Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Glikolisis adalah urutan reaksi-reaksi yang mengonversi glukosa menjadi piruvat


persamaan dengan produksi sejumlah ATP yang relatif kecil pada organisme aerob.
Glikolisis merupakan proses pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam piruvat
dengan menghasilkan ATP dan NADH.
Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan energi
yang dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan adenosina trifosfat (ATP).
Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis nutrien,
hampir semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. 
Pada dasarnya glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan
karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis
berlangsung terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis
dapat dibawa oleh darah ke hati

1
1.2 Tujuan

A. Untuk mengetahui pengertian Glikolisis, Fosforilasi Oksidatif, dan


Glukoneogenesis
B. Untuk mengetahui proses Glikolisis
C. Untuk mengetahui proses Fosforilasi Oksidatif
D. Untuk mengetahui proses Glukoneogenesis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Glikolisis

Glikolisis berasal dari kata glukosa dan lisis (pemecahan), adalah serangkaian
reaksi biokimia dimana glukosa dioksidasi menjadi molekul asam piruvat. Glikolisis
merupakan proses pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam piruvat dengan
menghasilkan ATP dan NADH. Glikolisis terjadi pada sel mikroorganisme,
tumbuhan, dan hewan melalui 10 tahap reaksi. Proses ini terjadi di sitoplasma dengan
bantuan 10 jenis enzim yang berbeda.

Glukosa dalam sel dapat mengalami berbagai jalur metabolisme, baik disimpan,
diubah menjadi energi, ataupun diubah menjadi molekul lain. Apabila terjadi
kelebihan gula dalam darah, glukosa akan disimpan dalam otot atau hati dalam
bentuk glikogen. Apabila sel-sel tubuh sedang aktif membelah, glukosa akan diubah
menjadi gula pentosa yang penting dalam sintesis DNA dan RNA. Dan ketika tubuh
membutuhkan energi, glukosa akan diproses untuk menghasilkan energi melalui
tahapan glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transfer elektron.
tahapan-tahapan tersebut dapat terjadi apabila terdapat oksigen dalam jaringan
sehingga prosesnya disebut respirasi aerob (menghasilkan energi dengan adanya
oksigen). Glikolisis merupakan tahapan pertama dari proses respirasi aerob untuk
menghasilkan energi dalam bentuk ATP.

ATP yang dihasilkan dalam glikolisis akan digunakan untuk berbagai proses yang
membutuhkan energi, karena ATP merupakan molekul penyimpan energi. Sedangkan
NADH nantinya akan menjalani proses transfer elektron untuk menghasilkan ATP.
Sebuah molekul NADH dalam transfer elektron akan menghasilkan tiga molekul

3
ATP.

Dalam tahap awalnya, proses glikolisis membutuhkan dua ATP sebagai sumber
energi. Namun dalam tahap selanjutnya, glikolisis akan menghasilkan ATP yang
dapat digunakan untuk membayar hutang ATP yang telah digunakan tadi dan masih
ada sisa ATP yang dapat digunakan untuk fungsi yang lain. Jadi dalam glikolisis,
terjadi surplus ATP, lebih banyak ATP yang dihasilkan daripada yang digunakan

Proses glikolisis

dalam proses tersebut.

4
Langkah glikolisis adalah sebagai berikut.
1. Tahap pertama, glukosa akan diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim
hexokinase. Tahap ini membutuhkan energi dari ATP (adenosin trifosfat). ATP
yang telah melepaskan energi yang disimpannya akan berubah menjadi ADP.
2. Glukosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang dikatalisis oleh
enzim fosfohexosa isomerase.
3. Fruktosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat, reaksi ini
dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase. Dalam reaksi ini dibutuhkan energi dari
ATP.
4. Fruktosa 1,6-bifosfat (6 atom C) akan dipecah menjadi gliseraldehida 3-fosfat
(3 atom C) dan dihidroksi aseton fosfat (3 atom C). Reaksi tersebut dikatalisis
oleh enzim aldolase.
5. Satu molekul dihidroksi aseton fosfat yang terbentuk akan diubah menjadi
gliseraldehida 3-fosfat oleh enzim triosa fosfat isomerase. Enzim tersebut bekerja
bolak-balik, artinya dapat pula mengubah gliseraldehida 3-fosfat menjadi
dihidroksi aseton fosfat.
6. Gliseraldehida 3-fosfat kemudian akan diubah menjadi 1,3-bifosfogliserat
oleh enzim gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase. Pada reaksi ini akan terbentuk
NADH.
7. 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat kinase. Para reaaksi ini akan dilepaskan energi dalam bentuk ATP.
8. 3-fosfogliserat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat oleh enzim fosfogliserat
mutase.
9. 2-fosfogliserat akan diubah menjadi fosfoenol piruvat oleh enzim enolase.
10. Fosfoenolpiruvat akan diubah menjadi piruvat yang dikatalisis oleh enzim
piruvat kinase. Dalam tahap ini juga dihasilkan energi dalam bentuk ATP.

5
Yang perlu diperhatikan adalah pada langkah ke-6 hingga ke-10. Langkah-langkah
tersebut terjadi dua kali karena terbentuk dua gliseraldehida 3-fosfat dari pemecahan
fruktosa 1,6-bifosfat. Oleh karena itu dua molekul gliseraldehida 3-fosfat masing-
masing akan menjalani langkah 6 hingga 10 tersebut.

Jadi hasil total glikolisis adalah 2 molekul asam piruvat dengan 2 ATP dan 2 NADH.
Molekul ATP yang terbentuk sebenarnya ada 4, namun 2 ATP telah digunakan untuk
membayar hutang ATP yang telah dipakai pada tahap reaksi pertama dan ketiga.

Dalam keadaan terdapat oksigen, asam piruvat akan masuk tahap dekarboksilasi
oksidatif dan siklus krebs untuk membentuk energi lebih lanjut. Namun ketika tidak
tersedia oksigen, piruvat akan menjalani proses fermentasi homolaktat atau
fermentasi alkohol. Kedua jenis fermentasi tersebut merupakan proses menghasilkan
energi tanpa kehadiran oksigen sehingga disebut respirasi anaerob.

Fermentasi homolaktat terjadi pada mikroorganisme dan hewan. Hasil akhir proses
ini adalah asam laktat yang akan tertimbun dalam jaringan dan menyebabkan
munculnya rasa lelah. Saat seorang berolahraga dengan keras, kebutuhan oksigennya
tidak tercukupi dengan pernapasannya. Maka jaringan tidak dapat menjalani respirasi
aerob sehingga yang terjadi adalah fermentasi homo laktat. Asam laktat yang
tertimbun menyababkan otot terasa lelah saat berolahraga. Asam laktat akan diubah
kembali menjadi glukosa di dalam hati namun memerlukan proses yang agak lambat.

Sedangkan fermentasi alkohol terjadi pada yeast, atau jamur bersel satu yang
biasanya digunakan untuk membuat anggur. Yeast akan mengubah piruvat menjadi
alkohol yang dilepaskan ke lingkungan yang dimanfaatkan oleh manusia untuk
membuat minuman.

6
2.2 Fosforilasi Oksidatif

Fosforilasi oksidatif adalah proses pembentukan ATP akibat transfer elektron


dari NADH atau FADH2 kepada O2 melalui serangkaian pengemban elektron.
Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis nutrien,
hampir semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.
Lintasan ini sangat umum digunakan karena ia merupakan cara yang sangat efisien
untuk melepaskan energi, dibandingkan dengan proses fermentasi alternatif lainnya
seperti glikolisis anaerobik.

Selama fosforilasi oksidatif, elektron ditransfer dari pendonor elektron ke penerima


elektron melalui reaksi redoks. Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan
untuk membentuk ATP. Pada eukariota, reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaian
kompleks protein di dalam mitokondria, manakala pada prokariota, protein-protein ini
berada di membran dalam sel. Enzim-enzim yang saling berhubungan ini disebut
sebagai rantai transpor elektron. Pada eukariota, lima kompleks protein utama terlibat
dalam proses ini, manakala pada prokariota, terdapat banyak enzim-enzim berbeda
yang terlibat.
Energi yang dilepaskan oleh perpindahan elektron melalui rantai transpor elektron ini
digunakan untuk mentranspor proton melewati membran dalam mitokondria. Proses
ini disebut kemiosmosis. Transpor ini menghasilkan energi potensial dalam bentuk
gradien pH dan potensial listrik di sepanjang membran ini. Energi yang tersimpan
dalam bentuk ini dimanfaatkan dengan cara mengijinkan proton mengalir balik
melewati membran melalui enzim yang disebut ATP sintase. Enzim ini menggunakan
energi seperti ini untuk menghasilkan ATP dari adenosina difosfat (ADP) melalui
reaksi fosforilasi. Reaksi ini didorong oleh aliran proton, yang mendorong rotasi
salah satu bagian enzim.

7
Fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia menghasilkan spesi oksigen
reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida. Hal ini dapat mengakibatkan
pembentukan radikal bebas, merusak sel tubuh, dan kemungkinan juga menyebabkan
penuaan. Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan metabolisme ini juga merupakan
target dari banyak obat dan racun yang dapat menghambat aktivitas enzim.
Fosforilasi oksidatif bekerja dengan cara menggunakan reaksi kimia yang
menghasilkan energi untuk mendorong reaksi yang memerlukan energi. Kedua reaksi
ini dikatakan bergandengan. Hal ini berarti bahwa salah satu reaksi tidak dapat
berjalan tanpa reaksi lainnya. Alur elektron melalui rantai transpor elektron adalah
proses eksergonik, yakni melepaskan energi, manakala sintesis ATP adalah proses
endergonik, yakni memerlukan energi. Baik rantai transpor elektron dan ATP sintase
terdapat pada membran, dan energi ditransfer dari rantai transpor elektron ke ATP
sintase melalui pergerakan proton melewati membran ini. Proses ini disebut
sebagai kemiosmosis. Dalam prakteknya, ini mirip dengan sebuah sirkuit listrik,
dengan arus proton didorong dari sisi negatif membran ke sisi positif oleh enzim
pemompa proton yang ada pada rantai transpor elektron. Enzim ini seperti baterai.
Pergerakan proton menciptakan gradien elektrokimia di sepanjang membran, yang
sering disebut gaya gerak proton (proton-motive force). Gradien ini mempunyai dua
komponen: perbedaan pada konsentrasi proton (gradien pH) dan perbedaan pada
potensi listrik. Energi tersimpan dalam bentuk perbedaan potensi listrik dalam
mitokondria, dan juga sebagai gradien pH dalam kloroplas.
ATP sintase melepaskan energi yang tersimpan ini dengan melengkapi sirkuit dan
mengijinkan proton mengalir balik ke sisi negatif membran. Enzim ini seperti motor
listrik, yang menggunakan gaya gerak proton untuk mendorong rotasi strukturnya dan
menggunakan pergerakan ini untuk mensintesis ATP.
Energi yang dilepaskan oleh fosforilasi oksidatif ini cukup tinggi dibandingkan
dengan energi yang dilepaskan oleh fermentasi anaerobik. Glikolisis hanya
menghasilkan 2 molekul ATP, sedangkan pada fosforilasi oksidatif 10 molekul

8
NADH dengan 2 molekul suksinat yang dibentuk dari konversi satu molekul glukosa
menjadi karbon dioksida dan air, dihasilkan 30 sampai dengan 36 molekul ATP.
Rendemen ATP ini sebenarnya merupakan nilai teoritis maksimum pada prakteknya,
ATP yang dihasilkan lebih rendah dari nilai tersebut.

2.3 Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan karbohidrat,
misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis berlangsung
terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat dibawa
oleh darah ke hati. Di sini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui
serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu glukoneogenesis (pembentukan gula
baru).
Glukoneogenesis yang dilakukan oleh hati atau ginjal, menyediakan suplai glukosa
yang tetap. Kebanyakan karbon yang digunakan untuk sintesis glukosa akhirnya
berasal dari katabolisme asam amino. Laktat yang dihasilkan dalam sel darah merah
dan otot dalam keadaan anaerobik juga dapat berperan sebagai substrat untuk
glukoneogenesis. Glukoneogenesis mempunyai banyak enzim yang sama dengan
glikolisis, tetapi demi alasan termodinamika dan pengaturan, glukoneogenesis bukan
kebalikan dari proses glikolisis karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang
tidak reversibel, artinya diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya.

9
glukokinase
1. Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat + ADP

fosfofruktokinase/
2. Fruktosa-6-fosfat + ATP fruktosa-1,6-difosfat + ADP

piruvatkinase
3. Fosfenol piruvat + ADP asam piruvat + ATP

Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase
mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat digunakan untuk sintesis
glukosa. Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversibel tersebut, maka proses
glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain. Reaksi tahap pertama
glukoneogenesis merupakan suatu reaksi kompleks yang melibatkan beberapa enzim
dan organel sel (mitokondrion), yang diperlukan untuk mengubah piruvat menjadi
malat sebelum terbentuk fosfoenolpiruvat.

