Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang menonjol, terutama: TB Paru, malaria, HIV/AIDS, DBD dan diare. Selain itu

penyakit yang kurang mendapat perhatian (neglected diseases), seperti filariasis,

kusta, framboesia cendrung meningkat kembali. Demikan pula penyakit Pes masih

terdapat diberbagai daerah (Depkes, 2009).

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan

masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya masalah dari

segi medis, tapi juga meluas ke masalah sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dan

juga ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara yang

sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan negara tersebut dalam memberikan

pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, kesejahteraan, sosial ekonomi

pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga

termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya

pengetahuan / pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang

ditimbulkannya (Depkes, 2007).

Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan

dan agama, sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangat

menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, dan menyebabkan

1
2

kecacatan. Sebagai akibat kurangnya pengetahuan/ informasi tentang penyakit kusta,

maka penderita sulit untuk diterima di tengah-tengah masyarakat, masyarakat

menjauhi keluarga dari penderita, merasa takut dan menyingkirkannya. Masyarakat

mendorong agar penderita dan keluarganya diasingkan (Zulkifli, 2003).

Sumber penularan kusta adalah penderita kusta tipe lepromatosa yang belum

mendapat pengobatan. Keluarganya yang serumah dengan penderita kusta

lepromatosa mempunyai resiko tertular 4-10 kali lebih besar dibandingkan dengan

mereka yang tinggal tidak serumah. Sedangkan penderita tipe tuberkuloid

mempunyai kemampuan menularkan pada orang lain yang serumah sekitar 2 kali

dari yang tidak serumah. Resiko penularan kepada anaknya lebih dominan

dibandingkan resiko terhadap pasangan hidupnya (Suparyanto, 2010).

Upaya pemberantasan penyakit kusta dengan menggunakan Multi Drug

Therapy (MDT) sudah dimulai sejak tahun 1982 ditujukan kepada penemuan

penderita secara dini dan memberikan pengobatan secara teratur sehingga penularan

dan cacat tubuh dapat dikurangi, serta memberikan penyuluhan tentang penyakit

kusta kepada masyarakat, untuk menghilangkan stigma dan agar segera berobat jika

ditemukan kelainan kulit yang mati rasa (Depkes, 2005 ).

Pada tahun 1991 World Healt Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi

yaitu eliminasi kusta pada tahun 2000, sehingga penyakit kusta tidak lagi menjadi

masalah kesehatan masyarakat. Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada

tahun 2000, namun demikian berdasarkan data yang dilaporkan jumlah penderita

baru sampai saat ini tidak menunjukkan adanya penurunan yang bermakna ( Depkes,

2007 ).
3

Sampai saat ini penyakit kusta merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, meskipun pada akhir tahun 2000 ditingkat nasional

Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta. Hal ini disebabkan karena belum semua

propinsi dan kabupaten dapat mencapai prevalensi < 1 per 10.000 penduduk

( Depkes, 2005 )

Data WHO tahun 2010 Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dengan

jumlah penderita baru 17.012 setelah India dengan 126.800 penderita baru dan

Brasil 34.894 penderita baru. Data dari Ditjen P2PL Kemenkes RI tahun 2010,

2011, 2012, jumlah penderita Kusta di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah penderita Terdaftar dan Penderita Baru Kusta di Indonesia
Tahun 2010 – 2012

Jumlah Jumlah Kasus Baru Kasus Baru Kasus Baru Tipe


Thn Penderita Penderita Cacat Tk.2 Anak MB
Terdaftar Baru JML % JML % JML %
2010 19.741 17.012 1.822 10,71 1.904 11,19 13.734 80,73
2011 23.169 20.023 2.025 10,11 2.452 12,25 16.099 80,40
2012 23.554 15.418 1.812 11,75 1.633 10,78 12.749 82,69
Sumber : Ditjen P2PL Kemenkes RI 2012

Berdasarkan tabel 1.1 jumlah penderita Kusta terdaftar mengalami

peningkatan setiap tahunnya, tahun 2010 yaitu sebanyak 19.741, tahun 2011

sebanyak 23.169 dan tahun 2012 sebanyak 23.554 Orang, sedangkan penemuan

kasus kusta baru tidak menunjukkan penurunan yang signifikan serta jumlah

penemuan penderita cacat tingkat II yang masih cukup tinggi.

Data dari Subdit Kusta dan Frambusia kemenkes RI tahun 2011

menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Timur masih merupakan daerah endemik kusta

dengan 5282 penderita baru, diikuti dengan Jawa Tengah dengan 2233 penderita
4

baru, dan Jawa Barat dengan 2057 penderita baru, propinsi Jambi berada diurutan ke

