Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

NARAPIDANA ANAK

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Wigyo Susanto,M.Kep

Di Susun oleh :

Naimmatul Hasanah

30901900141

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Narapidana Anak”.Dalam penulisan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada dosen pembimbing bapak Ns. Wigyo Susanto,M.Kep. Keluargaku
tercinta yang telah banyak memberikan doa, motivasi dan dukungan. Rekan-rekan seangkatan
dan seperjuangan serta semua pihak yang telah memberikan masukan dan dukungan dalam
penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/mahasiswi Universitas Islam
Sultan Agung dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Semarang, 10 Februari 2021

Naimmatul Hasanah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................6
C. TUJUAN.........................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
A. PENGERTIAN................................................................................................................7
B. ETIOLOGI......................................................................................................................8
C. KLASIFIKASI..............................................................................................................10
D. MASALAH KESEHATAN NARAPIDANA...............................................................10
E. PENATALAKSANAAN.............................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................13
PEMBAHASAN......................................................................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN NARAPIDANA ANAK......................................................13
PENUTUP................................................................................................................................21
A. KESIMPULAN.............................................................................................................21
B. SARAN.........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kunci keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup adalah ketika seseorang
mampu mempertahankan kondisi fisik, mental dan emosionalnya dalam suatu kondisi
yang optimal melalui pengendalian diri, peningkatan aktualisasi diri serta selalu
menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah. Setiap
individu memiliki kekuatan, martabat, tumbuh kembang, kemandirian dan
merealisasikan diri, potensi untuk berubah, kesatuan yang utuh mulai dari bio psiko
sosial dan spiritual, perilaku yang berarti, serta persepsi, pikiran, perasaan dan gerak.
Keseluruhannya merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan (Jaya, 2015).
Menurut WHO kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
kelompoknya.
Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan sejahtera dikaitkan dengan kebahagiaan,
kegembiraan, kepuasan, pencapaian, optimisme, atau harapan. Kesehatan jiwa
melibatkan sejumlah kriteria yang terdapat dalam suatu rentang. Kriteria sehat jiwa
yaitu, sikap positif terhadap diri sendiri, berkembang aktualisasi diri dan ketahanan
diri, integrasi, otonomi, persepsi sesuai realitas, dan penguasaan lingkungan (Stuart,
2017).
Gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologis yang ditunjukkan oleh
individu yang menyebabkan distres, disfungsi, dan menurunkan kualitas
kehidupan.Hal ini mencerminkan disfungsi psikobiologis dan bukan sebagai akibat
dari penyimpangan sosial atau konflik dengan masyarakat (Stuart, 2017).
Menurut Purnama, Yani, & Titin (2016) mengatakan gangguan jiwa adalah seseorang
yang terganggu dari segi mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secara
normal.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS
(Lembaga Permasyarakat).
Narapidana bukan saja objek melainkan subjek yang tidak berbeda dari
manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekilafan yang
dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Oleh karenanya, yang harus
diberantas adalah faktor, faktor yang dapat menyebabkan narapidana berbuat hal-hal
yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, atau kewajiban- kewajiban
sosial lain yang dapat dikarenakan pidana (Malinda, Anggun 2016:26).
Seseorang yang terpaksa tinggal di lembaga pemasyarakatan karena menjalani
hukuman akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Mereka akan mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan kehidupannya di lembaga pemasyarakatan, tetapi
mereka harus tetap mengikuti aturan-aturan yang berlaku di lembaga pemasyarakatan.
Selain itu, mereka juga harus terpisah dari keluarganya, kehilangan barang dan jasa,
kehilangan kebebasan untuk tinggal diluar, atau kehilangan pola seksualitasnya. Hal
tersebut akan menyebabkan seseorang mendapatkan tekanan karena hidup di dalam
lembaga pemasyarakatan yang mengakibatkan mereka menjadi stres. Jika seseorang
sudah mengalami stres berat, ia akan beresiko untuk membahayakan diri sendiri
maupun orang lain bahkan dapat terjadi percobaan bunuh diri. Stres merupakan hal
yang menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Stres juga merupakan tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan
atau beban atasnya yang bersifat non spesifik.Namun, di samping itu stres dapat juga
merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatu gangguan atau
penyakit.Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi terjadinya stres pada
diri seseorang.Kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan juga selalu dijaga
oleh petugas. Seluruh aktivitas akan selalu diawasi oleh para petugas sehingga mereka
merasa kesulitan untuk beraktivitas dan selalu merasa dicurigai karena dipantau oleh
petugas. Para narapidana ini merasa dirinya tidak berguna ketika hidup di lembaga
pemasyarakatan karena tidak dapat berbuat apa-apa.Mereka juga memikirkan
kehidupan setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan.Mereka berpikir bahwa
dirinya sudah dianggap penjahat oleh orang-orang sekitar sehingga tidak mau untuk
bersosialisasi dengan komunitas. Mereka juga akan merasa dirinya sulit mendapatkan
pekerjaan karena masa lalunya yang pernah ditahan di lembaga pemasyarakatan dan
sudah dianggap penjahat. Ini dapat mengakibatkan mereka merasa dirinya tidak
berguna lagi sehingga akan berdampak pada psikologisnya berupa penurunan harga
diri.
Stres dan harga diri rendah sangat berhubungan dan harus segera ditangani.
Apabila stres dan harga diri rendah sudah terjadi pada seorang individu, ini akan
mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan akan mempengaruhi terhadap koping
individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif. Bila kondisi seorang individu dengan
stres dan harga diri tidak ditangani lebih lanjut, akan menyebabkan individu tersebut
tidak mau bergaul dengan orang lain, yang menyebabkan mereka asik dengan dunia
dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul risiko perilaku kekerasan. Selain dapat
membahayakan diri sendiri, lingkungan, maupun orang lain juga dapat terjadi
percobaan bunuh diri pada individu yang mengalami stres dan harga diri rendah.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai andil
dalam memberikan pelayanan kesehatan di LP dalam bentuk “Correctional setting”
.perawat memberikan pelayanan secara menyeluruh. Warga binaan memiliki hak
untuk mendapatkan kesejahteraan kesehatan baik fisik mauapun mental selama masa
pembinaan.Namun hal tersebut kurang mendapatkan perhatian.Kenyataannya banyak
narapidana yang mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stress, depresi dari
ringan sampai berat (Butler, dkk. 2005).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pada narapidanaanak ?
2. Apa factor penyebab narapidanaanak ?
3. Bagaimana klasifikasi pada narapidana anak ?
4. Apa masalah kesehatan pada narapidanaanak ?
5. Bagaimana penatalaksanaan narapidanaanak ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada narapidana anak?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pada narapidana anak
2. Untuk mengetahui factor penyebab pada narapidana anak
3. Untuk mengetahui klasifikasi pada narapidana anak
4. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada narapidana anak
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada narapidana anak
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada narapidana anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau sanksi
lainnya, menurut perundang- undangan.Pengertian narapidana menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena
tindak pidana) atau terhukum.

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga


pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Narapidana yang diterima
atau masuk kedalam lembaga pemasyarakatan maupun rumah tahanan negara wajib
dilapor yang prosesnya meliputi: pencatatan putusan pengadilan, jati diri ,barang dan
uang yang dibawa, pemeriksaan kesehatan, pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari
dan pembuatan berita acara serah terima terpidana. Setiap narapidana mempunyai hak dan
kewajiban yang sudah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Narapidana yang
ditahan dirutan dengan cara tertentu menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang
hukum acara pidana (KUHAP) pasal 1 dilakukan selama proses penyidikan, penuntutan
dan pemeriksaan untuk disidangkan di pengadilan.Pihak-Pihak yang menahan adalah
Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHAP
Penahanan hanya dapat dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana
termasuk pencurian. Batas waktu penahanan bervariasi sejak ditahan sampai dengan 110
hari sesuai kasus dan ketentuan yang berlaku.

Pengertian anak menurut kamus bahasa Indonesia yang dapat disimpulkan ialah
keturunan yang kedua yang berarti dari seseorang pria dan wanita yang melahirkan
keturunannya, yang dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-
laki yang kemudian berkembang biak di Rahim wanita berupa sebuah kandungan dan
kemudian wanita tersebut pada waktunya nanti melahirkan keturunannya. Anak adalah
amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan sebagai tunas potensi dan generasi
muda penerus perjuangan cita-cita bangsa dimasa yang akan datang nantinya, oleh karna
itu kita harus jaga dan lindungi dari perbuatan buruk ataupun sebagai korban dari
perbuatan buruk seseorang. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak dalam pasal 1 butir 1 undang-undang ini pengertian anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 th, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Sehingga anak yang belum dilahirkan dan masih dalam kandungan ibu menurut undang-
undang ini telah mendapatkan suatu perlindungan hokum.Selain terdapat pengertian anak,
dalam undang-undang ini terdapat pengertian anak terlantar, anak yang menyandang
cacat, anak yang memiliki keunggulan, anak angkat dan anak asuh, dilindungi dari
perbuatan buruk ataupun sebagai korban dari perbuatan buruk sesorang.Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1977 Tentang Peradilan Anak. Definisi anak adalah orang yang dalam
perkara anak nakal telah berumur 8 tahun tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum
pernah kawin(pasal 1 ayat 1) sedangkan dalam pasal 4 ayat 1 undang-undang ini
menyebutkan bahwa batasan umur anak nakal dapat diajukan ke sidang anak adalah anak
yang sekurang-kurangnya 8 tahun tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah
kawin.

Dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, yang di sebut


anak didik pemasyarakatan adalah orang yang yang di nyatakan sebagai anak berdasarkan
putusan pengadilan sehingga dirampas kebebasannya dan ditempatkan di Lembaga
Permasyarakatan Anak. Menurut pasal 1 undang-undang no.12 tahun 1995 tentang
permasyarakatan, anak didik permasyarakatan adalah :

1. Anak pidana
Yaitu, anak yang berdasarkan putusan pengadilan pidana lapas anak paling
lama sampai berumur 18 tahun
2. Anak Negara
Yaitu, anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada Negara
untuk didik dan ditempatkan di lapas anak paling lama 18 tahun
3. Anak sipil
Yaitu, anak yang atas permimtaan orang tuanya atau walinya memperoleh
penetapan pengadilan untuk dididik dan dilapas anak paling lama sampai
berumur 18 tahun

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi narapidana adalah:

a. Faktor Ekonomi
1. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas,
menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern dan
lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus
mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
2. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan ekonomi
nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi
pada umumnya.Maka dari itu perubahan-perubahan harga pasar (market
fluctuations) harus diperhatikan.
3. Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak, mempengaruhi
terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu- waktu krisis, pengangguran
dianggap paling penting.Bekerja terlalu muda, tak ada pengharapan maju,
pengangguran berkala yang tetap, pengangguran biasa, berpindahnya
pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain, perubahan gaji sehingga tidak
mungkin membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengangguran adalah faktor yang paling penting.
b. Faktor Mental
1. Agama
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila
dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap secara
menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor negatif , memang merupakan
fakta bahwa norma- norma etis yang secara teratur diajarkan oleh bimbingan
agama dan khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh,
membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk melawan
kecenderungan kriminal.
2. Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan faktor krimogenik
yang kuat, mulai dengan roman-roman dari abad ke-18, lalu dengan cerita-
cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografi, buku-buku picisan lain dan
akhirnya cerita- cerita detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh
dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari
bacaan demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh
langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si
pembaca. Harian- harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya
juga dapat berasal dari koran-koran.Di samping bacaanbacaan tersebut di atas,
film (termasuk TV) dianggap menyebabkan pertumbuhan kriminalitas
tertutama kenakalan remaja akhir- akhir ini.
c. Faktor Pribadi
1. Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara
yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan dengan
faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-faktor tersebut pada
akhirnya merupakan pengertian- pengertian netral bagi kriminologi.Artinya
hanya dalam kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru
memperoleh arti bagi kriminologi. Kecenderungan untuk berbuat antisocial
bertambah selama masih sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25,
menurun perlahanlahan sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk
berhenti sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis
aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.
2. Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti
pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan, pengemisan,
kejahatan seks, dan penimbulan pembakaran, walaupun alcohol merupakan
faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda tanya, sampai berapa jauh
pengaruhnya.
3. Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan, seringkali
terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap hukum, melakukan
kriminalitas.Kesimpulannya yaitu sesudah perang, ada krisis-krisis,
perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan revolusi ekonomi. Di
samping kemungkinan orang jadi kasar karena perang, kepemilikan senjata api
menambah bahaya akan terjadinya perbuatan-perbuatan kriminal.

C. KLASIFIKASI
Dalam standar registrasinya dan klasifikasinya narapidana dan tahanan yang di
tetapkan berdasarkan keputusan direktur jendral pemasyarakatan kementerian hukum
dan hak asasi manusia Nomor : Pas- 170.Pk.01.01.02 Tahun 2015 tentang standar
registrasi dan klasifikasi narapidana dan tahanan.
1. Penggolongan narapidana berdasarkan umur terdiri dari :
a. Anak (12-18 tahun)
b. Dewasa (diatas 18 tahun)
2. Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kelamin terdiri dari :
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Penggolongan narapidana berdasarkan lama pidana terdiri dari :
a. Pidana 1 hari-3 bulan (register B.II.b)
b. Pidana 3 bulan-12 bulan 5 hari (1 tahun)(register B.II.a)
c. Pidana 12 bulan 5 hari (1 tahun ke atas)(register B.I)
d. Pidana seumur hidup(register seumur hidup)
e. Pidana mati (register mati)
4. Panggilan narapidana berdasarkan jenis kejahatan terdiri atas :
a. Jenis kejahatan umum
b. Jenis kejahatan khusus

D. MASALAH KESEHATAN NARAPIDANA


a. Kesehatan Mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000 tahanan dilembaga
pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa.Penyakit jiwa yang sering dijumpai
adalah skozofrenia, bipolar affective disorder dan personality disorder.Karena
banyak yang mengalami ganguan kesehatan jiwa maka pemerintah harus
menyediakan pelayanan kesehatan mental.
b. Kesehatan Fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan penyakit
menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.
1. HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali lebih tinggi
daripada populasi umum.Tingginya angka infeksi HIV ini berkaian dengan
perilaku yang beresiko tinggi seperti penggunaan obat-obaan, sexual
intercourse yang tidak aman dan pemakaian tato. Pendekatan yang dilakukan
utnuk menekan angka kejadian yaitu dengan dilakukannya penegaan dan
program pendidikan kesehatan mengenai HIV dan AIDS.
2. Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada populasi umum walaupun
data yang ada belum lengkap.Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obat
lewat suntikan, tato, imigran dari daerah dengan insiden hepatitis B dan C
tinggi.National Commision on Correctional Healt Care (NCCHC)
menyarankan agar dilakukan skrining pada semua tahanan dan jika
diindikasikan maka harus segera diberikan pengobatan. NCCHC juga
merekomendasikan pendidikan bagi semua staf dan tahanan mengenai cara
penyebaran, pencegahan, pengobatan dan kemajuan penyakit.
3. Tuberculosis Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi umum.
Hal ini terkait dengan kepadatan penjara dan ventilasi yang buruk, yang
mempengaruhi penyebaran penyakit. Pada tahun 196, lembaga yang
menangani tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan
pengontrolan TB dilembaga pemasyarakatan yaitu :
1) Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan
2) Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan pengobatan yang
sesuai
3) Monitoring dan evaluasi skrining

E. PENATALAKSANAAN
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005,hal.231).
b. Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang
paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.Terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
c. Terapi Kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.Terapi ini
berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar
mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto,
2009).
1. Terapi kerja pada narapidana laki-laki
1) Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkan terapi secara
psikologis dan menjadi lebih terlatih secara emosional.Binatang yang
dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun juga binatang yang
ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya.
2) Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai pelatihan
memasak bagi para narapidana.Meskipun ada yang mendapatkan
pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng, banyak pula yang
mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai dari membuat
menu hingga menyusun anggaran. Beberapa penjara juga bekerja sama
dengan restoran lokal untuk memberi pelatihan ini. Selain itu, dengan
pekerja di dapur, mereka tidak perlu banyak berinteraksi dengan
masyarakat yang mungkin memandang negatif.
3) Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk berkonsultasi pada
mantan penjahat, namun di penjara, narapidana diberikan pengetahuan
mengenai rehabilitasi dan terapi konseling.Hal ini dikarenakan
narapidana memiliki pengalaman yang membuat mereka lebih
mengerti mengenai tindak kejahatan.
2. Terapi kerja narapidana perempuan
Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di Lapas IIB Sleman
dilaksanakan melalui pembinaan soft kill dan hard skill dengan pendekatan
perilaku wirusaha. Pembinaan soft skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan
intelektual, pembinaan kerohanian dan pembinaan rekreatif. Pembinaan hard
skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan keterampilan dan kemandirian
melalui bimbingan kerja.Ketrampilan khusus yang di latihkan pada naraidana
perempuan berupa ketrampilan hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan
sapu, las listrik, batik tulis, kerajinan sangkar burung,perkebunan, dan
pembuatan souvenir.
3. Terapi kerja narapidana anak
a) Keterampilan
Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai bekal baginya
setelah kembali kemasyarakat nantinya, kepada mereka di berikan
latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat dilakukan oleh lembaga
pemasyarakatan sedangkan tempat penentuan kerja dan jenis pekerjaan
yang akan diberikan kepada narapidana ditetapkan oleh Tim Pengamat
Pemasyarakatan. Latihan kerja ini berupa latihan kerja di bidang
pertanian, Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lain sebagainya.
BAB III

PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN NARAPIDANA ANAK
Tanggal Pengkajian : 8 Februari 2021

Tanggal Masuk : 9 Februri 2021

Ruang : Baitusslam

a. Penkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur :17 Tahun
Alamat : Semarang
Status : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Ada
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Hubungan : Ibu Kandung
Alamat : semarang
2. Alasan masuk
Dua bulan sebelum masuk lapas klien melakukan tindakan pencurian.
3. Factor predisposisi
a. Klien belum pernah melakukan kejahatan sebelumnya.
b. Klien dan keluarga memiliki ekonomi yang susah
c. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yaitu ketika sekolah selalu di bully.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda – tanda vital
1.1 Tekanan darah : 130/80 mmHg
1.2 Nadi : 84 x/menit
1.3 Suhu : 36,5 ºC
1.4 Pernafasan : 26 x/menit
1.5 Tinggi badan : 160 cm
1.6 Berat badan : 60Kg
3) Kondisi Fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.
5. Psikososial
1) Konsep Diri
1.1 Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah
mata karena bisa melihat.
1.2 Identitas : Klien mengatakan anak ke-2 dari 3 bersaudara.
1.3 Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai
anak.
1.4 Ideal diri : Klien mengatakan merasa takut jika keluar dari lapas
1.5 Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang
lain selain ibu dan adiknya,klien merasa tidak pantas jika berada diantara
orang lain, kurang interaksi social karena statusnya sebagai narapidana.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah(HDR)
2) Hubungan Sosial
2.1 Orang yang dekat dengan klien adalah ibu dan adiknya.
2.2 Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien masuk lapas sering
keluyuran tidak jelas
3) Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, akan tetapi selama di lapas
pasien sering sholat.
4) Status Mental
4.1 Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, klien
menggunakan baju yang disediakan di lapas.
4.2 Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat
dipahami.
4.3 Aktivitas Motorik : Klien lebih banyak menunduk, aktivitas klien
menyesuaikan.
4.4 Alam perasaan : Klien mengatakan merasa malu jika masa tahanan nya
sudah selesai karena takut tidak diterima oleh masyarakat
4.5 Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
4.6 Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena
menunduk,sesekali klien menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
4.7 Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
4.8 Pola Fikir : Tidak ada waham.
4.9 Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian,
hari Senin tanggal 8 Februari 2021 jam 16.30 WIB,hari berikutnya juga klien
sadar hari selasa tanggal 9 Februari 2021.
4.10 Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
4.11 Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 –
15= 5
4.12 Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar
setelah makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan
kursi. 4.13 Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit
jiwa.
6. Pola Fungsional Kesehatan
1) Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.
2) BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.
3) Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
4) Berpakaian / berhias
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
5) Istirahat dan Tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30 WIB15.00 WIB,tidur malam jam
20.00WIB 04.30 WIB.
6) Penggunaan obat
Klien minum obat 3x sehari setelah makan.Haloperidol 2x5 mg,
trihexiperidine 2x2 mg.
7) Pemeliharaan Kesehatan
Klien sudah pernah periksa di RSJD Soedjarwadi Klaten tetapi rawat jalan.
8) Kegiatan di Dalam Rumah
Klien dirumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah
7. Mekanisme Koping
1) Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
2) Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
3) Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka
diam. Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
8. Masalah Psikososial dan Lingkungan
1) Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri dari lingkungan
2) Masalah dengan kesehatan (-)
3) Masalah dengan perumahan :Klien tinggal dengan kedua orang tua dan 2
saudaranya. 4) Masalah dengan Ekonomi : Kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya
akan tetapi ekonomi keluarganya sulit.
9. Aspek Medik
1) Diagnosa Medis : Schizofrenia
2) Terapi
 Haloperidol 2x5 mg
 Trihexiperidine 2x2 mg
3) Masalah Keperawatan
3.1 Harga Diri Rendah
3.2 Isolasi sosial
3.3 Koping Individu Tidak Efektif

b. Analisa Data

N
DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1 DS : Koping individu Harga diri
 Klien mengatakan teman tidak efektif rendah
berkurang semenjak di lapas
 Klien malu dengan teman
karena klien merasa tidak
pantas diantara mereka
 Klien mengatakan malu untuk
keluar dari lapas karena
statusnya sebagai napi
DO :
 Klien tampak malu saat
berbicara

2 DS : Menarik diri Isolasi sosial


 Klien mengatakan lebih senang
sendirian
 Klien mengatakan orang lain
tidak akan bisa menerimanya di
lingkungan
DO :
 Klien sering mengurungkan diri
dalam kamar

c. Diagnosa keperawatan
1. Harga diri rendah b.d koping individu tidak efektif d.d klien tampak malu saat
diajak berbicara
2. Isolasi sosial b.d merarik diri d.d klien sering mengurung diri dalam kamar
d. Intervensi

N Dx Tujuan
O Keperawatan
1 Harga diri Tujuan umum : a. Klien 1. Lakukan
rendah b.d Klien dapat mampu pendekatan
koping melakukan duduk dengan baik,
individu keputusan yang berdamping menerima klien
tidak efektif efektif untuk an dengan apa danya dan
d.d klien mengendalikan perawat bersikap empati
tampak malu situasi kehidupan b. Klien 2. Cepet
saat diajak yang demimikian mampu mengendalikan
berbicara menurunkan berbicara perasan dan
perasaan rendah dengan reaksi
diri perawat perawatan diri
SP 1 c. Klien sendiri
Klien dapat mampu misalnya rasa
membina merespon marah, empati
hubungan tindakan 3. Sediakan waktu
terapeutik perawat untuk
dengan perawat berdiskusi dan
bina hubungan
yang sopan
4. Berikan
kesempatan
untuk klien
merespon
2 SP 2: a. Klien dapat 1. Tujuan
Klien dapat mengungka emosional yang
mengenali dan pkan sesuai
mengekspresikan perasaannya 2. Gunakan teknik
emosinya b. Klien komunikasi
mampu terapeutik
mengenali terbuka
emosinya 3. Bantu klien
dan dapat mengekspresika
mengekspre n perasaannya
sikannya 4. Bantu klien
mengidentifikas
ikan situasi
kehidupan yang
tidak berada
dalam
kemampuan
dan
mengtrolnya
5. Dorong untuk
menyatakan
secara verbal
perasaan-
perasaan yang
berhubungan
dengan
ketidakmampua
nnya
3 SP 3 : a. Klien 1. Diskusikan
Klien dapat mengidentif masalah yang
memodifikasi ikasi dihadapi klien
pola kognitif pemikiran dengan
yang negative yang memintanya
negative untuk
b. Klien dapat menyimpulkan
menurunkan nya
penilaian 2. Indentifikasi
yang pemikiran
negative negative klien
pada dirinya dan bantu untuk
menurunkan
melalui
interupsi dan
subtusi
3. Evaluasi
ketetapan
persepsi logika
dan kesimpulan
yang dibuat
klien
4. Kurangi
penilaian klien
yang negative
terhadap
dirinya
5. Bantu klien
menerima nilai
yang
dimilikinya
atau perilaku
atau perubahan
yang terjadi
pada dirinya
4 SP 4 : a. Klien 1. Libatkan klien
Klien dapat mampu dalam tujuan
berpatisipasi menentukan yang ingin
dalam kebutuhan dicapainya
mengambil untuk 2. Memodifikasi
keputusan yang keperawataa klien untuk
bekenan dengan n pada membuat
perawatan dirinya jadwal aktifitas
dirinya b. Klien dapat perawatan
berpartisipa dirinya
si dalam 3. Berikan privasi
pengambila yang sesuai
n keputusan yang ditentukan
4. Berikan
renfosemen
positif tentang
pencapaian
tindakan yang
telah sesuai
dengan
keputusan yang
ditentukannya

e. Implementasi dan evaluasi

NO Tanggal/ jam Implementasi evaluasi


1 8 februari 2021 1. Bina hubungan saling S : Klien menjawab
jam 12.40 percaya dengan : dalam dan mengatakan
a. Menyapa klien dengan selamat siang,
ramah menyebut nama dan
b. Memperkenalkan diri alamat
dengan sopan O:
c. Menanyakan nama  Klien mau
lengkap serta alamat berjabat tangan
d. Menunjukan sikap  Klien mau
yang empati, jujur dan duduk
menempati janji berdampingan
e. Menanyakan masalah  Klien
yang dihadapi mengutarakan
mau
mengutarakan
masalahnya
A : SP 1 tercapai
P:
 Lanjutkan SP 2
ajukan kontrak
untuk
pertemuan
berikutnya
 Anjurkan klein
untuk dapat
menyapa
perawat jika
bertemu dan
percaya jika
bahwa akan
membantu
masalah yang
akan dihadapi
2 9 februari 2021 2. Bina hubungan terapeutik S : Klien mau duduk
jam 12.30 dengan perawat : berdampingan dengan
a. Pendekatan dengan perawat
baik menerima klien O:
apa danya  Klien mampu
b. Mengidentifikasi berbincang-
perasaan dan reaksi bincang dengan
perawatan diri sendiri perawat
c. Menyediakan waktu  Klien mampu
untuk bina hubungan merespon
yang sopan tindakan
d. Memberikan perawat
kesempatan untuk A : SP 2 tercapai
merespon P:
 Lanjutkan SP 3
adakan kontrak
waktu
pertemuan
berikutnya
 Anjurkan klien
mampu
berkomunikasi,
mampu
memulai
berbicara dan
tidak canggung
3 10 februari 2021 3. Mengedintifikasi S : Klien mengatakan
jam 15.30 kemampuan dan aspek cara penilaian positif
positif dengan : tidak boleh berfikir
a. Membantu jelek terhadap orang
mengidentifaki dengan lain, sopan santundan
aspek yang positif ramah yang
b. Mendorong agar diutamakan
berpenilaian positif O : Klien dapat
c. Membantu memgungkapkan
mengungkapkan perasaanya
perasaan A : SP 3 teratasi
sebagian
P:
 Lanjutkan SP 1
keluarga
 Anjurkan klien
untuk
mempertahanka
n hubungan
saling percaya
berinteraksi
secara terarah
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Seseorang yang terpaksa
tinggal di lembaga pemasyarakatan karena menjalani hukuman akan mempengaruhi
kondisi psikologisnya. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan
kehidupannya di lembaga pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap mengikuti
aturanaturan yang berlaku di lembaga pemasyarakatan. Selain itu, mereka juga harus
terpisah dari keluarganya, kehilangan barang dan jasa, kehilangan kebebasan untuk
tinggal diluar, atau kehilangan pola seksualitasnya.

Faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi narapidana adalah faktor ekonomi,


faktor mental, dan faktor pribadi.Masalah kesehatan yang muncul pada narapidana yang
berada di lapas yaitu kesehatan mental dan fisik.Kebanyakan masalah kesehatan terjadi
pada narapidana wanita dan remaja karena adanya koping tidak efektif.Penatalaksanaan
pada narapidana yang mengalami gangguan jiwa yaitu terapi psikoterapi, keperawatan,
terapi kerja.

Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai andil dalam
memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan kepada semua masyarakat
bahkan narapidana sekalipun, karena banyak narapidana yang mengalami gangguan
psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai berat (Butler, dkk. 2005).

B. SARAN
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah keperawatan
khusunya pada narapidana harus memiliki pengetahuan yang luas dan tindakan yang
dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit dan asuhan keperawatan hendaknya
diberikan secara komprehensif, biopsikososial cultural dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Skillab of laboratory keperawatan jiwa. (2018-2019). Semarang: UNISSULA PRESS

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan

Ke III (Revisi). (2017). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1

Jurnal Ilmu. (2017). Ilmu Sosial Dan Keislaman vol 2. No.1

Jurnal Perkotaan. (2019). Jurnal Perkotaan Vol.11 No.1

Anda mungkin juga menyukai