BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang menonjol, terutama: TB Paru, malaria, HIV/AIDS, DBD dan diare. Selain itu
kusta, framboesia cendrung meningkat kembali. Demikan pula penyakit Pes masih
masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya masalah dari
segi medis, tapi juga meluas ke masalah sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dan
juga ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara yang
pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga
pengetahuan / pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang
dan agama, sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangat
menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, dan menyebabkan
1
2
Sumber penularan kusta adalah penderita kusta tipe lepromatosa yang belum
lepromatosa mempunyai resiko tertular 4-10 kali lebih besar dibandingkan dengan
mempunyai kemampuan menularkan pada orang lain yang serumah sekitar 2 kali
dari yang tidak serumah. Resiko penularan kepada anaknya lebih dominan
Therapy (MDT) sudah dimulai sejak tahun 1982 ditujukan kepada penemuan
penderita secara dini dan memberikan pengobatan secara teratur sehingga penularan
dan cacat tubuh dapat dikurangi, serta memberikan penyuluhan tentang penyakit
kusta kepada masyarakat, untuk menghilangkan stigma dan agar segera berobat jika
Pada tahun 1991 World Healt Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi
yaitu eliminasi kusta pada tahun 2000, sehingga penyakit kusta tidak lagi menjadi
tahun 2000, namun demikian berdasarkan data yang dilaporkan jumlah penderita
baru sampai saat ini tidak menunjukkan adanya penurunan yang bermakna ( Depkes,
2007 ).
3
Sampai saat ini penyakit kusta merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama, meskipun pada akhir tahun 2000 ditingkat nasional
Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta. Hal ini disebabkan karena belum semua
propinsi dan kabupaten dapat mencapai prevalensi < 1 per 10.000 penduduk
( Depkes, 2005 )
Data WHO tahun 2010 Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dengan
jumlah penderita baru 17.012 setelah India dengan 126.800 penderita baru dan
Brasil 34.894 penderita baru. Data dari Ditjen P2PL Kemenkes RI tahun 2010,
2011, 2012, jumlah penderita Kusta di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Jumlah penderita Terdaftar dan Penderita Baru Kusta di Indonesia
Tahun 2010 – 2012
peningkatan setiap tahunnya, tahun 2010 yaitu sebanyak 19.741, tahun 2011
sebanyak 23.169 dan tahun 2012 sebanyak 23.554 Orang, sedangkan penemuan
kasus kusta baru tidak menunjukkan penurunan yang signifikan serta jumlah
menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Timur masih merupakan daerah endemik kusta
dengan 5282 penderita baru, diikuti dengan Jawa Tengah dengan 2233 penderita
4
baru, dan Jawa Barat dengan 2057 penderita baru, propinsi Jambi berada diurutan ke
– 26 Nasional pada tahun 2010 jumlah kasus kusta baru ditemukan sebanyak 109
orang. Data dari dinas Kesehatan Propinsi Jambi tahun 2010 – 2012 distribusi
penyebaran penyakit kusta di 11 kabupaten kota dalam Propinsi Jambi dapat dilihat
Dari tabel diatas 1.2 dapat diketahui bahwa jumlah penderita kusta MB
masih cukup tinggi di kabupaten Muaro Jambi, tahun 2010 sebanyak 14 orang,
tahun 2011 sebanyak 11 orang sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 9 orang, ini
menunjukkan masih tingginya penemuan penderita kusta MB. Dari data Dinas
Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi diketahui bahwa jumlah penderita Kusta Baru
di Puskesmas Muaro Kumpeh masih cukup tinggi dapat dilihat dari tabel 1.3
berikut :
5
orang, tahun 2012 sebanyak 2 orang, dan tahun 2013 sebanyak 5 Orang. Sampai
tahun 2013 jumlah pasien kusta terdaftar di puskesmas Muaro Kumpeh berjumlah
24 orang, dengan 23 orang / 95, 83 % tipe MB ( Multi Basiler ), dan 1 orang / 4,16
atau kerusakan anggota tubuh yang terlihat seperti kaki yang semper ), 6 orang / 25
sensoris yang tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada telapak kaki ) , serta 3
orang / 12,5 % mengalami cacat tingkat 0 ( tidak ada cacat ), sehingga dapat
6
disimpulkan resiko penularan kusta masih cukup tinggi di wilayah kerja puskesmas
Muaro Kumpeh.
Pandangan yang keliru terhadap penyakit kusta dan penderita kusta dapat
upaya penyuluhan yang efektif yang mampu membentuk pengertian yang benar dan
( Depkes, 2005 )
pengetahuan akan berlangsung begitu lama dan sebaliknya perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan tidak akan berlangsung begitu lama. Seseorang akan
Terbentuknya perilaku baru dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek atau
terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi sehingga menimbulkan respon
bathin dalam bentuk sikap yang akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku
(Notoatmodjo, 2003).
mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat
agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran
pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama yaitu perubahan perilaku yang
7
(Setiawati,2008).
Penelitian terkait tentang kusta antara lain oleh Leli Antari (2011) dengan
judul hubungan pengetahuan, sikap dan praktik keluarga penderita kusta dalam
dan 95% CI 1,29-5,96), sikap (p=0,005 OR=2,9 dan 95% CI 1,38-6,35) dan praktik
kecacatan dengan kejadian kecacatan pada penderita kusta di kabupaten Tegal dan
Didapatkan dari 8 orang keluarga penderita memiliki pengetahuan kurang baik dan
tidak tahu tentang tanda dan gejala penyakit kusta, perawatan pada penderita kusta,
penyakit kutukan dan tidak bisa disembuhkan, lingkungan rumah yang terlihat
kurang bersih, tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
tentang tanda dan gejala penyakit kusta, perawatan pada penderita kusta, Dari data
ini dapat di simpulkan bahwa pengetahuan dan sikap keluarga tentang penyakit
8
kusta masih kurang baik dan perlunya dilakukan pendidikan kesehatan tentang
penyakit kusta.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penelitian
sumbangan ilmiah dan sebagai referensi bagi perpustakaan serta sebagai bahan
desain Pra Eksperiment , yang dilakukan yaitu menggunakan one group pre dan
pos test design, dimana pengukuran pengetahuan dan sikap di lakukan sebelum
diberikan pendidikan kesehatan (pre test) kemudian diukur pengetahuan dan sikap
sesudah diberikan pendidikan kesehatan (pos test). Penelitian ini dibantu oleh
seorang washor kusta puskesmas yang bertindak sebagai penyuluh kusta yang telah
adalah anggota keluarga penderita kusta yang tinggal serumah dengan penderita
kusta baik yang sedang maupun yang telah selesai menjalani terapi pengobatan /
adalah seluruh (Total Sampling ) dari jumlah populasi keluarga penderita kusta