FARMASI FISIK
KELARUTAN
TEORI 3-E
Kelompok : 6
Nama Anggota :
LABORATORIUM 5
FAKULTAS FARMASI
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dalam percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:
a. Mengamalisis prinsip kelarutan
b. Menganalisis dan menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
c. Menguraikan cara meningkatkan kelarutan suatu zat
Daya larut suatu zat dalam lain dipengaruhi oleh jenis zat terlarut, jenis zat
pelarut, temperatur dan tekanan, zat-zat dengna struktur kimia yang mirip umumnya
padat juga bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur (Sukarjo, 1997).
Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi
suatu sediaan zat. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat
hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik menjadi tikad efesien
dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat
tersebut didalam tubuh. Kelarutan seuatu karena kelarutan suatu obat dengan tingkat
disolusi obat tersebut sangat berkaitan (Jufri,dkk, 2004).
Dalam cara pengendapan, analit yang akan ditetapkan diendapkan dari larutannya
dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukat larut, sehingga tidak ada yang hilang
selama penyaringan, pencucian dan penimbangan. Faktor-faktor yang menetukan
berhasilnya cara pengendapan adalah endapan harus sedemikan tidak larut, sehingga
tidak ada kehilangan yang berarti pada penyaringan. Dalam kenyataannya, keadaan ini
dizikan asalkan banyaknya banyaknya yang masi tinggal (tika terendapkan) tidak
melampaui batas minimum yang dapat ditunjukkan oleh neraca analitik 0,1 mg
( Gandjar,dkk, 2007).
Secara teori jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun ikut meningkat, karena
selain terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk molekul yang tidak terionkan (kelarutan
intrinsic) juga terlarut obat yang berbentuk ion (Martin,dkk, 1990).
Secara khusus, penentuan kelarutan semu (apperent solubility) asam benzoat
dapat dilakukan dengan metode gravimetri. Gravimetri meruakan cara pemeriksaan
jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan
kimia lainnya. Kesederhanaan itu jlas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat
ditentukan dengan menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain
(Rivai, 1979).
Proses yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah yang
lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan berlangsung dengan
laju yang sama dengan kesetimbangan maka perubahan-perubahan energi netto adalah
nol. Tetapi jika suhu dinaikkan maka proses akan menyrap kalor. Dalam hal ini
pembentukan larutan lebihdisukai. Segera setelah suhu dinaikkan tidak berapa pada
kesetimbangan karenaada lagi zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor ketika
melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi (Klienfelter, 1996).
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan Ho. Pada
reaksi endoterm konstanta kesetimabangan akan naik seiring dengan naiknya temperatur.
Pada reaksi eksoterm kontasta kesetimabanganakan turun dengan naikknya temperatur
(Silbey dkk, 1996).
Untuk kesetimbangan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan
sebab pergeseran ini kekiri adlah endoterm. Karena itu gas hampir sealu menjadi kurang
larut dalam cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994).
Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan
pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan kemungkinan
sifat campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut Larutan jenuh adalah suatu larutan
dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan
tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada
temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat
terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur
tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Martin. A, 1990).
ALAT:
a. Spektrofotometri UV-VIS
b. Mikropipet
c. Pipet volume
d. Beaker glass
e. Labu takar 100 ml
f. Orbital shaker
g. Kertas saring Whatman
BAHAN:
a. Parasetamol
b. Propilenglikol
c. Aquadest
d. Etanol 90%
e. Tween 80
= 1 mg/mL
= 1000 μg/Ml
=1000 ppm
Y = a + bx
Y = -0.14 + 0.49 X
Konsentrasi 10 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1000 mg = 100 ml ×10 ppm
V1 = 1 Ml
Konsentrasi 13 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1000 mg = 100 ml × 13 ppm
V1 =1.3 ml
Konsentrasi 15 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1000 mg = 100 ml × 15 ppm
V1 =1.5 ml
Konsentrasi 18 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1000 mg = 100 ml × 18 ppm
V1 =1.8 ml
Konsentrasi 20 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1000 mg = 100 ml × 20 ppm
V1 = 2 ml
B. Data Pelarut
Y = 0,023
0,203 = -0,14 + 0,049X
0,343 = 0,049X
X = 7 ppm
Y = 0,784
0,784 = -0,14 + 0,049X
0,924 = 0,049X
X = 18,8 ppm
Y = 0,791
0,791 = -0,14 + 0,049X
0,093 = 0,049X
X = 19 ppm
Y = 0,868
0,086 = -0,14 + 0,049X
0,086 = 1,008X
X = 20,5 ppm
Y = 0,250
0,250 = -0,14 + 0,049X
0,39 = 0,049X
X = 8 ppm
Y = 0,268
0,268 = -0,14 + 0,049X
0,408 = 0,049X
X = 8,4 ppm
Faktor Pengenceran
1000 ML
=250 kali
4 ML
Perhitungan Kadar
20,5 ppm X 250 = 5,125 ppm
C. Data surfaktan
Y = a + bx
Persamaan Y = -0,14 + 0,049X
Y = 0,441
0,441 = -0,14 + 0,049X
0,581 = 0,049X
X = 11,86 ppm
Y = 0,233
0,233 = -0,14 + 0,049X
0,373 = 0,049X
X = 7,61 ppm
Y = 0,860
0,860 = -0,14 + 0,049X
1 = 0,049X
X = 20,40 ppm
Y = 0,409
0,409 = -0,14 + 0,049X
0,549 = 0,049X
X = 11,20 ppm
Y = 0,754
0,754 = -0,14 + 0,049X
0,894 = 0,049X
X = 18,24 ppm
Y = 0,819
0,819 = -0,14 + 0,049X
0,959 = 0,049X
X = 19,57 ppm
VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA