Anda di halaman 1dari 40

3

PROPOSAL PERKESMAS

“PROGRAM IMUNISASI”

DISUSUN OLEH :

Betty Stefania (1863030002)

Laura Christine (1863030009)

Jeni Nur Aini ( 1863030007)

Maria Bladina Peni ( 1863030019)

DOSEN PEMBIMBING :

I Made Mertajaya M.kes

PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2021
4
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Kasih dan Karunianya penulisan dan penyusunan proposal perkesmas mengenai
program imunisasi dapat terselesaikan.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah PERKESMAS dengan
Sistem Penyuluhan di Universitas Kristen Indonesia. Tak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah dan pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini

Dengan penulisan konsep dan asuhan keperawatan ini penulis berharap


dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembacanya.

Penulis menyadari dalam pembuatan konsep dan asuhan keperawatan ini


masih banyak kekurangan di banyak bagian, untuk itu penulis sangat
berterimakasih bila ada pihak-pihak yang mengkoreksi dan memberikan kritik dan
saran supaya penulis dapat memperbaikinya.

Jakarta, 22 Januari 2021

Penulis
5
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 6
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………………………………………… .6

BABII TINJAUAN TEORITIS..................................................................................7


2.1 Pengertin Imunisasi..............................................................................................7
2.2 Tujuan dan Manfaat Imunisasi.............................................................................9
2.3 Sasaran Imunisasi.................................................................................................9
2.4 Jenis Imunisasi...................................................................................................10
2.5 Jadwal Imunisasi................................................................................................28
2.6 Satuan Acara Penyuluhan ..................................................................................30
BAB III PENUTUP...................................................................................................39
3.1 Kesimpulan........................................................................................................39
3.2 Saran..................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................40
6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak


dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita dengan
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat antibody
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Proses pembentukan antibody untuk
melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah sedangkan program
imunisasi melalui kekebalan vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem
kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibody dalam upaya melawan penyakit
dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat antibodi yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikkan
seperti vaksin BCG, Hepatitis, DPT, campak dan melalui mulut seperti polio.
Tujuan pemberian imunisasi adalah balita menjadi kebal terhadap penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi sehingga dapat menurunkan angka morbiditas da
angka mortilitas serta mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu
(Ismoedjanto), 2003)
Program imunisasi merupakan sebuah keberhasilan dalam mencegah
penyakit infeksi, hal ini terbukti dari menurunnya insiden penyakit menular di
Amerika Serikat dan Negara lain sejak pertengahan abad ke 20. Program
imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi balita terhadap penyakit
tertentu. Program imunissi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan
terjangkit penyakit menular yaitu balita.Di Indonesia terdapat imunisasi yang di
wajibkan oleh pemerintah pada setiap balita sebagaimana di wajibkan WHO
yaitu imunisasi dasar lengkap 1 dosis BCG, 3 dosis DPT – HB Hib, 1 dosis
Campak dan 4 dosis Polio (Kemenkes RI, 2015).
Pembangunan kesehatan mengutamakan upaya promotif dan preventif
seperti program imunisasi yang terbukti sangat efektif untuk menurunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian akibat PD3I ( Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi ). Secara global diperkirakan 2-3 juta kematian per tahunnya
7
berhasil dicegah tetapi masih ada sekitar 22 juta bayi didunia yang belum
mendapatkan imunisasi lengkap dan sebesar 9,5 juta adalah di wilayah Asia
Tenggara termasuk didalamnya Indonesia. Menurut data yang didapat dari
Departemen Kesehatan RI tahun 2009 jumlah bayi di Indonesia yang menjadi
sasaran imunisasi sebanyak 4.866.434 anak dan cakupan imunisasi pada tahun
tersebut sebesar 95% ( Depkes RI, 2009).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI) 2014, angka
kematian balita masih mencapai 40/1.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi
32/1.000 kelahran hidup dan angka kematian neonatal 19/1.000 kelahiran hidup.
Data Riskeda 2014 menunjukkan sekitar 56% kematian bayi dan 43% kematian
balita terjadi pada masa neonatal ini terjadi dalam satu minggu pertama (0-6 hari)
kehidupan bayi baru lahir, penyebab kematian neonatal salah satunya adalah
infeksi (Kemenkes RI, 2015).
Banyak faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya kegiatan imunisasi
atau belum di imunisasinya seorang bayi antara lain keterlibatan petugas
kesehatan dan partipasi masyarakat. Peran serta orang tua terutama ibu sebagai
pengasuh bayi merupakan seseorang penentu pemberian imunisasi pada bayi
minimal sampai 9 bulan dan merupakan faktor utama dalam menentukan
keberhasilan pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan
banyak isu yang tersebar sehingga seperti efek samping dari imunisasi ( adanya
rekasi panas pada badan balita sehingga bayi atau anak dianggap sakit setelah di
imunisasi) sehingga orang tua menolak membawa anaknya untuk memperoleh
imunisasi. Selain itu faktor kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu bayi
tentang pentingnya imunisasi sendiri turut berperan penting dalam menentukan
keberhasilan pelaksanaan imunisasi.
Adapun akibat yang akan terjadi bila anak tidak mendapatkan atau tidak
melakukan imunisasi secara lengkap maupun rutin maka anak berisiko terkena
penyakit-penyakit seperti Hepatitis B, TBC, Polio, DPT (Difteri, Pertusis,
Tetanus) dan campak yangakan menyebabkan kematian pada anak. Sistem
kekebalan tubuh pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak sekuat anak
yang diberi imunisasi, tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk ke dalam
tubuh sehingga tidak dapat melawannya dan akan membuat anak rentan terhadap
penyakit sehingga besar kemungkinan juga dapat menularkannya ke orang
sekitarnya.
8
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
1. Bagaimana desain program promosi kesehatan Imunisasi Dasar yang bisa
mengatasi masyarakat atau ibu-ibu yang beranggapan bahwa imunisasi itu
berdampak negative bagi bayinya?
2. Bagiamana manajemen kegiatan promosi Imunisasi
Dasar di Puskesmas Cawang?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut.
1. Mengetahui besar pencapaian bayi mendapat Imunisasi sebagai hasil kegiatan
promosi Imunisasi Dasar
2. Mengetahui kendala dan cara mengatasi nya dalam pelaksanaan
kegiatan promosi Imunisasi di Puskesmas Cawang.
3. Menjelaskan membuat perencanaan program promosi kesehatan
mewujudkan Bayi Indonesia Sehat Di Puskesmas Cawang.
4. Menjelaskan tujuan, sasaran, dan isi program promosi kesehatan
mewujudkan Bayi Indonesia Sehat Di Puskesmas Cawang.
5. Memaparkan penerapan program promosi kesehatan mewujudkan
Bayi Indonesia Sehat Di Puskesmas Cawang
BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1. Pengertian

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja dimasukan antigen lemah
agar merangsang antibody keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. System imun tubuh mempunyai suatu system memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk ke dalam tubuh maka akan dibentuk antibody untuk melawan vaksin
tersebut dan system memorikan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya
tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibody
akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya. ( Atikah, 2010).

Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin ke dalam tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit
tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin, BCG, DPT,
campak dan melalui mulut seperti vaksin polio ( IGN Ranuh, 2008).

Imunisasi dasar merupakan imunisasi rutin yang diberikan pada bayi sebelum usia
tahun yang tujukan untuk mencegah penyakit hepatitis B, poliomyelitis, TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus. Sedangkan imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar
untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjangkan masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar yang diberikan anak usia di
bawah dua tahun, anak usia sekolah dan wanita usia subur ( WUS ). Imunisasi lengkap
merupakan imunisasi yang sudah ditentukan pemerintah kepada populasi masyarakat
sesuai usia nya dan sudah mendapatkan semua imunisasi dasar dan lanjutan (Permenkes
RI Nomor 12 Tahun 2017).

Beberapa hal yang beredar dalam masyarakat yang mempengaruhi target cakupan
imunisasi antara lain rumor yang salah tentang imunisasi, masyarakat berpendapat
imunisasi menyebabkan anaknya menjadi sakit, cacat atau bahkan meninggal dunia,
pemahaman masyarakat terutama orang tua yang masih kurang tentang imunisasi, dan
motivasi orang tua untuk memberikan imunisasi pada anaknya masih rendah (Triana,
2017).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.4 tentang Gerakan Akeselerasi Imunisasi
Nasional Universal Child Immunization 2010-2014 (GAIN UCI 2010-2014) alasan anak
tidak atau tidak lengkapan mendapatkan imunisasi

Alasan Presentase
Kurangnya pengetahuan ibu akan 20%
kebutuhan imunisasi

Kurangnya pengetahuan tentang 13%


kelengkapan imunisasi

Kurangnya pengetahuan tentang jadwal 8%


imunisasi

Ketakutan efek samping 13%

Persepsi yang salah akan kontraindikasi 3%

Penudaan imunisasi 12%

Kurang kepercayaan tentang manfaat 4%


imunisasi

Adanya rumor yang buruk tentang 3%


imunisasi

Tempat imunisasi yang terlalu jauh 6%

Jadwal pemberian imunisasi yang tidak 4%


tepat

Ketidakhadiiran petugas imunisasi 35%

Kurangnya vaksin 9%

Orang tua anak terlalu sibuk 13%

Adanya maslah keluarga seperti ibu 3%


sedang sakit

Anak tidak hadir karena sakit 30%

Anak hadir tapi dalam keadaan sakit 9%

Terlalu lama menunggu 2%

Biaya tidak terjangkau 6%


2.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada


seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi cacar variola.
(Matondang, C.S & Siregar, S.P, 2008).

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit tersebut adalah
difteri, tetanus, batuk rejan (pertussis), campak (measles), polio dan tuberculosis.

Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga
dirasakan oleh :

a) Anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan


cacat atau kematian.
b) Keluarga : Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit,
mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman
c) Negara : Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan Negara (Proverati, 2010)

2.3. Sasaran Imunisasi

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian


Hepatitis B 0-7 hari 1
BCG 1 bulan 1
Polio/IPV 1,2,3,4, bulan 4
DPT-HB-Hib 2,3,4 bulan 3
Campak 9 bulan 1
Tabel 2.1 Sasaran Imunisasi Pada Bayi

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian


DPT-HB-Hib 18 bukan 1
Campak 24 bulan 1
Tabel 2.2 Sasaran Imunisasi Pada Anak Balita
Sasaran Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Keterangan
Kelas 1 SD Campak Bulan Agustus Bulan Imunisasi
Kelas 1 SD DT Bulan November Anak Sekolah
Kelas 2 dan 3 SD Td Bulan November (BIAS)
Tabel 2.3 Sasaran Imunisasi Pada Anak Sekolah Dasar

2.4. Jenis Imunisasi

1. Imunisasi wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan pemerintah untuk seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat. Imunisasi wajib terdiri dari : Imunisasi Rutin, Imunisasi Tambahan dan
Imunisasi Khusus.
1. Imunisasi rutin
Kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal yang
ditentukan. Imunisasi rutin terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
 Imunisasi Dasar : Imunisasi yang diberikan sebelum berusia 1 tahun

1. Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)

a. Fungsi

Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG) berfungsi untuk mencegah penularan


Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama
Mycobacterium tuberculosis complex. Pada manusia, TBC terutama menyerang sistem
pernafasan (TB paru), meskipun organ tubuh lainnya juga dapat terserang (penyebaran atau
ekstraparu TBC). Mycobacterium tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk seseorang.
Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit paru-paru dan terdapat bakteria
didahaknya. Kondisi lingkungan yang gelap dan lembab juga mendukung terjadinya
penularan. Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya
percikan udara yang mengandung bakteri tuberkulosis. Bakteri ini dapat menyerang berbagai
organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi,
ginjal, hati, atau selaput selaput otak (yang terberat). Infeksi primer terjadi saat seseorang
terjangkit bakteri TB untuk pertama kalinya. Bakteri ini sangat kecil ukurannya sehingga
dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berkembang

Komplikasi pada penderitaan TBC, sering terjadi pada penderita stadium lanjut.
Berikut, beberapa komplikasi yang bisa dialami:

1. Hemomtasis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipofolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Lobus yang tidak berfungsi akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat) pada proses pemulihan atau retraksi pada paru.
4. Pneumotorak spontan (adanya udara di dalam rongga pleura): kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lainnya seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
6. Insufiensi kardio pulmoner.

b. Cara pemberian dan dosis

Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan. Cara
pemberiannya melalui suntikan. Sebelum disuntikan, vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Imunisasi BCG
dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3
bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan
hasil negatif. Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan
suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerjasama antara ibu dengan petugas imunisasi
sangat diharapkan, agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat.

c. Efek samping

Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi
dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu
diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah
menjadi pastula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan khusus, karena
luka ini akan sembuh dengen sendirinya secara spontan. Kadang terjadi pembesaran kelenjar
regional diketiak atau leher. Pembesaran kelenjar ini terasa padat, namun tidak menimbulkan
demam.

d. Kontra Indikasi
Jika seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun dan Imunisasi
tidak boleh di berikan pada orang atau anak yang sedang menderita TBC (Proverawati dan
Andhini, 2010) dan pada saat kekebalan tubuh menurun seperti menderita infeksi HIV dan
menderita gizi buruk (IDAI, 2014).

2. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)

a. Fungsi

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis,
tetanus. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran napas
bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau
batuk atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri.
Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih kurang 380 C, mual, muntah,
sakit waktu menelan dan terdapat pseudomembran putih keabu-abuan di faring, laring dan
tonsil, tidak mudah lepas dan mudah berdarah, leher membengkak seperti leher 17 sapi
disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak napas disertai bunyi (stridor).
Pada pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri. Pada proses infeksi
selanjutnya, bakteri difteri akan menyebarkan racun kedalam tubuh, sehingga penderita dapat
menglami tekanan darah rendah, sehingga efek jangka panjangnya akan terjadi kardiomiopati
dan miopati perifer. Cutaneus dari bakteri difteri menimbulkan infeksi sekunder pada kulit
penderita.

Difteri disebabkan oleh bakteri yang ditemukan di mulut, tenggorokan dan hidung. Difteri
menyebabkan selaput tumbuh disekitar bagian dalam tenggorokan. Selaput tersebut dapat
menyebabkan kesusahan menelan, bernapas, dan bahkan bisa mengakibatkan mati lemas.
Bakteri menghasilkan racun yang dapat menyebar keseluruh tubuh dan menyebabkan
berbagai komplikasi berat seperti kelumpuhan dan gagal jantung. Sekitar 10 persen penderita
difteri akan meninggal akibat penyakit ini. Difteri dapat ditularkan melalui batuk dan bersin
orang yang terkena penyakit ini.

Pertusis, merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman Bordetella Perussis.
Kuman ini mengeluarkan toksin yang menyebabkan ambang rangsang batuk menjadi rendah
sehingga bila terjadi sedikit saja rangsangan akan terjadi batuk yang hebat dan lama, batuk
terjadi beruntun dan pada akhir batuk menarik napas panjang terdengar suara “hup” (whoop)
yang khas, biasanya disertai 18 muntah. Batuk bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itu
pertusis disebut juga “batuk seratus hari”. Penularan penyakit ini dapat melalui droplet
penderita. Pada stadium permulaan yang disebut stadium kataralis yang berlangsung 1-2
minggu, gejala belum jelas. Penderita menunjukkan gejala demam, pilek, batuk yang makin
lama makin keras. Pada stadium selanjutnya disebut stadium paroksismal, baru timbul gejala
khas berupa batuk lama atau hebat, didahului dengan menarik napas panjang disertai bunyi
“whoops”. Stadium paroksismal ini berlangsung 4-8 minggu. Pada bayi batuk tidak khas,
“whoops” tidak ada tetapi sering disertai penghentian napas sehingga bayi menjadi biru
(Muamalah, 2006). Akibat batuk yang berat dapat terjadi perdarahan selaput lendir mata
(conjunctiva) atau pembengkakan disekitar mata (oedema periorbital). Pada pemeriksaan
laboratorium asupan lendir tenggorokan dapat ditemukan kuman pertusis (Bordetella
pertussis).

Batuk rejan adalah penyakit yang menyerang saluran udara dan pernapasan dan sangat
mudah menular. Penyakit ini menyebabkan serangan batuk parah yang berkepanjangan.
Diantara serangan batuk ini, anak akan megap-megap untuk bernapas. Serangan batuk
seringkali diikuti oleh muntah-muntah dan serangan batuk dapat berlangsung sampai
berbulan-bulan. Dampak batuk rejan paling berat bagi bayi berusia 12 bulan ke bawah dan
seringkali memerlukan rawat inap dirumah sakit. Batuk rejan dapat 19 mengakibatkan
komplikasi seperti pendarahan, kejang-kejang, radang paru-paru, koma, pembengkakan otak,
kerusakan otak permanen, dan kerusakan paru-paru jangka panjang. Sekitar satu diantara 200
anak di bawah usia enam bulan yang terkena batuk rejan akan meninggal. Batuk rejan dapat
ditularkan melalui batuk dan bersin orang yang berkena penyakit ini.

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Clostridium tetani.
Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat
asam (oksigen). Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang dewasa. Pada bayi
penularan disebabkan karena pemotongan tali puat tanpa alat yang steril atau dengan cara
tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi spora
kuman tetanus. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi karena luka yang kotor atau
luka terkontaminasi spora kuman tetanus, kuman ini paling banyak terdapat pada usus kuda
berbentuk spora yang tersebar luas di tanah

Penderita akan mengalami kejang-kejang baik pada tubuh maupun otot mulut sehingga
mulut tidak bisa dibuka, pada bayi air susu ibu tidak bisa masuk, selanjutnya penderita
mengalami kesulitan menelan dan kekakuan pada leher dan tubuh. Kejang terjadi karena
spora kuman Clostridium tetani berada pada lingkungan anaerob, kuman akan aktif dan
mengeluarkan toksin 20 yang akan menghancurkan sel darah merah, toksin yang merusak sel
darah putih dari suatu toksin yang akan terikat pada syaraf menyebabkan penurunan ambang
rangsang sehingga terjadi kejang otot dan kejang-kejang, biasanya terjadi pada hari ke 3 atau
ke 4 dan berlangsung 7-10 hari. Tetanus dengan gejala riwayat luka, demam, kejang
rangsang, risus sardonicus (muka setan), kadang-kadang disertai perut papan dan opistotonus
(badan lengkung) pada umur diatas 1 bulan.

b. Cara pemberian dan dosis

Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular. Suntikan diberikan
pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Cara memberiakn vaksin ini,
sebagai berikut:

1. Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh kaki
telanjang 2. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
2. Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
3. Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
4. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke dalam
otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan secara pelan-pelan

Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan sampai 11 bulan
dengan interval 4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena pemberian pertama antibodi
dalam tubuh masih sangat rendah, pemberian kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga
diperoleh cukupan antibodi. Daya proteksi vaksin difteri cukup baik yiatu sebesar 80-90%,
daya proteksi vaksin tetanus 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis masih rendah
yaitu 50-60%, oleh karena itu, anak-anak masih berkemungkinan untuk terinfeksi batuk
seratus hari atau pertusis, tetapi lebih ringan.

c. Efek samping

Pemberian imunisasi DPT memberikan efek samping ringan dan berat, efek ringan seperti
terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan demam, sedangkan efek berat
bayi menangis hebat kerana kesakitan selama kurang lebih empat jam, kesadaran menurun,
terjadi kejang, ensefalopati, dan syok.
d. Kontra Indikasi

Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah dan menderita
penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang
diduga menderita batuk rejan dalam tahap awal pada penyakit gangguan kekebalan. Bila
suntikan DPT pertama terjadi reaksi maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DPT
lagi melainkan DT saja. Sakit batuk, pilek dan demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan
merupakan kontra indikasi yang mutlak (Proverawati dan Andhini, 2010)

3. Imunisasi hepatitis B

a. Fungsi Imunisasi

hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh berkenalan terhadap penyakit hepatitis B,


disebakan oleh virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan tinggal
selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit virus hepatitis berisiko terkena kanker hati
atau kerusakan pada hati. Virus hepatitis B ditemukan didalam cairan tubuh orang yang
terjangkit termasuk darah, ludah dan air mani.

b. Gejala

Gejala mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan
muntah serta demam, urine menjadi kuning dan sakit perut.

c. Cara pemberian dan dosis

Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi intramuskular.
Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair. Terdapat vaksin Prefill Injection Device
(B-PID) yang diberikan sesaat setelah lahir, dapat diberikan pada usia 0-7 hari. Vaksin B-PID
disuntikan dengan 1 buah HB PID. Vaksin ini, menggunakan Profilled Injection Device
(PID), merupakan jenis alat suntik yang hanya diberikan pada bayi. Vaksin juga diberikan
pada anak usia 12 tahun yang dimasa kecilnya belum diberi vaksin hepatitis B. Selain itu
orang –orang yang berada dalam rentan risiko hepatitis B sebaiknya juga diberi vaksin ini.

d. Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
e. Kontra indikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini
tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang

4. Imunisasi polio

a. Fungsi

Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyelitis. Pemberian vaksin


polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Terdapat 2 macam vaksin polio:

1. Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
2. Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

b. Cara pemberian dan dosis

Imunisasi dasar polio diberiakn 4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan interval tidak kurang
dari 4 minggu. Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian
pada saat 29 masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia
umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung
kemulut anak atau dengan atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. Cara pemakaian:

1. Orang tua memegang bayi dengan lengan kepala di sangga dan dimiringkan ke
belakang.
2. Mulut bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan pipi
bayi dengan jari-jari.
3. Teteskan dengan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan
alat tetes menyentuh bayi

c. Efek samping

Pada umunya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang
disebabkan oleh vaksin jarang terjadi.

d. Kontra Indikasi
Kontraindikasi terhadap OPV tidak boleh diberikan pada orang yang menderita sakit
akut termasuk diare atau disfungsi gastrointestinal akut atau berat, sakit ringan seperti pilek
atau batuk tidak termasuk dalam kontraindikasi. Vaksin juga tidak boleh diberikan pada
penderita yang mengalami hipogammaglobulinemia berat, penyakit gastrointestinal. OPV
juga tidak diberikan pada orang yang mengkonsumsi obat kortikosteroid atau imunosupresif.

5. Imunisasi campak

a. Fungsi Imunisai

Campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.


Campak, measles atau rubelal adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari
setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne).

b. Gejala klinis

1. Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam
keluar
2. Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat.
Membaik dengan cepat pada saat panas menurun.
3. Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan
keradangan disertai dengan keluhan fotofobia.
4. Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai
puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.
5. Munculnya bercak koplik (koplik’s spot) umumnya pada sekitar 2 hari
sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa
jam atau hari. Koplik’s spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah
epitel bukal yang merah, merupakan tanda klinik yang patognomonik untuk
campak.
6. Ruam makulopapular semula berwarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama
pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah
perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka
dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang
ruamnya diskreta dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki
tidak mengalami desquamasi.
c. Cara pemberian dan dosis

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11
bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian suntikan
diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan. Cara pemberian:

a. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh
lengan telanjang.
b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-jari tangan
untuk menekan ke atas lengan bayi.
c. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45
derajat.
d. Usahakan kestabilan posisi jarum.

d. Efek samping

Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang
dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

e. Kontraindikasi

Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang mengalami


immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena
leukimia, dan limfoma.

Vaksin BCG
Deskripsi Indikasi Cara Pemberian Efek Samping Penanganan Efek
dan Dosis Samping
Vaksin BCG Pemberian b) Dosis pemberian 2-6 minggu a) Apabila ulkus
merupakan kekebalan 0,5ml sebanyak 1 setelah mengeluarkan
vaksin beku aktif pada kali dilakukan cairan , perlu di
kering yang tuberkolisis c) Disuntik secara pemberian kompres dengan
mengandung Intrakutan di daerah imunisasi BCG, antiseptic
Mycribacteru lengan kanan atas Daerah bekas b) Apabila cairan
m bovis hidup (insertion musculus suntikan timbul bertambah banyak
yang telah deltoideus) dengan bisul kecil atau koreng
dilemahkan menggunakan ADS (papula) yang semakin membesar,
( Bacillus 0,05Ml semakin anjurkan orang tua
Camette membesar dan untuk membawa
Guerin), strain terjadi userasi kembali bayinya ke
paris dalam waktu 2- tenaga kesehatan.
4bulan
kemudian
menyembuh
perlahan dengan
tanda timbulnya
jaringan parut
dengan diamer
2-10cm

Vaksin DPT-HB-HIB
Deskripsi Kontra Cara Pemberian Efek Samping Penanganan Efek
Indikasi dan Dosis Samping
Vaksin DPT-HB- Kejang atau b) Cara pemberian Reaksi Lokal 1. Dianjurkan
HIB digunakan gejala melalui sementara, seperti memberikan
untuk kelainan otak Intramuskular terjadinya minum lebih
pencegahan pada bayi pada pembengkakan banyak (asi
terhadap baru lahir Anterolateral ,nyeri dan atau sari buah)
penyakit difteri, aatau kelainan paha atas kemerahan pada 2. Jika demam,
tetanus pertussis saraf serius c) Satu dosis anak lokasi suntikan kenakan
(batuk rejan) , 0,5ml disertai timbulnya pakaian yang
hepatitis B, dan demam, kadang- tipis
infeksi kadang terjadi 3. Bekas suntikan
Haemophilus reaksi berat seperti yang nyeri
influenza tipe B demam tinggi, dapat di
secara simultan. irritabilitas (rewel) kompres air
dan menangis dingin
dengan nada tinggi 4. Jika demam ,
dapat terjadi dalam berikan
24 jam setelah paracetamol
pemberian. 15mg/kgBB
setiap 3-4 jam
(maksimal 6
kali dalam 24
jam)
5. Bayi boleh
dimandikan,
cukup diseka
dengan air
hangat.
Jika reaksi
memberat
bawa ke dokter
Vaksin Hepatitis B
Deskripsi Kontra Cara Pemberian Efek Samping Penanganan Efek
Indikasi dan Dosis Samping
Vaksin Virus Penderita b) Dosis 0,5 ml Reaksi lokal seperti rasa • Orangtua dianjurkan
recombinan yang infeksi berat atau 1 buah HB sakit, kemerahan dan untuk memberikan
telah di yang disertai PID secara pembengkakan di minum lebih banyak
inaktivasikan dan kejang. intramuscular sekitar tempat (ASI).
bersifat non- sebaiknya pada penyuntikan. Reaksi
• Jika demam, kenakan
infecious, berasal anterolateral yang terjadi bersifat
pakaian yang tipis.
dari HBsAg. paha ringan dan biasanya
• Bekas suntikan yang
c) Pemberian hilang setelah 2 hari.
nyeri dapat
sebanyak 3
dikompres air dingin.
dosis
• Jika demam berikan
d) Dosis pertama
paracetamol 15
usia 0-7 hari,
mg/kgBB setiap 3–4
dosis berikutnya
jam (maksimal 6 kali
interval
dalam 24 jam).
minimum 4
minggu (1 • Bayi boleh mandi
bulan) atau cukup diseka
dengan air hangat.
Vaksin Polio Oral (oral polio vaccine (OPH) )
Deskripsi Indikasi Cara Pemberian Efek Samping Penanganan Efek
dan Dosis Samping
Vaksin Untuk Secara oral (melalui mulut), 1 Sangat jarang terjadi Orangtua tidak perlu
Polio Trivalent pemberian dosis (dua tetes) sebanyak 4 reaksi sesudah imunisasi melakukan tindakan apa
Yang terdiri dari kekebalan aktif kali (dosis) pemberian, polio oral. Setelah pun.
suspen si virus terhadap dengan interval setiap dosis mendapat vaksin polio
poliomyelitis tipe 1, 2, poliomyelitis minimal 4 minggu. oral bayi boleh makan
dan 3 (strain Sabin) minum seperti biasa.
yang sudah Apabila muntah dalam
dilemahkan. 30 menit segera diberi
dosis ulang.

Vaksin Inactive Vacine (IPV)


Deskripsi Indikasi Cara Pemberian Efek Samping Penanganan Efek
dan Dosis Samping
Bentuk suspense Untuk • Disuntikkan secara intra Reaksi lokal pada • Orangtua dianjurkan
Injeksi pencegahan muskular atau subkutan tempat penyuntikan: untuk memberikan
poliomyelitis pada dalam, dengan dosis nyeri, kemerahan, minum lebih banyak
bayi dan anak pemberian 0,5 ml. indurasi, dan bengkak (ASI).
immunocomprom bisa terjadi dalam
• Dari usia 2 bulan, 3 • Jika demam,
ised, kontak di waktu 48 jam setelah
suntikan berturut-turut kenakan pakaian
lingkungan penyuntikan dan bisa
0,5 ml harus diberikan yang tipis.
keluarga dan bertahan selama satu
pada interval satu atau • Bekas suntikan yang
pada individu di atau dua hari.
dua nyeri dapat
mana vaksin
bulan. dikompres air dingin.
polio oral
• IPV dapat diberikan • Jika demam berikan
menjadi kontra
setelah usia bayi 6, 10, paracetamol 15
indikasi.
dan 14, sesuai dengan mg/kgBB setiap 3–4
rekomendasi dari WHO. jam (maksimal 6 kali
• Bagi orang dewasa yang dalam 24 jam
belum diimunisasi • Bayi boleh mandi
diberikan 2 suntikan atau cukup diseka
berturut-turut dengan dengan air hangat.
interval
satu atau dua bulan.
Vaksin Campak
Deskripsi Indikasi Cara Pemberian Efek Samping Penanganan Efek
dan Dosis Samping
Vaksin virus Pemberian 0,5 ml disuntikkan secara Hingga 15% pasien • Orangtua dianjurkan
hidup yang kekebalan aktif subkutan pada lengan kiri atas dapat mengalami untuk memberikan
dilemahkan terhadap atau anterolateral paha, pada demam ringan dan minum lebih banyak
penyakit usia 9–11 bulan. kemerahan selama 3 (ASI atau sari buah).
campak. hari yang dapat terjadi
• Jika demam kenakan
8–12 hari setelah
pakaian yang tipis.
vaksinasi.
• Bekas suntikan yang
nyeri dapat
dikompres air dingin.

• Jika demam berikan


paracetamol 15
mg/kgBB setiap 3–4
jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).

• Bayi boleh mandi


atau cukup diseka
dengan air hangat.

• Jika reaksi tersebut


berat dan menetap
bawa bayi ke dokter.

 Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan dari imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan tubuh dan memperpanjang masa perlindungan yang sduah
mendapatkan imunisasi dasar, diberikan kepada anak dibawah usia 3 (TIGA) tahun (balita),
anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur.

Vaksin DT
Deskripsi Indikasi Cara Pemberian dan Efek Samping Penanganan Efek
Dosis Samping
Suspensi kolodial Pemberian Secara intra muskular atau Gejala-gejala seperti • Orangtua dianjurkan
homogen berwarna kekebalan subkutan dalam, dengan dosis lemas dan untuk memberikan
putih susu simultan 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak kemerahan pada minum anak lebih
mengandung toksoid terhadap difteri usia di bawah 8 tahun. lokasi suntikan yang banyak.
tetanus dan toksoid dan tetanus bersifat sementara,
• Jika demam, kenakan
difteri murni yang pada anak- dan kadang-kadang
pakaian yang tipis
terabsorpsi ke anak. gejala demam.
• Bekas suntikan yang
dalam alumunium
nyeri dapat dikompres
fosfat.
air dingin

• Jika demam berikan


paracetamol 15 mg/kgBB
setiap 3–4 jam (maksimal
6 kali dalam 24 jam)

• Anak boleh mandi atau


cukup diseka dengan air
hangat.
Vaksin Td
Deskripsi Indikasi Cara Pemberian dan Efek Samping Penanganan Efek
Dosis Samping
Suspensi kolodial Imunisasi Disuntikkan secara intra Pada uji klinis Individu yang menderita
homogen berwarna ulangan terhadap muskular atau subkutan dilaporkan reaksi berat terhadap dosis
putih susu tetanus dan dalam, dengan dosis terdapat kasus sebelumnya.
mengandung toksoid difteri pada pemberian 0,5 ml nyeri pada lokasi
tetanus dan toksoid individu mulai penyuntikan
difteri murni yang usia 7 tahun. (20–30%) serta
terabsorpsi ke demam (4,7%)
dalam alumunium
fosfat.
Vaksin TT
Deskripsi Indikasi Cara Pemberian dan Efek Samping Penanganan Efek
Dosis Samping
Suspensi kolodial Perlindungan secara intra muskular atau Jarang terjadi • Bekas suntikan yang
homogen berwarna terhadap tetanus subkutan dalam, dengan dan bersifat nyeri dapat dikompres
putih susu dalam vial neonatorum pada dosis 0,5 ml. ringan seperti air dingin.
gelas, mengandung wanita usia lemas dan Anjurkan ibu minum lebih
toksoid tetanus murni, subur. kemerahan pada banyak.
terabsorpsi ke dalam lokasi suntikan
aluminium fosfat. yang bersifat
sementara, dan
kadang-kadang
gejala demam.

b) Imunisasi Tambahan

Imunisasi ini diberikan pada kelompok umur tertentu yang berisiko terkena
penyakit sesuai epidemiologis pada periode waktu tertentu yang termasuk dalam
kegiatan imunisasi tambahan adalah Backlog fighting, Crash program, PIN (Pekan Imunisasi
Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaign campak dan Imunisasi dalam Penanganan KLB. Pemberian
imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan untuk melengkapi imunisasi dasar atau lanjutan pada
target sasaran yang belum tercapai.

c) Imunisasi Khusus

Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi masyarakat
terhadapa penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan
calon Jemaah haji/ umrah, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi
kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus antara lain imunisasi Meningu=it is Meningokokus,
Imunisasi Demam Kuning dan Imunisasi Anti Rabies

2. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang di berikan kepada seseorang sesuai
dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit
menular tertentu yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid, HPV

Menurut IDAI (2020)


1. Vaksin Hepatitis B (HB)
Vaksin HB monovalen sebaiknya diberikan kepada bayi segera setelah lahir sebelum
berumur 24 jam, didahului dengan penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya.
Untuk bayi dengan berat lahir kurang dari 2000g, maka imunisasi hepatitis B sebaiknya
ditunda sampai berumur 1 bulan atau lebih, kecuali ibu HBSAg positif dan bayi bugar
berikan imunisasi HB segera setelah lahir tetapi tidak dihitung sebagai dosis primer. Untuk
bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan imunoglobulin
hepatitis B (HBI9) pada ekstremitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir.
Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama DTWP atau DTaP.

2. Vaksin Polio 0 (Nol)


Vaksin ini sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Apabila lahir di fasilitas
kesehatan berikan BOPV-0 saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya
berikan 6OPV atau IPV bersama DTWP atau DTAP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali
sebelum anak berumur 1 tahun bersama DTWP atau DTaP.
3. Vaksin BCG
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah si kecil lahir atau sesegera mungkin
sebelum bayi berumur 1 bulan. Jika berumur 3 bulan atau lebih, maka BCG diberikan bila uji
tuberkulin negatif. Apabila uji tuberkulin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Jika timbul
reaksi lokal cepat pada minggu pertama setelah vaksin diberikan, maka dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis tuberkulosis.

4.Vaksin DPT
DPT diberikan sejak si kecil mulai berusia 6 minggu, berupa vaksin DTWP atau
DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Booster pertama
diberikan pada umur 18 bulan. Booster berikutnya diberikan pada umur 5- 7 tahun atau pada
program BIAS kelas 1. Untuk anak yang berusia 7 tahun atau lebih, maka menggunakan
vaksin Td atau Tdap. Booster selanjutnya diberikan pada umur 10-18 tahun atau pada
program BIAS kelas 5. Booster Td diberikan setiap 10 tahun.

5. Vaksin Pneumokokus (PCV)


Vaksin PCV diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada umur 12-15 bulan.
Apabila vaksin belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1
bulan dan booster setelah umur 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya.
Jika belum diberikan pada umur 1-2 tahun, maka berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 2
bulan. Jika belum diberikan pada umur 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2
bulan, kemudian PCV13 diberikan sebanyak 1 kali.

6. Vaksin Rotavirus Monovalen


Vaksin ini diberikan sebanyak 2 kali. Dosis pertama mulai diberikan ketika si kecil berusia 6
minggu, lalu dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu. Pemberian vaksin rotavirus
monovalen harus selesai saat si kecil berusia 24 minggu.

7. Vaksin Rotavirus Pentavalen


Vaksin rotavirus pentavalen diberikan sebanyak 3 kali. Dosis pertama 6-12 minggu, dosis
kedua dan ketiga dengan interval 4 sampai 10 minggu. Pemberian vaksin ini harus selesai
pada umur 32 minggu.
8. Vaksin influenza
Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun. Pada umur 6 bulan
sampai 8 tahun imunisasi pertama 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak
berusia lebih dari 9 tahun, imunisasi pertama hanya 1 dosis.

9. Vaksin MR / MMR
Saat si kecil berusia 9 bulan, berikan vaksin MR. Namun, jika sampai usia 12 bulan si kecil
belum juga mendapat vaksin MR, maka dapat diberikan vaksin MMR. Umur 18 bulan
berikan MR atau MMR. Umur 5–7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau
MMR.

10. Vaksin Japanese Encephalitis (JE)


Vaksin JE diberikan mulai usia 9 bulan di daerah endemis atau bagi yang akan bepergian ke
daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
kemudian.

11. Vaksin Hepatitis A


Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai
12 bulan kemudian.

12. Vaksin Tifoid Polisakarida


Vaksin ini diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.

13. Vaksin Human Papiloma Virus (HPV)


Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan berusia 9-14 tahun sebanyak 2 kali
dengan jarak 6- 15 bulan.

14. Vaksin Dengue


Vaksin dengue diberikan pada anak yang berusia 9-16 tahun dengan seropositif dengue yang
dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen
NS-1 dan atau uji serologis IgM/lgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan pemeriksaan
serologi IgG anti dengue positif.
2.5. Jadwal Imunisasi

Imunisasi Dasar Usia Pemberian Imunisasi Lanjutan Usia Pemberian

Hep B O (HB O) 6-7 hari DPT/HB/Hib 18 bulan

BCG, Polio 1 1 bulan Campak 24 bulan

DPT-HB-Hib 1, Polio 2 2 bulan DPT/HB/Hib 18 bulan

DPT-HB-Hib 2, Polio 3 3 bulan Campak 24 bulan

DPT-HB-Hib 3, Polio 4 bulan DT, Campak 1 SD


4, IPV

Campak 9 bulan Td 2 -3 SD

Catatan :

 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberukan pada bayi <24 jam pasca persalinan
dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus daerah akses kulit
pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari
 Bayi lahir di Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik, imunisasi BCG dan polio 1
diberikan sebelum dipulangkan
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan dapat diberikan sampai <1 tahun
tanpa perlu melakukan tes mantoux
 Batita yang telah lengkap imunisasi dasar dna mendapatkan imunisasi lanjutan DPT HB
Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3
 Anak usia sekolah yang sudah mendapatkan imunisasi dasar dan lanjutan DPT HB Hib
serta mendapatkan imunisasi Dt dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi T5
2.6. Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PROMOSI KESEHATAN PROGRAM IMUNISASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Promosi Kesehatan mengenai Imunisasi Dasar

Pokok bahasan : Pentingnya Imunisasi

Target /sasaran : Ibu Bayi dan Balita yang datang ke Puskesmas

Hari / Tanggal : Kamis, 21 Januari 2021

Waktu : ± 25 menit

Tempat : Zoom
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mengikuti penyuluhan pentingnya imunisasi, di harapkan ibu, bapak yang


mempunyai anak balita memahami tentang pentingnya imunisasi pada anak-anaknya

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

1. Menjelaskan pengertian imunisasi


2. Menjelaskan manfaat dan sasaran imunisasi
3. Menyebutkan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
4. Menjelaskan jenis - jenis imunisasi
5. Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi

II. MATERI PELAJARAN

1. Pengertian Imunisasi
2. Tujuan Imunisasi
3. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
4. Jenis Imunisasi
5. Jadwal Imunisasi

IV. PESERTA

1. Masyarakat/ Ibu- ibu puskesmas

V. METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

3. Demonstrasi

VI. MEDIA

1. Leaflet
2. Apk zoom + Power point

3. Video

VII. EVALUASI

1. Masyarat/Ibu – ibu mampu menyebutkan pengertian Imunisasi


2. Masyarat/Ibu – ibu mampu menyebutkan manfaat dan sasaran Imunisasi
3. Masyarat/Ibu – ibu mampu menyebutkan penyakit apa saja yang dapat dicegah
dengan Imunisasi
4. Masyarat/Ibu – ibu mampu menyebutkan jenis- jenis Imunisasi
5. Masyarat/Ibu – ibu mampu menyebutkan jadwal pemberian Imunisasi

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1 5 menit Pembukaan:  

 Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam


mengucapkan salam  Memperhatikan,
 Memperkenalkan diri dan menanyakan mendengarkan dan
kabar menjawab kabar
 Menjelasjan tujuan dari penyuluhan yang ditanyakan
dan materi yang akan diberikan sesuai keadaan
 Memperhatikan
dan mendengarkan

2 15 menit Pelaksanaan :  Memperhatikan


dan mendengarkan
 Menjelaskan pengertian imunisasi
 Menjelaskan manfaat imunisasi
 Menyebutkan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
 Menjelaskan jenis – jenis imunusasi
 Menjelaskan dan menyebutkan jadwal
pemberian imunisasi
3 5 menit Evaluasi :
 Menanyakan kepada ibu-ibu tentang  Menjawab
materi penyuluhan yang telah pertanyaan
diberikan  Mendengarkan dan
 Mengevaluasi tentang materi yang memperhatikan
telah disampaikan
 Memberi pujian atau hadiah kecil
kepada ibu-ibu yang dapat menjawab
pertanyaan

4 5 menit Teriminasi :  

 Menutup penyuluhan dan berterima kasih  Membalas salam


 Memberi salam penutup

IX. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS

1. Protokol / Pembawa acara

Uraian tugas :

Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta, mengatur proses
dan lama penyuluhan dan menutup acara penyuluhan

2. Penyuluh / Pengajar

Uraian tugas :

Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan mudah dipahami

3. Fasilitator

Uraian tugas :

Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan dan menyiapkan media yang
akan dipergunakan oleh penyaji

4. Observer
Uraian tugas :

Mengevaluasi respon dari sasaran acara penyuluhan

Ringkasan materi :

PENTINGNYA IMUNISASI

A.    Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk mempertahankan kekebalan tubuh dengan


memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar terlindungi dari penyakit infeksi tertentu. 

Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin ke dalam tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit tertentu.
Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui
mulut seperti vaksin polio

B.     Manfaat dan Sasaran Imunisasi

Manfaat imunisasi adalah untuk:

1. Meningkatkan daya tahan tubuh anak


2. Menurunkan angka kematian
3. Imunisasi mencegah timbulnya jenis penyakit tertentu pada anak. Namun bila anak
terserang juga penyakit tersebut maka anak tidak akan sakit lebih parah. Dan
mencegah terjadinya kecacatan seperti pada penyakit poliomyelitis.

Sasaran imunisasi untuk anak-anak adalah:

1. Semua bayi dan anak sehat di bawah usia 1 tahun


2. Anak-anak lain yang belum mendapat imunisasi lengkap
3. Anak usia sekolah (imunisasi booster/ ulangan)
C.     Penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi

1.     Polio (Poliomyelitis)

Polio disebabkan oleh virus. Penyakit ini sangat mudah menular melalui air liur.
Tanda-tanda awalnya adalah anak demam, batuk dan menjadi rewel. Dua hari kemudian leher
menjadi kaku, sakit kepala dan kaki terasa kaku. Pada hari berikutnya salah satu kaki atau
lengan menjadi lemas dan lumpuh.Walaupun dapat sembuh tetap akan cacat seumur hidup.
Kelumpuhan juga dapat terjadi pada otot pernafasan sehingga anak sulit bernafas. Polio tidak
dapat diobati, namun dapat dicegah dengan imunisasi.

2.     TBC (Tuberculosis)

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan sangat menular


melalui pernafasan. Menyebabkan TBC miliare pada paru, arthritis TBC pada tulang,
meningitis atau radang pada selaput otak dan dapat menyerang seluruh organ lain pada tubuh
manusia. Anak dapat menderita cacat atau terjadi kematian.

3.      Campak (Measles/ Morbili/ Rubella)

Penyakit ini sering mewabah. Penyebabnya adalah virus Morbili. Menyerang selaput
lendir dan kulit. Ciri-cirinya adalah demam 3 – 5 hari, disertai batuk dan pilek. Kemudian
timbul kemerahan dimulai dari belakang telinga, menjalar ke leher, muka, dahi, dada dan ke
seluruh tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit ini adalah Enchepalitis (radang
otak) dan Bronchopneumonia (radang paru).

4.      Diphteri

Penyakit yang sangat menular, disebabkan oleh Corynebacterium Dyphteriae. Menyerang


daerah mukosa, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 Demam tinggi, pada hari ke-5 anak terlihat sakit berat


 Leher menjadi besar dan terlihat seperti leher lembu (bullneck)
 Tonsil atau amandel membesar diselaputi lapisan warna abu-abu yang bila disentuh
mudah berdarah, dan bisa menutup saluran nafas sehingga suara anak hilang dan sesak
nafas bahkan dapat terjadi kematian.
 Selama berkembang, kuman juga menghasilkan racun yang sangat berbahaya yang akan
menyerang jantung (terjadi Endocarditis Dyphterica), sehingga pada hari ke-14 anak
dapat mati mendadak.
5.      Pertusis (batuk rejan/ batuk 100 hari)

Penyakit batuk yang disebabkan Bordetella Pertusis, yang menyerang anak-anak


selama kira-kira 100 hari. Diawali dengan batuk dan pilek yang berlangsung sekitar 7 – 14
hari kemudian diikuti dengan batuk yang sangat khas. Satu kali tarikan nafas diikuti 10 – 20
kali batuk beruntun kemudian muntah. Jika tidak diobati penyakit ini dapat mengakibatkan
radang paru-paru sehingga anak batuk darah, dapat juga terjadi kerusakan otak, sehingga
anak kejang, pingsan, bahkan terjadi kematian.

