Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktek profesi ners
Departemen Keperawatan Dasar Anak
di RSUD Kabupaten Sidoarjo

Oleh:

Yovia Mardiana Kendu


200714901317

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2014).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.,
2010).
B. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
C. Klasifikasi
Klasifikasi bayi dengan BBLR menurut ukuran (Wong, 2018) :
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
2. Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 1000 gram.
3. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 1500 gram.
4. Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat
badannya 1501 sampai 2500 gram.
5. Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat
badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
6. Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya merupakan
bayi yang laju pertumbuhan intra uterinnya lambat dan yang berat badan
lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
7. Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi yang
pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan
istilah pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya).
8. Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan lahirnya
diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Jumiarni (2016), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:
a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni
b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2013) adalah :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol,
labia minora tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak
masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan
dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit
E. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian
bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan
lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas
ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
F. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/
hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus
dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi
harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur.
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah
bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada
ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
Etiologi

Faktor Ibu Faktor Plasenta Faktor Janin

BBLR/BLSR

Permukaan tubuh Jaringan lemak Prematuritas Fungsi organ-organ belum baik


relatif lebih luas subkutan lebih tipis
Penurunan Hati Usus Otak Mata Kulit
Ginjal
daya tahan
Penguapan Pemaparan Kehilangan Kekurangan
berlebih dengan suhu panas cadangan energi Konjugasi Imaturitas Imaturitas Imaturitas Halus
luar melalui kulit
Risiko Infeksi bilirubin Dinding Periltastik ginjal sentrum- lensa mata mudah lecet
belum baik lambung belum sentrum sekunder
Kehilangan Malnutrisi lunak sempurna efek O2
Kehilangan vital
cairan Sekunder Risiko
panas infeksi
terapi
hiperbilirubinMudah Pengosongan pioderma
Hipoglikemi Regulasi Retrorental
Dehidrasi kembung lambung
Hiportermia pernafasan fibroplasia
belum baik
Ikterus Neonatus Sepsi
Pernafasan Retinopaty
Paru periodik

Organ pencernaan belum Gangguan


Perubahan dinding dada sempurna Pernafasan
biot Pertukaran Gas
belum sempurna – Vaskuler
paru imatur
Makanan tidak bisa dicerna

Insuf. pernafasan
Tubuh tidak mendapatkan nutrisi
Pola Nafas Tidak
Penyakit membran
Efektif Reflek menelan belum sempurna Defisit Nutrisi
hialin
Konsep Asuhan Keperawatan pada BBLR
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun seksama
untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi masalah yang
menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi
kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan evaluasi
setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2018).
1. Pengkajian umum
a) Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan menggunakan
timbangan elektronik.
b) Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c) Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat,
kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
d) Observasi adanya deformitas yang tampak.
e) Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak
responsive, dan apnea.
2. Pengkajian respirasi
a) Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang dada,
atau devisiasi lainnya.
b) Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping hidung
atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c) Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d) Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi, suara
basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting), berkurangnya masukan
udara, dan kesamaan suara napas.
e) Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3. Pengkajian kardiovaskuler
a) Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b) Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c) Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/ PMI), titik
ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba (perubahan
PMI menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
d) Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau
hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercakbercak.
e) Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f) Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
4. Pengkajian gastrointestinal
a) Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b) Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar, jika
terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan haluaran (warna,
konsistensi, pH).
c) Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d) Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
e) Jelaskan bising usus.
5. Pengkajian genitourinaria
a) Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b) Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH, temuan lab-
stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi).
c) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a) Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap rangsang,
dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b) Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c) Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick neck,
palmar).
d) Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
7. Suhu tubuh
a) Tentukan suhu kulit dan aksilar.
b) Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
8. Pengkajian kulit
a) Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda iritasi,
melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan
pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit. Periksa juga dan
catat preparat kulit yang dipakai (missal plester, povidone-jodine).
b) Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas dan lain-
lain.
c) Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR (NANDA, 2011):
1. Tidak efektifnya pola pernafasan.
a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang
adekuat.
b. Batasan karateristik:
Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil posisi tiga titik,
bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan
inspirasi,penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispneu,
peningkatan diameter anterior-posterior, napas cuping hidung, ortopneu,
fase ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip, takipneu dan penggunaan
otot-otot bantu untuk bernapas.
2. Termoregulasi tubuh tidak efektif.
Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.
a. Batasan karakteristik:
Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan di bawah kisaran
normal, kulit memerah, hipertensi, peningkatan frekuensi napas,
menggigil, pucat, piloereksi, penurunan suhu tubuh di bawah kisaran
normal, teraba hangat.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
a. Batasan karakteristik:
Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk makan, berat badan 20%
atau lebih di bawah ideal, kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut
yang berlebihan, hiperaktif suara usus, kekurangan makanan, membran
mukosa kering, dan merasa tidak mampu menelan makanan.
4. Resiko infeksi.
Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen.
a. Faktor resiko:
Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan, ruptur membran amnion, malnutrisi, peningkatan paparan
lingkungan pathogen, ketidakadekuatan sistem imun, penyakit kronik,
tidakadekuat pertahanan tubuh primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik), ketidakadekuatan pertahanan tubuh skunder
(penurunan Hb, leucopenia, penekanan respon inflamasi).
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1 Tidak efektifnya pola Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat pernapasan,
pernafasan. keperawatan selama 3x24 jam, kedalaman, dan
diharapkan pasien mampu : kemudahan bernafas.
1. Status Pernapasan: Rasional: Membantu dalam
Kepatenan jalan napas. membedakan periode
2. Status Pernapasan: perputaran pernapasan
Ventilasi. normal dari serangan
3. Status tanda-tanda vital. apnetik sejati, terutama
Dengan kriteria hasil : sering terjadi pada gestasi
- Menunjukkan pola minggu ke-30
pernapasan yang 2. Perhatikan pola nafas klien.
mendukung hasil gas Rasional: mengetahui jika
darah dalam terdapat tanda-tanda yang
parameter atau menyebabkan dispneu.
kisaran normal. 3. Tentukan apakah klien
- Pasien melaporkan dispneu fisiologis atau
bernafas dengan psikologis.
nyaman. Rasional: Studi
- Mendemonstrasikan menemukan bahwa ketika
kemampuan untuk penyebabnya adalah
melakukan fisiologis memiliki tanda
pernapasan dengan gejala kecemasan dan
pursed lip kesemutan pada
(mengerutkan bibir) extremitas, sedangkan bila
dan pernapasan dipsneu itu psikologisl
dapat terkontrol. tanda gejalanya mengi
- Mengidentifikasi dan terkait, batuk, dahak, dan
menghindari faktor- palpitasi.
faktor spesifik yang 4. Berikan terapi oksigenasi
dapat memperburuk (Atur peralatan oksigenasi,
pola nafas. monitor aliran oksigen,
pertahankan posisi pasien).
Rasional: Perbaikan kadar
oksigen dan
karbondioksida dapat
meningkatkan funsi
pernapasan.
5. Monitor Tekanan darah,
nadi, suhu, dan Respiration
rate (pernafasan).
Rasional: memantau vital
sign klien

2 Termoregulasi tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur suhu setiap 2 jam,


tidak efektif. keperawatan selama 3x24 jam, gunakan termometer
diharapkan pasien mampu: elektronik di ketiak pada
Termoregulasi menjadi efektif bayi di bawah usia 4
sesuai dengan perkembangan. minggu. Rasional:
Dengan kriteria hasil: memantau apakah adanya
1. Dapat mempertahankan peningkatan atau
suhu tubuh dalam penurunan suhu tubuh.
kisaran normal. 2. Catat apakah ada tanda-
2. Menjelaskan langkah- tanda hipertermi dan
langkah yang diperlukan hipotermi. Rasional:
untuk mempertahankan Hipertermi dengan
suhu tubuh agar dalam peningkatan laju
batas normal. metabolism kebutuhan
3. Menjelaskan gejala oksigen dan glukosa serta
hipotermia atau kehilangan air dapat terjadi
hipertermia bila suhu lingkungan terlalu
tinggi.
3. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi. Rasional: untuk
mencegah terjadinya
dehidrasi.
4. Lakukan tepid sponge.
Rasional: dapat
menurunkan suhu tubuh
bayi.

