KARYA TULIS
Oleh
HENY NURJANAH
NIM C3 111 360
2
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
karya tulis ini.
Dalam Penulisan karya tulis ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun teori, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pada pembuatan karya tulis
berikutnya. Terimakasih.
Penyusun
2
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................................3
Daftar Tabel......................................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................6
1.3.1 Tujuan.............................................................................................................6
1.3.2 Manfaat...........................................................................................................6
BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................................6
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................6
5.2 Saran.....................................................................................................................6
Daftar Pustaka...................................................................................................................6
3
Daftar Tabel
Tabel 1 . Komposisi asam amino daging sapi segar ……………………………… 14
4
ABSTRACT
HENY NURJANAH, Department of Animal Husbandry State Polytechnic of
Jember, 29 April 2013. Empowerment of Cattle Farmer Groups To Increase The
Supply Of Meat In The Market. Supervised by Rosa Tri Hertamawati.
The population of Indonesia increased from year to year along with the advance
of technology and science. Public awareness of nutrition too increase and lead to
high request for nutritious food items like meat on the market. Indonesia is
famous as an agricultural country and high various of organism, but not able to
meet all the request and needs of national meat. Food imports are still high and
does not correspond with meat import target that has been set on the self-
sufficiency of beef and buffalo in 2014.
In 2013,the needs of national meat to reach 550,000 tons and 413,000 tons will be
fill domestically. To fill the needs of the meat, the government declared a national
cattle stock should available in the country as much as 3,3 million cattles (with 80
thousand tons of import quotas covering 60% of calves and 40% of frozen meat).
As a result of the import quota and the lack of supply of meat in the market led to
the high price of meat which reached Rp. 91.000,00 in various area in Indonesia.
the solution to overcome these problem is empowering cattle farmer groups. the
empowerment by making it easier (access to financing and venture capital,
science, and information technology, animal husbandry services, veterinary
services and technical assistance, regional development efforts, partnerships and
synergies between business, avoiding the imposition of high-cost economy, the
creation of a business climate enabling and promoting entrepreneurship,
utilization of domestic resources, promotion and marketing as well as the
protection of livestock and animal product prices) to the group , so the group can
produced farm products especially meat which quality and highly competitive
with a relatively fast time.
The system of cattle farmer group was more focused in rural area, because the
needs of livestock forage much available in cold climes. In addition, the majority
5
of the villagers are farmers so that easy to form a group farmer. Technical
information about the formation of the group must be submitted to the society, so
the farmer group can be evenly in Indonesia. Parties who was instrumental in this
case is the local governments, especially those working in the field such as animal
health officials, inseminator, and students (PKL).
The business of fattening cattle production will increase and accelerate the
achievement of production targets if used manajement which well. Lack of public
knowledge about management and maintenance of fattening cattle to be one of the
obstacles to achieve aims of farmer groups. To that end, in a cattle farmer group
required one member who really understand and are competent in the field of
animal husbandry. Competent group members may come from farms graduate
students, the people who attend training, and experienced people working in the
field of animal husbandry.
6
RINGKASAN
Pada tahun 2013 kebutuhan daging nasional mencapai 550.000 ton dan sebanyak
413.000 ton akan dipenuhi dalam negeri. Untuk memenuhui kebutuhan daging
sapi tersebut, pemerintah menyatakan stok sapi nasional yang harus disediakan
didalam negeri sebanyak 3,3 juta ekor dengan kuota impor 80 ribu ton mencakup
60% sapi bakalan dan 40% daging beku. Akibat kebijakan kuota impor tersebut
dan kurangnya pasokan daging di pasar menyebabkan mahalnya harga daging sapi
yaitu mencapai Rp. 91.000,00 diberbagai daerah di Indonesia.
7
khususnya daging sapi yang berkualitas dan berdaya saing tinggi dengan waktu
usaha yang relatif cepat yang pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan bagi
anggota kelompok dan keluarganya.
Sistem pemberdayaan kelompok tani ternak sapi potong ini lebih fokus dilakukan
di pedesaan dengan alasan kebutuhan ternak seperti hijauan sangat melimpah di
daerah yang bersuhu dingin. Selain itu mayoritas penduduk desa bekerja sebagai
petani sehinga sangat mudah dalam membentuk kelompok. Informasi tentang
teknis pembentukan kelompok harus disampaikan kepada masyarakat agar
penyebaran kelompok dapat merata di seluruh pelosok Indonesia. Pihak yang
sangat berperan dalam hal ini adalah pemerintah daerah, khususnya orang-orang
yang bertugas lapang sepetri mentri hewan, inseminator, dan mahasiswa (PKL).
8
BAB 1 PENDAHULUAN
9
tinggi di Indonesia ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan terutama
daging dalam negeri. Hal ini dirasa cukup aneh, mengapa negara yang kaya akan
keanekaragaman makluk hidup serta secara logika mampu memenuhi segala
kebutuhan penduduknya termasuk kebutuhan daging ternyata masih
menggantungkan bahan pangan pada impor.
Harga daging sapi potong saat ini mencapai Rp. 91.000 per kilogram di
berbagai daerah. Tidak terpenuhinya pasokan daging sapi di pasar dianggap
menjadi pemicu mahalnya harga daging sapi. Sedangkan kurangnya pasokan
daging sapi di pasar disebabkan populasi sapi potong di Indonesia yang tidak
mampu memenuhi permintaan konsumen daging. Pemerintah telah menyepakati
kebutuhan dan permintaan daging tahun 2013 sebanyak 550 ribu ton dengan 413
ribu ton (75,1 %) akan dipenuhi dari dalam negeri (Musta’diah, 2012).
10
seperti pada tahun 1997 dulu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan memberdayakan kelompok tani yang khusus memelihara sapi potong.
Upaya ini memang tidak akan memberikan dampak dalam waktu dekat, namun
akan sangat berpengaruh besar setelah upaya ini dijalankan lebih dari lima tahun.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalh sebagai berikut :
1.3.2 Manfaat
11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bos
12
a. Sapi Bali
Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia dan merupakan sumberdaya genetik
hewan asli Indonesia yang ciri - cirinya khas dan berbeda dari bangsa sapi
lainnya. Asal usul sapi bali adalah banteng (Bos sondai-cus) yang telah
mengalami penjinakan atau domestikasi selama bertahun-tahun. Proses
domestikasi (penjinakan) yang cukup lama ini diduga sebagai penyebab sapi bali
lebih kecil dibandingkan dengan banteng. Sapi bali jantan dan betina dilahirkan
dengan warna bulu merah bata dengan garis hitam di sepanjang punggung yang
disebut garis belut. Setelah dewasa, warna sapi jantan berubah menjadi
kehitaman-hitaman, sedangkan warna sapi betina relative tetap. Sapi bali tidak
berpunuk. Umumnya, keempat kaki dan bagian pantatnya berwarna putih (Abidin,
2010).
b. Sapi Brahman
Sapi Brahman merupakan sapi yang berasal dari india, yang merupakan
keturunan dari sapi Zebu (Bos Indicus). Sapi ini berkembang cukup pesat karena
pola pemeliharaan dan sistem perkawinan yang terkontrol di Amerika Serikat,
sehingga melebihi penampilan produksi di negeri asalnya. Sapi Brahman yang
disilangkan dengan sapi asal Eropa disebut dengan australian brahman cross
(ABC) yang biasa di lengkapi sertifikat untuk menunjukkan presentase genetis
13
sapi Brahman (Abidin, 2010). Keunggulan sapi brahman ini adalah mampu
beradaptasi dengan lingkungan baru dan sangat tahan terhadap gigitan serangga
terutama caplak. Selain itu pertumbuhan dan perkembangan sapi ini juga cepat
sehingga sapi ini sangat digemari oleh peternak daerah tropis seperti Indonesia.
c. Sapi Madura
Sapi Madura mempunyai ciri khas yaitu berpunuk dan berwarna kuning
hingga merah bata, terdapat warna putih pada moncong, ekor, dan kaki bawah,
serta berwarna hitam pada telinga dan bulu ekor bawah. Sapi Madura ini
merupakan sapi hasil persilangan antara Bos sondaicus dan Bos indicus yang
tumbuh dan berkembang di Madura. Di Indonesia populasinya mencapai 12%,
dan penyebarannya tidak semerata sapi bali. Sapi madura dilaporkan telah
mengalami penurunan genetis, sehingga penampilan produksi diukur dari
pertambahan bobot badan dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Perkawinan sedarah diperkirakan menjadi penyebab penurunan genetis ini dan
dibandingkan dengan sapi bali, daya reproduksi dan pertambahan bobot badan
sapi bali lebih rendah (Abidin, 2010).
