Proposal Perkesmas (Imunisasi)
Proposal Perkesmas (Imunisasi)
PROPOSAL PERKESMAS
“PROGRAM IMUNISASI”
DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
2021
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Kasih dan Karunianya penulisan dan penyusunan proposal perkesmas mengenai
program imunisasi dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah PERKESMAS dengan
Sistem Penyuluhan di Universitas Kristen Indonesia. Tak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah dan pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini
Penulis
5
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 6
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………………………………………… .6
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
1. Mengetahui besar pencapaian bayi mendapat Imunisasi sebagai hasil kegiatan
promosi Imunisasi Dasar
2. Mengetahui kendala dan cara mengatasi nya dalam pelaksanaan
kegiatan promosi Imunisasi di Puskesmas Cawang.
3. Menjelaskan membuat perencanaan program promosi kesehatan
mewujudkan Bayi Indonesia Sehat Di Puskesmas Cawang.
4. Menjelaskan tujuan, sasaran, dan isi program promosi kesehatan
mewujudkan Bayi Indonesia Sehat Di Puskesmas Cawang.
5. Memaparkan penerapan program promosi kesehatan mewujudkan
Bayi Indonesia Sehat Di Puskesmas Cawang
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Pengertian
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja dimasukan antigen lemah
agar merangsang antibody keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. System imun tubuh mempunyai suatu system memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk ke dalam tubuh maka akan dibentuk antibody untuk melawan vaksin
tersebut dan system memorikan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya
tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibody
akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya. ( Atikah, 2010).
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin ke dalam tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit
tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin, BCG, DPT,
campak dan melalui mulut seperti vaksin polio ( IGN Ranuh, 2008).
Imunisasi dasar merupakan imunisasi rutin yang diberikan pada bayi sebelum usia
tahun yang tujukan untuk mencegah penyakit hepatitis B, poliomyelitis, TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus. Sedangkan imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar
untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjangkan masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar yang diberikan anak usia di
bawah dua tahun, anak usia sekolah dan wanita usia subur ( WUS ). Imunisasi lengkap
merupakan imunisasi yang sudah ditentukan pemerintah kepada populasi masyarakat
sesuai usia nya dan sudah mendapatkan semua imunisasi dasar dan lanjutan (Permenkes
RI Nomor 12 Tahun 2017).
Beberapa hal yang beredar dalam masyarakat yang mempengaruhi target cakupan
imunisasi antara lain rumor yang salah tentang imunisasi, masyarakat berpendapat
imunisasi menyebabkan anaknya menjadi sakit, cacat atau bahkan meninggal dunia,
pemahaman masyarakat terutama orang tua yang masih kurang tentang imunisasi, dan
motivasi orang tua untuk memberikan imunisasi pada anaknya masih rendah (Triana,
2017).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.4 tentang Gerakan Akeselerasi Imunisasi
Nasional Universal Child Immunization 2010-2014 (GAIN UCI 2010-2014) alasan anak
tidak atau tidak lengkapan mendapatkan imunisasi
Alasan Presentase
Kurangnya pengetahuan ibu akan 20%
kebutuhan imunisasi
Kurangnya vaksin 9%
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit tersebut adalah
difteri, tetanus, batuk rejan (pertussis), campak (measles), polio dan tuberculosis.
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga
dirasakan oleh :
1. Imunisasi wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan pemerintah untuk seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat. Imunisasi wajib terdiri dari : Imunisasi Rutin, Imunisasi Tambahan dan
Imunisasi Khusus.
1. Imunisasi rutin
Kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal yang
ditentukan. Imunisasi rutin terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
Imunisasi Dasar : Imunisasi yang diberikan sebelum berusia 1 tahun
a. Fungsi
Komplikasi pada penderitaan TBC, sering terjadi pada penderita stadium lanjut.
Berikut, beberapa komplikasi yang bisa dialami:
Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan. Cara
pemberiannya melalui suntikan. Sebelum disuntikan, vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Imunisasi BCG
dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3
bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan
hasil negatif. Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan
suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerjasama antara ibu dengan petugas imunisasi
sangat diharapkan, agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat.
c. Efek samping
Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi
dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu
diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah
menjadi pastula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan khusus, karena
luka ini akan sembuh dengen sendirinya secara spontan. Kadang terjadi pembesaran kelenjar
regional diketiak atau leher. Pembesaran kelenjar ini terasa padat, namun tidak menimbulkan
demam.
d. Kontra Indikasi
Jika seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun dan Imunisasi
tidak boleh di berikan pada orang atau anak yang sedang menderita TBC (Proverawati dan
Andhini, 2010) dan pada saat kekebalan tubuh menurun seperti menderita infeksi HIV dan
menderita gizi buruk (IDAI, 2014).
a. Fungsi
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis,
tetanus. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran napas
bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau
batuk atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri.
Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih kurang 380 C, mual, muntah,
sakit waktu menelan dan terdapat pseudomembran putih keabu-abuan di faring, laring dan
tonsil, tidak mudah lepas dan mudah berdarah, leher membengkak seperti leher 17 sapi
disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak napas disertai bunyi (stridor).
Pada pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri. Pada proses infeksi
selanjutnya, bakteri difteri akan menyebarkan racun kedalam tubuh, sehingga penderita dapat
menglami tekanan darah rendah, sehingga efek jangka panjangnya akan terjadi kardiomiopati
dan miopati perifer. Cutaneus dari bakteri difteri menimbulkan infeksi sekunder pada kulit
penderita.
Difteri disebabkan oleh bakteri yang ditemukan di mulut, tenggorokan dan hidung. Difteri
menyebabkan selaput tumbuh disekitar bagian dalam tenggorokan. Selaput tersebut dapat
menyebabkan kesusahan menelan, bernapas, dan bahkan bisa mengakibatkan mati lemas.
Bakteri menghasilkan racun yang dapat menyebar keseluruh tubuh dan menyebabkan
berbagai komplikasi berat seperti kelumpuhan dan gagal jantung. Sekitar 10 persen penderita
difteri akan meninggal akibat penyakit ini. Difteri dapat ditularkan melalui batuk dan bersin
orang yang terkena penyakit ini.
Pertusis, merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman Bordetella Perussis.
Kuman ini mengeluarkan toksin yang menyebabkan ambang rangsang batuk menjadi rendah
sehingga bila terjadi sedikit saja rangsangan akan terjadi batuk yang hebat dan lama, batuk
terjadi beruntun dan pada akhir batuk menarik napas panjang terdengar suara “hup” (whoop)
yang khas, biasanya disertai 18 muntah. Batuk bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itu
pertusis disebut juga “batuk seratus hari”. Penularan penyakit ini dapat melalui droplet
penderita. Pada stadium permulaan yang disebut stadium kataralis yang berlangsung 1-2
minggu, gejala belum jelas. Penderita menunjukkan gejala demam, pilek, batuk yang makin
lama makin keras. Pada stadium selanjutnya disebut stadium paroksismal, baru timbul gejala
khas berupa batuk lama atau hebat, didahului dengan menarik napas panjang disertai bunyi
“whoops”. Stadium paroksismal ini berlangsung 4-8 minggu. Pada bayi batuk tidak khas,
“whoops” tidak ada tetapi sering disertai penghentian napas sehingga bayi menjadi biru
(Muamalah, 2006). Akibat batuk yang berat dapat terjadi perdarahan selaput lendir mata
(conjunctiva) atau pembengkakan disekitar mata (oedema periorbital). Pada pemeriksaan
laboratorium asupan lendir tenggorokan dapat ditemukan kuman pertusis (Bordetella
pertussis).
Batuk rejan adalah penyakit yang menyerang saluran udara dan pernapasan dan sangat
mudah menular. Penyakit ini menyebabkan serangan batuk parah yang berkepanjangan.
