluar sebelum waktunya,

bayi dikandungan gerakan berkurang atau tidak

bergerak, muntah terus dan tidak mau makan,

b) Ibu Bersalin

Tanda-tanda bayi akan lahir

1) Perut mules secara teratur

2) Mulesnya sering dan lama

3) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir

4) Keluar air ketuban dari jalan lahir


38

c) Ibu Nifas

Cara menyusui bayi:

1) Susui sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8

kali sehari.

2) Jika bayi tidur lebih dari 3 jam , bangunkan dan lalu

susui.

3) Susui sampai payudara sampai kosong, lalu pindah ke

payudara sisi yang lain.

4) Beri bayi hanya asi saja sampai 6 bulan (asi esklusif).

5) Biasakan cuci tangan sdengan sabun saat akan

memegang bayi, sesudah buang air kecil, atau besar,

sesudah menceboki anak.

Perawatan ibu nifas:

1) Minum 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI)

segera setelah melahirkan.

2) Minum lagi vitamin A pada hari ke dua

3) Jarak kapsul pertama dengan yang ke dua minimal 24

jam.

4) Makanlah dengan pola gizi seimbang lebih banyak dari

pada saat hamil.

5) Istirahat atau tidur cukup dan banyak minum supaya

ASI keluar banyak.

6) Minum tablet tambah darah setiap hari selama 40 hari.


39

7) Jaga kebersihan alat kelamin, ganti pembalut sesering

mungkin.

8) Periksa ke bidan atau dokter minimal 3 kali pada

minggu pertama, minggu ke dua, minggu ke enam.

Tanda bahaya pada masa nifas:

1) Perdarahan lewat jalan lahir

2) Keluar cairan dan berbau dari jalan lahir

3) Demam

4) Bengkak di muka, tangan, kaki, disertai sakit kepala

dan atau kejang

5) Nyeri atau panas di daerah tungkai

6) Payudara bengkak, berwarna kemerahan, dan sakit

7) Puting lecet

8) Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa

sebab, dan tidak peduli pada bayinya).

d) Keluarga Berencana

e) Catatan Pelayanan Kesehatan Ibu : Catatan Kesehatan

Ibu Hamil, Melahirkan, Nifas Dan Keterangan Bayi

Baru Lahir

2. Kesehatan Anak

a. Identitas anak
40

b. Bayi baru lahir : tanda bayi sehat, cara merawat bayi baru

lahir, tindakan pada bayi baru lahir, cara merawat bayi tetap

hangat

c. Bayi dan anak : tanda bayi sehat, pantau pertumbuhan dan

perkembangan bayi, minta imunisasi dasar lengkap sesuai

jadwal imunisasi. Fungsi imunisasi adalah melindungi anak

dari penyakit, mencegah anak cacat dan mencegah kematian

anak.

Jenis Imunisasi Dan Fungsinya

Imunisasi Penyakit yang bisa dicegah

Hepatitis B Mencegah Hepatitis B (Kerusakan Hati)

BCG Mencegah TBC/Tuberculosis (Sakit Paru-Paru)

Polio Mencegah polio (lumpuh layuh pada tungkai kaki dan tangan)

DPT Mencegah difteri atau penyumbatan jalan nafas, batuk rejan


atau batuk 100 hari, dan tetanus)

Campak Mencegah campak (radang paru-paru, radang otak, dan


kebutaan).

Jadwal Pemberian Imunisasi

Umur Jenis imunisasi

0 bulan HB 0

1 bulan BCG, polio 1

2 bulan DPT/HB 1, polio 2


41

3 bulan DPT/HB 2, polio 3

4 bulan DPT/HB 3, polio 4

9 bulan Campak

d. Balita : cara perawatan sehari-hari anak balita, perawatan anak

sakit, cara memberi makan anak, cara merangsang

perkembangan anak, cara membuat makan tambahan

pengganti asi

e. Catatan pelayanan kesehatan anak

Catatan penyakit dan masalah perkembangan anak.

2.4 Indikator Pemanfaatan Buku KIA

Indikator penggunaan buku KIA pada ibu adalah :

a. Dibaca dan dimengerti, buku KIA dibaca dan dimengerti oleh ibu,

suami dan anggota keluarga yang lain dan jangan malu untuk

menanyakan kepada petugas kesehatan apabila yang ada yang

tidak mengerti

b. Selalu dibawa, buku KIA selalu dibawa pada saat ibu hamil,

bersalin dan masa nifas serta anak yang melakukan kunjungan ke

fasilitas palayanan kesehatan. Buku KIA juga di bawa pada saat

kunjungan ke posyandu, kelas ibu hamil, kelas ibu balita, ke pos

paud dan BKB

c. Jangan dirusak dan hilang, buku KIA dijaga, jangan rusak dan

hilang karena buku KIA berisi informasi dan catatan penting

kesehatan ibu dan anak. Buku KIA juga digunakan pada jaminan

kesehatan dan pihak lain diluar sektor kesehatan


42

d. Menjelaskan buku KIA, tenaga kesehatan dan kader menjelaskan

isi buku KIA kepada ibu dan keluarga dan meminta untuk

menerapkannya.

