Anda di halaman 1dari 114

SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KELUHAN NYERI OTOT


SKELETAL (MUSCULOSKELETAL DISORDERS) PADA PEKERJA
BONGKAR MUAT DI PELABUHAN SOEKARNO HATTA MAKASSAR
TAHUN 2018

ASTI HARDIANTI AZIS

K11114043

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
RINGKASAN

i
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Makassar, Mei 2018

ASTI HARDIANTI AZIS “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KELUHAN NYERI OTOT SKELETAL (MUSCULOSKELETAL
DISORDERS) PADA PEKERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN
SOEKARNO HATTA MAKASSAR TAHUN 2018” (xiii, 82 Halaman, 11
Tabel, 2 gambar, 7 Lampiran)

Pekerja bongkar muat merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan


secara manual handling. Kondisi tersebut memungkinkan munculnya penyakit
akibat kerja yaitu musculoskeletal disorders. Lebih dari 60% tenaga kerja bongkar
muat mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Musculoskeletal disorders
biasanya mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Faktor risiko yang
dapat menyebabkan atau musculoskeletal disorders adalah faktor pekerja dan
pekerjaannya (umur, masa kerja, berat beban, sikap kerja) dan juga lingkungan
kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan keluhan musculoskeletal disorders pada tenaga kerja bongkar muat di
Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah
observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi penelitian
yaitu tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar yang
berjumlah 350 orang dengan sampel yang diambil berdasarkan metode accidental
sampling sebanyak 78 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, Nordic
Body Map dan Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan observasi. Analisis
data adalah univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi keluhan musculoskeletal
disorders dirasakan oleh 51 pekerja (65,4%). Adapun hasil uji statistik
menunjukkan bahwa variabel umur (p=0,001<0,05), variabel masa kerja
(p=0,001<0,05), variabel berat beban (p=0,023<0,05) dan variabel sikap kerja
(p=0,000<0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa umur, masa kerja, berat
beban dan sikap kerja mempunyai hubungan dengan keluhan musculoskeletal
disorders.
Penelitian ini menyarankan kepada pihak Koperasi Tenaga Kerja Bongkar
Muat untuk melakukan safety briefing sebelum bekerja dan menggunakan waktu
istirahatnya dengan baik.
Kata kunci : Musculoskeletal Disorders, Tenaga Kerja Bongkar Muat
Daftar pustaka : 56 (1982-2017)

SUMMARY

Hasanuddin University
Public Health Faculty
Occupational Health and Safety
Makassar, May 2018

ii
ASTI HARDIANTI AZIS “FACTOR ASSOCIATED WITH
MUSCULOSKELETAL DISORDERS COMPLAINT OF DOCKWORKERS
AT SOEKARNO HATTA PORT OF MAKASSAR” (xiii, 82 Pages, 11 Tables,
2 Pictures, 7 Appendix)

Loading and unloading workers is one of work done by manually


handling. This condition allows the onset of occupational disease that is
musculoskeletal disorders. More than 60% of dockworkers experiences
musculoskeletal disorders. Musculoskeletal disorders usually began to be feel
from very mild to very painful complaints. Risk factor can cause musculoskeletal
disorders is work and workers factor (age, working period, weight of items and
body position) and work environment.
This research aims to identify factors associated with the incidence of
musculoskeletal disorders of dockworkers in Soekarno Hatta Port of Makassar. This
research is an observational analytic with cross sectional study. Populations of this
research were dockworkers with amount 350 persons. Accidental sampling
technique was used to choose samples which resulted in a sample of 78 workers.
Data collected by questionnaire, Nordic Body Map, Rapid Entire Body
Assessment (REBA) and observation. Data analysis using analysis univariat and
bivariate by chi-square test
The results of the research indicate the prevalence of musculoskeletal
disorders felt by 51 workers (65,4%). Statistical test result show that age variable
(p=0,001<0,05), working period variable (p=0,001<0,05), weight of items
variable (p=0,023<0,05) and body position variable (p=0,000<0,05). So, it can
be cocluded that age, working period, weight of items and body position has
correlation with musculoskeletal disorders.
This research recommends company to do safety briefing before work and
also to workers to use their rest time well.
Keywords : Musculoskeletal Disorders, Dockworkers
References : 56 (1982-2017)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, syukur yang tak akan pernah terhingga penulis haturkan

kepada ALLAH SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-Nya sehingga

skripsi dengan judul “Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri

Otot

Skeletal (Musculoskeletal Disorders) pada Pekerja Bongkar Muat di


Pelabuhan
iii
Soekarno Hatta Makassar Tahun 2018” dapat terselesaikan dengan baik. Teriring

salam serta sholawat kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan

sahabatnya yang telah membawa kita ke alam penuh dengan ilmu pengetahuan

seperti sekarang ini.

Proses penyusunan skripsi ini tentunya tidak luput dari peran orang-orang

tercinta maka pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada orang tua saya tercinta,

Ayahanda Abdul Azis dan Ibunda Andi Yanti yang jasa-jasanya tidak akan pernah

bisa terbalaskan oleh apapun, kepada kakak serta adik tersayang Ardiansyah Azis

dan Atalariksyah Azis yang tak henti-hentinya mendoakan penulis hingga

akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati, penulis juga ingin menyampaikan terima

kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Dr. dr. Syamsiar S. Russeng, MS selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr.

dr. Masyita Muis, MS selaku pembimbing II yang sangat banyak meluangkan

waktu tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasi

dalam peyusunan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. drg. Zulkifli, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin, atas ijin penelitian yang telah diberikan.

3. Bapak dr. M. Furqaan Naiem, M.Sc, Ph.D selaku ketua jurusan Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah banyak memberikan bimbingan,

arahan, saran selama penyusunan skripso.

4. Dosen Penguji, Ibu Andi Wahyuni, SKM., M.Kes., Bapak Muh. Yusri Abadi,

SKM., M.Kes dan Ibu Dr. Suriah, SKM., M.Kes., yang telah

memberikan bimbingan, saran, arahan, serta motivasi sehingga

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

iv
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Mayarakat atas bekal ilmu

pengetahuan yang telah diberikan selama di bangku kuliah.

6. Bapak/ibu staff jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang penuh

dedikasi menjalankan fungsinya dengan baik pada saat pengurusan

administratif.

7. Bapak Abdurrahman selaku sekertaris Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat

dan seluruh staff Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat yang telah

memberikan izin dan sangat membantu selama proses penelitian ini

berlangsung.

8. Seluruh tenaga kerja bongkar muat Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar yang

telah bersedia menjadi responden atas kerja samanya selama proses penelitian

ini berlangsung

9. Teman-teman “Perkumpulan”, “Keep Istiqamah” serta Tri dan Feby yang

selalu menemani dan memberi semangat kepada penulis.

10. Ulfah, Suri, Fachreza, Andis, Dhila, Suryaman yang senantiasa menemani dan

memberi semangat selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

11. Seluruh Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Periode 2017/2018 khususnya

Departemen Kewirausahaan yang senantiasa memberikan semangat dan

dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Rekan-rekan seperjuangan teman PBL Posko Balang Baru, Teman KKN Desa

Toddotoa, OHSS, teman sejurusan K3 dan Angkatan 2014 (Vampir)

senantiasa memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi

ini.

Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, segala puji

bagi Allah dan semoga Allah

SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita.


v
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, Mei 2018

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
iii

RINGKASAN........................................................................................................iv
SUMMARY............................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Muculoskeletal Disorders ................................................ 11
B. Tinjauan Umum Umur .................................................................................
26
C. Tinjauan Umum Masa
Kerja ....................................................................... 27
D. Tinjauan Umum Berat
Beban ...................................................................... 28

vi
E. Tinjauan Umum Sikap Kerja .......................................................................
29
F. Tinjauan Umum Tenaga Kerja Bongkar muat (TKBM) ..............................
34
G. Kerangka Teori ............................................................................................
35
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ...................................................... 37
B. Kerangka Konsep ........................................................................................
39
C. Hipotesis .....................................................................................................
39
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif ................................................ 40
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................
43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................
43
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................................
43
D. Pengumpulan Data .......................................................................................
45
E. Instrumen Penelitian ....................................................................................
46
F. Pengolahan dan Penyajian Data ...................................................................
48
G. Analisis Data ............................................................................................... 49
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi ............................................................................ 50
B. Hasil Penelitian ............................................................................................
52
C. Pembahasan .................................................................................................
65
D. Keterbatasan Penelitian ...............................................................................
79
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................
.............. 81
B. Saran ..............................................................................................
.............. 82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Klasifikasi Tingkat Risiko MSDs Berdasarkan Total Skor Individu .....
16

Tabel 1.2 Tabel Level Risiko dan Tindakan ..........................................................


34

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ............................


53

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ......................


54

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur, Masa Kerja, Berat
beban, Sikap Kerja dan Keluhan MSDS ................................................................

55 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan

MSDs ..................... 57

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesakitan MSDs ..............


58

Tabel 5.6 Hubungan Umur dengan Keluhan MSDs ..............................................


60

Tabel 5.7 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan MSDs .....................................


61

Tabel 5.8 Hubungan Berat Beban dengan Keluhan MSDs ....................................


62

Tabel 5.9 Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan MSDs .....................................


64

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Teori ...................................................................................
36

Gambar 1.2 Kerangka Konsep ...............................................................................


39

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Master Tabel

Lampiran 3. Hasil Analisis Penelitian

viii
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Dekan FKM Unhas

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Kepala UPT P2T BKPMD Provinsi Sulsel

Lampiran 7. Riwayat Hidup

ix
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman modern saat ini, penggunaan teknologi dalam berbagai

bidang semakin meningkat. Hal ini didukung oleh semakin banyak industri

yang menggunakan teknologi dalam setiap proses yang dilakukannya.

Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang padat karya pun tak lepas

dari penggunaan teknologi. Namun, penggunaan teknologi pada sektor

industri di Indonesia itu saja tidak cukup. Tidak dapat dipungkiri bahwa

masih terdapat beberapa proses yang memerlukan tenaga manusia dalam

penanganannya atau (manual handling).

Penanganan material secara manual dengan mengandalkan tenaga

manusia sangat memungkinkan munculnya permasalahan keselamatan dan

kesehatan kerja, mengingat kapasitas manusia dalam melakukan suatu

pekerjaan sangat terbatas. Maka dari itu, perlunya untuk meningkatkan

upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk menekan angka

kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja dan juga untuk

meningkatkan produktivitas kerja. Sebagaimana yang termasuk dalam

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 ayat

1 menyebutkan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

Aspek kesehatan kerja yang mungkin muncul akibat dari penanganan

material secara manual dan perlu untuk diperhatikan salah

satunya adalah

1
2

penyakit akibat kerja (PAK). PAK merupakan penyakit yang disebabkan

oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dam

Transmigrasi No. 1 Tahun 1981). PAK disebabkan oleh sejumlah faktor,

namun ada sebagian yang berasal dari tempat kerja dan penyakit gaya hidup

yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor risiko gaya hidup. Selain itu

pekerja juga berisiko terkena cidera akibat kecelakaan kerja (Anies, 2005).

Salah satu tempat kerja yang memiliki potensi besar untuk pekerjanya

mengalami penyakit akibat kerja ialah pelabuhan.

Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2001

tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan

dan perairan disekitarnya dengan batas tertentu sebagai tempat kegiatan

pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat

kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat

barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan

penumpang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar

moda transportasi. Salah satu kegiatan di pelabuhan yang mempunyai risiko

besar terkena PAK ialah kegiatan bongkar muat barang yang dilakukan oleh

tenaga kerja bongkar muat dengan cara manual handling. PAK yang

mungkin dapat dirasakan oleh para tenaga kerja bongkar muat ialah keluhan

nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders).

Menurut NIOSH (1997) musculoskeletal disorders adalah sekumpulan

kondisi patologis yang mempengaruhi fungsi normal dari

jaringan halus sistem muskuloskeletal yang meliputi beberapa

bagian seperti syaraf, tendon, otot dan struktur penunjang


3

contohnya discus intervertebral. Musculoskeletal disorders juga biasa

disbeut dengan cidera pada sistem muskuloskeletal. Musculoskeletal

disorders ini bersifat kronis karena disebabkan terjadinya kerusakan pada

tendon, otot, ligamen, sendi, saraf, kartilago atau spinal disc biasanya

menyebabkan munculnya rasa tidak nyaman, nyeri, gatal serta pelemahan

fungsi. Keluhan ini dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor

pekerjaan seperti contohnya peregangan otot yang berlebih, postur tubuh

pada saat bekerja yang tidak alamiah, gerakan repetitif dan lingkungan

disekitar tempat kerja seperti getaran, tekanan dan mikroklimat (Tarwaka,

2013).

Studi tentang musculoskeletal disorders pada berbagai jenis industri

telah banyak dilakukan dan dari hasil studi yang didapatkan menunjukkan

bahwa keluhan otot skeletal yang paling banyak dialami oleh para pekerja

ialah pada bagian pinggang dan bahu. Aktivitas kerja yang berulang dan

terus menerus dilakukan dengan postur kerja yang salah dapat

mengakibatkan musculoskeletal disorders. Gangguan pada sistem

muskuloskeletal ini hampir tidak pernah terjadi secara langsung namun

merupakan suatu akumulasi dari gejala-gejala kecil maupun besar yang

berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Hal ini

bisa terjadi dalam hitungan hari, bulan bahkan tahun tergantung dari berat

ringannya trauma sehingga akan terbentuk cidera yang cukup besar yang

kemudian diekspresikan sebagai rasa sakit atau kesemutan, nyeri

tekan, pembengkakan dan gerakan yang terhambat atau

terjadinya kelemahan jaringan anggota tubuh yang terkena


4

trauma. Trauma jaringan dapat timbul akibat kronitas atau berulang-ulang

proses penyebabnya (Nursatya, 2008).

Prevalensi penyakit musculoskeletal disorders di Indonesia

berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan

berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7%. Sedangkan, di provinsi

Lampung angka prevalensi penyakit muculoskeletal disorders bedasarkan

diagnosis dan gejala yaitu 18,9%. Prevalensi penyakit muculoskeletal

disorders tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada petani, nelayan dan

buruh yaitu sebanyak 31,2% (Riskesdas, 2013)

Musculoskeletal disorders pada buruh angkut umumnya disebabkan

oleh beberapa faktor seperti umur, sikap kerja, masa kerja, lama kerja, berat

beban dan juga faktor lingkungan. Lebih dari 60% pekerja merasakan

keluhan musculoskeletal disorders di leher, punggung dan kaki. Pekerja

yang lebih dari 15 tahun bekerja mempunyai keluhan pada tangan dan

pergelangan tangan baik kiri maupun kanan sebesar 33,3%, pada siku kiri

dan kanan sebesar 33,3% pada kiri dan kanan sebesar 66,7% (Octarisya,

2009). The National Institute for Occupational Safety and Health di tahun

1990 memperkirakan 15%-20% pekerja di Amerika berisiko menderita

MSDs. The National Safety Council (NSC) melaporkan, kurang lebih

960.000 kasus musculoskeletal disorders di kalangan pekerja Amerika

tahun 1992 (NIOSH, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Randang

(2017) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara umur

dengan keluhan musculoskeletal disorders pada nelayan yang


5

ada di Desa Talikuran, karena rata-rata usia nelayan di Desa Talikuran

diatas 30 tahun sehingga sangat rentan untuk mengalami keluhan otot

seiring berkurangnya kekuatan otot akibat bertambahnya usia. Berdasarkan

teori Oborne (1995) bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami pada usia

35 tahun serta tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rotulung (2015) menunjukkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dan keluhan

musculoskeletal disorders. Jadi, semakin lama seseorang bekerja atau

semakin lama seseorang terpapar dengan faktor risiko musculoskeletal

disorders maka semakin besar pula risiko untuk mengalami keluhan

musculoskeletal disorders. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Nurhikmah (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara masa kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders pada

pekerja furnitur di Kecamatan Benda, Tangerang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sultan Bedu (2013)

didapatkan bahwa ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada cleaning service di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar tahun 2013 dengan hasil sebanyak 85 responden

dengan sikap kerja tidak ergonomis terdapat 52 responden mengalami

gangguan musculoskeletal disorders berat (61,2%) dan gangguan

musculoskeletal disorders ringan terdapat 33 responden (38,8%)

sedangkan dari 25 responden dengan sikap kerja ergonomis

terdapat 2 responden mengalami gangguan musculoskeletal


6

disorders berat (8,0%) dan 23 responden mengalami gangguan

musculoskeletal disorders (92,0%).

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang

dimaksud antara lain fisik, mental ataupun sosial. Seorang pekerja, seperti

para pekerja bongkar muat barang pelabuhan, mempunyai beban fisik lebih

banyak daripada beban mental maupun sosial dikarenakan pekerjaannya

lebih fokus pada kegiatan bongkar muat suatu barang yang diimpor dari luar

ke pelabuhan setempat (Suma’mur, 2009). Hasil penelitian pada kategori

yang mengalami MSDs dengan berat beban (>40 kg) yaitu 41 orang

(89,1%) sedangkan untuk kategori tidak berat (≤ 40kg) yaitu 20 orang

(57,1%) responden yang mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Hal

ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keluhan

musculoskeletal disorders dengan berat beban pada pekerja manual

handling di Pelabuhan Makassar (Masliah, 2014).

Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar merupakan salah satu pelabuhan

yang didalamnya mempekerjakan tenaga kerja bongkar muat (TKBM).

TKBM merupakan tenaga kerja yang berpotensi mengalami penyakit yang

terkait dengan pekerjaan yaitu keluhan musculoskeletal disorders karena

melakukan pekerjannya secara manual handling. Pada observasi awal yang

dilakukan ke Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar ditemukan ada tenaga

kerja bongkar muat yang mengeluhkan nyeri pada bagian punggungnya.

Proses kerja bongkar muat barang dari dan ke kapal yang

dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat semua dilakukan

secara manual mulai dari mengangkat barang dari kontainer atau


7

truk di darat kemudian di pindahkan ke kantong kemudian kantong tersebut

diangkat menggunakan katrol dan dari kantong diangkat kembali oleh

tenaga kerja bongkar muat ke atas kapal dan disusun diatas palka. Pada saat

mengangkat barang, para pekerja tidak memerhatikan posisi tubuhnya

seperti membungkukan badan pada saat akan mengambil barang, biasanya

ada yang tidak memakai alas kaki, tidak merapatkan kaki pada barang yang

hendak diangkat, memutar pinggang ketika mengangkat beban yang berat,

membawa barang melebihi kepala. Meskipun tidak semua kegiatan bongkar

muat dilakukan secara manual handling, namun sebagian besar prosesnya

tetap menggunakan tenaga manusia sehingga dapat menimbulkan keluhan-

keluhan di punggung belakang dan dapat mengakibatkan cidera. Selain itu,

kondisi lingkungan kerja para TKBM tidak kondusif karena mereka

melakukan kegiatan bongkar muat di dermaga terbuka dan banyak dari

mereka yang tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat melakukan

kegiatan bongkar muat.

Berdasarkan permasalahan diatas tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Faktor yang berhubungan dengan

keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja bongkar muat di Pelabuhan

Soekarno Hatta Makassar”.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan permasalahan

penilitian yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara umur dengan keluhan nyeri otot skeletal

(musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat di

Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar?

2. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri otot

skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat

di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar?

3. Apakah ada hubungan antara berat beban dengan keluhan nyeri otot

skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat

di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar?

4. Apakah ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan nyeri otot

skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat

di

Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dapat uraikan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri otot

skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat

Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.


9

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan antara umur dengan keluhan nyeri otot

skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar

muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

b. Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri

otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja

bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

c. Mengetahui hubungan antara berat beban dengan keluhan nyeri

otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja

bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

d. Mengetahui hubungan antara sikap kerja dengan keluhan nyeri

otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja

bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada tenaga

kerja bongkar muat Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar sehingga

dapat meningkatkan pengetahuan para tenaga kerja bongkar muat

tentang pentingnya mencegah keluhan musculoskeletal disorders, agar

dapat meningkatkan produktivitas kerja secara optimal.

2. Manfaat Bagi Peneliti


10

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah

wawasan dan meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi

bahaya ergonomi secara nyata dan mampu memberikan rekomendasi

tindakan pengendalian sebagai sarana menerapkan teori yang

diperoleh di bangku kuliah serta dapat digunakan sebagai sarana

dalam mengembangkan ilmu yang diperoleh pada masa perkuliahan

serta pengetahuan dalam bidang Kesehatan Masyarakat.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media promosi, bahan

masukan dan sumber informasi bagi masyarakat agar lebih waspada

terhadap risiko ergonomi dan musculoskeletal disorders.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Tinjauan Umum Musculoskeletal
Disorders (MSDs)

1. Definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah sekumpulan gejala

atau gangguan yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligament,

kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh darah. MSDs

pada awalnya menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan,

bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur dan rasa terbakar (OSHA,

2000).

Keluhan sistem musculoskeletal pada umumnya terjadi karena

kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang

terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya,

keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya

berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun, apabila

kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang

menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang

diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam

laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Tarwaka, 2010).

Gangguan MSDs yang dirasakan oleh pekerja tidak hanya

merugikan dirinya sendiri namun juga merugikaan

pengusaha maupun perusahaan tempat ia bekerja. Pekerja

yang mengalami keluhan MSDs


12

11
berarti sama halnya ia mengalami gangguan kesehatan dalam

tubuhnya yang apabila tidak segera diobati dan tidak dicegah dapat

menjadi lebih parah. Bila kesehatan para pekerja terganggu maka

pekerja menjadi tidak poduktif sehingga tidak dapat bekerja serta tidak

dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan, bagi perusahaan sendiri

akan mengalami kerugian akibat dari hilangnya waktu kerja dan

menurunnya produktivitas serta kualitas dari karyawan, sehingga

proses kerja adan terhambat dan menjadi tidak maksimal, selain itu

juga perusahaan harus mengeluarkan banyak biaya untuk pengobatan

dan kerugian lainnya yang berkaitan langsung maupun tidak langsung

dengan timbulnya keluhan MSDs.

Secara garis besar keluhan otot dapat dibedakan menjadi dua

(Tarwaka, 2010), yaitu :

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi

saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan

tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap, walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun

rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

2. Jenis-jenis Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Ada beberapa jenis MSDs (Levy et al, 2005 dalam Handayani,

2011), yaitu:
13

a. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah gangguan tekanan pada

saraf yang mempengaruhi saraf tengah, salah satu dari tiga saraf

yang menyuplai tangan dengan kemampuan sensorik dan

motorik. CTS pada pergelangan tangan merupakan terowongan

yang tebentuk oleh carpal, tulang pada tiga sisi dan ligamen yang

melintanginya.

b. Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS) adalah gangguan pada

pembuluh darah dan saraf pada jari yang disebabkan oleh getaran

alat atau bagian/permukaan benda yang bergetar dan menyebar

langsung ke tangan. Dikenal juga sebagai getaran yang

menyebabkan white finger, traumatic vasopatic disease.

c. Low Back Pain Syndrome (LBP) merupakan bentuk umum dari

sebagian besar kondisi patologis yang mempengaruhi tulang,

tendon, saraf, ligament, intervetebral disc dari lumbar spine

(tulang belakang).

d. Peripheral Nerve Entrapment Syndrome adalah penjepitan syaraf

pada tangan atau kaki (saraf sensorik, motorik dan autonomic).

e. Peripheral Neuropathy adalah gejala permulaan yang

tersembunyi dan membahayakan dari dysesthesias dan

ketidakmampuan dalam menerima sensasi.

f. Tendinitsi dan Tenosynovitis. Tendinitis merupakan peradangan

pada tendon, adanya struktur ikatan yang melekat

pada masingmasing bagian ujung dari otot ke tulang.


14

Tenosynovitsi merupakan peradangan tendon yang juga

melibatkan synovium

(perlindungan tendon dan pelumasnya).

3. Tahapan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Gejala yang menunjukkan tingkat keparahan MSDs (Oborne,

1995) dapat dilihat dari tingkatan sebagai berikut:

a. Tahap pertama

Timbulnya rasa nyeri dan kelelahan saat bekerja tetapi setelah

beristirahat akan pulih kembali dan tidak mengganggu kapasitas

kerja

b. Tahap kedua

Rasa nyeri tetap ada setelah semalaman dan mengganggu

waktu istirahat

c. Tahap ketiga

Rasa nyeri tetap ada walaupun telah istirahat yang cukup,

nyeri ketika melakukan pekerjaan yang berulang, tidur menjadi

terganggu, kesulitan menjalankan pekerjaan yang akhirnya

mengakibatkan terjadinya inkapasitas.

4. Gejala Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Menurut Suma’mur (1996), gejala-gejala MSDs yang biasa

dirasakan oleh seseorang adalah:

a. Leher dan punggung terasa kaku.

b. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan


fleksibelitas.
15

c. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk.


d. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku.

e. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri

f. disertai bengkak.

g. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat.

h. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan kehilangan

kekuatan

i. Serta kehilangan kepekaan.

j. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun

sensasi rasa panas.

Metode Nordic Body Map (NBM) merupakan metode penilaian

yang sangat subjektif artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat

tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat

dilakukannya Untuk memperoleh gambaran gejala MSDs dapat

menggunakan metode Nordic Body Map. Penelitian dan juga

tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan.

Kuesioner Nordic Body Map ini telah secara luas digunakan oleh para

ahli ergonomi untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem

muskuloskeletal dan mempunyai validitas dan reabilitas yang cukup

(Tarwaka, 2010).

Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk

kuesioner checklist ergonomi. Berntuk lain dari checklist

ergonomi adalah checklist International Labour

Organizatation (ILO). Namun kuesioner Nordic Body Map


16

adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui

ketidaknyamanan pada para pekerja, dan kuesioner ini paling sering

digunakan karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuesioner ini

menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9

bagian utama, yaitu leher, bahu, punggung bagian atas, siku, punggung

bagian bawah, pergelangan tangan/tangan, pinggang/pantat, lutut dan

tumit/kaki (Kroemer et al, 2001). Klasifikasi subjektivitas tingkat

resiko otot skeletal berdasarkan total skor individu yaitu:

Tabel 1.1 Klasifikasi Tingkat Risiko MSDs Berdasarkan


Total Skor Individu
Total Skor Individu Tingkat Risiko MSDs
28-49 Rendah
50-70 Sedang
71-91 Tinggi
92-112 Sangat Tinggi
Sumber: Tarwaka (2010)

5. Faktor Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Hubungan sebab dan akibat faktor penyebab timbulnya keluhan

MSDs belum diketahui secara pasti dan sulit untuk dijelaskan, karena

banyak faktor yang mungkin dapat mempengaruhinya yaitu faktor

pekerjaan, faktor invidu dan faktor lingkungan.

a. Faktor Pekerjaan

1) Beban

Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

terjadinya gangguan otot rangka. Berat beban yang


17

direkomendasikan adalah 23-25 kg, sedangkan menurut

Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban sebaiknya

tidak melebihi dari aturan yaitu laki–laki dewasa sebesar 15–

20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.

Pembebanan fisik pada pekerjaan dapat mempengaruhi

terjadinya kesakitan pada muskuloskeletal. Pembebeanan

fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang tidak

melebihi 30-40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga

kerja dalam 8 jam sehari dengan memperhatikan peraturan

jam kerja yang berlaku. Semakin berat beban maka semakin

singkat waktu pekerjaan (Suma’mur, 2009).

2) Lama Kerja

Penentuan lama kerja dapat diartikan sebagai teknik

pengukuran kerja untuk mencatat jangka waktu dan

perbandingan kerja mengenai suatu unsur pekerjaan tertentu

yang dilaksanakan dalam keadaan tertentu pula serta untuk

menganalisa keterangan itu hingga ditemukan waktu yang

diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan pada tingkat prestasi

tertentu (Zulfikar, 2010).

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada

umumnya 6-8 jam dan sisanya untuk istirahat.

Memperpanjang waktu kerja dari itu biasanya disertai

penurunan efisiensi, timbulnya kelelahan dan penyakit akibat

kerja. Secara fisiologis istirahat sangat perlu untuk


18

mempertahankan kapasitas kerja. Insiden tertinggi untuk

terjadinya keluhan sakit pada pinggang pekerja ada kaitannya

dengan penambahan waktu kerja dan lamanya masa kerja

seseorang (Hasyim, 1999 dalam Syafitri, 2010).

3) Masa Kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya

seseorang bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal

tersebut, MSDs membutuhkan waktu yang lama untuk

berkembang dan bermanifestasi. Jadi, semakin lama waktu

bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko

MSDs maka semakin besar pula risiko untuk mengalami

MSDs (Guo, 2004 dalam Maijunidah, 2010).

b. Faktor Individu

1) Sikap kerja atau postur tubuh

Postur tubuh dapat didefinisikan sebagai orientasi relatif

dari bagian tubuh terhadap ruang. Untuk melakukan orientasi

tubuh tersebut selama beberapa rentang waktu dibutuhkan

kerja otot untuk meyangga atau menggerakkan tubuh. Postur

dapat diartikan sebagai konfigurasi dari tubuh manusia yang

meliputi kepala, punggung dan tulang belakang (Pheasant,

1991 dalam Handayani, 2011).

a) Statis
19

Postur statis merupakan postur saat kerja fisik dalam

posisi yang sama dimana pergerakan yang terjadi sangat

minimal. Kondisi ini memberikan peningkatan beban

pada otot dan tendon yang menyebabkan kelelahan.

Aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen, serta

pengangkutan sisa metabolisme pada otot terhalang.

Gerakan yang dipertahankan >10 detik dinyatakan

sebagai postur statis (Cohen et al, 1997 dalam Bukhori,

2010)

b) Dinamis

Stress akan meningkat ketika posisi tubuh menjauhi

posisi normal tersebut. Pekerjaan yang dilakukan secara

dinamis menjadi berbahaya ketika tubuh melakukan

pergerakan yang terlalu ekstrim sehingga energi yang

dikeluarkan otot menjadi lebih besar atau tubuh menahan

beban yang cukup besar sehingga timbul hentakan tenaga

yang tiba-tiba dan hal tersebut dapat menimbulkan

cedera. Perbedaan antara postur statis dan dinamis juga

dapat dilihat darikerja otot, aliran darah, oksigen dan

energi yang dikeluarkan pada kedua jenis postur tersebut.

Adapun jenis bentuk postur tubuh terdiri atas postur netral

dan postur janggal. Postur netral adalah postur ketika

seseorang sedang melakukan proses pekerjaannya sesuai

dengan struktur anatomi tubuh seseorang dan tidak terjadi


20

penekanan atau pergeseran tubuh pada bagian penting

tubuh serta tidak menimbulkan keluhan. Sedangkan,

postur janggal adalah postur yang disebabkan oleh

keterbatasan tubuh seseorang untuk membawa beban

dalam jangka waktu yang lama dan dapat menyebabkan

keluhan yang merugikan tubuh seperti rasa nyeri,

kelelahan otot dan lain-lain (Pheasant, 1991 dalam

Handayani 2011).

2) Usia

Usia adalah lama hidup responden atau seseorang yang

dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir. Sejalan dengan

meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan

keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun

(Handayani, 2011). Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi

yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan

menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut

menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi

berkurang. Jadi, semakin tua seseorang maka semakin tinggi

risiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada

tulang yang akan menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs

(Karuniasih, 2009).
3) Jenis Kelamin

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa

ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan


21

otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara

signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat

mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi

karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang

lebih rendah dari pada pria.

4) Kebiasaan Merokok

Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok,

semakin tinggi pula tingkat keluhan yang dirasakan.

Pengaruh kebiasaan merokok ini masih diperdebatkan, namun

beberapa penelitian menunjukan bahwa perokok lebih

memiliki kemungkinan menderita masalah punggung

daripada bukan perokok. Efeknya adalahhubungan dosis dan

lebih kuat dari 26pada yang diharapkan dari efek batuk.

Risiko meningkat sekitar 20% untuk setiap 10 batang rokok

perhari (Tarwaka, et al, 2004).

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Annuals of

Rheumatic Diseases (Croasmun, 2003) terhadap 13.000

perokok dan non perokok dengan rentang umur antara 16 s.d

64 tahun, dilaporkan bahwa perokok memiliki risiko 50 %

lebih besar untuk merasakan MSDs. Hal ini dikarenakan efek

rokok akan menciptakan respon rasa sakit atau sebagai

permulaan rasa sakit, mengganggu penyerapan kalsium pada

tubuh sehingga meningkatkan risiko terkena osteoporosis,

menghambat penyembuhan luka patah tulang serta


22

menghambat degenerasi tulang.

5) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi

badan, dan massa tubuh merupakan faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal.

Bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan massa tubuh > 29

kg) mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibanding dengan yang

kurus (massa tubuh <20 kg), khususnya untuk otot kaki

(Tarwaka, 2004).

Indeks masa tubuh dapat digunakan sebagai indikator

kondisi status gizi pekerja. Dihitung dengan rumus Berat

Badan (BB)2/Tinggi Badan (TB). Kaitan IMT dengan MSDs

adalah semakin gemuk seseorang maka bertambah besar

risikonya untuk mengalami MSDs.Hal ini dikarenakan

seseorang dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk

menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan

otot punggung bawah. Bila hal ini berlanjut terusmenerus

maka akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf

tulang belakang yang mengakibatkan hernia nucleus pulposus

(Tan HC dan Horn SE, 1998 dalam Zulfikar, 2010).

6) Kekuatan Fisik

Kejadian MSDs dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

individu, salah satunya adalah kekuatan fisik individu


23

tersebut. Menurut Tarwaka et al (2004), kekuatan atau

kemampuan kerja fisik adalah suatu kemampuanfungsional

seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu yang

memerlukan aktivitas otot pada periode waktu tertentu.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan, namun penelitian lainnya menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara kekuatan fisik dengan

keluhan otot skeletal. Chaffin and Park (1973) yang

dilaporkan National Institute for Occupational Safety and

Health (NIOSH) menemukan adanya peningkatan keluhan

punggung pada pekerja yang melakukan tugas yang menuntut

kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Bagi pekerja

yang kekuatan ototnya rendah, risiko terjadinya keluhan tiga

kali lipat dari yang mempunyai kekuatan tinggi (Bukhori,

2010).

c. Faktor Lingkungan

1) Suhu dan Kelembapan

Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat

menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja

sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan

kekuatan otot menurun. Beda suhu lingkungan dengan suhu


24

tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian besar

energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh

untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini

tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka

akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai

akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke

otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan

terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa

nyeri otot (Tarwaka, et al, 2004).

Sebagai bahan pertimbangan dimana Indonesia

merupakan daerah tropis yang mempunyai suhu udara lebih

panas dengan kelembapan yang jauh lebih tinggi, maka

rekomendasi dari NIOSH tersebut perlu dikoreksi apabila

ditempatkan di daerah tropis. Temperatur yang normal untuk

orang Indonesia adalah 22,5-260C dengan kelembapan udara

sebesar 40-75% (Tarwaka, et al, 2004).

2) Getaran

Vibrasi/getaran dengan frekuensi tinggi akan

menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini

menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan

asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot

(Suma’mur, 1982). Paparan vibrasi pada seluruh tubuh

merupakan faktor risiko yang dapat berkontribusi untuk


25

menyebabkan cidera, khususnya di tulang belakang dan leher

serta punggung bagian bawah. Paparan jangka panjang akan

menyebabkan MSDs, diketahui gejala yang semakin

progresif dimulai mati rasa atau perubahan warna pada ujung

beberap jari tangan. Kemudian akan terjadi penurunan rasa

dan ketangkasan tangan (Budiono, 2004).

6. Tindakan Pengendalian Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pengendalian

pada umumnya terbagi menjadi tiga (Cohen, et al,

1997):

a. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahaya

menggunakan pengendalian teknik.

b. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijkan manajemen yang

sering disebut pengendalian administratif.

c. Menggunakan alat pelindung diri.


Agar tidak mengalami risiko MSDs pada saat melakukan

pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal tersebut

adalah :

a. Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping.

b. Jangan menggerakkan, mendorong atau


menarik secara

sembarangan, karena dapat meningkatkan risiko cidera.

c. Jangan ragu meminta tolong pada orang.

d. Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan


barang.
26

e. Apabila barang yang hendak dipindahkan terlalu berat, jangan

melanjutkan.

f. Lakukan senam/peregangan otot sebelum bekerja.

B. Tinjauan Umum Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperlihatkan di dalam penyeledikan-

penyeledikan epidemiologi. Pada umumnya usia yang telah lanjut

kemampuan fisiknya juga menurun. Proses menjadi tua akan disertai

kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada

fungsifungsi tubuh, sistem kardiovaskuler dan hormonal (Suma’mur, 2009).

Semakin tua umur seseorang, maka kebutuhan energi semakin

menurun. Hal ini pula yang menyebabkan terjadinya perubahan pada fungsi

alat-alat tubuh, seperti sistem kardiovaskuler dan sistem hormonal tubuh.

Pada umumnya pada usia lanjut, kemampuan kerja otot semakin menurun

terutama pada pekerja berat. Pada umumnya diketahui bahwa beberapa

kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi

menurun sesudah usia 40 tahun. Makin tua usia, makin sukar seseorang

untuk beradaptasi dan makin cepat menjadi lelah, demikian pula makin

pendek waktu tidurnya makin sukar untuk tidur (Suma’mur, 2009).

Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu pada

usia 25-65 tahun. Keluhan biasanya akan mulai dirasakan pada usia 35 tahun

dan akan semakin meningkat semakin bertambahnya usia. Hal ini terjadi

karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot

mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot akan

semakin meningkat (Tarwaka,


27

2004).

C. Tinjauan Umum Masa Kerja

Masa kerja adalah lama seseorang bekerja dihitung dari pertama masuk

hingga saat penelitian berlangsung. Semakin lama masa kerja seseorang,

semakin lama terkena paparan ditempat kerja sehingga semakin tinggi risiko

terjadinya penyakit akibat kerja (Septiawan dalam Agung, 2017). Semakin

lama masa kerja dapat dikatakan semakin tinggi pula kemampuan kerja yang

dimiliki, semakin efisien badan dan jiwa bekerja, sehingga beban kerja

relatif sedikit. Masa kerja merupakan lamanya bekerja seseorang dari

pertama bekerja hingga dilakukannya penelitian pada sampel penelitian baik

dari hari ke hari atau seumur hidup (Tarwaka, et al, 2004).

Menurut Tulus (1992) masa kerja merupakan kurun waktu atau

lamanya tenaga kerja bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat memberikan

pengaruh positif pada kinerja apabila dengan semakin lamanya masa kerja

personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.

Sebaliknya dapat memberikan pengaruh positif apabila dengan semakin

lama masa kerja akan timbul perasaan terbiasa dengan keadaan dan

menganggap mudah pekerjaan serta akan menimbulkan kebosanan.

Akumulasi dari suatu pekerjaan yang adalah semakin lama dapat

menimbulkan berbagai gangguan atau keluhan secara fisiologis bagi tenaga

kerja disuatu tempat kerja.

Masa kerja merupakan akumulasi waktu tenaga kerja yang

telah memegang pekerjaannya. Tenaga kerja yang memiliki

masa kerja yang lebih lama akan semakin banyak menyimpan


28

informasi dan keterampilan dalam bekerja. Masa kerja yang lebih lama

cenderung lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan berdasarkan

pengalaman yang dimiliki, emosi yang ebih stabil sehingga lancer dan

mantap dalam bekerja. Namun masa kerja yang semakin lama juga dapat

memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan

menimbulkan kelelahan dan kebosanan (Suma’mur, 2009).

D. Tinjauan Umum Berat Beban

Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya

gangguan otot rangka. Berat beban yang direkomendasikan adalah 23-25 kg,

sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban

sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20 kg

dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.

Berdasarkan studi oleh European Campaign on Musculoskeletal

Disorders terhadap 235 juta pekerja di beberapa negara Eropa pada tahun
2008, diperoleh 18% pekerja telah mengalami MSDs diakibatkan pekerjaan

memindahkan benda berat dari kontainer setiap harinya.

E. Tinjauan Umum Sikap Kerja

Sikap kerja merupakan posisi kerja saat melakukan aktivitas pekerjaan.

Posisi kerja dengan sikap yang salah dapat meningkatkan energi yang

dibutuhkan, sehingga sikap kerja harus sesuai dengan posisi kerja. Posisi

kerja yang kurang benar ini dapat menyebabkan perpindahan dari otot ke

jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah mengalami

kelelahan dalam bekerja. Posisi kerja tersebut merupakan

aktivitas dari pengulangan atau waktu lama dalam posisi


29

menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, memegang dalam posisi

statis dan menjepit dnegan tangan. Dalam melakukan aktivitas tersebut,

dilibatkan beberapa anggota tubuh seperti bahu, punggung dan lutut karena

daerah tersebut yang rentan mengalami cedera (Oktaria, 2015).

Menurut Nurmianto (2008), sikap kerja merupakan suatu tindakan

yang diambil tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan. Terdapat 4 macam

sikap dalam bekerja, yaitu :

1. Sikap Kerja Duduk

Mengerjakan pekerjaan dengan sikap kerja duduk yang terlalu

lama dan sikap kerja yang salah dapat mengakibatkan otot rangka

(skeletal) termasuk tulang belakang sering merasakan nyeri dan cepat

lelah. Menurut Suma’mur (2014) keuntungan bekerja dengan sikap

kerja duduk ini adalah kurangnya kelelahan pada kaki, terhindarnya

postur-postur tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi dan

kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.

Menurut Suma’mur (2014) pekerjaan sejauh mungkin harus

dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk adalah :

a. Kurangnya kelelahan pada kaki

b. Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah

c. Berkurangnya pemakaian energy

d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah

Akan tetapi sikap dalam bekerja sambil duduk juga

mempunyai kerugian-kerugian,yaitu:

a. Melembeknya otot-otot perut


30

b. Melengkungnya punggung

c. Tidak baik bagi alat-alat dalam, khususnya peralatan pencernaan,

jika posisi dilakukan secara membungkuk

2. Sikap Kerja Berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik dalam hal fisik

dan mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat

dan teliti namun bekerja dengan sikap kerja berdiri secara terus

menerus sdapat menimbulkan penumpukan darah dan beragam cairan

tubuh pada kaki (Santoso, 2004).

3. Sikap Kerja Membungkuk

Dipandang dari segi otot, sikap kerja duduk yang paling baik

adalah sedikit membungkuk, sedangkan dipandang dari segi tulang

penentuan sikap yang baik adalah sikap kerja duduk yang agak tegak

agar punggung tidak bungkuk sehingga otot perut tidak selalu berada

pada keadaan yang lemas. Oleh karena itu, sangat dianjurkan dalam

bekerja menerapkan sikap kerja duduk yang tegak dan harus diselingi

dengan istirahat dalam bentuk sedikit membungku (Suma’mur, 2014).

4. Sikap Kerja Dinamis

Sikap kerja dinamis merupakan sikap kerja yang berubah-ubah

seperti duduk, berdiri, membungkuk, tegap dalam satu waktu pada saat

bekerja. Sikap kerja dinamis dianggap lebih baik dari pada sikap statis

(tegang) telah banyak dilakukan di sebagian industry,

ternyata mempunyai keuntungan biomekanis tersendiri.

Tekanan pada otot yang berlebih semakin berkurang


31

sehingga keluhan yang terjadi pada otot rangka (skeletal) dan nyeri

pada bagian tulang belakang juga digunakan sebagai intervensi

ergonomi.Oleh karena itu penerapan sikap kerja dinamis dapat

memberikan keuntungan bagi sebagian besar tenaga kerja (Suma’mur,

2014).

Menurut Tarwaka dalam Wulandari (2016) ada beberapa cara

yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk

mengetahui sikap kerja yang berhubungan antara tekanan fisik dengan

risiko keluhan otot rangka (skelet). Berikut beberapa metode observasi

postur tubuh yang berkaitan dengan risiko gangguan sistem

musculoskeletal antara lain:

1. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Sebuah metode yang menganalisa segmen tubuh namun metode

RULA ini merupakan target postur tubuh untuk mengestimasi

terjadinya risiko terjadinya keluhan dan 10 cedera otot skeletal. Metode

RULA ini digunakan sebagai metode untuk mengetahui sikap kerja

bisa berhubungan dengan keluhan musculoskeletal, khususnya pada

anggota tubuh bagian atas (upper limb disorders). Metode RULA

merupakan analisis awal yang mampu menentukan seberapa jauh risiko

pekerja yang terpengaruh oleh faktor-faktor penyebab cedera seperti;

postur tubuh, kontaksi otot statis, gerakan repetitif dan

pengerahan tenaga dan pembebanan.

2. Rapid Entire Body Assessment (REBA)


32

Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang

dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara

cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan,

pergelangan tangan, dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini

juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang

oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Metode tersebut dapat digunakan

secara cepat untuk menilai postur seorang pekerja.

Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh

Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney melalui tahapan – tahapan

sebagai berikut:

a. Tahap 1: Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan

bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap

(postur) pekerja dan leher, punggung, lengan, pergelangan tangan

hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau 11

memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti

mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga

dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat

untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

b. Tahap 2: Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.

Setelah dilakukan tahap pertama, selanjutnya dilakukan

perhitungan besar sudut dari masing-masing segmen tubuh yang

meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas,

lengan bawah, pergelangan tangan, dan kaki. Pada

metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi


33

menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi

punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sementara grup B

meliputi lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Dari

data sudut segmen tubuh pada masing – masing grup dapat

diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan

untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B

agar diperoleh skor untuk masing– masing tabel.

Tabel 1.2 Tabel level risiko dan tindakan


Action
REBA Score Risk Level Action
Level
0 1 Negligible Non necessary
1 2-3 Low Maybe necessary
2 4-7 Medium Necessary
3 8-10 High Necessary soon
4 11-15 Very high Necessary now
Sumber: Jurnal Applied Ergonomics 2000

F. Tinjauan Umum Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)

Menurut peraturan menteri perhubungan Nomor 35 KM tahun 2007

Tentang Perhitungan Tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke

kapal di pelabuhan “Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah semua tenaga kerja

yang terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar

muat di pelabuhan.”

Adapun ruang lingkup pelaksanaan bongkar muat yang dilalukan oleh

tenaga kerja bongkar muat (TKBM) meliputi kegiatan:

1. Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari/

kapal ke dermaga/tongkang/ truk atau memuat barang dari

dermaga/ tongkang/ truk ke dalam kapalsampai dengan


34

tersusun dalam palka dengan menggunakan Derek kapal atau Derek

darat.

2. Cargodoring adalah pekerjaan membongkar barang dari tali/ jala-jala

di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/ lapangan

penumpukan selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan

barang atau sebaliknya.

3. Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari

timbunan/tempat penumpukan di gudang/ lapangan penumpukan dan

menyerahkan.

Tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar

melakukan pekerjaan “bongkar barang” dari atas kapal ke pelabuhan dan

pekerjaan “muat barang” dari pelabuhan ke atas kapal dengan cara manual

(manual handling). Aktivitas manual handling mencakup aktivitas

mengangkat, menarik, mendorong, meluncurkan, menggelindingkan,

menumpuk, membawa dan menahan. Dari beberapa aktvitas manual

handling yang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat semua memiliki

potensi terhadap pekerjanya untui mengalami keluhan MSDs.

G. Kerangka Teori

Berdasarkan penjelasan diatas yang disertai beberapa teori-teori maka

dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang berisiko terjadinya keluhan nyeri

punggung bawah pada pekerja terbagi atas faktor risiko indivu, faktor

pekerjaan dan faktor lingkungan. Kerangka teori tersebut adalah

sebagai berikut:
35

Gambar 1.1
Sumber: modifikasi dari Tarwaka (2004) dan Suma’mur (2009).

Kerangka Teor i
Faktor Pekerjaan:
Lama Kerja
Masa Kerja
Beban

Faktor Individu: BAB III KERANGKA KONSEP


Jenis Kelamin
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Umur
Kebiasaan Merokok Keluhan Musculoskeletal
Musculoskeletal disorders merupakan salah satu gangguan yang
Indeks Massa Tubuh Disorders
Sikap Kerjaoleh aktivitas tubuh yang kurang baik atau tidak sesuai prosedur
disebabkan
Kekuatan Fisik
yang ditentukan. Faktor risiko musculoskeletal disorders yang paling sering

terjadi diakibatkan oleh sikap kerja yang salah seperti mengangkat, posisi

tubuh
Faktor membungkuk, dan getaran seluruh tubuh yang dirasakan oleh pekerja.
Lingkungan:
Getaran
Suhu danPenelitian ini akan meneliti faktor yang berhubungan dengan keluhan
Kelembaban

musculoskeletal disorders pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan

Soekarno Hatta Makassar. Variabel dependen pada penelitian ini adalah

keluhan nyeri punggung bawah dan variabel independennya adalah sebagai

berikut:

1. Umur

Pada umumnya diketahui bahwa beberapa kapasitas fisik seperti

penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi menurun sesudah usia

40 tahun. Makin tua usia, makin sukar seseorang untuk beradaptasi dan

makin cepat menjadi lelah, demikian pula makin pendek waktu

tidurnya makin sukar untuk tidur (Suma’mur, 2009).

2. Masa kerja

Masa kerja adalah akumulasi waktu dimana pekerja mulai bekerja

samapi satuan waktu tertentu. Masa kerja menunjukkan seberapa lama

seseorang bekerja dan terkena paparan di tempat kerja.

Sehingga dapat

37
37

dikatakan, semakin lama masa kerja seseorang maka semakin lama pula

ia terkena paparan di tempat kerja sehinggi risiko terjadinya penyakit

akibat kerja semakin tinggi (Ahmad, 2014).

3. Berat beban

Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya

gangguan otot rangka. Berat beban yang direkomendasikan adalah

2325 kg, sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2009)

mengangkat beban sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki-laki

dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.

4. Sikap kerja

Sikap kerja adalah posisi tubuh manusia secara keseluruhan. Pada

saat bekerja posisi tubuh (sikap) tiap pekerja berbeda yaitu sikap kerja

yang merupakan posisi tubuh pada saat pekerja melakukan

aktivitasnya. Menurut Suma’mur (2009), ergonomik adalah penerapan

ilmu-ilmu biologis bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi

untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari

manusia terhadap pekerjannya, yang manfaatnya diukur dengan

efisiensi, produktivitas, dan kesejahteraan tenaga kerja.

5. Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah sekumpulan gejala atau

gangguan yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligament,

kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh darah.

MSDs pada awalnya menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa,


38

kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur dan rasa

terbakar

(OSHA, 2000).

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan diatas, maka lahirlah

kerangka konsep. Peneliti mengambil beberapa variabel dari kerangka teori

berdasarkan urgensi, realistis serta kemampuan peneliti. Kerangka konsep

ini terdiri dari variabel independer (umur, masa kerja, berat beban dan sikap

kerja) dan variabel dependen (keluhan musculoskeletal disorders).

Gambar 1.2
Kerangka Konsep
UMUR

MASA KERJA KELUHAN


MUSCULOSKELETAL
BERAT BEBAN
DISORDERS
SIKAP KERJA
Ket:
: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Arah Hubungan
C. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan musculoskeletal

disorders (MSDs).
39

b.

Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs).

c. Tidak ada hubungan antara berat beban dengan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs).

d. Tidak ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs).

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara umur dengan keluhan musculoskeletal

disorders (MSDs).

b. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan musculoskeletal

disorders (MSDs).

c. Ada hubungan antara berat beban dengan keluhan musculoskeletal

disorders (MSDs).

d. Ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal

disorders (MSDs).

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Umur

Umur dalam penelitian ini adalah usia pekerja yang dihitung dari

tanggal pekerja dilahirkan sampai ulang tahun terakhir, dinyatakan

dalam tahun.

Kriteria obyektif: (Suma’mur, 2009)


40

b.

a. Pekerja Tua : Jika umur responden ≥ 40 tahun


Pekerja Muda : Jika umur responden < 40 tahun

2. Masa kerja

Masa kerja adalah lamanya responden bekerja sebagai tenaga kerja

bongkar muat di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar hingga pada

saat pengambilan data berlangsung.

Kriteria obyektif: (Nasry Noor, 2008)

a. Baru : Bila pekerja bekerja selama < 5 tahun

b. Lama : Bila pekerja bekerja selama ≥ 5 tahun

3. Berat beban

Berat beban adalah besarnya massa dari beban yang dibawa oleh

tenaga kerja bongkar muat selama perkerjaan berlangsung.

Kriteria objektif : ILO (International Labour Organization) dalam

Tarwaka, 2004

a. Berisiko : apabila berat beban ≥ 40 Kg

b. Tidak berisiko : apabila berat beban < 40 Kg

4. Sikap kerja

Sikap kerja dalam penelitian ini adalah posisi tubuh saat pekerja

melakukan aktivitas mengangkat barang. Alat ukur yang digunakan

adalah lembar survei Repaid Entire Body Assessment (REBA).

Kriteria obyektif: (Firdaus, 2011)


41

b.

a. Ergonomis : jika hasil kalkulasi lembar penilaian

REBA berada pada level aksi 0, 1 dan 2.

Tidak Ergonomis : jika hasil kalkulasi lembar penilaian

REBA berada pada level aksi 3 dan 4.

5. Keluhan Musculoskeleteal Disorders

Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah keluhan gerak atau fungsi gerak pada bagian

otototot skeletal, berupa rasa sakit atau nyeri di otot, pegal-pegal dan

kram yang dirasakan oleh responden yang dapat diukur dengan alat

ukur yaitu Nordic Body Map (NBM).

Kriteria Objektif : (Tarwaka et al, 2004)

a. Ada keluhan : jika responden memiliki satu keluhan atau lebih

yang menetap dalam kurun waktu 7 hari terakhir saat penelitian

dilakukan.

b. Tidak ada keluhan : jika responden tidak memiliki keluhan atau

ada bagian tubuh yang dikeluhkan tetapi tidak dalam kurun waktu

7 hari terakhir saat penelitian dilakukan.


BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian adalah penelitian

observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Penelitian dengan pendekatan cross sectional adalah salah satu desain

penelitian observasional dimana peneliti hanya melakukan observasi dan

melakukan pengukuran variabel pada saat itu juga atau satu saat tertentu

saja.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Pelabuhan Soekarno Hatta jalan

Nusantara Kota Makassar pada bulan Februari-April 2017.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian yang

memiliki karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Kota

Makassar yaitu sebanyak 350 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dengan

menggunakan suatu teknik pengambilan sampel. Sampel dalam

penelitian ini adalah tenaga kerja bongkar muat regu laut di


Pelabuhan
43

43
Soekarno Hatta Makassar. Besar sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus Lameshow:

Keterangan:

n = Besar sampel N = Besar populasi = 350 z

= Nilai standar distribusi normal = 95%

(1,96) p = Proporsi target populasi = 0,5 d

= Tingkat ketepatan yang digunakan yaitu 0,1

=
Nilai = 0,05 jadi

=1 0,025

= 0,975

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel dalam penelitian ini

sebagai berikut :

n = 75
Jadi, jumlah sampel penelitian sebanyak 75 orang

semuanya merupakan tenaga kerja bongkar muat di


44

Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Teknik pengambilan sampel

yaitu menggunakan accidental sampling yaitu teknik pengambilan

sampel secara aksidental dengan mengambil kasus atau responden

yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks

penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Untuk menghindari adanya drop out, maka besar sampel ditambahkan

10% dari total sampel yaitu menjadi 83 orang responden.

Pada penelitian yang dilakukan di Pelabuhan Soekarno Hatta

Makassar, didapatkan sampel sebanyak 78 orang responden.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

pengumpulan data secara primer dan data secara sekunder. Adapun

pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden atau pekerja. Adapun pengumpulan data primer diperoleh

melalui:

a. Data primer tentang umur pekerja diperoleh langsung dari

pekerjanya lewat wawancara dengan menggunakan kuesioner.

b. Data primer tentang masa kerja diperoleh langsung dari pekerjanya

lewat wawancara dengan menggunakan kuesioner


45

c. Data primer tentang berat beban diperoleh langsung dari

pekerjanya lewat wawancara dengan menggunakan kuesioner

d. Data mengenai sikap kerja diperoleh dengan perhitungan posisi

tubuh menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body

Assessment).

e. Data mengenai hasil pengukuran Musculokeletal Disorders

(MSDs) dapat diukur dengan menggunakan kuesioner Nordic Body

Map (NBM).

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder meliputi gambaran umum pekerjaan

tenaga kerja bongkar muat, data jumlah pekerja, data riwayat

pendidikan, dan lain-lain yang diperoleh dari Pelabuhan Soekarno

Hatta Makassar.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang

digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya yaitu:

1. Kuesioner karakteristik responden

Kuesioner identitas responden yang bersumber dari Muhas (2016)

adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan data primer berupa

nama, umur, masa kerja, berat beban dan keluhan MSDs pada tenaga

kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar.

2. Lembar penilaian Repaid Entire Body Assessment (REBA).


46

Dalam penggunaan lembar penilaian REBA, mula-mula setelah

proses kerja direkam dan diambil gambar dengan menggunakan

kamera digital dan sikap kerja yang telah ditentukan kemudian diukur

dengan menggunakan busur derajat untuk mengetahui sudut dan

menentukan besar posisi leher, punggung, kaki dan lengan. Kemudian

melakukan pengisian skor pada form REBA.

3. Kuesioner Nordic Body Map (NBM).

Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi yang di

check list dengan metode NBM, yaitu mendeteksi nyeri pada 28 daerah

musculoskeletal. Kuesioner NBM ini telah secara luas digunakan oleh

para ahli ergonomik untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada

sistem musculoskeletal, dikeluarkan oleh OSHA (Tarwaka, 2011).

4. Kamera dan Busur.

Kamera digunakan untuk merekam aktivitas buruh selama bekerja

dan untuk mengambil gambar postur kerja yang terbentuk. Busur

merupakan alat yang digunakan untuk mengukur sudut yang terbentuk

pada postur pekerja agar dapat diketahui klasifikasi atau kategorinya.

5. Alat Tulis

Alat tulis adalah alat untuk mencatat hasil dari pengukuran selama

penelitian.

F. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data
47

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS. Langkah

pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing, melakukan pemeriksaan terhadap data yang dikumpulkan,

memeriksa kelengkapan dan kesalahan dalam pengisisan.

b. Coding, setelah dilakukan editing, selanjutnya data diberi code

tertentu pada tiap-tiap data untuk mempermudah pengolahan data.

c. Entry data, dilakukan terlebih dahulu membuat entry data pada

program SPSS sesuai dengan variabel yang diteliti untuk

mempermudah proses analisis hasil penelitian, kemudian data yang

telah terkumpul dari hasil pengisian kuesioner data dimaksukkan

kedalam computer berdasarkan entry data yang dibuat sebelumnya.

d. Cleaning data, setelah dilakukan entry data, maka langkah

selanjutnya adalah cleaning data. Hal ini dimaksudkan karena pada

saat entry data peneliti mungkin melakukan kesalahan dalam

pengentrian data yang disebabkan oleh faktor kelelahan atau

kesalahan melihat dan membaca koding sehingga perlu dilakukan

cleaning data atau perbaikan sebelum dilakukan analisis data.

e. Skoring, setelah data diperbaiki dan dikoreksi

kesalahankesalahannya pada waktu pengisian, selanjutnya

diberikan skor untuk setiap variabel penelitian dengan tujuan

memudahkan mengidentifikasi variabel penelitian dan selanjutnya

dilakukan kategori berdasarkan rata-rata nilai tiap

variabel.
48

2. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi

untuk membahas hasil penelitian.

