Anda di halaman 1dari 4

Pengendali suhu

Persiapkan supply udara tekan untuk mengoperasikan pneumatic valve. Air sbg bahan fluida (dingin &
panas). Tangki fluida diisi air sampai penuh dengan membuka valve HV9, HV 1 dibuka untuk mengalirkan
air panas dari tangki menuju pompa P1. HV2 sbg by pass dibuka setengah valve. HV6 dibuka untuk
mengalirkan fluida dingin dari tangki dipompa menuju heat exchanger. HV7 sbg by pass dari fluida dingin
dibuka setengah valve. HV9 dibuka, HV3 HV4 HV5 ditutup. Nyalakan temperature control mulai dari
main switch, heater (di set pada suhu 50 C). jika suhu 50 C sudah tercapai nyalakan pompa sirkulasi (P1
P2). Atur flowrate fluida dingin mencapai 8 l/menit (HV8 dibuka), untuk fluida panas 20 l/menit.
Nyalakan PC untuk mengatur flowrate. Fluida dingin mengalir dari bawah menuju HV6, HV6 dibuka dan
HV3 ditutuP jadi pasti lewat HV6. Lalu dipompa dengan P2 lalu naik ke HV7 sbg by pass (sirkulasi),
sebagian menuju FI2. Kemudian menuju heat exchanger HE1. Fluida panas keluar dari bawah menuju
HV1 (HV1 dibuka HV4 ditutup) HV1 dipompa oleh P1 menuju HV2 (by pass) dan FI1. Menuju pipa isolasi
kemudian ke pneumatic valve untuk mengontrol laju alir fluida panas yang akan menuju heat exchanger.
Tjd pertukaran panas fluida panas dan fluida dingin. Fluida dingin keluar dari HE. Melewati sensor suhu
menuju ke bawah dan mengalir ke pipa paralon lalu ke lingkungan. Fluida panas keluar melewati pipa
dan kembali menuju tangki hot water.

Suhu fluida dingin keluar HE (PV). Disturbance: laju/suhu fluida dingin masuk HE. MV: laju alir fluida
panas yg masuk HE. SP: nilai suhu fluida dingin keluar HE yg diinginkan.

Tangki cold dan hot diisi air sampai penuh. Cold water di setting suhu ruang, hot water 50 C. cold
dipompa P2, hot dipompa P1. HV7 HV2 dibuka sbg by pass. Fluida dingin mengalir ke HE1 dgn flowrate 8
l/menit, hot water 20 l/menit melewati FCE (pneumatic valve) untuk diatur laju alirnya shg ketika masuk
ke HE kita bisa mengatur suhu keluaran dari fluida dingin. Pada HE tjd pertukaran panas. Fluida dingin
menuju ke drain, sebelumnya di ukur dulu oleh TT. Fluida panas dari HE kembali lagi ke hot water tank.

Valve: air to open

Logika proses: jika laju alir fluida panas masuk HE diperbesar maka PV juga akan semakin besar dan
sebaliknya

Aksi proses: direct acting, jika MV diperbesar maka PV meningkat

Aksi pengendali : reverse acting. Jika PV terus meningkat maka MV akan diperkecil agar PV=SP
Pengendali laju alir (flowrate)

PV: laju alir air di sepanjang sirkuit pipa

SP: nilai laju alir di sepanjang sirkuit pipa yang dikehendaki

MV:laju alir air keluar sirkuit pipa

D: laju alir air masuk sirkuit pipa

Proses berlangsung pada sepanjang sirkuit pipa

Measuring element: sesuai prinsip pengendalian feedback, berupa rangkaian orifice meter (membaca
beda tekanan) yang terhubung dengan flow transmitter (mengubah sinyal yang berupa beda tekanan
mjd sinyal yg berupa arus) dan juga flow indicator (membaca %PV yang ada di sepanjang sirkuit pipa). PV
bisa dibaca di 3 tempat: display di pengendali, PC, flow indicator. Measuring element membaca nila PV
actual pada saat itu.

Controller: dibandingkan nilai SP dgn PV, jika sama pengendali tidak akan bekerja, jika ada error
pengendali akan mengambil tindakan

FCE: pneumatic valve, agar bisa membuka dan menutup harus di supply udara bertekanan yg dihasilkan
oleh compressor. Seberapa besar bukaan dan tutupnya valve ditentukan oleh sinyal yg diberikan oleh
pengendali atau %PO power output.

Terdapat transducer mengubah sinyal berupa arus dikonversi mjd sinyal pneumatic.

Valve by pass: mengetahui pengaruh dari D, makin ditutup maka yang naik keatas semakin besar,
semakin dibuka maka yang kembali ke kiri semakin besar yang masuk ke pipa proses semakin kecil laju
alirnya.

Fluida berupa air masuk ke tangki (D1) kemudian ke V1 (dibuka), V2 valve drainase ditutup saat operasi,
hanya dibuka jika praktikum sudah selesai untuk mengeluarkan air. Air dari D1 ke V1 menuju pompa
sentrifugal, pompa mentransportasikan air menuju V8 kemudian masuk menuju sirkuit pipa (tempat
proses pengendalian terjadi). Terdapat 2 aliran cabang, keatas dan ke kiri(kembali ke bagian bawah
tangki, disebut dgn aliran by pass/ aliran recycle). Pada valve V7 untuk mengetahui respon pengendali
kita bisa menciptakan atau mengkondisikan disturbance, jika menginginkan nilai D yang tinggi maka kita
harus menutup bukaan dari V7 (lurus dgn aliran berarti pss nya terbuka), Jika v7 sedikit di tutup Laju alir
yang kembali ke sebelum pompa akan lebih kecil dibandingakan laju air yang masuk ke sirkuit pipa. jika
V7 ditutup sebagian maka laju alir air yang masuk ke sirkuit pipa akan semakin besar shg nilai PV
semakin tinggi. Dari V8 dialirkan ke P1 pressure gauge (membaca tekanan air yg menuju orifice). Ke
orifice ke flow transmitter ke flow indicator ke pengendali. Untuk mengetahui suhu air mengalir (TI1).
Dari pengendali ke control valve air to open.

Laju alir yang melewati sirkuit pipa akan diukur oleh orifice meter. Orifice meter terhubung dengan flow
transmitter yg fungsinya untuk mengkonversi sinyal yg berupa tekanan menjadi arus, kemudian sinyal
akan diinfokan ke controller (dibandingkan nilai PV scr actual dg SP, jika tidak = berarti ada error maka
pengendali akan melakukan tindakan yaitu dengan memberi perintah ke FCE. Pengendali memberikan
informasi (sinyal arus) kepada FCE atau actuator, karena tipe FCE nya pneumatic maka FC1 dilengkapi
transducer untuk mengkonversi sinyal yg berupa arus menjadi tekanan (sinyal pneumatic) dikirimkan ke
FCE sbg eksekutor keputusan dari pengendali apakah valve harus dibuka atau lebih ditutup supaya nilai
PV=SP. Aliran air sebelum melewati sirkuit pipa ditampung di D1, air menuju V1 kemudian ke arah kanan
karena valve drainase ditutup. Air melewati pompa ke V8 kemudian tjd percabangan pipa, sebagian
kembali ke V7 sebagian lurus memasuki proses yaitu sirkuit pipa yg akan dikendalikan laju alirnya. Pada
kondisi normal V7 dibuka setengah. Jika ingin mengetahui efek dari D maka bukaan V7 bisa dikondisikan.

Air dari D1 dipompakan ke pompa sentrifugal G1, V1 dibuka jadi ke bawah, air tidak menuju ke kanan
karena tekanan di suction pompa lebih rendah sehingga air lebih tertarik menuju pompa sedangkan V2
sbg drainase valve ditutup kemudian air ditransportasikan ke atas menuju V8, setelah V8 terdapat 2
cabang, sebagian ke V7 sebagian lanjut ke pipa proses kemudian laju alir diukur oleh orifice meter. Orice
meter terhubung dengan flow transmitter yang mengubah sinyal tekanan menjadi sinyal arus kemudian
diinformasikan kepada pengendali (dibandingkan nilai PV scr actual yg dibaca oleh orifice meter dg SP,
jika ada selisih antara PV dan SP maka pengendali akan mengambil tindakan yaitu dengan memberi
perintah ke control valve yg berupa air to open (untuk membuka valve dibutuhkan udara bertekanan
dengan cara menaikkan sinyal pengendali atau %PO). FCE melakukan bukaan shg nilai MV bisa
dikendalikan yg tujuan akhirnya untuk mengendalikan nilai PV agar = SP atau berada di sekitar SP. Air
akan kembali ditampung di D1 dan disirkulasi terus menerus. Sirkuit pipa: pipa percabangan setelah
pompa sampai dengan sblm control valve.

Logika proses: jika laju alir masuk sirkuit pipa semakin besar (V7 semakin ditutup) maka PV>SP shg laju
alir keluar sirkuit pipa harus diturunkan (control valve makin ditutup), jika laju alir masuk sirkuit pipa
semakin kecil (V7 semakin dibuka) maka PV<SP shg laju alir keluar sirkuit pipa harus dinaikkan (control
valve makin dibuka)

Aksi proses: direct acting, jika sinyal pemgendali (%PO) dinaikan (MV naik) maka nilai PV akan naik

Aksi pengendali: reverse acting, jika laju alir air di sepanjang sirkuit pipa (PV) semakin meningkat
melebihi SP, FCE semakin menutup maka pengendali akan menurunkan sinyal kendali agar laju alir air
keluar sirkuit pipa (MV) dapat diturunkan.
Pengendali ph

1. Proses variable, nilai ph dalam mixing tank, fluktuasi harga dari ph yg akan dikendalikan
2. Sensor, mengukur nilai PV yg ada, ditunjukkan oleh adanya electrode
3. Transmitter, menghubungkan antara sensor dengan pengendali
4. Controller
5. Disturbance, laju alir asam / air
6. FCE, reaksi dari D, jika D diberi asam maka FCE akan membuka suatu reaksi (basa). Valve yg bisa
membuka tutup sesuai dg asam yg ditambahkan
7. MV, laju alir dari larutan basa/ NaOH yg keluar dari pompa peristaltik
8. SP, nilai ph yang diharapkan

Terdapat 3 aliran pada mixing tank: aliran air, asam, naoh/basa. Pada aliran air terhubung dg pipa
kemudian solenoid valve yg katubnya otomatis kemudian ke flowrate ke mixing tank. D (asam) masuk ke
flowrate kemudian masuk ke mixing tank. Aliran ketiga adlh larutan naoh sbg pengkompensasi supaya
ph ttp stabil. Sensor: berupa alat ukur ph meter, larutan diukur berdasarkan beda potensial. Ph larutan
terukur berdasarkan beda potensial kemudian masuk ke transmitter yg akan mengubah besaran. Di
electrode adalah besaran arus listrik diubah mjd besaran ph dengan transmitter. Akan muncul nilai ph
pada control regulation, ph akan menimbulkan reaksi dan masuk ke pompa peristaltic, dimana larutan
naoh ditarik oleh pompa peristaltic kemudian masuk ke mixing tank. Naoh yg dimasukkan tergantung
jumlah asam shg ph mixing tank bisa dipertahankan. Hasil dr fluktuasi ph ditunjukkan oleh recorder pada
pc.

Anda mungkin juga menyukai