2.5 Sintesa Pemanfaatan Buku KIA

Pemakaian lembar kertas yang berjilid sebagai alat informasi, edukasi

dan komunikasi dalam menyebarkan informasi penting mengenai

kesehatan ibu dan anak (KIA) kepada keluarga.

2.4 Anemia Pada Kehamilan

2.4.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana sel darah merah atau eritrosit

atau massa hemoglobin dalam darah berkurang sehingga tidak dapat membawa

oksigen ke seluruh jaringan. World Health Organization (WHO) menyebutkan

jika anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang

dari batas normal berdasarkan kelompok umur yang bersangkutan, jenis kelamin

dan kondisi fisiologis.

Anemia marupakan suatu kondisi yang mana berkurangnya sautu sel darah

merah atau eritrosit didalam sebuah sirkulasi darah ataupun masa dimana

hemoglobin ketidak mampuan memenuhi fungsi sebagai suatu pembawa oksigen

kedalam seluruh jaringan tubuh. Anemia merupakan suatu keadaan yang mana

kadar Hb kurang dari 11 gr % pada TM I dan TM II atau kadar Hb kurang

dari 10,5 gr % pada trimester II.


43

Menurut American Society of Hematology, anemia adalah menurunnya

jumlah hemoglobin dari batas normal sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya

sebagai pembawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Anemia

ditandai dengan beberapa gejala yaitu sering lesu, lemah, pusing, mata berkunang-

kunang dan wajah pucat. Hal ini dapat berdampak pada penurunan daya tahan

tubuh sehingga mudah terserang penyakit dan mengakibatkan menurunnya

aktivitas dan kurang konsentrasi.

Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan

ekonomi utama di seluruh dunia dan berkontribusi terhadap morbiditas dan

mortalitas ibu dan janin. Anemia kehamilan juga bisa memiliki sekuele jangka

pendek dan jauh yang mendalam untuk bayi baru lahir.

b. Etiologi Anemia dalam Kehamilan

Penyebab anemia pada kehamilan antara lain kehilangan darah yang berat seperti

pada saat menstruasi dan infeksi parasit, kondisi seperti malaria dan HIV yang

menurunkan konsentrasi hemoglobin (Hb) darah, dan kekurangan nutrisi

mikronutrien. Asupan yang rendah dan peyerapan zat besi yang buruk terutama

selama pertumbuhan dan kehamilan saat kebutuhan zat besi lebih tinggi juga

merupakan faktor anemia.

c. Diagnosis Anemia dalam Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan

anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
44

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat

Sahli. Hasil pemeriksaan dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut.

Hb 11 g% : tidak anemia Hb 9-10g% : anemia ringan Hb 7-8% :

anemia sedang Hb <7g% : anemia berat.(16)

Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling

sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode

cyanmethemoglobin. Hasil pembacaan metode Sahli dipengaruhi subjektivitas

karena yang membandingkan warna adalah mata telanjang. Di samping faktor

mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran, dan sebagainya dapat

memengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah

yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode

Sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telah terlatih maka hasilnya

dapat diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin.

Prinsip pembacaan hasil sama dengan metode Sahli tetapi menggunakan alat

elektronik (fotometer) sehingga lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih

cukup mahal sehingga belum semua laboratorium memilikinya. Mengingat hal di

atas, percobaan dengan metode Sahli masih digunakan di samping metode

cyanmethemoglobin yang lebih canggih.

d. Anemia Fisiologi pada Ibu Hamil

Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan memengaruhi

jumlah sel darah merah normal pada kehamilan. Peningkatan volume darah ibu

terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat peningkatan sel darah
45

merah. Walaupun ada peningkatan jumlah sel darah merah di dalam sirkulasi,

tetapi

jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma.

Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar Hb

(hemoglobin). Peningkatan jumlah eritrosit ini juga merupakan salah satu faktor

penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi selama kehamilan sekaligus untuk

janin. Ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan plasma mencapai puncaknya pada

trimester kedua sebab peningkatan volume plasma terhenti menjelang akhir

kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat. Anemia

didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan

konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah.(32) Pada kehamilan relatif

terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi (pengenceran) dengan

peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai

34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan hemoglobin

sekitar 19%.(16)

e. Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan

Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai kurang

lebih 95%.(32) Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena

pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan

produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah

(eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi

yang lebih besar jika dibandingkan dengan


46

peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb)

akibat hemodilusi.(33) Cadangan zat besi pada wanita yang hamil dapat rendah

karena menstruasi dan diet yang buruk. Kehamilan dapat meningkatkan

kebutuhan zat besi sebanyak dua atau tiga kali lipat. Zat besi diperlukan untuk

produksi sel darah merah ekstra, untuk enzim tertentu yang dibutuhkan untuk

jaringan, janin dan plasenta, dan untuk mengganti peningkatan kehilangan harian

yang normal. Kebutuhan zat besi janin yang paling besar terjadi selama empat

minggu terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan ini akan terpenuhi dengan

mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan tercukupi

sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari

diet oleh mukosa usus walaupun juga bergantung hanya pada cadangan besi ibu.