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan. Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan

umur, sikap kerja, masa kerja, berat beban dengan keluhan MSDs pada

tenaga kerja bongkar muat Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar

dengan menggunakan uji statistic X2 yaitu Chi Square.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar merupakan salah satu pelabuhan

pintu gerbang di Indonesia. Sebagai pelabuhan pintu gerbang, maka

Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar pun telah menjadi pusat kolektor dan

distributor berbagai barang dari dan ke kawasan timur Indonesia, khususnya

untuk Provinsi Sulawesi Selatan. Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar

disebut sebagai pelabuhan laut terbesar di kawasan timur Indonesia yang

terletak di selat Makassar, yang memegang peran utama dalam

pendistribusian barang yang telah dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat

petikemas dari dan ke kapal.

Bongkar muat barang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat yang

dikelola oleh koperasi tenaga kerja bongkar muat. Sesuai aturan yang

berlaku, seluruh perusahaan yang akan melakukan bongkar muat barang di

Pelabuhan Soekarno Hatta harus ditangani oleh para tenaga kerja bongkar

muat yang terdaftar di koperasi tenaga kerja bongkar muat. Barang yang

biasanya ditangani oleh tenaga kerja bongkar muat ini adalah semen, beras,

serta berbagai hasil bumi seperti coklat, jagung, cengkeh dan lain-lain.

Koperasi tenaga kerja bongkar muat membagi shift kerja menjadi tiga

shift yaitu shift 1 (08.00-16.00), shift 2 (16.00-24.00) dan shift 3

(24.00-
50

08.00) serta untuk menjaga para pekerjanya dari kecelakaan akibat kerja

50
koperasi tenaga kerja bongkar muat menyediakan alat pelindung diri (APD)

bagi para tenaga kerja bongkar muat, namun masih banyak pekerja yang

tidak memanfaatkan APD tersebut pada saat melakukan proses bongkar

muat barang.

Proses bongkar muat yang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat

dilakukan di dermaga. Barang yang akan di bongkar dari kapal biasanya

tenaga kerja bongkar muat masuk ke dalam palka kapal untuk mengangkat

barang kemudian disimpan dan diatur ke dalam kantong secara manual

handling, pada saat mengangkat barang ke dalam kantong posisi punggung

dan pinggang pekerja membungkuk, lutut tertekuk serta lengan yang

menjauhi tubuh dan pinggang memutar tetapi tetap dalam keadaan setengah

membungkuk untuk menyimpan barang ke dalam kantong. Posisi tersebut

dilakukan selama beberapa lama hingga kantong terisi penuh dan kemudian

diangkat oleh crane ke darat kemudian dibongkar lagi oleh tenaga kerja

bongkar muat yang berada didarat untuk kemudian diatur di atas truk. Posisi

pekerja didarat tidak jauh berbeda dengan yang diatas kapal, yaitu posisi

punggung dan pinggang membungkuk, lutut tertekuk, lengan menjauhi

tubuh serta pinggang memutar dalam keadaan setengah membungkuk untuk

mengambil barang dari kantong kemudian diatur diatas truk. Proses muat

barang dari darat ke atas kapal pun mempunyai proses kerja yang

sama dengan proses bongkar barang dari kapal ke darat. Proses

ini juga dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat secara


51

manual handling. Selama proses bongkar muat tersebut terdapat potensi

bahaya yaitu postur tubuh dari pekerja yang tidak ergonomis dapat memicu

munculnya pegal setelah bekerja yang apabila secara terus menerus

dipertahankan akan berujung pada keluhan musculoskeletal disorders.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

Proses pengumpulan data dimulai pada tanggal 1 Maret – 12 Maret 2018

terhadap 78 responden yang merupakan tenaga kerja bongkar muat di

Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar sebagai sampel yang diambil dengan

teknik random sampling. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara

langsung menggunakan kuesioner untuk mengetahui data umur pekerja,

masa kerja, berat beban, sikap kerja dengan menggunakan Rapid Entire

Body Assessment (REBA), kemudian untuk mengetahui keluhan

musculoskeletal disorders dengan menggunakan Nordic Body Map (NBM).

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program

SPSS komputer dan kemudian akan disajikan ke dalam bentuk tabel

frekuensi dan tabulasi silang (crosstab) sesuai dengan tujuan penelitian

yang telah diperoleh responden sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu

78 responden. Adapun hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan

narasi sebagai berikut.

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Umur tenaga kerja bongkar muat berkisar antara 22-67 tahun.


52

Gambaran responden berdasarkan umur adalah sebagai berikut.


Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok
Umur pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan
Soekarno Hatta Makassar Tahun 2018
Frekuensi
Umur (Tahun)
Jumlah (n) Persentase (%)
21-25 4 5.1
26-30 4 5.1
31-35 14 17.9
36-40 15 19.2
41-45 15 19.2
46-50 10 12.8
51-55 7 8.9
56-60 6 7.6
61-65 2 2.9
66-70 1 1.3
Total 78 100.0
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden

terbanyak terdapat pada kategori umur 36-40 dan 41-45 tahun

yaitu

masing-masing 15 responden (19,2%) sedangkan jumlah

responden paling sedikit terdapat pada kategori umur 66-70 tahun

yaitu 1 responden (1.3%).

b. Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir tenaga kerja bongkar muat terdiri dari SD

hingga SMA. Gambaran responden berdasarkan pendidikan

terakhir adalah sebagai berikut.


53

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir pada
Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Soekarno Hatta
Makassar Tahun 2018
Frekuensi (n) Persentase
Pendidikan Terakhir
(%)
SD 29 37.2
SMP 22 28.2
SMA 27 34.6
Total 78 100.0
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.2, pendidikan terakhir responden paling

banyak adalah SD sebanyak 29 orang (37,2%) dan paling sedikit

adalah SMP yaitu 22 orang (28,2%).

2. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk menganalisis setiap variabel secara

deskriptif. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik setiap

variabel. Adapun variabel terdiri dari variabel independen yaitu umur,

masa kerja, berat beban dan sikap kerja serta variabel dependen yaitu

keluhan musculoskeletal disorders.

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur,


Masa Kerja, Berat Beban dan Sikap Kerja pada Tenaga Kerja
Bongkar Muat Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun
2018
Variabel N %
Umur
Pekerja tua 45 57.7
Pekerja muda 33 42.3
54

Masa Kerja
Lama 63 80.8
Baru 15 19.2
Berat Beban
Berisiko 57 73.1
Tidak Berisiko 21 26.9
Sikap Kerja
Tidak Ergonomis 66 84.6
Ergonomis 21 15.4
Keluhan MSDs
Ada Keluhan 51 65.4
Tidak Ada 27 34.6
Keluhan
Sumber: Data primer, 2018

Umur dalam penelitian ini adalah lamanya pekerja hidup

(dalam satuan tahun) mulai sejak lahir sampai ulang tahun terakhir

pada saat penelitian berlangsung. Berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan bahwa pada penelitian ini kategori usia terbagi dua

yaitu pekerja tua apabila responden berusia ≥ 40 tahun dan pekerja

muda apabila responden berusia < 40 tahun dan responden paling

banyak berada pada kategori pekerja tua yaitu sebanyak 45 orang

(57,7%).

Masa kerja dalam penelitian ini adalah lamanya responden

bekerja sebagai tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno

Hatta Makassar hingga pada saat pengambilan data berlangsung.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan bahwa pada penelitian

ini masa kerja dikategorikan menjadi dua yaitu pekerja lama

apabila ≥ 5 tahun dan pekerja baru apabila < 5 tahun dan


55

responden paling banyak berada pada kategori masa kerja lama

yaitu sebanyak 63 orang (80,8%).

Berat beban adalah besarnya massa dari beban yang dibawa

oleh tenaga kerja bongkar muat selama perkerjaan berlangsung.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan berat beban di

kategorikan menjadi dua yaitu berisiko (≥40 Kg) dan tidak

berisiko (<40 Kg) dan responden sebagian besar berada pada

kategori berat beban yang berisiko yaitu sebanyak 57 orang

(73,1%).

Sikap kerja pada penelitian ini iaalah postur tubuh pekerja

pada saat bekerja. Sikap kerja dikategorikan menjadi dua

kelompok, yaitu sikap kerja ergonomis dan tidak ergonomis. Sikap

kerja ergonomis memiliki skor REBA berada pada level aksi 0, 1

dan 2 sedangkan sikap kerja tidak ergonomis memiliki skor REBA

berada pada level aksi 3 dan 4. Respondenpaling banyak berada

pada kategori sikap kerja yang tidak ergonomis yaitu sebanyak 66

orang (84,6%).

Keluhan musculoskeletal disorders dalam penelitian ini adalah

keluhan yang dirasakan oleh tenaga kerja bongkar muat. Keluhan

yang dirasakan berupa pegal, kesemutan, nyeri, mati rasa, kaku,

keram, gatal dan sakit selama 7 hari terakhir pada saat penelitian

dilakukan. Adapun responden sebagian besar merasakan keluhan

musculoskeletal disorders yaitu sebanyak 51 orang (65,4%).


56

Adapun distribusi responden berdasarkan jenis keluhan

musculoskeletal disorders dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan MSDs pada
Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Soekarno Hatta
Makassar Tahun 2018
Jenis Keluhan Frekuensi (n) Persen
(%)
Pegal 51 65.4
Kesemutan 22 28.2
Nyeri 46 59.0
Mati rasa 11 14.1
Kaku 17 21.8
Keram 39 50.0
Gatal 10 12.8
Sakit 33 42.3
Sumber: Data Primer, 2018

Dari 51 responden (65,4%) yang merasakan keluhan MSDs,

kemudian dihitung frekuensi keluhan otot dan tulang yang

dirasakan oleh setiap anggota tubuh responden. Pengumpulan data

frekuensi keluhan ini ditujukan hanya kepada responden yang

merasakan keluhan MSDs dengan menggunakan Nordic Body

Map. Keluhan yang dirasakan oleh para pekerja merupakan hasil

pengakuan dari pekerja berdasarkan hasil pertanyaan kuesioner

bukan berdasarkan hasil diagnosis maupun uji klinis.


57

Tangan Kanan 53 15 7 3 78 100


Paha Kiri 58 8 11 1 78 100
Paha Kanan 59 7 11 1 78 100
Lutut Kiri 64 6 7 1 78 100
Lutut Kanan 63 4 7 4 78 100
Betis Kiri 47 12 15 4 78 100
Betis Kanan 43 15 16 4 78 100
Pergelangan Kaki Kiri 64 9 3 2 78 100
Pergelangan Kaki Kanan 67 7 3 1 78 100
Kaki Kiri 57 15 6 0 78 100
Kaki Kanan 58 15 5 0 78 100

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan


Tingkat Kesakitan MSDs pada Tenaga Kerja
Bongkar Muat Pelabuhan Soekarno Hatta

Makassar Tahun 2018

Sumber: Data Primer, 2018

Keterangan:A = Tidak Sakit

B = Agak Sakit
58

C = Sakit

D = Sakit Sekali

Tabel 5.5 menunjukkan tingkat kesakitan keluhan yang

dirasakan oleh 51 responden (65,4%) di 27 bagian tubuh.

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bagian tubuh yang merasakan

tingkat kesakitan A (tidak sakit) paling banyak yaitu pergelangan

tangan kiri dan kanan sebanyak 68 responden sedangkan bagian

tubuh yang merasakan tingkat kesakitan A (tidak sakit) paling

sedikit yaitu pinggang sebanyak 27 responden. Bagian tubuh yang

merasakan tingkat kesakitan B (agak sakit) paling banyak yaitu

lengan atas kiri dan kanan sebanyak 16 responden sedangkan

bagian tubuh yang merasakan tingkat kesakitan B (agak sakit)

paling sedikit yaitu lutut kanan sebanyak 4 responden. Bagian

tubuh yang merasakan tingkat kesakitan C (sakit) paling banyak

yaitu punggung sebanyak 35 responden sedangkan bagian tubuh

yang merasakan tingkat kesakitan C (sakit) paling sedikit yaitu

siku kanan tidak yang ada merasakan sakit. Bagian tubuh yang

merasakan tingkat kesakitan D (sangat sakit) paling banyak yaitu

pinggang sebanyak 6 responden sedangkan bagian tubuh yang

merasakan tingkat kesakitan D (sangat sakit) paling sedikit yaitu

leher atas, leher bawah, kaki kiri dan kaki kanan tidak ada yang

merasakan sangat sakit


59

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan uji statistik yang digunakan untuk

melihat hubungan antara variabel independen yaitu umur, masa kerja,

berat beban dan sikap kerja dengan variabel dependen yaitu keluhan

musculoskeletal disorders. Adapun hasil analisis ini kemudian

disajikan dalam bentuk crosstab sebagai berikut.

a. Hubungan Umur dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

data mengenai umur dengan keluhan musculoskeletal disorders.

Berikut adalah hasil analisis hubungan umur dengan keluhan

musculoskeletal disorders dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 5.6 Hubungan Umur dengan Keluhan


Musculoskeletal Disorders pada Tenaga Kerja Bongkar
Muat Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun 2018
Keluhan Musculoskeletal
Disorders
Total Hasil Uji
Umur Ada Tidak Ada Keluhan Keluhan
Statistik
N % n % n %
Tua 37 82.2 8 17.8 45 100.0
p=0.001
Muda 14 42.2 19 57.6 33 100.0
Total 51 27 78 100.0
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 78 responden, tenaga kerja

bongkar muat yang mempunyai keluhan musculoskeletal disorders

dengan kategori umur tua (≥40 tahun) sebanyak 37 responden

(82,2%) dan kategori umur muda (<40 tahun) sebanyak 14


60

responden (42,2%) sedangkan responden yang tidak mempunyai

keluhan musculoskeletal disorders dengan kategori umur tua (≥40

tahun) sebanyak 8 responden (17,8%) dan kategori umur muda

(<40 tahun) sebanyak 19 responden (57,6%).


Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p = 0,001 (p<0,05), ini berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

Maka dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara umur

dengan keluhan musculoskeletal disorders pada tenaga kerja

bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun 2018.

b. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

data mengenai masa kerja dengan keluhan musculoskeletal

disorders. Berikut adalah hasil analisis hubungan masa kerja

dengan keluhan musculoskeletal disorders dapat dilihat dalam

tabel berikut ini:

Tabel 5.7 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan


Musculoskeletal Disorders pada Tenaga Kerja Bongkar Muat
Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun 2018
Keluhan Musculoskeletal
Disorders
Masa Total Hasil Uji
Ada Tidak Ada
Kerja Statistik
Keluhan Keluhan
N % n
11 % n
15 %
100.0
Lama 47 74.6 16 25.4 63
78 100.0
100.0
p=0.001
Baru 4 26.7 73.3
Total 51 27
Sumber: Data Primer, 2018
61

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

keluhan musculoskeletal disorders dengan kategori masa kerja

lama (≥ 5 tahun) sebanyak 47 responden (74,6%) dan dengan

kategori masa kerja baru (< 5 tahun) sebanyak 4 responden

(26,7%) sedangkan responden yang tidak mempunyai keluhan

musculoskeletal disorders dengan kategori masa kerja lama (≥ 5

tahun) sebanyak 16 responden (25,4%) dan dengan kategori masa

kerja baru (< 5 tahun) sebanyak 11 responden (73,3%).

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p = 0,001 (p<0,05), ini berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

Maka dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara masa

kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders pada tenaga kerja

bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun 2018.

c. Hubungan Berat Beban dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

data mengenai berat beban dengan keluhan musculoskeletal

disorders. Berikut adalah hasil analisis hubungan berat beban

dengan keluhan musculoskeletal disorders dapat dilihat dalam

tabel berikut ini

Tabel 5.8 Hubungan Berat Beban dengan Keluhan


Musculoskeletal Disorders pada Tenaga Kerja Bongkar Muat
Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun 2018
Keluhan Musculoskeletal
Disorders
Berat Total Hasil Uji
62

Ada Tidak Ada


Beban Statistik
Keluhan Keluhan
N % N % n %
Berisiko 42 73.3 15 26.3 57 100.0
Tidak p=0.023
9 42.9 12 57.1 21
Berisiko 100.0
Total 51 27 78 100.0
Sumber: Data Primer, 201 8

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

keluhan musculoskeletal disorders dengan kategori berat beban

berisiko (≥ 40 Kg) sebanyak 42 responden (73,3%) dan dengan

kategori berat beban tidak berisiko (< 40 Kg) sebanyak 9

responden (42,9%). responden yang tidak mempunyai keluhan

musculoskeletal disorders dengan kategori berat beban berisiko (≥

40 Kg) sebanyak 15 responden (26,3%) dan dengan katergori berat

beban tidak berisiko (< 40 Kg) sebanyak 12 responden (57,1%).

Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p = 0,023 (p<0,05), ini berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

Maka dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara berat

beban dengan keluhan musculoskeletal disorders pada tenaga kerja

bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun 2018.

d. Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

data mengenai berat beban dengan keluhan musculoskeletal

disorders. Berikut adalah hasil analisis hubungan berat beban

dengan keluhan musculoskeletal disorders dapat dilihat dalam


63

tabel berikut ini:


Tabel 5.9 Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorders pada Tenaga Kerja Bongkar
Muat Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun 2018
Keluhan Musculoskeletal
Disorders
Sikap Total Hasil Uji
Ada Tidak Ada
Kerja Statistik
Keluhan Keluhan
N % n % n %
Tidak
50 75.8 16 24.2 66 100.0
Ergonomis p=0.000
Ergonomis 1 8.3 11 91.7 12 100.0
Total 51 27 78 100.0
Sumber: Data Primer, 2018
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

keluhan musculoskeletal disorders dengan sikap kerja yang

ergonomis sebanyak 1 responden (8,3%) dan dengan sikap kerja

yang tidak ergonomis sebanyak 50 responden (75,8%) sedangkan,

responden yang tidak mempunyai keluhan musculoskeletal

disorders dengan sikap kerja yang ergonomis sebanyak 11

responden (91,7%) dan dengan sikap kerja yang tidak ergonomis

sebanyak 16 responden (24,2%).

Hasil analisis data menggunakan uji Fisher's Exact Test

diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05), ini berarti bahwa H0 ditolak dan

Ha diterima. Maka dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan

antara sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders pada

tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar

Tahun 2018.
64

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja,

berat beban dan sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders pada

tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun

2018. Adapun pembahasan dari hasil analisis data variabel-variabel

penelitian di narasikan sebagai berikut.

1. Keluhan Musculoskeletal Disorders

Keluhan MSDs pada tenaga kerja bongkar muat dalam penelitian

ini ditinjau dari adanya keluhan yang dirasakan oleh pekerja dan

bagian tubuh yang dirasakan keluhan berdasarkan kuesioner Nordic

Body Map (NBM). Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada

bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang dari mulai keluhan

ringan hingga keluhan yang terasa sangat sakit. Hal tersebut dapat

terjadi apabila otot secara terus menerus menerima beban statis dan

dalam jangka waktu yang lama, maka dapat menimbulkan keluhan

berupa kerusakan sendi, ligament dan tendon. Hal inilah yang

menyebabkan timbulnya rasa sakit atau nyeri, keluhan ini biasa

disebut dengan musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem

musculoskeletal (Humantech, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai keluhan musculoskeletal

disorders pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan

Soekarno Hatta Makassar didapatkan bahwa terdapat 51

responden (65,4%) yang mempunyai keluhan


65

musculoskeletal disorders dan 27 responden (36,4%) yang tidak

mempunyai keluhan musculoskeletal disorders. Diantara 51 responden

yang mempunyai keluhan musculoskeletal disorders semua

mengeluhkan merasakan keluhan pegal di beberapa bagian tubuhnya,

ada juga yang merasakan nyeri, keram dan sakit.

Bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan oleh para tenaga

kerja bongkar muat ialah pada bagian punggung dan pinggang,

dibeberapa bagian tubuh lainnya seperti lengan atas kanan dan kiri,

bahu kanan dan kiri, serta betis kanan dan kiri juga banyak yang

merasakan keluhan. Keluhan yang dirasakan oleh para tenaga kerja

bongkar muat ini biasanya muncul ketika setelah mereka melakukan

pekerjaannya dan akan terasa sampai beberapa hari kedepan. Untuk

mengatasi keluhan yang dirasakan para tenaga kerja bongkar muat

biasanya yang dilakukan adalah memijat, istirahat, dan meminum obat

atau suplemen.

Pada penelitian ini tenaga kerja bongkar muat yang mempunyai

keluhan musculoskeletal disorders paling banyak pada pekerja usia

tua. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan kemampuan kerja

otot semakin menurun terutama pada pekerjaan berat akan semakin

menurun. Pada umumnya diketahui bahwa beberapa kapasitas fisik

seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi menurun

sesudah usia 40 tahun (Suma’mur, 2009).


66

Masa kerja merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

penyakit akibat kerja termasuk keluhan musculoskeletal disorders.

Semakin lama masa kerja seseorang maka akan semakin lama juga

terkena paparan risiko ditempat kerja sehingga semakin tinggi pula

risiko terkena penyakit akibat kerja (Septiawan dalm Agung, 2017).

Selain itu, berat beban yang diangkat oleh para tenaga kerja bongkar

muat yang banyak melebihi dari aturan yang telah ditetapkan

merupakan salah satu pemicu timbulnya keluhan musculoskeletal

disorders karena melebihi dari kapasitas mengangkat beban untuk

lakilaki dewasa sebesar 15-20 kg (Depkes, 2009).

Sikap kerja sangat berkaitan erat dengan keluhan musculoskeletal

disorders. Hal ini dikarenakan apabila bekerja dengan sikap yang

salah maka akan meningkatkan energi yang dibutuhkan. Posisi kerja

yang kurang benar dapat menyebabkan perpindahan dari otot ke

jaringan rangka tidak efisien sehinga mudah mengalami kelelahan

dalam bekerja (Oktaria, 2015). Keluhan musculoskeletal disorders

yang terjadi pada pinggang atau biasa disebut low back pain dapat

muncul akibat postur kerja yang buruk seperti membungkuk dan

gerakan mengangkat berulang sehingga memaksa kerja otot atau sendi

tulang belakang dan akhirnya terjadi pembengkakan pada sendi

(NIOSH, 1997).

Jika keluhan musculoskeletal disorders dibiarkan secara

terus menerus maka bukan hanya pekerja yang akan


67

merasakan dampak negatif namun juga perusahaan karena akan

menurunkan tingkat produktivitas. Pencegahan terhadap keluhan

musculoskeletal disorders dapat dilakukan dengan cara memberikan

alat bantuan kepada tenaga kerja bongkar muat sehingga dapat

mengurangi beban kerja yang dirasakan oleh para tenaga kerja

bongkar muat.

2. Hubungan Umur dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders

Pada umumnya keluhan musculoskeletal disorders mulai dirasakan

pada umur 30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke

atas. Hal ini disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan

dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan

musculoskeletal disorders akan meningkat pula (Suma’mur, 1989).

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang

dan keadaan ini mulai terjadi degenerasi berupa kerusakan jaringan,

penggantian jaringan menjadi parut, pengurangan cairan. Hal tersebut

menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang,

sehingga semakin tua seseorang maka semakin tinggi risiko orang

tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi

pemicu tumbulnya gejala musculoskeletal disorders.

Hasil analisis hubungan antara faktor umur dengan keluhan

musculoskeletal disorders pada tenaga kerja bongkar muat di

Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar menyebutkan bahwa

pekerja yang mempunyai keluhan musculoskeletal


68

disorders paling banyak berada pada kelompok usia tua (≥ 40 tahun)

yaitu sebanyak 37 responden (82,2%) dan pada kelompok usia muda

(<40 tahun) yaitu sebanyak 14 responden (42,2%). Dari hasil ini

kemudian dapat diketahui bahwa keluhan MSDs akan meningkat

secara linear sesuai dengan

bertambahnya usia.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

ditemukan lebih banyak jumlah pekerja tua (≥ 40 tahun) dibandingkan

dengan jumlah pekerja muda (<40 tahun). Hal ini dikarenakan tidak

ada batasan umur bagi para tenaga kerja bongkar muat untuk berhenti

bekerja. Sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tua

umur seseorang maka kekuatan ototnya pun akan semakin menurun,

hal tersebut sesuai dengan yang ditemukan di lokasi penelitian, yaitu

banyak pekerja tua yang mengalami musculoskeletal disorders, hal ini

karena banyak pekerja tua yang masih mengangkat barang yang

melampaui kapasitas tubuhnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Cindyastira (2014) mengenai keluhan musculoskeletal disorders pada

tenaga kerja unit produksi paving block CV. Sumber Galian Makassar,

menunjukkan bahwa pekerja dengan kategori umur tua terdapat 86,4%

yang memiliki keluhan musculoskeletal dan tidak ada

keluhan sebanyak 13,6% sedangkan kategori umur muda

terdapat 38,9% memiliki keluhan musculoskeletal dan


69

sebanyak 61,1% yang tidak memiliki keluhan musculoskeletal. Dari

hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan

keluhan musculoskeletal.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Paulina (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan keluhan musculoskeletal disorders pada

pekerja wanita kerajinan batik tulis Dusun Karang Kulon. Penelitian

ini menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai keluhan

musculoskeletal disorders paling banyak berada pada kelompok umur

41-45 tahun sebanyak 23 responden (23,6%) dan paling sedikit pada

kelompok umur 51-55 tahun yaitu sebanyak 3 responden (5,5%).

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa setiap jenis

pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan fisik dan kapasitas

pekerja. Pekerja yang berumur tua lebih mudah mengalami keluhan

musculoskeletal disorders karena perubahan akan terjadi pada tubuh

manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia termasuk sistem

musculoskeletal dan jaringan lainnya yang ada kaitannya dengan

kemungkinan timbulnya musculoskeletal disorders. Adanya gangguan

pada sistem musculoskeletal dapat mengakibatkan perubahan otot

sehingga funsginya dapat menurun. Tidak menutup kemungkinan

pekerja yang berusia muda dapat berpotensi mengalami keluhan

musculoskeletal disorders jika faktor lain seperti sikap

kerja yang tidak ergonomis pada saat bekerja.


70

3. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders

Keluhan musculoskeletal disorders bersifat akumulatif seiring

dengan masa kerja. Masa kerja pada penelitian ini adalah keseluruhan

masa kerja pekerja dimulai dari awal bekerja sebagai tenaga kerja

bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar hingga saat

dilakukannya penelitian. Masa kerja yang lama dapat berpengaruh

terhadap nyeri leher karena merupakan akumulasi pembebanan pada

otot leher akibat aktivitas mengangkat dan mengangkut sehari-hari.

Masa kerja merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi

seseorang mempunyai risiko terkena musculoskeletal disorders

terutama pada pekerja yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.

Dikarenakan masa kerja mempunyai hubungan dengan keluhan otot.

Semakin lama waktu seseorang untuk bekerja maka seseorang tersebut

semakin besar risiko untuk mengalami musculoskeletal disorders

(Budiono, 2003).

Masa kerja pada penelitian ini dikelompokkan ke dalam 2 kategori

yaitu masa kerja lama apabila pekerja telah bekerja selama ≥ 5 tahun

dan masa kerja baru apabila pekerja telah bekerja selama < 5 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 78 responden diperoleh

sebagian besar responden masa kerjanya lama yaitu sebanyak 63

responden (80,8%) sedangkan responden yang masa kerjanya baru

sebanyak 15 responden (19,2%).


71

Berdasarkan hasil analisis bivariat antara masa kerja dengan

keluhan musculoskeletal disorders, pekerja yang mempunyai keluhan

musculoskeletal disorders dengan kategori masa kerja lama sebanyak

47 responden (74,6%) dan kategori sebanyak 4 responden (26,7%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa

kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders pada tenaga kerja

bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Dari hasil ini

dapat diketahui bahwa semakin lama masa kerja seseorang bekerja

maka semakin besar pula tingkat keluhan musculoskeletal disorders

yang dialaminya.

Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan pada saat penelitian

ditemukan banyak pekerja yang telah bekerja selama puluhan tahun.

Rata-rata masa kerja dari para pekerja bongkar muat sekitar kurang

lebih 15 tahun. Masa kerja dari responden yang paling lama ialah 40

tahun dan yang paling baru ialah 1 tahun. Kemudian setelah

melakukan wawancara dengan beberapa pekerja, banyak dari mereka

yang telah bekerja lama merasakan keluhan musculoskeletal disorders

dibandingkan dengan pekerja yang baru beberapa tahun bekerja

sebagai tenaga kerja bongkar muat. Hal ini dikarenakan para tenaga

kerja bongkar muat dengan masa kerja yang sudah lama lebih lama

terpapar dengan kondisi pekerjaan yang berat di tempat kerja

dibandingkan dengan para tenaga kerja bongkar muat

dengan masa kerja yang masih baru.


72

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan

oleh Rahman (2017) mengenai analisis postur kerja dan faktor yang

berhubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja

beton sektor informal di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu

Kabupaten Gowa Tahun 2017 yang menyatakan bahwa sebanyak 25

responden (56,8%) dengan masa kerja ≥ 2 tahun yang mengalami

keluhan sedang, 7 responden (15,9%) mengalami keluhan ringan. Dari

hasil uji statistic Chi-square diperoleh nilai p=0,021 yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan

musculoskeletal disorders.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sari (2017) mengenai hubungan antara umur dan masa kerja

dengan keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja laundry yang

menyatakan bahwa dari 30 responden yang memiliki masa kerja tidak

berisiko (<5 tahun) ada 18 responden (51,5%) yang mengalami

musculoskeletal disorders. Artinya, proporsi musculoskeletal

disorders pada responden yang memeiliki masa kerja berisiko lebih

kecil daripada proporsi musculoskeletal disorders pada responden

yang memiliki masa kerja tidak berisiko. Nilai p=0,630 > α= 0,05

yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan

keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja laundry di jalan Prof.

Dr. Soepomo Janturan Yogyakarta.

4. Hubungan Berat Beban dengan Keluhan


Musculoskeletal
73

Disorders

Setiap manusia memiliki kemampuan mengangkat beban yang

berbeda-beda tergantung dari kondisi masing-masing. Kondisi

demikian menggambarkan tidak adanya keserasian antara ukuran

sarana kerja sehingga terjadi pembebanan setempat yang berlebihan di

daerah musculoskeletal (Budiono, 2003).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tenaga kerja bongkar

muat yang mempunyai keluhan musculoskeletal disorders dengan

berat beban berisiko (≥ 40 kg) sebanyak 42 responden (73,3%)

sedangkan dengan berat bebat tidak berisiko sebanyak 9 responden

(42,9%). Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara

berat beban dengan keluhan musculoskeletal disorders pada tenaga

kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun

2018.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti berat

beban barang yang diangkat oleh para tenaga kerja bongkar muat

beragam dikarenakan jenis barang yang beragam pula. Barang yang

biasanya diangkat oleh tenaga kerja bongkar muat berupa beras (10-20

Kg), semen (40–50 Kg) dan hasil bumi (60-100 Kg). Barang-barang

tersebut biasanya masih diangkut dari atas truk ke kantong dan

kemudian dari kantong diatur kembali di palka secara manual

handling. Berat beban tersebut tidak sesuai dengan

kapasitas tubuh para tenaga kerja bongkar muat dan juga


74

tidak sesuai dengan berat beban yang dianjurkan oleh Departemen

Kesehatan yaitu 15-25 kg, karena apabila otot terus menerus

dibebankan berat beban yang statis dan melebihi kapasitas maka dapat

memicu timbulnya keluhan musculoskeletal disorders.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widyastuti (2009) yang menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara berat beban dengan keluhan musculoskeletal pada

buruh angkut sayur di jalan Pedamaran Pasar Johar Semarang ditinjau

berdasarkan hasil analisis menggunakan pearson correlation di

peroleh nilai p=0,00 < α=0,05 yang mengatakan bahwa keluhan

musculoskeletal akibat peregangan otot yang berlebihan sering

dikeluhkan oleh pekerja dinamakan aktivitas kerja menurut

pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat,

mendorong, menarik dan menahan beban yang berat.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Neila, dkk (2016) mengenai hubungan beban angkuut, posisi

angkut, masa kerja dan umur dengan keluhan musculoskeletal

disorders pada pekerja bongkar muat di Pelabuhan Muara Padang

yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara beban angkut

dengan keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja bongkar muat

di Pelabuhan Muara Padang tahun 2015 dengan p=0,001. Hasil ini

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin berat

atau semakin bertambahnya beban maka akan semakin


75

mengakibatkan nyeri pada otot khususnya pada bagian punggung

bawah.

Sesuai dengan pernyataan Peter Vi dalam Tarwaka (2004) yang

menyatakan bahwa keluhan musculoskeletal akibat peregangan otot

yang berlebihan sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitasnya

mengangkat, mendorong, menarik dan menahan berat.

5. Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders

Sikap kerja dalam penelitian ini adalah posisi tubuh (kepala,

badan, lengan, pergelangan tangan dan kaki) saat pekerja melakukan

aktivitas bongkar muat barang. Salah satu faktor penyebab terjadinya

keluhan musculoskeletal disorders adalah sikap kerja yang tidak

alamiah. Menurut Grandjean (1993) sikap kerja yang tidak alamiah

adalah sikap kerja yang menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi

posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat

gravitasi, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya keluhan

otot skeletal. Sikap kerja yang tidak alamiah biasanya terjadi akibat

ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan pekerja dalam

melakukan pekerjaannya.

Pedoman penilaian sikap kerja dalam penelitian ini diambil

menggunakan alat ukur Rapid Entire Body Assessment

(REBA). Sikap kerja dalam penelitian ini dikelompokkan

menjadi 2 kategori yaitu ergonomis dan tidak ergonomis.


76

Sikap kerja yang ergonomis jika hasil kalkulasi lembar penilaian

REBA berada pada level aksi 0,1 dan2, sedangkan sikap kerja yang

tidak ergonomis jika hasil kalkulasi lembar penilaian REBA berada

pada level aksi 3 dan 4.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai

keluhan musculoskeletal disorders dengan sikap kerja yang ergonomis

sebanyak 1 responden (8,3%) sedangkan dengan sikap kerja yang

tidak ergonomis sebanyak 50 responden (75,8%). Dari hasil uji

statistik didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara sikap kerja

dengan keluhan musculoskeletal disorders. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dapat disimbulkan bahwa, sikap kerja memiliki

hubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders karena sikap

kerja dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan kelelahan jika

dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. Kemudian sikap kerja

yang salah, canggung dan diluar dari kebiasaan akan menambah risiko

cidera pada bagian sistem musculoskeletal serta pekerjaan yang

dilakukan dengan gerakan berulang dan terus menerus juga

berpengaruh pada keluhan musculoskeletal disorders.

Pekerja yang merasakan keluhan musculoskeletal disorders

kemudian dihitung frekuensi keluhan otot dan tulang yang dirasakan

oleh tiap anggota tubuh responden yang mempunyai keluhan

musculoskeletal disorders menggunakan Nordic Body Map

(NBM). Bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan oleh


77

pekerja ialah punggung, pinggang, lengan serta bahu. Hal ini

dikarenakan posisi kerja para tenaga kerja bongkar muat pada saat

melakukan bongkar muat barang tidak ergonomis seperti posisi leher

yang menekuk sekitar 200, posisi punggung dan pinggang

membungkuk 800, posisi bertumpu pada kedua kaki namun lutut

sedikit menekuk, serta posisi lengan yang menjauhi tubuh 45 0 dan siku

menekuk sekitar 200-450 untuk mengambil barang kemudian memutar

untuk disimpan didalam kantong dan pada saat menyusun barang

dalam palka juga posisi punggung dan pinggang sering membungkuk

untuk mengatur barang. Posisi tersebut dilakukan selama 8 jam dengan

waktu istirahat 1 jam didalamnya. Namun, ada juga beberapa pekerja

yang melakukan pekerjaanya dengan sikap yang ergonomis seperti

bertumpu pada kedua kaki serta posisi punggung dan pinggang lurus.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Winarto (2016) yang menyatakan bahwa dari 40 responden yang

memiliki postur kerja berisiko terdapat 32 responden (80,0%)

mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Hasil analisis data uji

Fisher's Exact Test menunjukkan nilai p=0,003 (p<0,005) ini berarti

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat diinterpretasikan bahwa ada

hubungan postur kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders pada

pekerja pabrik tahu Kelurahan Bara-Baraya Timur Kecamatan

Makassar Kota Makassar Tahun 2016.


78

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hasrianti (2016) tentang hubungan postur kerja dengan keluhan

musculoskeletal pada pekerja di PT. Maruki Internasional Indonesia

Makassar yang menyatakan bahwa responden dengan kategori postur

kerja yang berisiko sedang lebih dominan mengalami keluhan

musculoskeletal yang ringan yakni sebanyak 19 orang (55,9%). Hasil

uji statistic diperoleh p=0,940 > p=0,05 maka tidak terdapat hubungan

antara postur kerja dengan keluhan musculoskeletal pada pekerja di

factory 3 bagian produksi PT. Maruki Internasional Indonesia,

Makassar.

Risiko postur kerja dapat dikurangi dengan beberapa langkah.

Salah satunya dengan cara memberikan informasi kepada para tenaga

kerja bongkar muat mengenai cara mengangkat, mendorong, berdiri

dan memegang yang ergonomis, sehingga mengurangi terbentuknya

postur janggal. Selain itu, tenaga kerja bongkar muat dapat melakukan

stretching sebelum dan sesudah bekerja ntuk meregangkan otot yang

tegang.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan terdapat

beberapa kekurangan baik dalam metode maupun pembahasan hasil

penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Data keluhan musculoskeletal disorders hanya berdasarkan

keluhan yang dirasakan oleh responden, tanpa didukung


79

oleh data medis yang dapat memastikan bahwa responden benar

menderita musculoskeletal disorders.

2. Pengambilan gambar responden saat bekerja yang digunakan untuk

metode REBA tidak dari segala arah tapi hanya yang memungkinkan

saja, dikarenakan peneliti tidak diperbolehkan mendekati responden

pada saat bekerja sehingga untuk hasil pengukuran yang didapatkan

kemungkinan kurang akurat. Namun, hal tersebut tidak mengurangi

esensi penilaian metode REBA karena sikap kerja responden masih

dapat dinilai dari sisi yang dapat terlihat ketika melakukan penelitian.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis variabel yang diteliti tentang

faktor yang berhubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders pada

tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun

2018, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara umur dan keluhan musculoskeletal disorders

pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta

Makassar Tahun 2018.

2. Ada hubungan antara masa kerja dan keluhan musculoskeletal

disorders pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno

Hatta Makassar Tahun 2018.

3. Ada hubungan antara berat beban dan keluhan musculoskeletal

disorders pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno

Hatta Makassar Tahun 2018.

4. Ada hubungan antara sikap kerja dan keluhan musculoskeletal

disorders pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno

Hatta Makassar Tahun 2018.

81
82
B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan agar menyesuaikan pekerjaan dengan kapasitas fisik dari

setiap pekerja dan melakukan safety briefing kepada para pekerja

sebelum memulai pekerjaannya mengenai teknik angkat angkut barang

yang benar sehingga dapat meminimalkan risiko mengalami keluhan

musculoskeletal disorders yang dilakukan oleh bagian Safety Officer.

2. Pekerja agar menggunakan waktu istirahat sebaik mungkin pada saat

diluar jam kerja serta melakukan stretching untuk meregangkan otot

yang tegang.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, dkk. 2017. Hubungan Masa Kerja, Sikap Kerja Dan Indeks Massa Tubuh
Dengan Kejadian Low Back Pain Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat.
Universitas Muhammadiyah Semarang: Semarang.

Ahmad, dkk. 2014. Hubungan Posisi Duduk dengan Nyeri Punggung Bawah Pada
Penjahit Vermak Levis di Pasar Tanah Pasir Kelurahan Penjaringan Jakarta
Utara Tahun 2014. Universitas Esa Unggul: Jakarta.

Anies, 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo

Budiono, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamtan Kerja. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Budiono, S. A. 2004. Manajemen Risiko Dalam Hiperkes dan Keselamatan Kerja


Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua. Universitas Diponegoro:
Semarang.

Bukhori, E. 2010.“Hubungan Faktor Resiko Pekerjaan Dengan Terjadinya


Keluhan Musculosketal Disorder (MSDs) Pada Tukang Angkut Beban
Penambang Emas Di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak”.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Cindyastira, D. 2010. Hubungan Intensitas Getaran dengan Keluhan


Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Tenaga Kerja Unit Produksi
Paving Block CV. Sumber Galian Makassar Tahun 2014. Skripsi. Makassar:
Universitas Hasanuddin Makassar.

Cohen, et al. 1997. Element of Ergonomic Programs. A Primer Based On


Workplace Evaluation of Musculoskeletal Disorders. America : U.S
Departement of Health and Human Services. NIOSH.

Croasmun, J. 2003. Reported between Smoking and MSDs. Annals of Rheumatic


Diseases. Reuters.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Indonesia


2008. Jakarta: Depkes RI.

Firdaus, O. 2011. Analisis Pengukuran RULa dan REBA Petugas Pada


Pengangkatan Barang di Gudang dengan Menggunakan Software
Ergointelligence (Studi Kasus: Petugas Pembawa Barang di Toko Dewi
Bandung). Universitas Widyatama: Bandung.

Grandjean, E. 1993. 4th edition. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis.
Inc: London.
Handayani, W. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja di bagian
Polishing PT Surya
Toto Indonesia Tbk Tangerang. [Skripsi Ilmiah]. Jurusan
Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasrianti, Y. 2016. Hubungan Postur Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorders pada Pekerja di PT. Maruki International Indonesia Makassar.
Makassar: Unversitas Hasanuddin.

Humantech. 2003. Applied Ergonomics Training Manual. Humantech Inc :


Berkeley Australia.

Kantana, T. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain


pada Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT. Enseval Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Karuniasih. 2009. Tinjauan Faktor Risiko dan Keluhan Subjektif Terhadap


Timbulnya Muskuloskeletal Disorders pada Pengemudi Travel X Trans
Tujuan Jakarta-Bandung Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI.

Kroemer, K.H.E., Kroemer, H.B., and Kroemer-Elbert, K.E., 2001, “Ergonomics:


How to Design for Ease & Efficiency”, Prentice-Hall Inc., New Jersey.

Kuorinka I., 1997, Tools and Means of Implementing Participatory Ergonomics,


International Journal of Industrial Ergonomics 19(4):267-270.

Maijunidah, E. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Muskuloskeletal


Disorder (MSDs) pada Pekerja Assembing PT X Bogor Tahun 2010.
Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Muhas, Iin M. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan


Musculoskeletal Disorders pada buruh angkut di Pelabuhan SoekarnoHatta
Makassar Tahun 2016.Skripsi.Makassar: Uiversitas Hasanuddin.

Nasry, N.N. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Neila, dkk.2016. Hubungan Bebang Angkut, Posisi Angkut, Masa Kerja dan
Umur dengan Keluhan Musculoskeletal pada Pekerja Bongkar Muat di
Pelabuhan Muara Padang. Journal Endurance 1(2) June 2016 (63-74).
Bukittinggi: Stikes Fort De Kock.
NIOSH.1997.Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors: A Critical
Reviewof Epidemiologic Evidence for Work Related Musculoskeletal
Disorders.NIOSH: Centers for Disease Control and Prevention.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhikmah. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Musculoskeletal


Disorders (MSDs) Pada Pekerja Furnitur Di Kecamatan Benda
Kota Tangerang

Nurmianto, E. 2008. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi


Kedua. Guna Widya: Surabaya.

Nursatya, M. 2008. Resiko Musculoskeletal Disorders. Fakultas


Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia.
Nurwahyuni. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah pada Pekerja Bongkar Muat Barang Pelabuhan Nusantara Kota
Pare-Pare tahun 2012. Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin
Makassar.

Oborne, D. 1995. Ergonomic at Work: Human Factors in Design and


Development. England: John Wiley and Sons Ltd.

Octarisya, M. 2009. Tinjauan Faktor Resiko Ergonomis. Jakarta: Universitas


Indonesia

Oktaria, S. 2015. Posisi Duduk Yang Sehat dan Benar Saat Bekerja (Online).
(http://www.klikdokter.com) diakses 14 Januari 2018.

OSHA. 2000. Ergonomic: The Study of work. US Departement of Labor


Occupational Safety and Health Administration. OSHA 3125.

Paulina, dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal


Disorders pada Pekerja Wanita Kerajinan Batik Tulis Dusun Karang Kulon
Desa Wukirsari Kecamatan Imogir Kabupaten Bantul. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Vol. 07 No.2/2014. Depok: STIKES Wira Husada.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 35 KM tahun 2007 Tentang Perhitungan


Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang Dari dan Ke Kapal di Pelabuhan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No Per-01/MEN/1981


tertanggal 4 April 1981 tentang Kewajiban melaporkan penyakit akibat
kerja.

Pratiwi, dkk. 2009. Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri
Punggung Bawah pada Penjual Jamu Gendong. Jurnal promosi kesehatan
Indonesia. Volume 4. Nomor:1. Januari 2009. Hal 63-66. Universitas
Diponegoro: Semarang.

Rahman, A. 2017. Analisis Postur Kerja dan Faktor yang Berhubungan dengan
Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Beton Sektor Informal di
Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2017.
Skripsi. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Randang, M.J. 2017. Hubungan Antara Umur, Masa Kerja dan Lama Kerja
dengan Keluhan Muculoskeletal pada Nelayan di Desa Talikuran
Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Republik, Indonesia. 2003. Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan. Depnaker RI: Jakarta.

Rotulung, T.O. 20105. Hubungan Antara Masa Kerja dan Sikap Kerja
dengan Keluhan Musculoskeletal pada Petani di Desa
Tolombukan Barat Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa
Tenggara. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Prestasi Pustaka
Publisher :Jakarta.

Sari, E.N. 2017. Hubungan Antara Umur dan Masa Kerja dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Laundry.Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan

Sultan, B.H. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Muskuloskeletal


pada Cleaning Service di RSUP. dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Makassar: Universitas Hasanuddin.

Suma’mur. 1982. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Gunung Agung.
Jakarta.

Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Gunung Agung,,
Jakarta.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). CV.


Sagung Seto: Jakarta.

Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. Hal. 35; 97101;
Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri, Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka. 2013. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press

Widyastuti. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal


pada Buruh Angkut Sayur di Jalan Pedamaran Pasar Johar. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Winarto, V.T. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal


Disorders (MSDs) pada Pekerja Pabrik Tahu Kelurahan Bara-Baraya Timur
Kecamatan Makassar Kota Makassar Tahun 2016. Skripsi. Makassar:
Universitas Hasanuddin.

Wulandari. 2016. Hubungan Sikap Kerja Duduk dan Masa Kerja dengan Keluhan
Low Back Pain Bagian Administrasi PT. Telkom Solo. Universitas Negeri
Surakarta: Surakarta.

Zulfikar, M.T. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan


Muskuloskeletal disorders pada welder dibagian Fabrikasi PT
CATERPILLAR INDONESIA. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
LAMPIRAN
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Hari/Tanggal :
No. Responden :
Saya adalah mahasiswi Program Studi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat jurusan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Saat ini saya sedang melakukan penelitian
yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal
Disorders pada Pekerja Bongkar Muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Data dalam kuesioner ini akan dijaga kerahasiannya
dan hanya akan digunakan dalam penelitian ini, Atas bantuan dan kerjasama anda,
saya ucapkan terima kasih

(Asti Hardianti Azis)

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Tanggal lahir :
3. Umur :
4. Alamat :
5. No. Hp :
6. Riwayat Pendidikan :
B. Masa Kerja
Berapa tahun anda telah bekerja di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar
sebagai tenaga kerja bongkar muat?
= ……………….
C. Beban Kerja
Berapa rata-rata berat barang yang anda bawa dalam satu kali angkut ?
= ……………….
D. Sikap Kerja
(Lampiran pengukuran REBA)
E. Keluhan MSDs
1. Apakah selama 7 hari terakhir anda pernah mengalami gejala seperti
dibawah ini pada bagian anggota tubuh anda: a. Pegal
b. Kesemutan
c. Nyeri
d. Mati rasa
e. Kaku
f. Keram
g. Gatal
h. Sakit
2. Sebutkan bagian apa saja?
(Lampiran Nordic Body Map)

3. Apa yang anda biasa lakukan untuk menghilangkan keluhan tersebut?


a. Dipijat
b. Istirahat
c. Senam atau Peregangan
d. Minum Suplemen
e. Periksa ke Dokter
f. Lainnya, _________________

Lampiran Nordic Body Map


Berikan tanda (✓) pada bagian tubuh yang sudah diberikan nomor
denganketentuan :
1. Tidak Sakit (pilih A)
2. Agak Sakit (pilih B),
3. Sakit (pilih C)
4. Sangat Sakit (pilih D)
Lampiran Pengukuran REBA
Lampiran 2

Master Tabel
Nama Umur Pend. Terakhir Masa Kerja Berat Sikap Keluhan MSDs
Beban Kerja
Rasman 37 SMP 15 100 2 Ada Keluhan
Ismail 39 SMP 4 20 2 Tidak Ada Keluhan
Asdar 32 SD 3 50 2 Tidak Ada Keluhan
Herul 36 SD 25 20 2 Tidak Ada Keluhan
Hasan 46 SD 30 50 2 Tidak Ada Keluhan
Basri 36 SD 30 20 2 Tidak Ada Keluhan
Suherman 55 SMP 10 20 2 Tidak Ada Keluhan
Fadli D 33 SMA 18 20 2 Tidak Ada Keluhan
H. Sakka 57 SMP 20 50 2 Tidak Ada Keluhan
Darmawan 25 SMA 1 20 2 Tidak Ada Keluhan
Rahman 43 SMA 20 50 2 Tidak Ada Keluhan
Nasir 38 SMP 20 20 2 Tidak Ada Keluhan
Sapri 44 SMA 27 50 3 Tidak Ada Keluhan
M. Ansar 34 SD 10 50 3 Ada Keluhan
Bakri 25 SMP 4 20 3 Tidak Ada Keluhan
M. Yahya 29 SMA 20 50 3 Ada Keluhan
Mustafa 49 SD 21 40 3 Ada Keluhan
Saleh 40 SMP 10 40 3 Ada Keluhan
M. Rahim 39 SMP 29 20 3 Tidak Ada Keluhan
Basri Ab 34 SMA 19 20 3 Tidak Ada Keluhan
Bundu 52 SD 25 50 3 Tidak Ada Keluhan
Abd.Azis 38 SMA 10 20 3 Tidak Ada Keluhan
Fandi 42 SMA 20 20 3 Tidak Ada Keluhan
Syakir 49 SMA 25 50 3 Ada Keluhan
Haris 45 SMP 25 50 3 Ada Keluhan
Colleng 55 SMP 30 50 3 Ada Keluhan
Colesese 62 SMP 30 50 3 Ada Keluhan
Hamsah 65 SD 35 50 3 Ada Keluhan
Ansar 44 SD 20 50 3 Ada Keluhan
Budi 43 SMA 4 50 3 Tidak Ada Keluhan
Hermin 27 SMP 4 50 3 Tidak Ada Keluhan
Amir 43 SMA 23 50 3 Ada Keluhan
Muha 44 SD 10 50 3 Ada Keluhan
Ramli 45 SMP 20 20 3 Ada Keluhan

45 SD 20 50 3 Ada Keluhan
Ngoyo
Abd.Rauf 54 SMA 35 50 3 Ada Keluhan
Isbar 34 SMP 18 20 3 Ada Keluhan
Aspar 34 SD 10 50 3 Ada Keluhan
Asdar 41 SMA 10 50 3 Ada Keluhan
Nurdin 56 SMA 39 50 3 Ada Keluhan
Saparudi 53 SMA 38 50 3 Ada Keluhan
Yusran 40 SMP 25 50 3 Ada Keluhan
Majid 45 SD 25 50 3 Ada Keluhan
Yanto 29 SMP 4 10 3 Tidak Ada Keluhan
Jumadil 35 SMP 2 40 3 Tidak Ada Keluhan
Tajrin 23 SMA 1 40 3 Tidak Ada Keluhan
Fahmi 47 SMA 13 20 3 Ada Keluhan
Rahman 40 SD 24 20 3 Ada Keluhan
Ismail 54 SMA 28 20 3 Ada Keluhan
Leo 47 SMA 15 20 3 Ada Keluhan
Ibrahim 38 SMA 10 20 3 Ada Keluhan
Arsyad 47 SMP 26 50 3 Ada Keluhan
Taufik 43 SMA 10 20 3 Ada Keluhan
Abdullah 48 SD 36 40 3 Ada Keluhan
Beta 58 SD 20 50 3 Ada Keluhan
Guntur 56 SD 35 50 3 Ada Keluhan
Mindong 67 SD 38 50 3 Ada Keluhan
Khaerudi 47 SMP 30 50 3 Ada Keluhan
Karim 56 SD 40 50 3 Ada Keluhan
Sangkala 59 SD 43 50 3 Ada Keluhan
Sapri 31 SMP 4 50 3 Tidak Ada Keluhan
Sahrir 32 SMP 4 50 3 Tidak Ada Keluhan
Baso K 54 SMA 20 50 3 Ada Keluhan
Arifuddi 50 SMA 32 100 4 Ada Keluhan
Makmur 36 SD 20 50 4 Tidak Ada Keluhan
Buyung 31 SD 10 50 4 Tidak Ada Keluhan
Ansar 33 SMA 18 50 4 Ada Keluhan
Buhari 45 SD 15 50 4 Ada Keluhan
Alimudin 32 SMA 3 50 4 Ada Keluhan
Rahmat 41 SD 2 50 4 Ada Keluhan
Nasir 33 SD 4 50 4 Ada Keluhan
Sadi 46 SD 10 50 4 Ada Keluhan
Ilyas 38 SMA 10 50 4 Ada Keluhan
Ardiadi 39 SMP 10 50 4 Ada Keluhan

40 SD 10 50 4 Ada Keluhan
Saripudi
Gaffar 33 SD 10 50 4 Ada Keluhan
Syahrul 30 SMA 10 40 4 Ada Keluhan
Ahmad 22 SD 4 40 4 Ada Keluhan
Lampiran 3

HASIL ANALISIS PENELITIAN

A. Analisis Univariat

Kategori Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tua 45 57.7 57.7 57.7

Muda 33 42.3 42.3 100.0

Total 78 100.0 100.0

Kategori Masa Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lama 63 80.8 80.8 80.8

Baru 15 19.2 19.2 100.0

Total 78 100.0 100.0

Kategori Berat Beban

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Berisiko 57 73.1 73.1 73.1

Tidak Berisiko 21 26.9 26.9 100.0

Total 78 100.0 100.0

Kategori Sikap Kerja


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
12 15.4 15.4 15.4
Ergonomis
66 84.6 84.6 100.0
Valid Tidak Ergonomis

Total 78 100.0 100.0

Kategori Keluhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Ada Keluhan 27 34.6 34.6 34.6

Ada Keluhan 51 65.4 65.4 100.0

Total 78 100.0 100.0

Keluhan pegal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 27 34.6 34.6 34.6

Ya 51 65.4 65.4 100.0

Total 78 100.0 100.0

Keluhan kesemutan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 56 71.8 71.8 71.8

Ya 22 28.2 28.2 100.0

Total 78 100.0 100.0

Keluhan nyeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 32 41.0 41.0 41.0

Ya 46 59.0 59.0 100.0

Total 78 100.0 100.0


Keluhan mati rasa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 67 85.9 85.9 85.9
Ya 11 14.1 14.1 100.0
Total 78 100.0 100.0

Keluhan kaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 61 78.2 78.2 78.2

Ya 17 21.8 21.8 100.0

Total 78 100.0 100.0


Keluhan keram

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 39 50.0 50.0 50.0

Ya 39 50.0 50.0 100.0

Total 78 100.0 100.0

Keluhan gatal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 68 87.2 87.2 87.2

Ya 10 12.8 12.8 100.0

Total 78 100.0 100.0

Keluhan sakit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 45 57.7 57.7 57.7

Ya 33 42.3 42.3 100.0

Total 78 100.0 100.0

B. Analisis Bivariat

Kategori Umur * Kategori Keluhan

Kategori Umur * Kategori Keluhan Crosstabulation

Kategori Keluhan

TIdak Ada
Ada Keluhan Keluhan Total
Kategori Umur Tua Count 8 37 45

% within Kategori Umur 17.8% 82.2% 100.0%

Muda Count 19 14 33

% within Kategori Umur 57.6% 42.4% 100.0%

Total Count 27 51 78

% within Kategori Umur 34.6% 65.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Exact Sig.
Asymp. Sig. Exact Sig.
Value df (2sided) (2sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.323a 1 .000

Continuity Correctionb 11.623 1 .001


Likelihood Ratio 13.517 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 13.152 1 .000

N of Valid Cases 78

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.42.
b. Computed only for a 2x2 table

Kategori Masa Kerja * Kategori Keluhan

Crosstab

Kategori Keluhan

Tidak Ada
Ada Keluhan Keluhan Total

Kategori Masa Kerja Lama Count 47 16 63

% within Kategori Masa 74.6% 25.4% 100.0%


Kerja

Baru Count 4 11 15

% within Kategori Masa 26.7% 73.3% 100.0%


Kerja

Total Count 51 27 78

% within Kategori Masa 65.4% 34.6% 100.0%


Kerja
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig.


Value df (2sided) (2sided) Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi-Square 12.301 a 1 .000
Continuity Correctionb 10.274 1 .001

Likelihood Ratio 11.829 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association 12.143 1 .000

N of Valid Cases 78

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.19.
b. Computed only for a 2x2 table

Kategori Berat Beban * Kategori Keluhan

Crosstab

Kategori Keluhan

Tidak Ada
Ada Keluhan Keluhan Total

Kategori Berat Beban Berisiko Count 42 15 57

% within Kategori Berat 73.7% 26.3% 100.0%


Beban

Tidak Berisiko Count 9 12 21

% within Kategori Berat 42.9% 57.1% 100.0%


Beban

Total Count 51 27 78

% within Kategori Berat 65.4% 34.6% 100.0%


Beban

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2sided) (2sided) (1sided)
Pearson Chi- 6.443a 1 .011
Square
Continuity Correctionb 5.153 1 .023
Likelihood Ratio 6.241 1 .012

Fisher's Exact Test .016 .012

Linear-by-Linear Association 6.361 1 .012

N of Valid Cases 78

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.27.
b. Computed only for a 2x2 table

Kategori Sikap Kerja * Kategori Keluhan

Crosstab

Kategori Keluhan

Tidak Ada
Keluhan Ada Keluhan Total

Kategori Sikap Ergonomis Count 11 1 12

% within Kategori Sikap 91.7% 8.3% 100.0%

Tidak Ergonomis Count 16 50 66

% within Kategori Sikap 24.2% 75.8% 100.0%

Total Count 27 51 78

% within Kategori Sikap 34.6% 65.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2sided) (2sided) (1sided)
1
Pearson Chi-Square 20.395a .000
b 1
Continuity Correction 17.525 .000
1
Likelihood Ratio 20.632 .000
Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by- 20.133 1 .000


Linear
Association
N of Valid 78
Cases
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4.15.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 4 Dokumentasi

Gambar 1.
Wawancara dengan pekerja

Gambar 2.
Wawancara dengan pekerja
Gambar 3.
Gambar pengukuran REBA pada TKBM

Gambar 4.
Gambar pengukuran REBA pada TKBM
Gambar 5.
Gambar pengukuran REBA pada TKBM

Gambar 6.
Gambar pengukuran REBA pada TKBM
Lampiran 5

Surat Izin Penelitian dari Dekan FKM Unhas


Lampiran 6
Lampiran 7

Surat Izin Penelitian dari Kepala UPT P2T BKPMD Provinsi Sulsel

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Lampiran 8

Nama : Asti Hardianti Azis

Alamat : Jl. Andi Tadde No. 23 Makassar

Tempat/tgl lahir : Ujung Pandang, 29 Desember 1995

Agama : Islam

Suku : Bugis

Bangsa : Indonesia

Pendidikan Terakhir : 1. SD Negeri Mangkura IV Makassar

2. SMP Islam Athirah Makassar

3. SMA Negeri 17 Makassar

Anda mungkin juga menyukai