Diantara serangan batuk ini, anak akan megap-megap untuk bernapas. Serangan batuk
seringkali diikuti oleh muntah-muntah dan serangan batuk dapat berlangsung sampai
berbulan-bulan. Dampak batuk rejan paling berat bagi bayi berusia 12 bulan ke bawah dan
seringkali memerlukan rawat inap dirumah sakit. Batuk rejan dapat 19 mengakibatkan
komplikasi seperti pendarahan, kejang-kejang, radang paru-paru, koma, pembengkakan otak,
kerusakan otak permanen, dan kerusakan paru-paru jangka panjang. Sekitar satu diantara 200
anak di bawah usia enam bulan yang terkena batuk rejan akan meninggal. Batuk rejan dapat
ditularkan melalui batuk dan bersin orang yang berkena penyakit ini.
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Clostridium tetani.
Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat
asam (oksigen). Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang dewasa. Pada bayi
penularan disebabkan karena pemotongan tali puat tanpa alat yang steril atau dengan cara
tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi spora
kuman tetanus. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi karena luka yang kotor atau
luka terkontaminasi spora kuman tetanus, kuman ini paling banyak terdapat pada usus kuda
berbentuk spora yang tersebar luas di tanah
Penderita akan mengalami kejang-kejang baik pada tubuh maupun otot mulut sehingga
mulut tidak bisa dibuka, pada bayi air susu ibu tidak bisa masuk, selanjutnya penderita
mengalami kesulitan menelan dan kekakuan pada leher dan tubuh. Kejang terjadi karena
spora kuman Clostridium tetani berada pada lingkungan anaerob, kuman akan aktif dan
mengeluarkan toksin 20 yang akan menghancurkan sel darah merah, toksin yang merusak sel
darah putih dari suatu toksin yang akan terikat pada syaraf menyebabkan penurunan ambang
rangsang sehingga terjadi kejang otot dan kejang-kejang, biasanya terjadi pada hari ke 3 atau
ke 4 dan berlangsung 7-10 hari. Tetanus dengan gejala riwayat luka, demam, kejang
rangsang, risus sardonicus (muka setan), kadang-kadang disertai perut papan dan opistotonus
(badan lengkung) pada umur diatas 1 bulan.
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular. Suntikan diberikan
pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Cara memberiakn vaksin ini,
sebagai berikut:
1. Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh kaki
telanjang 2. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
2. Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
3. Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
4. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke dalam
otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan secara pelan-pelan
Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan sampai 11 bulan
dengan interval 4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena pemberian pertama antibodi
dalam tubuh masih sangat rendah, pemberian kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga
diperoleh cukupan antibodi. Daya proteksi vaksin difteri cukup baik yiatu sebesar 80-90%,
daya proteksi vaksin tetanus 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis masih rendah
yaitu 50-60%, oleh karena itu, anak-anak masih berkemungkinan untuk terinfeksi batuk
seratus hari atau pertusis, tetapi lebih ringan.
c. Efek samping
Pemberian imunisasi DPT memberikan efek samping ringan dan berat, efek ringan seperti
terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan demam, sedangkan efek berat
bayi menangis hebat kerana kesakitan selama kurang lebih empat jam, kesadaran menurun,
terjadi kejang, ensefalopati, dan syok.
d. Kontra Indikasi
Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah dan menderita
penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang
diduga menderita batuk rejan dalam tahap awal pada penyakit gangguan kekebalan. Bila
suntikan DPT pertama terjadi reaksi maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DPT
lagi melainkan DT saja. Sakit batuk, pilek dan demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan
merupakan kontra indikasi yang mutlak (Proverawati dan Andhini, 2010)
3. Imunisasi hepatitis B
a. Fungsi Imunisasi
b. Gejala
Gejala mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan
muntah serta demam, urine menjadi kuning dan sakit perut.
Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi intramuskular.
Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair. Terdapat vaksin Prefill Injection Device
(B-PID) yang diberikan sesaat setelah lahir, dapat diberikan pada usia 0-7 hari. Vaksin B-PID
disuntikan dengan 1 buah HB PID. Vaksin ini, menggunakan Profilled Injection Device
(PID), merupakan jenis alat suntik yang hanya diberikan pada bayi. Vaksin juga diberikan
pada anak usia 12 tahun yang dimasa kecilnya belum diberi vaksin hepatitis B. Selain itu
orang –orang yang berada dalam rentan risiko hepatitis B sebaiknya juga diberi vaksin ini.
d. Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
e. Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini
tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang
4. Imunisasi polio
a. Fungsi
1. Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
2. Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Imunisasi dasar polio diberiakn 4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan interval tidak kurang
dari 4 minggu. Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian
pada saat 29 masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia
umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung
kemulut anak atau dengan atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. Cara pemakaian:
1. Orang tua memegang bayi dengan lengan kepala di sangga dan dimiringkan ke
belakang.
2. Mulut bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan pipi
bayi dengan jari-jari.
3. Teteskan dengan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan
alat tetes menyentuh bayi
c. Efek samping
Pada umunya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang
disebabkan oleh vaksin jarang terjadi.
d. Kontra Indikasi
Kontraindikasi terhadap OPV tidak boleh diberikan pada orang yang menderita sakit
akut termasuk diare atau disfungsi gastrointestinal akut atau berat, sakit ringan seperti pilek
atau batuk tidak termasuk dalam kontraindikasi. Vaksin juga tidak boleh diberikan pada
penderita yang mengalami hipogammaglobulinemia berat, penyakit gastrointestinal. OPV
juga tidak diberikan pada orang yang mengkonsumsi obat kortikosteroid atau imunosupresif.
5. Imunisasi campak
a. Fungsi Imunisai
b. Gejala klinis
1. Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam
keluar
2. Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat.
Membaik dengan cepat pada saat panas menurun.
3. Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan
keradangan disertai dengan keluhan fotofobia.
4. Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai
puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.
5. Munculnya bercak koplik (koplik’s spot) umumnya pada sekitar 2 hari
sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa
jam atau hari. Koplik’s spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah
epitel bukal yang merah, merupakan tanda klinik yang patognomonik untuk
campak.
6. Ruam makulopapular semula berwarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama
pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah
perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka
dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang
ruamnya diskreta dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki
tidak mengalami desquamasi.
c. Cara pemberian dan dosis
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11
bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian suntikan
diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan. Cara pemberian:
a. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh
lengan telanjang.
b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-jari tangan
untuk menekan ke atas lengan bayi.
c. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45
derajat.
d. Usahakan kestabilan posisi jarum.
d. Efek samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang
dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
e. Kontraindikasi
Vaksin BCG
Deskripsi Indikasi Cara Pemberian Efek Samping Penanganan Efek
dan Dosis Samping
Vaksin BCG Pemberian b) Dosis pemberian 2-6 minggu a) Apabila ulkus
merupakan kekebalan 0,5ml sebanyak 1 setelah mengeluarkan
vaksin beku aktif pada kali dilakukan cairan , perlu di
kering yang tuberkolisis c) Disuntik secara pemberian kompres dengan
mengandung Intrakutan di daerah imunisasi BCG, antiseptic
Mycribacteru lengan kanan atas Daerah bekas b) Apabila cairan
m bovis hidup (insertion musculus suntikan timbul bertambah banyak
yang telah deltoideus) dengan bisul kecil atau koreng
dilemahkan menggunakan ADS (papula) yang semakin membesar,
( Bacillus 0,05Ml semakin anjurkan orang tua
Camette membesar dan untuk membawa
Guerin), strain terjadi userasi kembali bayinya ke
paris dalam waktu 2- tenaga kesehatan.
4bulan
kemudian
menyembuh
perlahan dengan
tanda timbulnya
jaringan parut
dengan diamer
2-10cm
Vaksin DPT-HB-HIB
Deskripsi Kontra Cara Pemberian Efek Samping Penanganan Efek
Indikasi dan Dosis Samping
Vaksin DPT-HB- Kejang atau b) Cara pemberian Reaksi Lokal 1. Dianjurkan
HIB digunakan gejala melalui sementara, seperti memberikan
untuk kelainan otak Intramuskular terjadinya minum lebih
pencegahan pada bayi pada pembengkakan banyak (asi
terhadap baru lahir Anterolateral ,nyeri dan atau sari buah)
penyakit difteri, aatau kelainan paha atas kemerahan pada 2. Jika demam,
tetanus pertussis saraf serius c) Satu dosis anak lokasi suntikan kenakan
(batuk rejan) , 0,5ml disertai timbulnya pakaian yang
hepatitis B, dan demam, kadang- tipis
infeksi kadang terjadi 3. Bekas suntikan
Haemophilus reaksi berat seperti yang nyeri
influenza tipe B demam tinggi, dapat di
secara simultan. irritabilitas (rewel) kompres air
dan menangis dingin
dengan nada tinggi 4. Jika demam ,
dapat terjadi dalam berikan
24 jam setelah paracetamol
pemberian. 15mg/kgBB
setiap 3-4 jam
(maksimal 6
kali dalam 24
jam)
5. Bayi boleh
dimandikan,
cukup diseka
dengan air
hangat.
Jika reaksi
memberat
bawa ke dokter
Vaksin Hepatitis B
Deskripsi Kontra Cara Pemberian Efek Samping Penanganan Efek
Indikasi dan Dosis Samping
Vaksin Virus Penderita b) Dosis 0,5 ml Reaksi lokal seperti rasa • Orangtua dianjurkan
recombinan yang infeksi berat atau 1 buah HB sakit, kemerahan dan untuk memberikan
telah di yang disertai PID secara pembengkakan di minum lebih banyak
inaktivasikan dan kejang. intramuscular sekitar tempat (ASI).
bersifat non- sebaiknya pada penyuntikan. Reaksi
• Jika demam, kenakan
infecious, berasal anterolateral yang terjadi bersifat
pakaian yang tipis.
dari HBsAg. paha ringan dan biasanya
• Bekas suntikan yang
c) Pemberian hilang setelah 2 hari.
nyeri dapat
sebanyak 3
dikompres air dingin.
dosis
• Jika demam berikan
d) Dosis pertama
paracetamol 15
usia 0-7 hari,
mg/kgBB setiap 3–4
dosis berikutnya
jam (maksimal 6 kali
interval
dalam 24 jam).
minimum 4
minggu (1 • Bayi boleh mandi
bulan) atau cukup diseka
dengan air hangat.
Vaksin Polio Oral (oral polio vaccine (OPH) )
Deskripsi Indikasi Cara Pemberian Efek Samping Penanganan Efek
dan Dosis Samping
Vaksin Untuk Secara oral (melalui mulut), 1 Sangat jarang terjadi Orangtua tidak perlu
Polio Trivalent pemberian dosis (dua tetes) sebanyak 4 reaksi sesudah imunisasi melakukan tindakan apa
Yang terdiri dari kekebalan aktif kali (dosis) pemberian, polio oral. Setelah pun.
suspen si virus terhadap dengan interval setiap dosis mendapat vaksin polio
poliomyelitis tipe 1, 2, poliomyelitis minimal 4 minggu. oral bayi boleh makan
dan 3 (strain Sabin) minum seperti biasa.
yang sudah Apabila muntah dalam
dilemahkan. 30 menit segera diberi
dosis ulang.
Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan dari imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan tubuh dan memperpanjang masa perlindungan yang sduah
mendapatkan imunisasi dasar, diberikan kepada anak dibawah usia 3 (TIGA) tahun (balita),
anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur.
Vaksin DT
Deskripsi Indikasi Cara Pemberian dan Efek Samping Penanganan Efek
Dosis Samping
Suspensi kolodial Pemberian Secara intra muskular atau Gejala-gejala seperti • Orangtua dianjurkan
homogen berwarna kekebalan subkutan dalam, dengan dosis lemas dan untuk memberikan
putih susu simultan 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak kemerahan pada minum anak lebih
mengandung toksoid terhadap difteri usia di bawah 8 tahun. lokasi suntikan yang banyak.
tetanus dan toksoid dan tetanus bersifat sementara,
• Jika demam, kenakan
difteri murni yang pada anak- dan kadang-kadang
pakaian yang tipis
terabsorpsi ke anak. gejala demam.
• Bekas suntikan yang
dalam alumunium
nyeri dapat dikompres
fosfat.
air dingin
b) Imunisasi Tambahan
Imunisasi ini diberikan pada kelompok umur tertentu yang berisiko terkena
penyakit sesuai epidemiologis pada periode waktu tertentu yang termasuk dalam
kegiatan imunisasi tambahan adalah Backlog fighting, Crash program, PIN (Pekan Imunisasi
Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaign campak dan Imunisasi dalam Penanganan KLB. Pemberian
imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan untuk melengkapi imunisasi dasar atau lanjutan pada
target sasaran yang belum tercapai.
c) Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi masyarakat
terhadapa penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan
calon Jemaah haji/ umrah, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi
kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus antara lain imunisasi Meningu=it is Meningokokus,
Imunisasi Demam Kuning dan Imunisasi Anti Rabies
2. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang di berikan kepada seseorang sesuai
dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit
menular tertentu yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid, HPV
4.Vaksin DPT
DPT diberikan sejak si kecil mulai berusia 6 minggu, berupa vaksin DTWP atau
DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Booster pertama
diberikan pada umur 18 bulan. Booster berikutnya diberikan pada umur 5- 7 tahun atau pada
program BIAS kelas 1. Untuk anak yang berusia 7 tahun atau lebih, maka menggunakan
vaksin Td atau Tdap. Booster selanjutnya diberikan pada umur 10-18 tahun atau pada
program BIAS kelas 5. Booster Td diberikan setiap 10 tahun.
9. Vaksin MR / MMR
Saat si kecil berusia 9 bulan, berikan vaksin MR. Namun, jika sampai usia 12 bulan si kecil
belum juga mendapat vaksin MR, maka dapat diberikan vaksin MMR. Umur 18 bulan
berikan MR atau MMR. Umur 5–7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau
MMR.
Campak 9 bulan Td 2 -3 SD
Catatan :
Pemberian Hepatitis B paling optimal diberukan pada bayi <24 jam pasca persalinan
dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus daerah akses kulit
pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari
Bayi lahir di Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik, imunisasi BCG dan polio 1
diberikan sebelum dipulangkan
Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan dapat diberikan sampai <1 tahun
tanpa perlu melakukan tes mantoux
Batita yang telah lengkap imunisasi dasar dna mendapatkan imunisasi lanjutan DPT HB
Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3
Anak usia sekolah yang sudah mendapatkan imunisasi dasar dan lanjutan DPT HB Hib
serta mendapatkan imunisasi Dt dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi T5
2.6. Satuan Acara Penyuluhan
Waktu : ± 25 menit
Tempat : Zoom
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
1. Pengertian Imunisasi
2. Tujuan Imunisasi
3. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
4. Jenis Imunisasi
5. Jadwal Imunisasi
IV. PESERTA
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
VI. MEDIA
1. Leaflet
2. Apk zoom + Power point
3. Video
VII. EVALUASI
4 5 menit Teriminasi :
Uraian tugas :
Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta, mengatur proses
dan lama penyuluhan dan menutup acara penyuluhan
2. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas :
3. Fasilitator
Uraian tugas :
Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan dan menyiapkan media yang
akan dipergunakan oleh penyaji
4. Observer
Uraian tugas :
Ringkasan materi :
PENTINGNYA IMUNISASI
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin ke dalam tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit tertentu.
Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui
mulut seperti vaksin polio
1. Polio (Poliomyelitis)
Polio disebabkan oleh virus. Penyakit ini sangat mudah menular melalui air liur.
Tanda-tanda awalnya adalah anak demam, batuk dan menjadi rewel. Dua hari kemudian leher
menjadi kaku, sakit kepala dan kaki terasa kaku. Pada hari berikutnya salah satu kaki atau
lengan menjadi lemas dan lumpuh.Walaupun dapat sembuh tetap akan cacat seumur hidup.
Kelumpuhan juga dapat terjadi pada otot pernafasan sehingga anak sulit bernafas. Polio tidak
dapat diobati, namun dapat dicegah dengan imunisasi.