Zat besi yang terkandung dalam makanan hanya diabsorbsi kurang dari 10%, dan

diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi ibu hamil.(35) Kebutuhan zat

besi yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat menimbulkan konsekuensi

anemia defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh buruk pada ibu

maupun janin, hal ini dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan

persalinan.(6,36)

b. Etiologi Anemia dalam Kehamilan

Penyebab anemia pada kehamilan antara lain kehilangan darah yang berat seperti

pada saat menstruasi dan infeksi parasit, kondisi seperti malaria dan HIV yang

menurunkan konsentrasi hemoglobin (Hb) darah, dan kekurangan nutrisi

mikronutrien. Asupan yang rendah dan peyerapan zat besi yang buruk terutama
47

selama pertumbuhan dan kehamilan saat kebutuhan zat besi lebih tinggi juga

merupakan faktor anemia.(8)

c. Diagnosis Anemia dalam Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan

anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat

Sahli. Hasil pemeriksaan dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut.

Hb 11 g% : tidak anemia Hb 9-10g% : anemia ringan Hb 7-8% :

anemia sedang Hb <7g% : anemia berat.(16)

Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling

sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode

cyanmethemoglobin. Hasil pembacaan metode Sahli dipengaruhi subjektivitas

karena yang membandingkan warna adalah mata telanjang. Di samping faktor

mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran, dan sebagainya dapat

memengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah

yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode

Sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telah terlatih maka hasilnya

dapat diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin.

Prinsip pembacaan hasil sama dengan metode Sahli tetapi menggunakan alat

elektronik (fotometer) sehingga lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih

cukup mahal sehingga belum semua laboratorium memilikinya. Mengingat hal di


48

atas, percobaan dengan metode Sahli masih digunakan di samping metode

cyanmethemoglobin yang lebih canggih.(34)

d. Anemia Fisiologi pada Ibu Hamil

Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan memengaruhi

jumlah sel darah merah normal pada kehamilan. Peningkatan volume darah ibu

terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat peningkatan sel darah

merah. Walaupun ada peningkatan jumlah sel darah merah di dalam sirkulasi,

tetapi

jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma.

Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar Hb

(hemoglobin). Peningkatan jumlah eritrosit ini juga merupakan salah satu faktor

penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi selama kehamilan sekaligus untuk

janin. Ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan plasma mencapai puncaknya pada

trimester kedua sebab peningkatan volume plasma terhenti menjelang akhir

kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat. Anemia

didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan

konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah.(32) Pada kehamilan relatif

terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi (pengenceran) dengan

peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai

34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan hemoglobin

sekitar 19%.(16)

e. Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan


49

Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai kurang

lebih 95%.(32) Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena

pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan

produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah

(eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi

yang lebih besar jika dibandingkan dengan

peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb)

akibat hemodilusi.(33) Cadangan zat besi pada wanita yang hamil dapat rendah

karena menstruasi dan diet yang buruk. Kehamilan dapat meningkatkan

kebutuhan zat besi sebanyak dua atau tiga kali lipat. Zat besi diperlukan untuk

produksi sel darah merah ekstra, untuk enzim tertentu yang dibutuhkan untuk

jaringan, janin dan plasenta, dan untuk mengganti peningkatan kehilangan harian

yang normal. Kebutuhan zat besi janin yang paling besar terjadi selama empat

minggu terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan ini akan terpenuhi dengan

mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan tercukupi

sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari

diet oleh mukosa usus walaupun juga bergantung hanya pada cadangan besi ibu.

Zat besi yang terkandung dalam makanan hanya diabsorbsi kurang dari 10%, dan

diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi ibu hamil.(35) Kebutuhan zat

besi yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat menimbulkan konsekuensi

anemia defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh buruk pada ibu

maupun janin, hal ini dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan

persalinan.(6,36)
50

f.Sintesa Anemia pada kehamilan

Anemia Kehamilan Adalah penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan

konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. Kadar hemoglobin kurang dari

12 gram/dl untuk wanita tidak hamil dan kurang dari 11 gram/dl untuk wanita

hamil.

Anda mungkin juga menyukai