6.      Tetanus

Tetanus disebabkan oleh Clostridium Tetani yang dapat bertahan hidup bertahun-
tahun di tanah yang lembab, pada tubuh dan kotoran hewan. Penyakit ini menyerang semua
usia dengan gejala kejang pada otot muka, mulut terkunci, leher, tulang belakang dan
punggung kaku, perut kram dan keras seperti papan, serta anggota gerak kejang. Pada bayi
baru lahir (5 – 28 hari) mendadak tidak mau menyusu lagi karena mulutnya kaku.

7.      Hepatitis B

Ciri-ciri penyakit ini adalah mual muntah, dan kadang warna kuning pada kulit.
Penyakit ini berlangsung secara menahun dan akan mengakibatkan kanker hati di kemudian
hari.

D. Jenis imunisasi

Imunisasi dasar yang diharuskan di Indonesia ada 5 jenis, yaitu:

1.      Imunisasi Polio

 Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Poliomyelitis


 Diberikan dengan cara diteteskan di mulut
 Efek samping: Imunisasi polio hampir tidak mempunyai efek samping, namun kadang
anak bisa juga menderita diare setelah imunisasi polio.

2.      Imunisasi BCG (Bacillius Calmitte Guerine)


 Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit TBC (Tuberculosis)
 Diberikan melalui penyuntikan pada daerah lengan atas
 Efek samping: 1 minggu setelah imunisasi akan terjadi kemerahan dan pembengkakan
kecil pada daerah suntikan, menimbulkan bekas dan kadang-kadang bernanah seperti
bisul kecil, namun dapat sembuh sendiri. Jarang dijumpai efek samping lain akibat
imunisasi BCG, namun dapat juga terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening
yang akan sembuh sendiri pada daerah ketiak atau leher.

3.      Imunisasi Campak

 Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Campak


 Diberikan melalui penyuntikan pada daerah lengan atas
 Efek samping: Imunisasi campak dapat menyebabkan diare, rash (kemerahan dan
gatal), dan conjunctivitis (radang selaput mata). Anak juga mungkin akan demam
setelah 4 – 10 hari penyuntikan. Berikan obat penurun panas selama anak panas.

4.      Imunisasi DPT  (Diphteri, Pertusis, Tetanus)

 Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Diphteri, Pertusis dan Tetanus


 Diberikan melalui penyuntikan pada daerah paha atas
 Efek samping: Kebanyakan anak akan demam setelah mendapat imunisasi DPT.
Namun panas tubuh akan turun dalam 1 – 2 hari. Akan terjadi kemerahan dan
bengkak pada daerah suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan akan sembuh dengan
sendirinya. Jika demam tinggi, berikan obat penurun panas yang diberikan oleh
petugas kesehatan.

5.      Imunisasi Hepatitis B

 Menimbulkan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B


 Diberikan melalui penyuntikan di paha atau di lengan atas
 Efek samping: Setelah pemakaian biasanya, tidak adanya efek samping yang berarti

E.    Jadwal Imunisasi
Jadwal imunisasi wajib dari pemerintah :

Umur Jenis imunisasi

0-7 hari Hepatitis B1

< 2 bulan BCG,Polio 1

2 bulan DPT Hb Combo 1,Polio 2

3 bulan DPT Hb Combo 2,Polio 3

4 bulan DPT Hb Combo 3,Polio 4

9 bulan Campak

6 tahun Booster (difteri tetanus)

Refrensi:

1. Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Pelaksanaan Imunisasi Modul Latihan Petugas
Imunisasi, Jakarta, (2007).
2. Departemen Kesehatan, Bercakap Dengan Ibu-Ibu-Petunjuk Bagi Kader Dalam Rangka
Promosi Posyandu, Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 2008.
3. Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta, 2008.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Sedangkan vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat antigen yang dimasukkan
ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui
mulut seperti vaksin polio ( IGN Ranuh, 2008). Tujuan imunisasi adalah mecegah
bayi, anak dibawah usia dua tahun, anak usia sekolah dan bahkan wanita usia subur
dari penyakit tertentu seperti Tuberkolosis, Difteri, Polio, mengurangi angka
kecacatan maupun kematian yang terjadi pada anak di Indonesia akibat penyaki
tertentu. Di Indonesia terdapat imunisasi yang di wajibkan oleh pemerintah pada
setiap balita sebagaimana di wajibkan WHO yaitu imunisasi dasar lengkap 1 dosis
BCG, 3 dosis DPT – HB Hib, 1 dosis Campak dan 4 dosis Polio (Kemenkes RI,
2015).
Adapun akibat yang akan terjadi bila anak tidak mendapatkan atau tidak
melakukan imunisasi secara lengkap maupun rutin maka anak berisiko terkena
penyakit-penyakit seperti Hepatitis B, TBC, Polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
dan campak yangakan menyebabkan kematian pada anak. Sistem kekebalan tubuh
pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak sekuat anak yang diberi
imunisasi, tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk ke dalam tubuh
sehingga tidak dapat melawannya dan akan membuat anak rentan terhadap penyakit
sehingga besar kemungkinan juga dapat menularkannya ke orang sekitarnya.

3.2. Saran

Setelah membaca makalah ini, penulis berharap agar kita senantiasa mengikuti
program imunisasi dasar lengkap pada bayi dan anak usia sekolah. Imunisasi sangat
penting bagi pertumbuhan bayi karena dapat memberikan kekebalan tubuh serta
mencegah terjadinya infeksi tertentu. Bagi orang tua yang memiliki bayi atau balita
sebaiknya selalu memperhatikan imunisasi yang belum diberikan saat bayi.
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-
Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
LAMPIRAN

Sesi Pertanyaan :

1. selamat pagi pak dan ibu dosen dan kakak dan Abang saya ingin apa Ada “ilmuwan”
menyatakan bahwa “imunisasi berbahaya” terdapat zat-zat berbahaya yang dapat
merusak otak ? ( Marselina)

2. Kan di imunisasi itu ada waktu pemberian imunisasi kan nah kalau ada lewat dari batas
waktu yg dikasih apakah tetap dilakukan atau tidak? (Marlin)

Anda mungkin juga menyukai