Tiga reaksi pengganti yang pertama mengubah piruvat menjadi fosfoenolpiruvat


(PEP), jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase. Perubahan ini
dilakukan dalam 4 langkah. Pertama, piruvat mitokondria mengalami dekarboksilasi
membentuk oksaloasetat. Reaksi ini memerlukan ATP (adenosin trifosfat) dan
dikatalisis oleh piruvat karboksilase. Seperti banyak enzim lainnya yang melakukan
reaksi fiksasi CO2, pada reaksi ini memerlukan biotin untuk aktivitasnya.
Oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh malat dehidrogenase mitokondria. Pada
reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat mengalami overlap (tumpang tindih)
dengan siklus asam sitrat. Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma
dioksidasi membentuk kembali oksaloasetat. Kemudian oksaloasetat sitoplasma

10
mengalami dekarboksilasi membentuk PEP pada reaksi yang tidak memerlukan GTP
(guanosin trifosfat) yang dikatalisis oleh PEP karboksikinase.
Reaksi pengganti kedua dan ketiga dikatalisis oleh fosfatase. Fruktosa-1,6-
bisfosfatase mengubah fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi fruktosa-6-fosfat, jadi
membalik reaksi yang dikatalisis oleh fosfofruktokinase. Glukosa-6-fosfatase yang
ditemukan pada permulaan metabolisme glikogen, mengkatalisis reaksi terakhir
glukoneogenesis dan mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa bebas.
Dengan penggantian reaksi-reaksi pada glikolisis yang secara termodinamika
ireversibel, glukoneogenesis secara termodinamika seluruhnya menguntungkan dan
diubah dari lintasan yang menghasilkan energi menjadi lintasan yang memerlukan
energi. Dua fosfat berenergi tinggi digunakan untuk mengubah piruvat menjadi PEP.
ATP tambahan digunakan untuk melakukan fosforilasi 3-fosfogliserat menjadi 1,3-
bisfosfogliserat. Diperlukan satu NADH pada perubahan 1,3-bisfosfogliserat menjadi
gliseraldehida-3-fosfat. Karena 2 molekul piruvat digunakan pada sintesis satu
glukosa, maka setiap molekul glukosa yang disintesis dalam glukoneogenesis, sel
memerlukan 6 ATP dan 2 NADH. Glikolisis dan glukoneogenesis tidak dapat bekerja
pada saat yang sama. Oleh karena itu, ATP dan NADH yang diperlukan pada
glukoneogenesis harus berasal dari oksidasi bahan bakar lain, terutama asam lemak.
Walaupun lemak menyediakan sebagian besar energi untuk glukoneogenesis, tetapi
lemak hanya menyumbangkan sedikit fraksi atom karbon yang digunakan sebagai
substrat. Ini sebagai akibat struktur siklus asam sitrat. Asam lemak yang paling
banyak pada manusia yaitu asam lemak dengan jumlah atom karbon genap
didegradasi oleh enzim -oksidasi menjadi asetil-KoA. Asetil KoA menyumbangkan
fragmen 2-karbon ke siklus asam sitrat, tetapi pada permulaan siklus 2 karbon hilang
sebagai CO2. Jadi, metabolisme asetil KoA tidak mengakibatkan peningkatan jumlah
oksaloasetat yang tersedia untuk glukoneogenesis. Bila oksaloasetat dihilangkan dari
siklus dan tidak diganti, kapasitas pembentukan ATP dari sel akan segera
membahayakan. Siklus asam sitrat tidak terganggu selama glukoneogenesis karena

11
oksaloasetat dibentuk dari piruvat melalui reaksi piruvat karboksilase.
Kebanyakan atom karbon yang digunakan pada sintesis glukosa disediakan oleh
katabolisme asam amino. Beberapa asam amino yang umum ditemukan mengalami
degradasi menjadi piruvat. Oleh karena itu masuk ke proses glukoneogenesis melalui
reaksi piruvat karboksilase. Asam amino lainnya diubah menjadi zat antara 4 atau 5
karbon dari siklus asam sitrat sehingga dapat membantu meningkatkan kandungan
oksaloasetat dan malat mitokondria. Dari 20 asam amino yang sering ditemukan
dalam protein, hanya leusin dan lisin yang seluruhnya didegradasi menjadi asetil-
KoA yang menyebabkan tidak dapat menyediakan substrat untuk glukoneogenesis.

Pengaturan Glukoneogenesis
Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan glukosa
melalui glikolisis sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang mencegah agar
kedua lintasan ini bekerja serentak.Sistem pengaturan juga harus menjamin bahwa
aktivitas metabolik hati sesuai dengan status gizi tubuh yaitu pembentukan glukosa
selama puasa dan menggunakan glukosa saat glukosa banyak. Aktivitas
glukoneogenesis dan glikolisis diatur secara terkoordinasi dengan cara perubahan
jumlah relatif glukagon dan insulin dalam sirkulasi.
Bila kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak dimobilisasi dari cadangan
jaringan adipose dan aktivitas -oksidasi dalam hati meningkat. Hal ini mengakibatkan
peningkatan konsentrasi asam lemak dan asetil-KoA dalam hati. Karena asam amino
secara serentak dimobilisasi dari otot, maka juga terjadi peningkatan kadar asam
amino terutama alanin. Asam amino hati diubah menjadi piruvat dan substrat lain
glukoneogenesis. Peningkatan kadar asam lemak, alanin, dan asetil-KoA semuanya
memegang peranan mengarahkan substrat masuk ke glukoneogenesis dan mencegah
penggunaannya oleh siklus asam sitrat. Asetil-KoA secara alosterik mengaktifkan
piruvat karboksilase dan menghambat piruvat dehidrogenase. Oleh karena itu,

12
menjamin bahwa piruvat akan diubah menjadi oksaloasetat. Piruvat kinase dihambat
oleh asam lemak dan alanin, jadi menghambat pemecahan PEP yang baru terbentuk
menjadi piruvat
Pengaturan hormonal fosfofruktokinase dan fruktosa-1,6-bisfosfatase diperantarai
oleh senyawa yang baru ditemukan yaitu fruktosa 2,6-bisfosfat. Pembentukan dan
pemecahan senyawa pengatur ini dikatalisis oleh enzim-enzim yang diatur oleh
fosforilasi dan defosforilasi. Perubahan konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat sejajar
dengan perubahan untuk glukosa dan insulin yaitu konsentrasinya meningkat bila
glukosa banyak dan berkurang bila glukosa langka. Fruktosa-2,6- bisfosfat secara
alosterik mengaktifkan fosfofruktokinase dan menghambat fruktosa 1,6-bisfosfatase.
Jadi, bila glukosa banyak maka glikolisis aktif dan glukoneogenesis dihambat. Bila
kadar glukosa turun, peningkaan glukagon mengakibatkan penurunan konsentrasi
fruktosa-2,6-bisfosfat dan penghambatan yang sederajat pada glikolisis dan
pengaktifan glukoneogenesis.

BAB III

13
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Glikolisis merupakan proses pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam
piruvat dengan menghasilkan ATP dan NADH. Terdapat 10 tahapan dalam
pembentukan glikolisis. Fosforilasi oksidatif adalah proses pembentukan ATP akibat
transfer elektron dari NADH atau FADH2 kepada O2 melalui serangkaian
pengemban elektron. Fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia
menghasilkan spesi oksigen reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida.
Fosforilasi oksidatif bekerja dengan cara menggunakan reaksi kimia yang
menghasilkan energi untuk mendorong reaksi yang memerlukan energi.
Glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan karbohidrat, misalnya
asam laktat dan beberapa asam amino.

3.2 Saran
Dari uraian makalah ini disarankan kepada para pembaca khususnya mahasisswa
yang memprogramkan mata kuliah yang terkait dengan isi makalah ini agar sebaiknya
materi literatur lain baik dari beberapa referensi buku maupun internet agar materi ini
dapat dikembangkan lebih luas dengan harapan wawasan dapat bertambah mengenai
Glikolisis, Fosforilasi oksidatif dan Glukoneogenesis.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.biologi-sel.com/2013/03/tahapan-glikolisis.html
www.biologi-sel.com>Beranda
Staryer, Rubert, 1996. (Biokimia Vol.2 Edisi 4). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Id.wikipedia.org/wiki/Fosforilasi_oksidatif
http://www.edubio.info/2015/08/proses-dan-tahapan-glikolisis.html
Ipulmujib.blogspot.com

15

Anda mungkin juga menyukai