Pulau Madura merupakan tempat populasi terbanyak sapi madura. Sistem
pemeliharaannya pun sangat unik karena sapi-sapi jantan dipelihara khusus untuk
dikarap dalam lomba karapan sapi. Sapi-sapi ini mengalami pertumbuhan yang
tidak seimbang antara tubuh bagian depan dan bagian belakang karena harus
mengikuti sistem latihan yang diberikan. Pemberian pakan pun terkesan
berlebihan, terutama saat menjelang lomba. Sapi-sapi jantan ini diberikan paka
berupa susu, telur, dan madu serta bahan lainnya yang bertujuan untuk memberika
tenaga ekstra meskipun secara ilmiah belum dapat dibuktikan kebernarannya
(Abidin, 2010).
d. Sapi Limousin
Sapi limosin merupakan sapi potong keturunan Bos taurus yang berhasil
dijinakkan dan dikembangkan di Perancis. Karakteristik sapi limousine adalah
bulunya berwarna merah mulus, dan tumbuh agak panjang bulu bagian kepala,
mata awas, kaki tegap, dada besar serta dalam. Bentuk tubuh memanjang, bagian
perut agak mengecil tetapi bagian paha dan pinggul cucup besar, penuh daging
14
dan sangat padat (bentuknya hampir mirip dengan singa). Bobot badan sapi
limousin jantan mencapai 850 kg dan betina mencapai 650 kg (Murtidjo, 2008).
e. Sapi Ongole atau Peranakan Ongole
Sapi onggole merupakan keturunan sapi liar (Bos indicus) yang telah
dijinakkan di India. Di Indonesia sapi onggole disilangkan dengan sapi lokal
sehingga dikenal dengan beberapa nama seperti sapi sumba ongole dan sapi
peranakan ongole. Sapi peranakan ongole memepunyai ciri-ciri warna bulu sapi
putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan
gelambir yang besar menggelantung. Cirri-ciri umum sapi peranakan onggole
adalah posturnya menyerupai sapi ongole namun kemapuan produksinya sedikit
lebih rendah. Sapi ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
dan penyebaraannya hampir merata di Pulau Jawa dan sedikit di luar jawa.
15
Asam Glutamat Non-esensial 14,4
Glisin Non-esensial 7,1
Prolin Non-esensial 5,4
Serin Non-esensial 3,8
Tirosin Non-esensial 3,2
Sumber : Lawrie, 1990 dengan perubahan dalam Komariah dkk, tanpa tahun
16
b. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara
para anggotanya,
c. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinnannya diterima oleh sesama petani lainnya,
d. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurangnya
sebagian besar anggotanya,
e. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk
menunjang program yang telah ditentukan.
3) Fungsi kelompok tani
a. Kelas belajar ; Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS)
serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang
lebih sejahtera.
b. Wahana kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok
tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya
akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan,
c. Unit Produksi ; Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari
segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dengan berdasarkan pengumpulan data dan
informasi menggunakan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka dari berbagai
sumber terpercaya terkait dengan masalah-masalah pasokan daging sapi dan
populasi sapi potong di Indonesia. Tidak hanya itu teknik pengumpulan data juga
17
dari sumber-sumber media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu,
internet. Solusi-solusi yang disampaikan berdasarkan ide-ide penulis dan
didapatkan dari wawancara terhadap beberapa pihak-pihak terkait seperti
penduduk desa, inseminator, dan mahasiswa.
