Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ILMU DAKWAH

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ilmu Dakwah

Dosen pengampu :

Dr. H. Syamsul Yakin, MA.

Penyusun :

Aulia Putri (11190520000066)

PRODI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA
2020
ILMU DAKWAH
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong
umatnya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Dakwah
yang dilakukan oleh setiap muslim harus berkesinambungan, yang
bertujuan mengubah perilaku manusia berdasarkan pengetahuan dan
sikap yang benar, yakni untuk membawa manusia mengabdi kepada
Allah secara total.
Berdakwah merupakan sesuatu yang sangat penting demi
tercapainya tujuan dakwah Islam. Dalam hubungan ini, seorang da’i
harus benar-benar memiliki akhlak yang terpuji sehingga dapat menjadi
panutan bagi yang orang-orang yang didakwahinya. Agar dakwah
berhasil, diperlukan berbagai elemen yang terkait dengan unsur-unsur
dakwah yang merupakan satu kesatuan konsep yang utuh. Salah
satunya Maddah atau pesan dakwah.
Pesan dakwah adalah isi pesan komunikasi secara efektif terhadap
penerima dakwah, pada dasarnya materi dakwah Islam, bergantung
pada tujuan dakwah yang dicapai sudah menjadi doktrin dan komitmen
bahkan setiap muslim wajib berdakwah, baik itu secara perorangan
ataupun dengan orang banyak. Pesan dakwah tidak lain adalah Al-Islam
yang bersumber kepada Al-Quran dan Al-Hadist sebagai sumber utama
yang meliputi aqidah, syariah dan akhlaq dengan sebagai macam
cabang ilmu yang di perolehnya.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Dakwah dan Ilmu Dakwah?
2. Bagaimana Dasar Hukum, Fungsi dan Tujuan Dakwah?
3. Bagaimana Proses dan Unsur-unsur Dakwah?
4. Bagaimana penjelasan mengenai Objek Studi Ilmu Dakwah?
5. Apa pengertian landasan Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis ?

1
B. PEMBAHASAN
1. Apa pengertian Dakwah dan Ilmu Dakwah?

Secara Etimologis, kata Dakwah berasal dari Bahasa Arab yakni


asal kata da’aa – yad’uu – da’watan, yang artinya menyeru,
mengajak, memanggil. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
dakwah memiliki arti: penyiaran, propaganda, penyiaran agama di
kalangan masyarakat dan pengembangannya, seruan untuk memeluk,
1
mempelajari, dan mengamalkan agama. Sedangkan ilmu dakwah
adalah ilmu yang mempelajari tentang dakwah, yang didalamnya
terdapat unsurunsur dakwah, metode dakwah, dan lain sebagainya.

Beberapa Ali mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian

Dakwah;

A. Prof. Toha Yahya Umar, M.A. dalam bukunya Ilmu Dakwah


mendefinisikan dakwah adalah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan
di akhirat.2
B. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak
umat manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti
petunjuk Allah dan Rasul-Nya.3

Pada awal abad ke-20, pemikiran dakwah mulai dirintis menjadi


disiplin ilmu pengetahuan (sains). Pada 1912, di Kairo didirikan suatu
lembaga yang bernama Dar al-Da'wah wa al-Irsyad untuk menghadang
gerakan kristenisasi. Lembaga ini kemudian ditutup karena terjadinya
Perang Dunia II. Tahun 1918 Syekh Ali Mahfuzh disebut sebagai
peletak dasar terciptanya ilmu dakwah dengan penerbitan kitabnya,
Hidayah Al- Mursyidin ila thuruq al-wazh wa al-Khithabah.4 Kitab ini
selalu menjadi

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka, 1990), h. 181.
2
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 3.
3
Abdul Karim, “Dakwah Melalui Media”. STAIN Kudus: Jurnal Sebuah Tantangan Dan Peluang,
vol 4 (1), (2016): h. 158.
4
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 71.
rujukan bagi para sarjana ilmu dakwah. Syekh Ali Mahfuzh juga
disebut sebagai pendiri jurusan dakwah (Qism al-Wazh wa al-Irsyad)
dibawah Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar pada 1918.5

Di Indonesia, keberadaan ilmu dakwah tidak bisa lepas dari


lembaga pendidikan yang mencetak pendakwah, seperti madrasah,
pesantren, dan perguruan tinggi Islam. Semua lembaga pendidikan ini
berperan dalam merumuskan berbagai konsep dan strategi dakwah,
kemudian mengajarkannya kepada semua peserta didik. Sejak Islam
pertama kali masuk di wilayah Nusantara, para ulama dan sultan telah
memikirkan upaya menyebarkan islam secara efektif. Untuk itu,
kemudian dilakukan kaderisasi dakwah melalui lembaga pendidikan
Islam. Sebelum dakwah menjadi jurusan tersendiri, ia kerap dijadikan
tema dalam perdebatan di media massa Islam maupun forum-forum
6
ilmiah. Setelah menjadi fakultas tersendiri, ilmu dakwah
dikembangkan secara lebih leluasa hingga saat ini.7

Ada beberapa istilah yang semakna dengan Dakwah, diantaranya;


A. Tabligh, arti kata tabligh adalah menyampaikan. Orang yang
melakukan tabligh disebut mubaligh.
B. Khotbah, kata khotbah berasal dari susunan huruf kho’, tho’
dan ba’ yang berarti pidati atau meminang. Khotbah adalah
pidato yang disampaikan untuk menunjukkan kepada
pendengar mengenai pentingnya suatu pembahasan.8
C. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan kewajiban setiap umat
muslim sekaligus sebagai identitas seorang mukmin.
Pelaksanaannya diutamakan kepada orang-orang terdekat
sesuai kemampuannya.9

5
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), h.75.
6
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), h.77.
7
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), h.79.
8
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), h.20-28.
9
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), h.37-39.
2. Bagaimana Dasar Hukum, Fungsi dan Tujuan Dakwah?
Dasar hukum kewajiban dakwah banyak disebutkan dalam
AlQur’an. Diantaranya dalam surat An-Nahl ayat 125 yang artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orangorang yang mendapat petunjuk.”10

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa kita diwajibkan untuk menyeru


(berdakwah), kepada sesama umat muslim dengan cara yang ditentukan,
yaitu dengan cara bijaksana. Yang berarti dalam berdakwah kepada
orang lain tidak melalui paksaan dan mengajak mereka kepada kebaikan
atau jalan menuju Ridho-Nya. Para ulama telah menjelaskan bahwa
dakwah hukumnya fardhu kifayah bagi para mubaligh yang menempati
daerahnya masing-masing, karena setiap tempat dan daerah mebutuhkan
para mubaligh.11
12
Menurut Sayyid Quthub, ada tiga fungsi dakwah, yaitu: a)
Menyampaikan Kebenaran Islam (Al-Tabligh Wa Al-Bayam). Yaitu
upaya menyampaikan ajaran Ilahi kepada manusia dengan kata lain
bagaimana ajaran Ilahi itu diinformasikan, disebarkan, dan diajarkan
kepada orang lain dengan tujuan pencerahan akal pikiran dan
penyejukan nurani.13 b) Melakukan Pemberdayaan Nilai-Nilai Islam
(Al Amr bi Al-Ma’ruf) dan kontrol sosial (Al Nahyi Al-Munkar).
Amar ma’ruf dan nahi munkar dimaksudkan untuk menjaga
kelangsungan dan kemajuan masyarakat Islam. c) Menumpas
Kejahatan Melalui Perang Suci (Al jihad fi sabil Allah). Jihad di
pahami sebagai usaha yang sangat sungguh-sungguh dengan
mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki diwaktu perang atau
waktu damai dengan lisan atau dengan apa

10
Mujamma`, Al Malik Fahd Li Thiba`at Al Mush Haf Asy Syarif, (1433), h. 421.
11
Yusuf Qardawi, Al-Ibadah Fi al-islam, (Beiru; Muasasah ar-raswalh, 1993), h. 60.
12
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah, Jakarta: Pena madani, 2006), h.164.
13
Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 63.
saja demi meninggikan kalimat Allah dan memuliakan agama-Nya14 .
Kaum muslimin harus menghancurkan dan melawan setiap kekuatan
dan kekuasaan yang menghambat dan menghalangi kegiatan dan
aktivitas dakwah.15 Maka dari itu, tujuan jihad Islam sangat suci dan
mulia, yaitu meninggikan kalimat Allah.

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Anfal ayat 24, menunjukkan


bahwa tujuan dakwah Islam yaitu menuju kepada kehidupan yang
sempurna, kehidupan dalam segala bentuk dan aspeknya. M. Natsir
dalam memberikan beberapa ulasan tentang dakwah, tujuan
utamanya adalah:

A. Memanggil kita kepada syari’at. Yaitu untuk memecahkan


persoalan hidup, baik persoalan hidup perseorangan atau
persoalan berumah tangga, berjamaah- bermasyarakat,
berbangsabersuku bangsa, bernegara dan antar negara.
B. Memanggil kepada fungsi hidup kita sebagai hamba Allah.
Yaitu fungsi sebagai syuhada’ala an-nas, menjadi pelopor dan
pengawas bagi umat manusia.
C. Memanggil kita kepada tujuan hidup kita yang hakiki.
Yakni menyembah Allah. Menurut Muriah, melalui dakwah
diharapkan mampu berperan dalam dua arah; Pertama, mampu
memberikan out put terhadap masyarakat. Kedua, dakwah Islam
harus dapat mengubah visi kehidupan sosial kultural yang ada
tidak hanya dipandang sebagai suatu kedzaliman saja, tetapi
juga dijadikan kondisi yang kondusif bagi terciptanya baldatun
tayyibatun wa rabbun ghafur.16

14
Khaliq, Fushul min al-Siyasah al-Syariyyah fi al-Dakwah Ila Allah, (Kuwait: Jam’iyyah Ihya al-
Turats al- Islami, 1983), h.14.
15
Khaliq, Fushul min al-Siyasah al-Syariyyah fi al-Dakwah Ila Allah, (Kuwait: Jam’iyyah Ihya al-
Turats al- Islami, 1983), h.187-188.
16
Irzum Farihah, “Pengembangan Karier Pustakawan Melalui Jabatan Fungsional Perpustakaan
Sebagai media dakwah”, vol: 2.
3. Bagaimana Proses dan Unsur-unsur Dakwah?
Proses adalah rentetan kejadian atau peristiwa yang berlangsung
secara bertahap. Setiap tahapan proses melalui perjalanan masukan
(input), konversi (perubahan), keluaran (out-put), dampak (impact),
dan umpan balik (feedback). Dalam tahapan proses terdapat istilah
pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik. Pendekatan adalah
sudut pandang kita terhadap suatu masalah. Pendekatan merujuk
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
umum. Strategi adalah rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu (a
plan of operation in achieving something). Metode adalah cara untuk
mencapai sesuatu (a way in achieving something). Agar strategi
mencapai hasil yang optimal, maka diperlukan metode. Teknik adalah
cara yang lebih khusus dalam penerapan suatu metode. Taktik adalah
gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode. Taktik
sifatnya lebih individual.17

Dipandang dari sifat tahapan, proses dapat terbagi menjadi


empat macam. Pertama, proses linier, yaitu proses yang memiliki
satu arah dengan satu tahapan. Proses ini membentuk garis yang lurus
tanpa ada jalan alternatif dan ruangan lain. Kedua, proses unilinier,
yaitu proses yang memiliki satu arah dengan beberapa tahapan.
Gambarannya adalah satu garis yang panjang dengan beberapa
ruangan. Ketiga, proses multilinier, yaitu suatu proses yang memiliki
banyak arah dan beberapa tahapan, ia dapat digambarkan dengan
banyak garis yang semuanya menuju satu titik. Masing masing garis
memuat beberapa ruangan. Keempat, proses nonlinier, yaitu proses
yang berjalan dengan lompatan kualitatif atau menerobos setelah
melalui periode khusus.18
Unsur-usur dakwah adalah bagian-bagian yang terkait dan
merupakan satu kesatuan dalam suatu penyelenggaran dakwah.
Unsurunsur dakwah, yaitu:
17
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke-6, h. 177-178.
18
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke-6, h. 182-183.
A. Da’i, yaitu orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok,
atau lewat organisasi ataupun lembaga.
B. Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia
penerima dakwah, baik sebagai individu maupun kelompok, baik
manusia yang beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain
manusia secara keseluruhan.
C. Maddah, yaitu isi pesan atau materi yang disampaikan oleh da'i
kepada mad’u. Secara umum maddah dikelompokkan menjadi
empat masalah pokok, yaitu; masalah aqidah, syariah, muamalah
dan akhlaq.
D. Wasilah atau Media dakwah, yaitu alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.
Hamzah Ya’qub membagi wasilah menjadi lima macam, yaitu:
lisan, tulisan, lukisan, audiovisual dan akhlak.
E. Thariqah atau Metode dakwah, yaitu jalan atau cara yang
digunakan da’i untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam.
Dalam surat an-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa metode dakwah
ada tiga macam, yaitu: bil hikmah, mau’izatul hasanah dan
mujadalah billati hiya ahsan.
F. Atsar (Efek Dakwah). Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan
menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh
seorang da’i dengan materi dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu,
maka akan timbul respon dan efek (atsar) pada mad’u (penerima
dakwah). Atsar (efek) sering disebut dengan feedback (umpan
balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak
menjadi perhatian da’i. padahal atsar sangat besar artinya dalam
penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.19

19
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-1, h. 21-34.
4. Bagaimana penjelasan mengenai Objek Studi Ilmu Dakwah?
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai objek studi, karena ia
merupakan salah satu syarat pokok ilmu pengetahuan, di samping
syarat- syarat yang lain yaitu metodik, universal dan sistematis.
Sebagaimana dikatakan oleh Ir. Poedjawijatna dalam bukunya “Tahu
dan Pengetahuan” sebagai berikut: “Jika pengetahuan hendak disebut
ilmu, maka haruslah berobyektifitas, bermetodos universal dan
sistematis.”20 Maka objek merupakan syarat yang utama dalam ilmu
pengetahuan agar dikatakan objektif. Dalam lapangan penelitian, suatu
ilmu ada yang disebut sebagai objek material (ditinjau atau
dipandang secara keseluruhan) dan objek formal (ditinjau dari
salah satu aspek saja).21

Objek kajian ilmu dakwah terbagi kepada dua bagian, yatu


objek material dan objek formal. Beberapa ahli menyebutkan
penjelasan dari objek material dan objek formal;
A. Cik Hasan Bisri menyebutkan bahwa objek material ilmu dakwah
adalah unsur-unsur dakwah. Objek formalnya adalah sudut pandang
tertentu yang dikaji dalam ilmu dakwah.
B. Sukriadi Sambas mencatat, objek material ilmu dakwah adalah
perilaku keislaman dalam berislam, dan objek formalnya berupa
perilaku keislaman dalam melakukan tabligh, irsyad, tadhir dan
tahwir.
Jadi, dapat dipahami bahwa objek material ilmu dakwah adalah
bentukbentuk penyampaian suatu (pesan) yang berupa ide, ideologi,
ajaran agama dan sebagainya dari seseorang kepada orang atau
kelompok lain.22 Jadi, objek material ilmu dakwah adalah semua aspek
ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an, Hadits, dan hasil ijtihad
para ulama. Secara material objek kajian ilmu dakwah meliputi wilayah
yang sangat luas, yaitu meliputi: a. Manusia, sebagai pelaku dakwah

20
M. Hassan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah. (Surabaya : Pena Salsabila, 2013), h. 135.
21
M. Rasyid. R. Dkk, Pengantar Ilmu Dakwah. (Yogyakarta : Samudra Biru, 2017) h. 87.
22
M. Hassan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah. (Surabaya : Pena Salsabila, 2013), h. 137.
(da’i dan mad’u), b. Lingkungan dimana manusia berada, c. Agama
islam sebagai ajaran pokok dalam dakwah.23
Objek formal ilmu dakwah adalah proses transformasi ajaran dan
nilai- nilai Islam, serta interelasi antara ketiga unsur yang terdapat
dalam objek material. Pendapat senada terdapat dalam Kurikulum
Nasional Fakultas Dakwah bahwa objek formal ilmu dakwah adalah
proses penyampaian atau ajakan manusia supaya masuk ke jalan Allah
SWT (sistem islam) secara kaffah dalam segala aspek kehidupan guna
mencari ridha Allah SWT. Sudut pandang yang dikaji dalam disiplin
utama ilmu dakwah, yaitu disiplin tabligh. Masalah yang dihadapi
dalam bidang Objek Dakwah sangat kompleks, meliputi hal-hal
berikut:

A. Masalah keimanan dan ketauhidan, yang semakin lemah dan


banyak dicemari oleh perbuatan syirik, khufarat dan takhayul,
terutama di lapisan masyarakat yang kurang pendidikan
agamanya.
B. Mengenai masalah ekonomi, yang dipacu oleh krisis moneter
dan kondisi kehidupan dibawah garis kemiskinan, banyaknya
pengangguran, sulitnya lapangan pekerjaan, lemahnya etos
kerja, dan keterampilan yang terbatas.
C. Masalah sosial, yang semakin menonjol seperti menurunnya
kepedulian antar sesama, tenggang rasa yang semakin
berkurang, keluarga yang tidak harmonis, kenakalan remaja,
prostitusi dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dsb.
D. Masalah budaya, yang sekularistik dan hedonistik. Oleh
karenanya, objek Dakwah sebaiknya diklasifikasikan agar
memudahkan dakwah, seperti kelompok awam dan Intelektual,
kelompok masyarakat kota dan desa.
23
M. Rasyid. R. Dkk, Pengantar Ilmu Dakwah. (Yogyakarta : Samudra Biru, 2017), h. 87-88.
5. Apa pengertian landasan Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis?
Kata Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi menurut bahasa berasal
dari bahasa Yunani. Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang
berarti berada (yang ada). Kata Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani artinya “knowledge” yaitu pengetahuan. Kata tersebut terdiri
dari dua suku kata yaitu “logia” artinya pengetahuan dan “episteme”
artinya tentang pengetahuan. 24 Jadi, dapat dikatakan bahwa
epistemologi merupakan pengetahuan tentang pengetahuan. Dan kata
Aksiologi berasal dari kata “Axios” yang berarti bermanfaat. Ketiga
kata tersebut ditambah dengan kata “logos” berarti Ilmu pengetahuan,
ajaran dan
teori.

Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki


alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya.25
Epistemologi adalah ilmu yang membahas secara mendalam segenap
proses penyusunan pengetahuan yang benar. Sedangkan Aksiologi
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau
26
dari sudut kefilsafatan. Dengan demikian, Ontologi adalah ilmu
pengetahuan yang meneliti segala sesuatu yang ada. Epistemologi
adalah ilmu yang membahas tentang teori, sedangkan Aksiologi adalah
kajian tentang nilai ilmu pengetahuan.

Ontologi ilmu membicarakan tentang apa yang ingin diketahui dari


suatu disiplin ilmu. Dengan perkataan lain, apa yang menjadi bidang
telaahan ilmu tersebut. Ontologi dalam konteks dakwah adalah
menjawab pertanyaan apa itu dakwah dan hal apa saja yang dibicarakan
sekitar objek kajian dakwah.

Ilmu dakwah telah sejajar dengan ilmu-ilmu sosial lainnya karena


sudah jelas aspek ontologi, epistemologi dan aksiologinya. Dakwah
dan ilmu dakwah adalah berbeda, keduanya perlu dipahami secara
benar,
24
Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 15.
25
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998), h. 69.
26
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Cet. X; Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1990), h. 105.
sebab hal itu akan menjadi landasan dalam membicarakan dan
memahami keduanya lebih lanjut.27

Istilah epistemologi digunakan dalam filsafat yang berhubungan


dengan metode dalam mendapatkan pengetahuan yang sah dan juga
berhubungan dengan asal, sifat, dan batas-batas ilmu pengetahuan.
Kedudukan ilmu dakwah sesungguhnya sama dengan disiplin ilmu
lainnya dalam Islam. Akan tetapi ilmu dakwah termasuk ilmu yang
relatif muda, sehingga ada pihak yang masih mempersoalkan
eksistensinya, terutama menyangkut aspek epistemologi.28

Pada aspek aksiologis, keberadaan ilmu dakwah cukup dirasakan


urgensinya dan mempunyai kedudukan yang sangat strategis.
Keberadaan dakwah Islam disebut strategis karena pada tahap
operasional, kegiatan dakwah lah yang lebih dominan berperan dalam
sosialisasi dan pelembagaan konsep-konsep Islam ditengah-tengah
kehidupan masyarakat. Karena itu, tanpa kegiatan dakwah, tentu upaya
pengembangan dan pemasyarakatan sistem keilmuan Islam menjadi
lamban. Dakwah harus memiliki aspek kajian aksiologi karena
memang memerlukan nilai yang baik dalam penerapannya, sehingga
harus ada tindakan dan langkah penerapannya. Aksiologi berkaitan erat
dengan nilai sehingga dapat dirasakan oleh masyarakat dalam
29
penerapan ilmu dakwah. Sementara ilmu dakwah merupakan hasil
sintesis antara sumber normatif Al-Quran dan hadist, dan pengalaman
empiris tentang perilaku manusia yang berkaitan dengan penerimaan
dan pengalaman agama. Dan kedua hal itu kemudian dirumuskan
menjadi ilmu dakwah.

27
Prof. Dr. H. Abdullah, M.Si, Ilmu Dakwah: Kajian Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan
Aplikasi Dakwah, (Bandung: Citapustaka Media, 2015), cet ke-1, h. 1-3.
28
Prof. Dr. H. Abdullah, M.Si, O.p.Cit., h. 38-39.
29
Neneng Nora Hastuti, “Persoalan Aksiologi Dakwah dan Penerapannya di Bidang Keilmuan”,
al-Hikmah: Jurnal dakwah dan Ilmu komunikasi, Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019, h. 14.
C. KESIMPULAN
1. Dakwah artinya menyeru atau mengajak. Ilmu Dakwah berarti ilmu
yang mempelajari tentang dakwah.
2. Dasar hukum dakwah terdapat di dalam surat Ali Imran ayat 104.
Sebagai umat Islam kita diwajibkan untuk menyeru (berdakwah),
kepada sesama umat muslim dengan cara bijaksana. Fungsi dakwah
adalah menyampaikan kebenaran Islam, melakukan pembardayaan
nilai-nilai Islam dan kontrol sosial dan menumpas kejahatan melalui
perang suci. Tujuan dakwah sesungguhnya adalah terbentuknya
masyarakat islam dengan benar secara aqidah dan kuat dalam seluruh
bidang, hingga kepemimpinan dapat dipegang.
3. Dalam proses dakwah terdapat pendekatan, strategi, metode, teknik
dan taktik. Unsur-unsur diantaranya yaitu: da’i (pelaku), mad’u (mitra),
maddah (materi), wasilah (media), thariqah (metode) dan atsar (efek).
4. Objek Studi merupakan salah satu syarat pokok ilmu pengetahuan, di
samping syarat-syarat yang lain yaitu metodik, universal dan
sistematis. Objek dakwah terbagi menjadi objek material dan objek
formal.
5. Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan
bagaimana keadaan yang sebenarnya. Epistemologi adalah ilmu yang
membahas secara mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan
yang benar. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan.

D. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 1990), h. 181.
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 3.

Abdul Karim, “Dakwah Melalui Media”. STAIN Kudus: Jurnal Sebuah


Tantangan Dan Peluang, vol 4 (1), (2016):

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), h.
71.
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004),
h.75.

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), h.

77.

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), h.
79.

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004),
h.20-28.

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004),
h.37-39.

Mujamma`, Al Malik Fahd Li Thiba`at Al Mush Haf Asy Syarif, (1433),


h. 421.

Yusuf Qardawi, Al-Ibadah Fi al-islam, (Beiru; Muasasah ar-raswalh,


1993), h. 60.

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah, Jakarta: Pena madani, 2006),


h.164.

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al Qur’an, (Bandung:


Pustaka Setia, 2002), h. 63.

Khaliq, Fushul min al-Siyasah al-Syariyyah fi al-Dakwah Ila Allah,


(Kuwait: Jam’iyyah Ihya al- Turats al- Islami, 1983), h.14.

Khaliq, Fushul min al-Siyasah al-Syariyyah fi al-Dakwah Ila Allah,


(Kuwait: Jam’iyyah Ihya al- Turats al- Islami, 1983), h.187-188.

Irzum Farihah, “Pengembangan Karier Pustakawan Melalui Jabatan


Fungsional Perpustakaan Sebagai media dakwah”, vol: 2.

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke-6, h.

177-178.

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke-6, h.

182-183.
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana,
2006), cet. Ke-1, h. 21-34.

M. Hassan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah. (Surabaya : Pena


Salsabila, 2013), h. 135.

M. Rasyid. R. Dkk, Pengantar Ilmu Dakwah. (Yogyakarta : Samudra


Biru, 2017) h. 87.

M. Hassan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah. (Surabaya : Pena


Salsabila, 2013), h. 137.

M. Rasyid. R. Dkk, Pengantar Ilmu Dakwah. (Yogyakarta : Samudra


Biru, 2017), h. 87-88.

Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, (Yogyakarta:


Kanisius, 1992), h. 15.

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Jakarta: Gaya Media


Pratama, 1998), h. 69.

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Cet.


X; Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), h. 105.

Prof. Dr. H. Abdullah, M.Si, Ilmu Dakwah: Kajian Ontologi,


Epistemologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah, (Bandung: Citapustaka
Media, 2015), cet ke-1, h. 1-3.

Prof. Dr. H. Abdullah, M.Si, O.p.Cit., h. 38-39.

Neneng Nora Hastuti, “Persoalan Aksiologi Dakwah dan


Penerapannya di Bidang Keilmuan”, al-Hikmah: Jurnal dakwah dan Ilmu
komunikasi, Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019, h. 14.

Referensi lain:

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No, 507, Pedoman


Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis dan Disertasi. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.

Anda mungkin juga menyukai