– 26 Nasional pada tahun 2010 jumlah kasus kusta baru ditemukan sebanyak 109

orang. Data dari dinas Kesehatan Propinsi Jambi tahun 2010 – 2012 distribusi

penyebaran penyakit kusta di 11 kabupaten kota dalam Propinsi Jambi dapat dilihat

pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Distribusi penyebaran penyakit Kusta pada 11 Kabupaten/Kota


di Propinsi JambiTahun 2010 – 2012

Kejadian Penyakit Kusta


No Kabupaten Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
PB MB Total PB MB Total PB MB Total
1 Kota Jambi 3 17 20 - 5 5 - 9 9
2 Batang Hari 1 8 9 - 3 3 1 7 8
3 Muaro Jambi 3 14 17 2 11 13 - 9 9
4 Bungo 11 11 22 7 - 7 2 7 9
5 Tebo - 8 8 1 6 7 - 4 4
6 Merangin 2 8 10 - - - - 2 2
7 Kerinci - 1 1 1 1 2 - - -
8 Sarolangun 1 6 7 - 4 4 - 8 8
Tanjung Jabung
9 1 12 13 - 3 3 1 10 11
Barat
Tanjung Jabung
10 9 61 70 12 44 56 15 60 75
Timur
11 Sungai Penuh - 6 6 - 6 6 - 6 6
Jumlah 31 152 183 23 83 106 19 199 218
Sumber : Dinas Kesehatan Propinsi Jambi 2010-2012

Dari tabel diatas 1.2 dapat diketahui bahwa jumlah penderita kusta MB

masih cukup tinggi di kabupaten Muaro Jambi, tahun 2010 sebanyak 14 orang,

tahun 2011 sebanyak 11 orang sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 9 orang, ini

menunjukkan masih tingginya penemuan penderita kusta MB. Dari data Dinas

Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi diketahui bahwa jumlah penderita Kusta Baru

di Puskesmas Muaro Kumpeh masih cukup tinggi dapat dilihat dari tabel 1.3

berikut :
5

Tabel 1.3 Jumlah penderita Kusta di Puskesmas Sekabupaten Muaro Jambi


Tahun 2011 – 2013

Jumlah Jumlah Penderita


Type Tk. Cacat
Penderita Baru Tahun
No Puskesmas
Terdaftar
PB MB 0 I II 2011 2012 2013
2013
1 Sengeti 10 2 8 2 5 3 1 1 -
2 Sekernan Ilir 1 - 1 - 1 - - - -
3 Suko Awin Jaya - - - - - - - - -
4 Jambi Kecil 13 1 12 2 6 5 - - -
5 Muara Kumpeh 24 1 23 3 6 15 1 2 5
6 Tanjung 18 - 18 3 6 9 - - 3
7 Penyengat Olak 20 1 19 4 8 8 3 1 -
8 Kemingking 8 - 8 - 3 5 - - -
9 Sungai Duren 3 - 3 - 2 1 - - -
10 Tempino 2 - 2 - - 2 - - -
11 Pondok Meja - - - - - - - - -
12 Sungai Bahar I 4 - 4 1 2 1 - 1 1
13 Sungai Bahar IV 1 - 1 - 1 - 1 - -
14 Sungai Bahar VII 9 1 8 - 4 5 2 2 -
15 Markanding - - - - - - - - -
16 Puding 9 1 8 2 3 4 - - -
17 Tangkit 17 1 16 4 6 7 3 1 3
18 Kebon IX 7 - 7 1 4 2 2 1 1
Sumber : Dinkes Kab. Muaro Jambi 2013

Berdasarkan tabel 1.3 jumlah penderita Kusta baru di Puskesmas Muaro

Kumpeh mengalami peningkatan setiap tahunnya, tahun 2011 yaitu sebanyak 1

orang, tahun 2012 sebanyak 2 orang, dan tahun 2013 sebanyak 5 Orang. Sampai

tahun 2013 jumlah pasien kusta terdaftar di puskesmas Muaro Kumpeh berjumlah

24 orang, dengan 23 orang / 95, 83 % tipe MB ( Multi Basiler ), dan 1 orang / 4,16

% tipe PB (Pausi Basiler), 15 orang / 62,5 % mengalami cacat tingkat II ( cacat

atau kerusakan anggota tubuh yang terlihat seperti kaki yang semper ), 6 orang / 25

% mengalami cacat tingkat I ( kecacatan yang disebabkan hilangnya fungsi saraf

sensoris yang tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada telapak kaki ) , serta 3

orang / 12,5 % mengalami cacat tingkat 0 ( tidak ada cacat ), sehingga dapat
6

disimpulkan resiko penularan kusta masih cukup tinggi di wilayah kerja puskesmas

Muaro Kumpeh.

Pandangan yang keliru terhadap penyakit kusta dan penderita kusta dapat

menjadi hambatan yang serius bagi pelaksanaan program pemberantasan penyakit

kusta. Untuk menghilangkan pemahaman yang keliru tersebut maka diperlukan

upaya penyuluhan yang efektif yang mampu membentuk pengertian yang benar dan

positif. Penyuluhan tentang penyakit kusta adalah proses peningkatan pengetahuan,

kemauan dan kemampuan masyarakat oleh petugas kesehatan sehingga masyarakat

dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari penyakit kusta

( Depkes, 2005 )

Pengetahuan mempengaruhi perilaku dan sikap, perilaku yang didasari

pengetahuan akan berlangsung begitu lama dan sebaliknya perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan tidak akan berlangsung begitu lama. Seseorang akan

melakukan tindakan yang benar dan mampu mengapa tidak melakukan.

Terbentuknya perilaku baru dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek atau

terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi sehingga menimbulkan respon

bathin dalam bentuk sikap yang akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku

individu yang akan mempengaruhi tindakan kelompok atau psikososial

(Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk

mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat

agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran

pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama yaitu perubahan perilaku yang
7

dipengaruhi banyak faktor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku

pendidikan, proses pendidikan, dan perubahan prilaku yang diharapkan

(Setiawati,2008).

Penelitian terkait tentang kusta antara lain oleh Leli Antari (2011) dengan

judul hubungan pengetahuan, sikap dan praktik keluarga penderita kusta dalam

upaya pencegahan kecacatan dengan kejadian kecacatan kusta di kabupaten Tegal,

dengan hasil penelitian terdapat hubungan antara pengetahuan ( P = 0,008 OR=2,27

dan 95% CI 1,29-5,96), sikap (p=0,005 OR=2,9 dan 95% CI 1,38-6,35) dan praktik

keluarga( p=0,001 OR=3,5 dan 95% CI 1,61-7,69) dalam upaya pencegahan

kecacatan dengan kejadian kecacatan pada penderita kusta di kabupaten Tegal dan

peneliti menyarankan agar meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit

kusta melalui upaya, komunikasi informasi, edukasi ( KIE )

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 8 - 9 Oktober

2013 di Wilayah kerja Puskesmas Muara Kumpeh terhadap 10 orang keluarga

penderita Kusta dengan metode wawancara dan observasi di rumah warga.

Didapatkan dari 8 orang keluarga penderita memiliki pengetahuan kurang baik dan

tidak tahu tentang tanda dan gejala penyakit kusta, perawatan pada penderita kusta,

tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, menganggap kusta merupakan

penyakit kutukan dan tidak bisa disembuhkan, lingkungan rumah yang terlihat

kurang bersih, tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam

kesehariannya, dan 2 orang penderita memiliki pengetahuan baik dan tahu

tentang tanda dan gejala penyakit kusta, perawatan pada penderita kusta, Dari data

ini dapat di simpulkan bahwa pengetahuan dan sikap keluarga tentang penyakit
8

kusta masih kurang baik dan perlunya dilakukan pendidikan kesehatan tentang

penyakit kusta.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap

keluarga tentang penyakit kusta di Wilayah kerja Puskesmas Muara Kumpeh

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap keluarga tentang penyakit kusta di

Wilayah kerja Puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan

sikap keluarga tentang penyakit kusta di Wilayah kerja Puskesmas Muara

Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi .

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap tentang penyakit kusta

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada keluarga di

Wilayah kerja Puskesmas Muara kumpeh Kabupaten Muaro Jambi .


9

b. Diketahuinya perbedaan pengetahuan dan sikap tentang penyakit kusta

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada keluarga Wilayah

kerja Puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi

c. Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang

penyakit kusta di Wilayah kerja Puskesmas Muara Kumpeh

d. Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap tentang

penyakit kusta di Wilayah kerja Puskesmas Muara Kumpeh

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dijadikan bahan pembelajaran

mahasiswa untuk memperdalam pokok bahasan tentang penyakit kusta, sebagai

sumbangan ilmiah dan sebagai referensi bagi perpustakaan serta sebagai bahan

acuan bagi peneliti berikutnya.

2. Bagi Puskesmas Muara Kumpeh

Dapat dijadikan bahan masukan dalam pelaksanaan strategi eliminasi

kusta dan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap keluarga,

sehingga upaya pencegahan dapat lebih ditingkatkan.

3. Bagi Peneliti lain


Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau referensi untuk

melengkapi penelitian yang akan datang

4. Bagi Ilmu keperawatan


10

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang keperawatan

dalam meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien kusta sesuai dengan

peran perawat, yaitu : sebagai fasilitator, edukator, konseling.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain Pra Eksperiment , yang dilakukan yaitu menggunakan one group pre dan

pos test design, dimana pengukuran pengetahuan dan sikap di lakukan sebelum

diberikan pendidikan kesehatan (pre test) kemudian diukur pengetahuan dan sikap

sesudah diberikan pendidikan kesehatan (pos test). Penelitian ini dibantu oleh

seorang washor kusta puskesmas yang bertindak sebagai penyuluh kusta yang telah

memperoleh pelatihan kusta tingkat nasional. Populasi dalam penelitian ini

adalah anggota keluarga penderita kusta yang tinggal serumah dengan penderita

kusta baik yang sedang maupun yang telah selesai menjalani terapi pengobatan /

Realise From Treatment (RFT) di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kumpeh

yaitu sebanyak 24 orang. Dimana jumlah sampel yang di gunakan 24 responden

adalah seluruh (Total Sampling ) dari jumlah populasi keluarga penderita kusta

yang berada di Wilayah Puskesmas Muara Kumpeh. Penelitian ini dilaksanakan di

wilayah kerja Puskesmas Muaro Kumpeh pada 1 - 24 Maret 2014. Hasil

penelitian dianalisis univariat dan bivariat menggunakan uji T- test.


11

Anda mungkin juga menyukai