BAB 4 PEMBAHASAN
18
berdaya saing tinggi yang pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan bagi
anggota kelompok dan keluarganya. Kemudahan yang di maksud adalah meliputi
akses sumber pembiayaan dan permodalan usaha, ilmu pengetahuan, teknologi
dan informasi, pelayanan peternakan, pelayanan kesehatan hewan dan bantuan
teknik, pengembangan kawasan usaha, kemitraan dan sinergi antar pelaku usaha,
penghindaran pengenaan ekonomi biaya tinggi, penciptaan iklim usaha yang
kondusif dan peningkatan kewirausahaan, pemanfaatan sumber daya dalam
negeri, promosi dan pemasaran serta perlindungan harga ternak dan produk
hewan.
19
cukup dengan segala keadaan yang telah diperoleh saat itu. Padahal dengan
semakin majunya teknologi dan ilmu pengetahuan, setiap individu harus mampu
baik secara ekonomi maupun sosial beradaptasi dengan perubahan-perubahan
yang ada.
20
orang yang telah mendapat pelatihan tentang teknolongi peternakan serta orang-
orang yang telah berpengalaman (bekerja) di bidang peternakan. Dengan
demikian diharapkan dapat memaksimalkan sistem kelompok tani sapi potong di
daerah pedesaan.
Jumlah anggota kelompok yang dibentuk minimal terdiri dari lima belas
orang dengan sistem pembentukan musyawarah yang dihadiri oleh perangkat desa
seperti kepala desa, LSM, dan BPD. Kemudian kelompok tani dapat mengajukan
pemeliharaan sapi potong dengan menyerahkan proposal kegiatan yang mencakup
21
kebutuhan modal dan lain sebagainya. Proposal ditembuskan kepada dinas
peternakan kabupaten. Selanjutnya, setelah proposal diterima dan kelompok tani
ternak sapi potong mendapat modal baik berupa uang cair atau dalam bentuk sapi
potong yang siap untuk digemukkan beserta peralatannya, kelompok tani dapat
melakukan pemeliharaan dan memberikan laporan pertanggungjawaban setiap
bulan atau setiap periode pemeliharaan tergantung dengan kesepakatan yang telah
ditetapkan dengan dinas peternakan.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan mengenai “memberdayakan
kelompok tani ternak sapi potong” dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
22
a. Cara memberdayakan kelompok tani adalah dengan memberukan
kemudahan meliputi akses sumber pembiayaan dan permodalan usaha,
ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, pelayanan peternakan,
pelayanan kesehatan hewan dan bantuan teknik, pengembangan kawasan
usaha, kemitraan dan sinergi antar pelaku usaha, penghindaran pengenaan
ekonomi biaya tinggi, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan
peningkatan kewirausahaan, pemanfaatan sumber daya dalam negeri,
promosi dan pemasaran serta perlindungan harga ternak dan produk
hewan.
b. Masalah-maslah yang muncul adalah kurangnya informasi dan
pengetahuan terkait pembentukan kelompok tani ternak dan manajemen
pemeliharaannya.
c. Agar tercapainya tujuan utama sistem kelompok tani ternak sapi potong
tersebut perlu dukungan dari berbagai pihak terkait terutama pihak
pemerintah dan akademisi.
d. Pengaruh utama sistem pemberadayaan kelompok tani ternak sapi potong
adalah meningkatnya pasokan daging sapi di pasar setelah sistem
berlangsung selama lebih dari lima tahun.
5.2 Saran
Hal yang perlu diperhatikan dalam memberdayakan kelompok tani ternak
sapi potong yaitu tetap mengutamakan kepentingan masyarakat serta memberikan
pelayanan yang sepenuhnya kepada kelompok tani ternak terkait tujuan dan fungsi
kelompok tani yaitu sarana atau kelas belajar dan wahana kerjasama.
Daftar Pustaka
23
Jingga, RPA., 2013, Populasi Indonesia 300 juta tahun 2032, [online],
(http://www.antaranews.com/berita/364989/populasi-indonesia-300-juta-
tahun-2032, diakses tanggal 25 April 2013 pukul 12.15 WIB).
Musta’idah, A. 2012. 2013, Kebutuhan Sapi Nasional 3,3 Juta Ekor. [online],
(http://www.investor.co.id/agribusiness/2013-kebutuhan-sapi-nasional-33
juta-ekor/49482, diakses tanggal 26 April 2013 pukul 21.11 WIB)
24