3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Perhatikan gejala


kurang dari keperawatan selama 3x24 jam kekurangan gizi
kebutuhan tubuh. diharapkan pasien mampu: termasuk perawakan
1. Intake nutrien normal. pendek, lengan kurus
dan kaki. Rasional:
2. Intake makanan dan sebagai langkah awal
cairan normal. pengkajian untuk
3. Berat badan normal. melaksanakan
4. Massa tubuh normal. intervensi selanjutnya.
5. Pengukuran biokimia 2. Perhatikan adanya
normal. penurunan berat
badan. Rasional:
Dengan kriteria hasil:
Mengidentifikasikan
1. Berat badan bertambah.
adanya resiko derajat
2. Berat badan dalam
dan resiko terhadap
kisaran normal untuk
pola pertumbuhan.
tinggi dan usia.
Bayi SGA (Baby small
3. Mengenali faktor yang
for gestational age)
berkontribusi terhadap
dengan kelebihan
berat badan dibawah
cairan ekstrasel yang
normal.
kemungkinan
4. Mengidentifikasi
kehilangan 15% BB
kebutuhan gizi.
lahir. Bayi SGA (Baby
5. Bebas dari kekurangan
small for gestational
gizi.
age) mungkin telah
mengalami penurunan
berat badan dalam
uterus atau mengalami
penurunan simpanan
lemak atau glikogen.
3. Kaji kulit apakah kering,
monitor turgor kulit dan
perubahan pigmentasi.
Rasional : untuk
mengetahui adanya
tanda-tanda dehidrasi.
4. Berikan makanan yang
terpilih. (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi). Rasional:
membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan
individual
5. Monitor kalori dan
intake nutrisi. Rasional:
mengawasi masukan
nutrisi dan kalori dalam
tubuh

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya fluktuasi


keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh, letargi,
diharapkan pasien mampu: apnea, malas minum,
Terhindar dari resiko infeksi. gelisah dan ikterus.
Dengan kriteria hasil: Rasional: suhu tubuh
1. Pengetahuan: Kontrol meningkat dan nadi
infeksi Indikador: cepat mmerupakn awal
a. Menerangkan cara-cara terjadinya infeksi.
penyebaran. 2. Kaji riwayat ibu, kondisi
b. Menerangkan faktor- bayi selama kehamilan,
faktor yang berkontribusi dan epidemi infeksi
dengan penyebaran. diruang perawatan.
c. Menjelaskan tanda- Rasional: mengetahui
tanda dan gejala. adanya riwayat infeksi
d. Menjelaskan aktivitas selama kehamilan.
yang dapat 3. Ambil sampel darah.
meningkatkan resistensi Rasional: untuk sampel
terhadap infeksi. pada pemeriksaan
2. Status Nutrisi. laboratorium seperti
Indikator: eritrosit, leukosit,
a. Asupan nutrisi diferensiasi, dan
b. Asupan makanan dan immunoglobulin.
cairan 4. Upayakan pencegahan
c. Energi infeksi dari lingkungan.
d. Masa tubuh Misalnya : cuci tangan
e. Berat badan sebelum dan sesudah
3. Penyembuhan luka: Primer memegang bayi.
a. Kulit utuh Rasional: untuk
b. Berkurangnya drainase mencegah
purulen berpindahnya
c. Eritema disekitar kulit mikroorganisme dari
berkurang jari tangan ke tubuh
d. Edema disekitar kulit bayi.
berkurang
e. Suhu kulit tidak
meningkat
f. Luka tidak berbau
DAFTAR PUSTAKA

Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta:
Nuha Medika; 2010.
Jumiarni, I., Mulyati, S., & Nurlina, S. (2016). Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.
Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha Medika, Yogyakarta.
Surasmi. (2013). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai