DESKRIPSI ISU
6
peresepan tidak sesuai, kurangnya efektivitas dan efisiensi dalam pengobatan dan dapat
menurunkan keselamatan pasien.
Upaya yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan isu ini adalah pelaksanaan PIO
(Pelayanan Informasi Obat) kepada tenaga kesehatan lain. Kegiatan yang akan
dilakukan adalah mengadakan sosialisasi atau edukasi terkait informasi obat kepada
tenaga kesehatan lain (Whole Of Government dan Etika Publik) dan menyusun
media informasi terkait PIO (Pelayanan Informasi Obat) (Komitmen Mutu).
Pelayanan Kesehatan kepada pasien secara langsung dapat dikategorikan
Pelayanan Publik. Sehingga peresepan maupun pelayanan informasi obat kepada
pasien menjadi lebih baik dan akan menurunkan tingkat kesalahan dosis serta kesalahan
pelayanan informasi obat oleh tenaga kesehatan lain kepada pasien. Namun dalam
pelaksanaanya, PIO kepada tenaga kesehatan lainnya juga dapat meningkatkan
pengembangan diri seorang ASN yang tentunya dapat dikaitkan dengan Manajemen
ASN tersebut. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang profesional memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
C. ISU Ke-3 : Kepatuhan minum Obat melalui Konseling Obat Pada Pasien
Rawat Inap
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 72 tahun 2016 Konseling Obat
adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker
(konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan
maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif
memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan
keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).
Dampak tidak dilakukannya konseling obat adalah tidak terpantaunya masalah
terkait obat di rawat inap, peningkatan peluang terjadinya kesalahan pengobatan di
7
rawat inap, tidak terwujudnya paradigma “patient oriented” dalam pelayanan
kefarmasian di rawat inap.
Pelaksanaan konseling obat pada pasien rawat inap mampu mengintergrasikan
tugas dan fungsi dari Apoteker . Selain itu, konseling obat diharapkan mampu
mencegah terjadinya kesalahan dalam penggunaan obat. Sehingga pengobatan pasien
lebih optimal dengan dilakukannya konseling obat kepada pasien dan pelaksanaan
konseling obat juga dapat membangun hubungan yang lebih efektif dan efesien
(pelayanan publik) antara Apoteker dan pasien.
8
Dampak dari tidak dilakukannya pelayanan visite adalah tidak tercapainya tujuan
terapi pengobatan yaitu meningkatnya efektifitas terapi dan pelayanan obat kepada
pasien, dan tidak tercapainya salah satu misi dari RSUD Gunungsitoli yaitu
meningkatkan pelayanan medik sesuai standar Rumah sakit kelas B.
Penyelesaian isu ini dapat dilakukan melalui implementasi mata pelatihan
Manajemen ASN dalam menjalankan tugas dan fungsi Apoteker dalam Pelayanan
Publik dan Whole of Government untuk menyelesaikan kasus belum optimalnya
pelayanan visite apoteker diruang rawat inap RSUD Gunungsitoli.