Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIK

KELARUTAN

Dosen pengampu : ANITA NILAWATI,M.Farm.,Apt

Tanggal Praktikum : 06 November 2019

TEORI 3-E

Kelompok : 6

Nama Anggota :

1. Florencia Septaini (24185512A)


2. Priskila Glory R.N (24185513A)
3. Elita Rahma Riana (24185514A)

LABORATORIUM 5

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dalam percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:
a. Mengamalisis prinsip kelarutan
b. Menganalisis dan menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
c. Menguraikan cara meningkatkan kelarutan suatu zat

II. LANDASAN TEORI

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai


konsentrasi  zat    terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat.
Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air.  Kelarutan juga dinyatakan
dalam satuan molalitas, molaritas dan persen (Tungandi, 2009).
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di
absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk
mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat
aktifnya (Tungandi, 2009).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap
suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris
lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat
berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau
padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,
seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada
senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang
benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan
kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh
(supersaturated) yang metastabil (Woedepss) (Tungandi, 2009).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :
 pH
 temperatur
 jenis pelarut
 bentuk dan ukuran partilel zat
 konstanta dielektrik pelarut
Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan
non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat makin zat
tersebut larut dalam air. Selain itu, penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat
pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan uretan
dalam pembuatan injeksi khinin (Tungandi, 2009).
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun
ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya
dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun (Tungandi, 2009).
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara.
Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair
misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari
pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair
umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan
alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan
garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi
larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan) (Tungandi, 2009).
Larutan adalah sebagai bagian dari sediaan-sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan kedaam olongan
produk lainnya (Ansel, 2004).
Larutan jenuh adalah suatu larutan yang zat terlarutnya berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut) (Sinko, 2005).
Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat
trlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature
tertentu (Martin, 1990).
Larutan lewat jenuh adalah suatu laruta yang mengandung zat terlarut dalam
konsentrasi lebih banyak daripada seharusnya pada temperature tertentu dan terdapat juga
zat terlarut yang tidak larut (SInco, 2005).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang
tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengomplek dalam berbagai konsentrasi
dan botol dikocok dalam bak pada temperature konstan sampai tercapai kesetimbangan.
Cairan supernatant dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis (Alfred, 1990).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan, suhu,
luas permukaan, fikositas, ukuran partikel, pH larutan, dan polimerfisme (Ditjen POM,
1979).
Selain faktor di atas penambah surfaktan juga akan mempengaruhi kelarutan.
Surfaktan adalah suatu zat yang digunakan untuk menakkan kelarutan suatu zat. Molekul
surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar dan non polar (Ditjen POM, 1979).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah berikut (Ditjen POM, 1979) :
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
Istikah Kelarutan untk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

Daya larut suatu zat dalam lain dipengaruhi oleh jenis zat terlarut, jenis zat
pelarut, temperatur dan tekanan, zat-zat dengna struktur kimia yang mirip umumnya
padat juga bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur (Sukarjo, 1997).
Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi
suatu sediaan zat. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat
hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik menjadi tikad efesien
dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat
tersebut didalam tubuh. Kelarutan seuatu karena kelarutan suatu obat dengan tingkat
disolusi obat tersebut sangat berkaitan (Jufri,dkk, 2004).
Dalam cara pengendapan, analit yang akan ditetapkan diendapkan dari larutannya
dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukat larut, sehingga tidak ada yang hilang
selama penyaringan, pencucian dan penimbangan. Faktor-faktor yang menetukan
berhasilnya cara pengendapan adalah endapan harus sedemikan tidak larut, sehingga
tidak ada kehilangan yang berarti pada penyaringan. Dalam kenyataannya, keadaan ini
dizikan asalkan banyaknya  banyaknya yang masi tinggal (tika terendapkan) tidak
melampaui batas minimum yang dapat ditunjukkan oleh neraca analitik 0,1 mg
( Gandjar,dkk, 2007).
Secara teori jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun ikut meningkat, karena
selain terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk molekul yang tidak terionkan (kelarutan
intrinsic) juga terlarut obat yang berbentuk ion (Martin,dkk, 1990).
Secara khusus, penentuan kelarutan semu (apperent solubility) asam benzoat
dapat dilakukan dengan metode gravimetri. Gravimetri meruakan cara pemeriksaan
jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan
kimia lainnya. Kesederhanaan itu jlas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat
ditentukan dengan menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain
(Rivai, 1979).
Proses yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah yang
lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan berlangsung dengan
laju yang sama dengan kesetimbangan maka perubahan-perubahan energi netto adalah
nol. Tetapi jika suhu dinaikkan maka proses akan menyrap kalor. Dalam hal ini
pembentukan larutan lebihdisukai. Segera setelah suhu dinaikkan tidak berapa pada
kesetimbangan karenaada lagi zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor ketika
melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi (Klienfelter, 1996).
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan      Ho.  Pada
reaksi endoterm konstanta kesetimabangan akan naik seiring dengan naiknya temperatur.
Pada reaksi eksoterm kontasta kesetimabanganakan turun dengan naikknya temperatur
(Silbey dkk, 1996).
Untuk kesetimbangan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan
sebab pergeseran ini kekiri adlah endoterm. Karena itu gas hampir sealu menjadi kurang
larut dalam cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994).
Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan
pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan kemungkinan
sifat campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut Larutan jenuh adalah suatu larutan
dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan
tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada
temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat
terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur
tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Martin. A, 1990).

III. ALAT DAN BAHAN

ALAT:

a. Spektrofotometri UV-VIS
b. Mikropipet
c. Pipet volume
d. Beaker glass
e. Labu takar 100 ml
f. Orbital shaker
g. Kertas saring Whatman

BAHAN:

a. Parasetamol
b. Propilenglikol
c. Aquadest
d. Etanol 90%
e. Tween 80

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Pembuatan kurva baku paracetamol


A. Pembuatan kurva baku parasetamol

1. Larutan induk parasetamol disiapkan dengan menimbang


50 mg serbuk parasetamol,dimasukkan ke dalam labu
takar volume 50 ml,tambahkan sedikit metanol sampai
larut.Encerkan dengan aquadest hingga volumenya tepat
50 ml.

2. Dibuat serangkaian larutan parasetamol dengan konsentrasi


10,13,15,18,20 20 μg/ml dalam labu takar 100
ml(absorbansi yang baik antara 0,2-0,8).Panjang
gelombang maksimum paraetamol adalah 244 nm (pastikan
lagi kebenaran panjang gelombang maksimum
parasetamol).
3. Buat persamaan kurva baku dan gunakan untuk menghitung
jumlah parasetamol yang terlarut

B. Pengaruh pelarut terhadap kelarutan suatu zat

1. Buatlah 50 ml campuran bahan pelarut dengan 30% air, 7,5%


etanol dan 12,5% propilenglikol. Ambil 50 ml campuran
pelarut, larutkan paracetamol sebanyak 1 gram kedalam
masing-masing campuran pelarut.

2. Buatlah 50 ml campuran bahan pelarut dengan 30% air, 7,5%


etanol dan 12,5% propilenglikol. Ambil 50 ml campuran
pelarut, larutkan paracetamol sebanyak 1 gram kedalam
masing-masing campuran pelarut.

3. Saring larutan, ambil filtrat sebanyak 1 ml masukkan kedalam


labu takar volume 25 ml, tambahkan aquadest sampai tanda
batas. Baca absorbansinya dengan spektrofotometer UV pada
lamda 244 nm. Dengan persamaan kurva baku hitung kadar
yang terlarut (mg/ml)
C. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat

1. Buatlah 50 ml larutan tween dengan konsentrasi 0,5 %.


Tambahkan 1 gram paracetamol kedalam masing-
masing larutan tween.

2. Kocok larutan dengan orbital shaker selama 2 jam.


Jika ada endapan yang larut selama pengocokan
tambahkan lagi sejumlah tertentu paracetamol sampai
diperoleh larutan jenuh kembali.

3. Saring larutan, ambil filtratnya sebanyak 1 ml


masukkan kedalam labu takar 25 ml, tambahkan
aquadest sampai tanda batas. Baca absorbansinya
dengan spektrofotometer UV pada lamda 244 nm.

4. Dengan persamaan kurva baku hitung kadar yang


terlarut(mg/ml). buat kurva hubungan antara kelarutan
paracetamol dengan konsentrasi tween. Tentukan
konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.
V. DATA DAN PERHITUNGAN
A. Data Kurva Baku
50 mg
 Larutan induk =
50 ml

= 1 mg/mL

= 1000 μg/Ml

=1000 ppm

No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi


1 10 ppm 0.350
2 13 ppm 0.496
3 15 ppm 0.595
4 18 ppm 0.751
5 20 ppm 0.835
A= -0.14 b = 0.049 r =0.999

Y = a + bx

Y = -0.14 + 0.49 X

 Konsentrasi 10 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1000 mg = 100 ml ×10 ppm
V1 = 1 Ml

 Konsentrasi 13 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1000 mg = 100 ml × 13 ppm
V1 =1.3 ml

 Konsentrasi 15 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1000 mg = 100 ml × 15 ppm
V1 =1.5 ml

 Konsentrasi 18 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1000 mg = 100 ml × 18 ppm
V1 =1.8 ml

 Konsentrasi 20 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1000 mg = 100 ml × 20 ppm
V1 = 2 ml

B. Data Pelarut

N AIR ETANOL PEG ABSORBANSI KADAR


O (mg/ml)
1 30 0 20 0,203 0,7
2 30 5 15 0,784 1,89
3 30 7,5 12,5 0,791 9,5
4 30 10 10 0,868 5,125
5 30 15 5 0,250 1,99
6 30 20 0 0,268 1,04

 Persamaan Y = -0,14 + 0,049X

 Y = 0,023
0,203 = -0,14 + 0,049X
0,343 = 0,049X
X = 7 ppm

 Y = 0,784
0,784 = -0,14 + 0,049X
0,924 = 0,049X
X = 18,8 ppm

 Y = 0,791
0,791 = -0,14 + 0,049X
0,093 = 0,049X
X = 19 ppm
 Y = 0,868
0,086 = -0,14 + 0,049X
0,086 = 1,008X
X = 20,5 ppm

 Y = 0,250
0,250 = -0,14 + 0,049X
0,39 = 0,049X
X = 8 ppm

 Y = 0,268
0,268 = -0,14 + 0,049X
0,408 = 0,049X
X = 8,4 ppm

 Faktor Pengenceran

4 ml Labu takar 1000 ml

1000 ML
=250 kali
4 ML

 Perhitungan Kadar
20,5 ppm X 250 = 5,125 ppm
C. Data surfaktan

NO. KONSENTRASI ABSORBANSI KADAR mg/mL


1. 0 0,441 0,297
2. 0,1 0,233 0,19
3. 0,5 0,860 20,4
4. 1 0,409 2,8
5. 2 0,754 142,54
6. 5 0,819 1,22

Y = a + bx
Persamaan Y = -0,14 + 0,049X

 Y = 0,441
0,441 = -0,14 + 0,049X
0,581 = 0,049X
X = 11,86 ppm

 Y = 0,233
0,233 = -0,14 + 0,049X
0,373 = 0,049X
X = 7,61 ppm

 Y = 0,860
0,860 = -0,14 + 0,049X
1 = 0,049X
X = 20,40 ppm

 Y = 0,409
0,409 = -0,14 + 0,049X
0,549 = 0,049X
X = 11,20 ppm
 Y = 0,754
0,754 = -0,14 + 0,049X
0,894 = 0,049X
X = 18,24 ppm

 Y = 0,819
0,819 = -0,14 + 0,049X
0,959 = 0,049X
X = 19,57 ppm

VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai