Anda di halaman 1dari 8

1.

Perawatan Bayi Baru Lahir


a. Profilaksis infeksi mata
Profilaksis infeksi mata diberikan karena nenatus rentan mengalami infeksi mata sewaktu
melewati jalan lahir dari ibu gonore. Rekomendasi dari Centers for Disease Control and
Prevention (1998) antara lain penetsan perak nitrat (1%), atau enrintromisin (0.5%), atau
salep mata tetrasiklin (1%) ke dalam masing – masing mata. Bagi bayi yang lahir dari ibu
gonore yang belum diterapi, diberikan seftriakson 25 – 50 mg/Kg secara intramuskulus atau
intravena (tidak melebihi 125 mg).

b. Suhu
Suhu bayi turun dengan cepat segera setelah lahir. Oleh karena itu bayi harus dirawat
ditempat tidur bayi yang hangat dengan suhu yang dapat diatur. Selama beberapa hari
kehidupan suhu bayi tidak stabil, berespon terhadap rangsangan ringan dengan fluktuasi yang
cukup besar diatas suhu atau dibawah suhu normal.

c. Vitamin K
Dianjurkan pemberian rutin vitamin K intramuskulus.

d. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi rutin Hepatitis B untuk semua neonates sebelum pulang dari rumah sakit
dianjurkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (2000). Jika ibu positif untuk
antigen permukaan hepatitis B, neonates juga harus mendapat imunisasi pasif dengan
immunoglobulin hepatitis B.

e. Perawatann Kulit
Bayi harus segera dikeringkan untuk mengurangi kehilangan panas melalui evaporasi.
Kelebihan verniks, darah dan mekonium juga dibersihkan dengan lembut. Verniks yang
tersisa cepat diserap oleh kulit dan lenyap seluruhnya da;am 24 jam. Neonates jangan
dimandikan sampai suhu mereka stabil.

f. Perawatan Tali pusat


Dalam 24 jam, tali pusat kehilangan karakteristiknya yang lembab, putih kebiruan dan segera
menjadi kering dan hita. Dalam beberapa minggu (3 – 45 hari) punting tali pusat terlepas,
meninggalkan luka kecil dengan jaringan granulasi setelah sembuh membentuk umbilicus.
Tali pusat lebih cepat kering dan terlepas jika terpajan udara, sehingga tidak dianjurkan
pembalutan.

g. Feses dan Urine


Selama 2 hingga 3 hari pertama isi kolon terdiri dari mekonium lunak berwarna hijaun
kecoklatan yang mengandung sel epitel yang terkelupas dari saluran cerna, lender, sel
epidermis, dan lanugo (rambut janin) yang tertelan bersama air ketuban. Keluarna mekonium
dijumpai pada 90 % neonates dalam 24 jam pertama. Dan sebagian besar sisanya dalam 36
jam. Berkemih dijumpai segera setelah lahir, meski kadang dijumpai pada hari kedua.
Mekonium diganti dengan feses yang kuning muda homogeny dengan ba khas egera setelah
hari ketiga atau keempat. Selama beberapa hari selanjutnya feses belum terbentuk, tetapi
segera setelah itu feses mulain berbentuk silindris.
h. Penurunan berat badan awal
Secara progresif bayi akn kehilangan bereat badannya pada 3 -4 hari pertama karena sebagian
besar bayi tidak banyak mendapat nutrisi. Bayi premature lebih banyak kehilangan berat
badan dan lebih sulit memperoleh berat badannya kembali berat lahir maraeka dibanding bayi
yang aterm.
Jika bayi normal memperoleh makanannya dengan benar, berat lahir biasanya dicapai
kembali pada sekitar hari ke 10. Kemudian berat terus meningkat dengan kecepatan 25 g/hari
selama beberapa bulan pertama. Berat lahir berlipat 2 pada usia 5 bulan. Dan meningkat 3
kali lipat pada akhir tahun pertama.

i. Pemberian Makan
Dalam 12 jam pertama dianjurkan bayi sudah menyusu dengan teratur. Sebagian besar bayi
aterm tumbuh peast jika diberi makan dengan interval 2 – 4 jam., bayi premature atau bayi
yang mengalami hambatan pertumbuhan harus diberi makan lebih sering.

j. Rawat Gabung
Rawat gabung dilakukan untuk meningkatkan hubungan antara bayi dan bayinya secara dini.
Setelah 24 jam pertama biasanya ibu sudah melakukan ambulasi secara penuh sehingga bu
dapat mulai melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri dan bayinya secara penuh.

Leveno ,Kenneth J.2009.Obstetri William edisi 21.Jakarta : EGC. Hal : 291-295.


2. Masalah Kesehatan yang Lazim Pada Anak
a. Muntah
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
beberapa lama setelah makanan masuk ke lambung. Penyebab muntah :
1) Kelainan konginetal pada pencernaan, iritasi lambung, atresia esophagus, stenosis,
hirschprung, tekanan intracranial yang tinggi, cara memberi minuman yang salah.
2) Factor infeksi (hepatitis, peritonitis)
3) Factor lain, yaitu invaginasi, kelainan intracranial, intoksikasi.

Sifat muntah :

1) Keluar cairan terus menerus, kemungkinan karena obstruksi esophagus,


2) Muntah proyektif, kemungkinan strenosis pylorus
3) Muntah kuning kehijauan, kemungkinan obstruksi dibawah ampula vateri
4) Muntah segera setelah lahir dan menetap, kemungkinan karena tekanan intracranial yang
tinggi atau obstruksi usus.

Penatalaksanaan:

1) Pengkajian factor penyebab


2) Pengobatan bergantung penyebabnya
3) Pengobatan suportif
4) Kaji sifat muntah
5) Penanganan simptomatis dengan antiemetic.
6) Jika ada kelainan yang sangat penting segera rujuk ke rumah sakit.
b. Gumoh
Gumoh atau regurgitasi adalah keluarnya kembali air susu yang telah ditelan ketika atau
beberapa saat setelah diminum dan jumlahnya sedikit.
Penyebab :
1) Anak / bayi sudah kenyang
2) Posisi saat menyusu yang salah
3) Terburu –buru

Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan yang normal, terutama pada bayi muda
di bawah umur 6 bulan. Penanganannya adalah sebagai berikut :
1) Memperbaiki teknik menyusui
2) Memperbaiki posisi botol saat pemberian susu dengan botol
3) Setelah menyusui usahakan anak bersendawa
4) Saat menyusu bibir bayi menempel rapat pada areola payudara ibu
c. Ruam Popok
Ruam popok (diaper rush) muncul akibat kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan
yang tidak baik / lembab
Penyebab :
1) Kebersihan kulit yang tidak terjaga
2) Jarang mengganti popok setelah anak / bayi berkemih
3) Udara atau suhu lingkungan yang terlalu panas
4) Akibat mencret
5) Reaksi kontak terhadap karet, deterjen atau plastic

Tanda dan Gejala :

1) Iritasi kulit yang terkena berupa eritema


2) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol (bokong, kemaluan, perut bawah, paha atas)
3) Keadaan lebih parah dapat muncul berupa papilla eritematosa vesicular dan ulserasi

Pencegahan dan penatalaksanaan :

Pencegahan ruam popok ialah dengan mempertahankan daerah popok bayi selalu kering.
Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan pemberian gentian violet 0.5%, pastikan popok
diganti setiap kali basah atau kotor. Ibu harus segera kembali memeriksakan bayinya jika
keadaan bertambah buruk, menjaga kebersihan kulit yang terkena seborea, dan memberi
krim dermatitis. Jika telah terjadi ruam dapat dikurangi dengan cara :

1) Megurangi kelembapan, sering mengganti popok terutama dimalam hari


2) Usahakan banyak udara, sesekali biarkan bokong bayi terbuka
3) Kurangi kontak dengan bahan yang mengiritasi (urin atau feses) dengan segera
membersihkan area perineal, mengurangi pemakaian sabun atau tissue basah yang
mengandung alcohol atau pengharum popok.
4) Jika bayi terus mengalami peradangan coba ganti dengan popok yang berbahan lain. Cara
mencuci popok kain, bilas dengan larutan cuka atau trebus popok selama 10 menit.
5) Beri lapisan pelindung. Kurangi kontal langsung antara kulit basah dan popoknya dengan
mengolesi bokong dengan krim.
d. Bercak mongol
Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang biasany erlihat didaerah sacral walaupun
terkadang terlihat dibagian tubuh lain. Warna ini muncul akibat melanosit yang mengandung
melanin pada dermis yang terhambat migrasi dari kista neuralis ke epidermis. Biasanya akan
menghilang pada masa anak – anak.
e. Oral trush
Oral trush atau sariawan sering dijumpai pada bayi dan anak yang minum susu dengan
menggunakan dot/ botol. Umumnya penyebab sariawan adalah jamur candida albicans yang
sering dijumpai pada neonates dan bersifat saprofit. Akan tetapi jika jamur tersebut
berkembang melebihi daya tahan tubuh bayi maka dapat menimbulkan penyakit. Terjadinya
sariawan dimulai dngan bercak putih pada bibir, lidah dan mukosa mulut.
Penatalaksanaannya dilakukan dengan mengoleskan gentian violet 0.5% pada luka didalam
mulut dan bibir. Caranya dengan membersihkan mulut bayi dengan jari yang dibungkus kain
bersih dan dibasahi larutan gentian violet pada mulut anak. Obat lain yang baik adalah larutan
nistatin 100.000 IU yang dioleskan 3 kali sehari atau dfalam bentuk tetes kedalam mulut bayi.
f. Seborea
Seborea adalah penyakit kulit berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang
banyak terdapat kelenjar sebasea dan daerah kepala, penyebabnya belum diketahui.
Penatalaksanaannya dengan menjaga kebersihan kulit dan pemakain krim (selenium sulfat)
g. Obstipasi
Obstipasi didefinisikan senagai tidak adanya pengeluaarn tinja selama 3 hari atau lebih.
Tetapi bayi yang menyusu ASI dapat tidak mengeluarkan tinja selama 5 – 7 hari tanpa
disertai adanya gangguan. Hal ini masih dikatakan dalam keadaan normal. Dan asuhan yang
diberikan ialah sesuai dengan penyebab obstipasi.
h. Furunkel
Furunkel atau bisul ialah kumpulan nanah dalam suatu rongga yang terbentuk akibat
kerusakan jaringan atau peradangan. Penyebabnya adalah iritasi, kebersihan kurang, daya
tahan tubuh yang kurang dan infeksi oleh Stafilococcus aureus.
Gejala klinisnya berupa nyeri, nodus eritematosus berbentuk kerucut. Nodus dapat melunak
dan dapat pecah sendiri setelah seminggu.
Penatalaksanaannya dengan menjaga kebersihan kulit, mengompres bisul dengan air hangat
untuk mengurangi nyeri, member salep ictyol, jangan memijat bisul, dan kolaborasikan
dengan dokter pada tindakan insisi dan pemberian antibiotic.
i. Miliariasis
Miliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat, akibat tersumbatnya pori
–pori kelenjar keringat. Biasanya timbul pada udara panas dan lembab. Berdasarkan
gejalanya, miliariasis dibagi menjadi 4, yaitu
1) Miliariasis kristalia, menyerupai titik embun
2) Miliariasis rubra, papula vesikel dan eritema disekitarnya, gatal dan pedih
3) Miliariasis pustulosa, gatal, berbatas tegas, superfisialis
4) Miliariasis profunda, tidak gatal dan tidak meradang
Prinsipsip asuhan pada gangguan ini adalah mengurangi keringat dan menghilangkan
sumbatan keringat, memelihara kebersihan tubuh, menjaga kelembapan suhu yang cukup
dan suhu lingkungan yang sejuk dan kering, tidak menggunakan pakaian yang terlalu
sempit serta pakaian harus menyerap keringat. Pada miliariasis rubra dapar diberikan
bedak salisil 2% dan dapat ditambahkan menthol 1.5 – 2% yang bersifat mendinginkan
ruam.
j. Ikterus
Ikterus atau hiperbilirubinemia ialah kondisi dimana kadar bilirubin dalam jaringan
ekstravaskular tinggi. Ikterus fisiologis terjadi pada bayi cukup bulan dimana bilirubin
meningkat sampai 6-8 mg/dl pada hari ke 3 sampai 5, maksimum 12 mg/dl. Kondisi ini juga
dapat terjadi pada bayi kurang bulan dimana kadar bilirubin meningkat sampai 10 -12 mg/dl
maksimum 15 mg/dl. Sedangkan ikterus fisiologis ialah ikterus yang muncul dalam 24 jam
pertama kehidupan. Penetalaksanaannya dapat dilihat di table dibawah ini :

Bilirubin (mg/dl) < 24 jam 24 – 48 jam 49 – 72 jam >72 jam


<5 Pemberian ASI
5-9 Terapi sinar jika Kalori cukup
hemolisis
10 – 14 Transfusi tukar jika Terapi sinar
terjadi hemolisis
15 – 19 Transfuse tukar Transfuse tukar Terapi sinar
>20 Transfusi tukar

k. Diare
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dengan frekuensi > 4 kali. Bayi yang
menyusu ASI tidak akan mengalami diare karena pada ASI mengandung IgA, laktoferin,
lisozim, growth factor dan laktobasilus. Bayi normal defekasi 4-5 kali sehari. Diare yang
terjadi lebih dari 10 -15 kali sehari dibagi dalam 2 jenis :
1) Disentri : Feses berlendir, berdarah, panas, tenemus dan muntah, pembesaran kelenjar
getah bening, disebabkan oleh Shigella disentriae.
2) Amuba : bakteri penginfeksinya adalah Entamoeba histolitica, gajalanya sama dengan
disentri namun menginfeksi daerah sigmoid.

Penyebab diare umumnya adalah infeksi eneral dan paraenteral, malabsorbsi karbohidrat,
lemak dan protein, atau karena factor psikolois, misalnya rasa takut dan cemas. Asuhan yang
diberikan :

1) Berikan dukungan pada ibu untuk menyusui


2) Hentikan pemberian makanan / minuman juka ibu memberi minuman atau makanan
selain ASI
3) Berikan larutan rehidrasi oral setiap kali diare
4) Jika bayi dapat menyusu, ibu dianjurkan untuk menyusui sesering mungkin atau berika
larutan rehidrasi oral 20ml diantara pembeian ASI.
5) Jika bayi tidak bisa menyusu dengan baik pasang pipa lambung dan berikan cairan oralit
20 ml melalui pipa lambung tersebut
6) Jika bayi tidak dehidrasi berikan ASI lebih lama dan lebih sering.
7) Jika bayi menunjukkkan tanda – tanda dehidrasi atau sepsis, pasang jalur IV semntara
bayi masih menyusu, jika memungkinkan beri larutan RL / NaCl 0,9 % sebanyak 30 ml/
Kg BB selama satu jam. Lakukan penilaian setelah satu jam, jika membaik lanjutkan
dengan infuse 70 ml/Kg BB selama 5 jam
8) Jika kondisi bayi tidak membaik dan terdapat tanda tanda denyut nadi melemah ulangi
pemberian cairan 30 ml/ kg BB selama satu jam, dilanjutkan dengan 70 ml/Kg BB
selama 5 jam, lakukan pengamatan selama 18 jam berikutnya
9) Jika bayi telah terehidrasi dan tidak diare lagi barikan cairan dengan dosis rumatan sesuai
dengan usia.
Terapi medis untuk disenti adalah pemberian antibiotic golongan sulfonamide,
kotromoksazol, kloramfenikol ata tetrasiklin. Terapi pada amuba adalah dengan emetin-
HCl, Dehidro-emetin, Milbis (glikobiarsol), tetrasiklin, klorokuin fosfat, metronidazol.
l. Infeksi neonatus
Penatalaksanaan infeksi disesuaikan dngan penyebabnya, menghindari carrier, dan selalu
menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar. Hal yang perlu diperhatikan pada
pemantauan dan penatalaksanaan terhadap infeksi antara lain tanda – tanda hipo / hipertermi,
sesak, merintih, menagis lemah atau tidak menangis, mengantuk, susah tidur, fontanel
cembung, tali pusat memerah.

Kategori Tanda Penatalaksanaan


Di puskesmas Di rumah sakit
Sepsis Kejang, ikterik, tali Pertahankan suhu, ASI Ampisilin dan
pusat tetap diberikan, beri gentamisin, oksigen
kotor/bau/merah antibiotic injeksi, rujuk jika perlu, infuse
ke RS untuk mencegah
Infeksi Panas, tali pusat Antibiotic injeksi
dehidrasi, ASI tetap
kotor, merah, bau. lanjutkan
diberikan.
Nanah ditelinga, Antibiotic per oral 2
pustule dikulit hari kontrol

(Panduan belajar asuhan neonates, abyi dan balita, rochmah K.M.2012. Jakarta EGC, halaman 76
-86)

Anda mungkin juga menyukai