2. TBC (Tuberculosis)
Penyakit ini sering mewabah. Penyebabnya adalah virus Morbili. Menyerang selaput
lendir dan kulit. Ciri-cirinya adalah demam 3 – 5 hari, disertai batuk dan pilek. Kemudian
timbul kemerahan dimulai dari belakang telinga, menjalar ke leher, muka, dahi, dada dan ke
seluruh tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit ini adalah Enchepalitis (radang
otak) dan Bronchopneumonia (radang paru).
4. Diphteri
6. Tetanus
Tetanus disebabkan oleh Clostridium Tetani yang dapat bertahan hidup bertahun-
tahun di tanah yang lembab, pada tubuh dan kotoran hewan. Penyakit ini menyerang semua
usia dengan gejala kejang pada otot muka, mulut terkunci, leher, tulang belakang dan
punggung kaku, perut kram dan keras seperti papan, serta anggota gerak kejang. Pada bayi
baru lahir (5 – 28 hari) mendadak tidak mau menyusu lagi karena mulutnya kaku.
7. Hepatitis B
Ciri-ciri penyakit ini adalah mual muntah, dan kadang warna kuning pada kulit.
Penyakit ini berlangsung secara menahun dan akan mengakibatkan kanker hati di kemudian
hari.
D. Jenis imunisasi
1. Imunisasi Polio
3. Imunisasi Campak
5. Imunisasi Hepatitis B
E. Jadwal Imunisasi
Jadwal imunisasi wajib dari pemerintah :
9 bulan Campak
Refrensi:
1. Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Pelaksanaan Imunisasi Modul Latihan Petugas
Imunisasi, Jakarta, (2007).
2. Departemen Kesehatan, Bercakap Dengan Ibu-Ibu-Petunjuk Bagi Kader Dalam Rangka
Promosi Posyandu, Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 2008.
3. Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta, 2008.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Sedangkan vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat antigen yang dimasukkan
ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui
mulut seperti vaksin polio ( IGN Ranuh, 2008). Tujuan imunisasi adalah mecegah
bayi, anak dibawah usia dua tahun, anak usia sekolah dan bahkan wanita usia subur
dari penyakit tertentu seperti Tuberkolosis, Difteri, Polio, mengurangi angka
kecacatan maupun kematian yang terjadi pada anak di Indonesia akibat penyaki
tertentu. Di Indonesia terdapat imunisasi yang di wajibkan oleh pemerintah pada
setiap balita sebagaimana di wajibkan WHO yaitu imunisasi dasar lengkap 1 dosis
BCG, 3 dosis DPT – HB Hib, 1 dosis Campak dan 4 dosis Polio (Kemenkes RI,
2015).
Adapun akibat yang akan terjadi bila anak tidak mendapatkan atau tidak
melakukan imunisasi secara lengkap maupun rutin maka anak berisiko terkena
penyakit-penyakit seperti Hepatitis B, TBC, Polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
dan campak yangakan menyebabkan kematian pada anak. Sistem kekebalan tubuh
pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak sekuat anak yang diberi
imunisasi, tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk ke dalam tubuh
sehingga tidak dapat melawannya dan akan membuat anak rentan terhadap penyakit
sehingga besar kemungkinan juga dapat menularkannya ke orang sekitarnya.
3.2. Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap agar kita senantiasa mengikuti
program imunisasi dasar lengkap pada bayi dan anak usia sekolah. Imunisasi sangat
penting bagi pertumbuhan bayi karena dapat memberikan kekebalan tubuh serta
mencegah terjadinya infeksi tertentu. Bagi orang tua yang memiliki bayi atau balita
sebaiknya selalu memperhatikan imunisasi yang belum diberikan saat bayi.
DAFTAR PUSTAKA
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-
Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
LAMPIRAN
Sesi Pertanyaan :
1. selamat pagi pak dan ibu dosen dan kakak dan Abang saya ingin apa Ada “ilmuwan”
menyatakan bahwa “imunisasi berbahaya” terdapat zat-zat berbahaya yang dapat
merusak otak ? ( Marselina)
2. Kan di imunisasi itu ada waktu pemberian imunisasi kan nah kalau ada lewat dari batas
waktu yg dikasih apakah tetap dilakukan atau tidak? (Marlin)