Anda di halaman 1dari 24

PEMBERDAYAKAN KELOMPOK TANI TERNAK SAPI

POTONG UNTUK MENINGKATKAN PASOKAN


DAGING SAPI DI PASAR

KARYA TULIS

Oleh

HENY NURJANAH
NIM C3 111 360

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2013

2
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
karya tulis ini.

Terimakasih kepada orang tua kami yang memberikan dukungan dan


binaanya. Ucapan terimakasih yang kedua ditunjukkan Kepada ketua Jurusan
Peternakan yang selalu memberikan arahan dan bimbingannya. Dan terimakasih
kepada teman-teman yang telah membantu menyelesaikan penulisan karya tulis
ini.

Dalam Penulisan karya tulis ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun teori, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pada pembuatan karya tulis
berikutnya. Terimakasih.

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................................2

Daftar Isi...........................................................................................................................3

Daftar Tabel......................................................................................................................4

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................6

1.1 Latar Belakang......................................................................................................6

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................6

1.3 Tujuan dan Manfaat..............................................................................................6

1.3.1 Tujuan.............................................................................................................6

1.3.2 Manfaat...........................................................................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................6

2.1 Sapi Potong...........................................................................................................6

2.2 Daging sapi...........................................................................................................6

2.3 Kelompok Tani.....................................................................................................6

BAB 3 METODE PENULISAN.......................................................................................6

BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................................6

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................6

5.1 Kesimpulan...........................................................................................................6

5.2 Saran.....................................................................................................................6

Daftar Pustaka...................................................................................................................6

3
Daftar Tabel
Tabel 1 . Komposisi asam amino daging sapi segar ……………………………… 14

4
ABSTRACT
HENY NURJANAH, Department of Animal Husbandry State Polytechnic of
Jember, 29 April 2013. Empowerment of Cattle Farmer Groups To Increase The
Supply Of Meat In The Market. Supervised by Rosa Tri Hertamawati.

The population of Indonesia increased from year to year along with the advance
of technology and science. Public awareness of nutrition too increase and lead to
high request for nutritious food items like meat on the market. Indonesia is
famous as an agricultural country and high various of organism, but not able to
meet all the request and needs of national meat. Food imports are still high and
does not correspond with meat import target that has been set on the self-
sufficiency of beef and buffalo in 2014.

In 2013,the needs of national meat to reach 550,000 tons and 413,000 tons will be
fill domestically. To fill the needs of the meat, the government declared a national
cattle stock should available in the country as much as 3,3 million cattles (with 80
thousand tons of import quotas covering 60% of calves and 40% of frozen meat).
As a result of the import quota and the lack of supply of meat in the market led to
the high price of meat which reached Rp. 91.000,00 in various area in Indonesia.

the solution to overcome these problem is empowering cattle farmer groups. the
empowerment by making it easier (access to financing and venture capital,
science, and information technology, animal husbandry services, veterinary
services and technical assistance, regional development efforts, partnerships and
synergies between business, avoiding the imposition of high-cost economy, the
creation of a business climate enabling and promoting entrepreneurship,
utilization of domestic resources, promotion and marketing as well as the
protection of livestock and animal product prices) to the group , so the group can
produced farm products especially meat which quality and highly competitive
with a relatively fast time.

The system of cattle farmer group was more focused in rural area, because the
needs of livestock forage much available in cold climes. In addition, the majority

5
of the villagers are farmers so that easy to form a group farmer. Technical
information about the formation of the group must be submitted to the society, so
the farmer group can be evenly in Indonesia. Parties who was instrumental in this
case is the local governments, especially those working in the field such as animal
health officials, inseminator, and students (PKL).

The business of fattening cattle production will increase and accelerate the
achievement of production targets if used manajement which well. Lack of public
knowledge about management and maintenance of fattening cattle to be one of the
obstacles to achieve aims of farmer groups. To that end, in a cattle farmer group
required one member who really understand and are competent in the field of
animal husbandry. Competent group members may come from farms graduate
students, the people who attend training, and experienced people working in the
field of animal husbandry.

Empowerment of cattle farmer groups will give a considerable impact on reducing


the rate of unemployment among people especially in rural areas, improve the
human resources (HR), reducing the value of meat imports, lower beef prices, the
welfare of all members of farmer groups and their families, and reach main aim
that fulfill the supply of meat in the market.

6
RINGKASAN

HENY NURJANAH, Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Jember, 29 April


2013. Pemberdayaan Kelompok Tani Ternak Sapi Potong Untuk Meningkatan
Pasokan Daging Sapi Di Pasar. Pembimbing : Rosa Tri Hertamawati

Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan


seiring dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan. Kesadaran masyarakat
akan gizi terus bertambah dan menyebabkan tingginya permintaan bahan pangan
yang bergizi seperti daging di pasar. Indonesia yang dikenal sebagai negara
agraris dan mempunyai keanekaragaman makluk hidup cukup tinggi ternyata
tidak mampu memenuhi semua permintaan dan kebutuhan daging nasional. Impor
bahan pangan yang bergizi tersebut masih tinggi dan tidak sesuai dengan target
impor daging yang telah ditetapkan pada swasembada daging sapi dan kerbau
tahun 2014.

Pada tahun 2013 kebutuhan daging nasional mencapai 550.000 ton dan sebanyak
413.000 ton akan dipenuhi dalam negeri. Untuk memenuhui kebutuhan daging
sapi tersebut, pemerintah menyatakan stok sapi nasional yang harus disediakan
didalam negeri sebanyak 3,3 juta ekor dengan kuota impor 80 ribu ton mencakup
60% sapi bakalan dan 40% daging beku. Akibat kebijakan kuota impor tersebut
dan kurangnya pasokan daging di pasar menyebabkan mahalnya harga daging sapi
yaitu mencapai Rp. 91.000,00 diberbagai daerah di Indonesia.

Perlu dilakukan suatu upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut seperti


pemberdayaan kelompok tani ternak potong. Pemberdayaan tersebut berupa
pemberian kemudahan (akses sumber pembiayaan dan permodalan usaha, ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi, pelayanan peternakan, pelayanan kesehatan
hewan dan bantuan teknik, pengembangan kawasan usaha, kemitraan dan sinergi
antar pelaku usaha, penghindaran pengenaan ekonomi biaya tinggi, penciptaan
iklim usaha yang kondusif dan peningkatan kewirausahaan, pemanfaatan sumber
daya dalam negeri, promosi dan pemasaran serta perlindungan harga ternak dan
produk hewan) kepada kelompok agar mampu menghasilkan produk peternakan

7
khususnya daging sapi yang berkualitas dan berdaya saing tinggi dengan waktu
usaha yang relatif cepat yang pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan bagi
anggota kelompok dan keluarganya.

Sistem pemberdayaan kelompok tani ternak sapi potong ini lebih fokus dilakukan
di pedesaan dengan alasan kebutuhan ternak seperti hijauan sangat melimpah di
daerah yang bersuhu dingin. Selain itu mayoritas penduduk desa bekerja sebagai
petani sehinga sangat mudah dalam membentuk kelompok. Informasi tentang
teknis pembentukan kelompok harus disampaikan kepada masyarakat agar
penyebaran kelompok dapat merata di seluruh pelosok Indonesia. Pihak yang
sangat berperan dalam hal ini adalah pemerintah daerah, khususnya orang-orang
yang bertugas lapang sepetri mentri hewan, inseminator, dan mahasiswa (PKL).

Manajemen pemeliharaan/ penggemukan sapi potong yang benar akan


mempertinggi produksi dan mempercepat tercapainya target produksi.
Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang manajemen pemeliharaan dan
penggemukan sapi potong menjadi salah satu kendala tercapainya tujuan sistem
kelompok tani. Untuk itu, dalam satu kelompok tani ternak sapi potong
diwajibkan ada satu anggota yang benar-benar mengerti dan berkompeten di
bidang peternakan. Anggota kelompok yang berkompeten tersebut dapat berasal
dari mahasiswa lulusan peternakan, orang-orang yang mengikuti pelatihan, dan
orang-orang yang berpengalaman bekerja di bidang peternakan.

Pemberdayaan kelompok tani tersebut akan memberikan dampak yang cukup


besar pada masyarakat diantaranya menguruangi tingkat pengangguran terutama
di pedesaan, meningkatkan sumber daya manusia (SDM), mengurangi nilai impor
daging sapi, menurunkan harga daging sapi, mensejahterakan seluruh anggota
kelompok tani beserta keluarganya, dan tecapainya tujuan utama yaitu memenuhi
pasokan daging di pasar.

8
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil bumi karena terletak di
garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua
Australia serta berada di antara dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia (Wikipedia, 2013). Letak geografis yang sangat menguntungkan ini
menyebabkan Indonesia mengalami dua musim yaitu musim panas dan musim
hujan, dimana dengan dua musim tersebut Indonesia memiliki keanekaragaman
makluk hidup yang cukup tinggi.

Berdasarkan penelitian 10% tumbuhan, 12% mamalia, 16% reptil, 17%


burung, dan 25% ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas
Indonesia hanya 1,3% dari luas bumi (Wikipedia, 2013). Keanekaragaman yang
tinggi harusnya bisa memenuhi segala kebutuhan pokok penduduk Indonesia
terutama kebutuhan pangan. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia untuk
terus hidup dan bereproduksi selain sandang dan papan serta merupakan ukuran
kesejahteraan suatu masyarakat.

Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami


peningkatan. Menurut Emil Salim dalam Jingga (2013) penduduk Indonesia pada
tahun 2030 diprediksikan mencapai 295 juta jiwa dan pada tahun 2032
diprediksikan populasi Indonesia mencapai 300 juta jiwa, dengan dugaan
munculnya 60 juta pendatang yang merupakan kaum muda. Peningkatan jumlah
penduduk yang diikuti peningkatan penghasilan menjadikan masyarakat semakin
menyadari arti gizi. Alasan ini membuat pergeseran pola makan masyarakat dari
mengkonsumsi karbohidrat ke protein (hewani) berupa daging, telur, dan susu.

Daging merupakan salah satu penyumbang gizi berupa protein untuk


kebutuhan hidup yang cukup baik setelah susu. Permintaan daging dalam negeri
terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dan
kesadaran akan pentingnya kebutuhan gizi. Keanekaragaman makluk hidup yang

9
tinggi di Indonesia ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan terutama
daging dalam negeri. Hal ini dirasa cukup aneh, mengapa negara yang kaya akan
keanekaragaman makluk hidup serta secara logika mampu memenuhi segala
kebutuhan penduduknya termasuk kebutuhan daging ternyata masih
menggantungkan bahan pangan pada impor.

Sapi potong merupakan salah satu penyumbang ketersediaan daging di


Indonesia. Pada saat ini, populasi sapi potong mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Populasi sapi potong pada tahun 1969 mencapai 6,44 juta ekor dan
meningkat menjadi 11,367 juta ekor pada tahun 1991, dan pada tahun 1997
menjadi 12,552 juta ekor (Abidin, 2010). Berdasarkan hasil PSPK 2011 populasi
sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 14,8 juta ekor, dan diperkirakan
pada tahun 2013 ini populasi sapi potong mencapai 16,5 juta ekor.

Harga daging sapi potong saat ini mencapai Rp. 91.000 per kilogram di
berbagai daerah. Tidak terpenuhinya pasokan daging sapi di pasar dianggap
menjadi pemicu mahalnya harga daging sapi. Sedangkan kurangnya pasokan
daging sapi di pasar disebabkan populasi sapi potong di Indonesia yang tidak
mampu memenuhi permintaan konsumen daging. Pemerintah telah menyepakati
kebutuhan dan permintaan daging tahun 2013 sebanyak 550 ribu ton dengan 413
ribu ton (75,1 %) akan dipenuhi dari dalam negeri (Musta’diah, 2012).

Untuk memenuhui kebutuhan daging sapi tersebut, pemerintah


menyatakan stok sapi nasional yang harus disediakan didalam negeri sebanyak 3,3
juta ekor dengan kuota impor 80 ribu ton mencakup 60% sapi bakalan dan 40%
daging beku. Dilihat dari data-data tersebut sangat sulit Indonesia memenuhi
kebutuhan daging yang cukup tinggi.

Perlu dilakukan suatu upaya yang mampu memicu pemenuhan pasokan


daging di pasar sehingga kebutuhan daging sapi masyarakat Indonesia untuk
beberapa tahun ke depan dapat dipenuhi tanpa harus tergantung pada impor dan
ketahanan pangan Indonesia dapat diselamatkan. Upaya yang akan dilakukan
setidaknya mampu menjadi Indonesia sebagai negara pengekspor daging sapi

10
seperti pada tahun 1997 dulu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan memberdayakan kelompok tani yang khusus memelihara sapi potong.
Upaya ini memang tidak akan memberikan dampak dalam waktu dekat, namun
akan sangat berpengaruh besar setelah upaya ini dijalankan lebih dari lima tahun.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan alasan-alasan yang telah dikemukakan dapat diterapkan
rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pengaruh pemberadayaan kelompok tani ternak sapi potong
terhadap pasokan daging sapi di pasar.
b. Bagaimana cara memberdayakan kelompok tani ternak sapi potong.

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalh sebagai berikut :

a. mengetahui pengaruh pemberadayaan kelompok tani ternak sapi potong


terhadap pasokan daging sapi di pasar,
b. mengetahui cara memberdayakan kelompok tani ternak sapi potong.

1.3.2 Manfaat

Karya tulis ini diharapkan mampu memberikan solusi terhadap masalah-


masalah ketahanan pangan di Indonesia terutama masalah pasokan daging di
pasar. Selain itu, dapat dijadikan pedoman oleh pemerintah sebagai pemegang
kebijakan untuk menentukan langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan untuk
masa yang akan datang.

11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Potong


Sapi potong merupakan salah satu ternak peliharaan yang paling banyak di
manfaatkan sebagai penghasil daging. Klasifikasi ilmiah sapi potong adalah
sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Famili : Bovidae

Sub Famili : Bovinae

Genus : Bos

Spesies : B. taurus, B. sondaicus, B. indicus

Sapi-sapi yang dipekerjakan sebagai pembajak sawah atau ternak-ternak


perah yang tidak produktif lagi biasanya akan menjadi ternak potong . Umumnya
mutu daging yang berasal dari sapi-sapi afkiran ini tidak terlalu baik kualitasnya.
Namun, ada beberapa jenis sapi yang memang khusus dipelihara untuk
digemukkan karena karakteristik yang dimilikinya, seperti tingkat pertumbuhan
cepat dan kualitas daging yang cukup baik, sapi-sapi inilah yang umumnya baik
untuk dijadikan sapi bakalan, yang dipelihara secara intensif selama beberapa
bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot badan yang ideal untuk dipotong
(Abidin, 2010). Berikut beberapa jenis sapi yang biasa digunakan untuk usaha
penggemukan sapi potong di Indonesia :

12
a. Sapi Bali

Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia dan merupakan sumberdaya genetik
hewan asli Indonesia yang ciri - cirinya khas dan berbeda dari bangsa sapi
lainnya. Asal usul sapi bali adalah banteng (Bos sondai-cus) yang telah
mengalami penjinakan atau domestikasi selama bertahun-tahun. Proses
domestikasi (penjinakan) yang cukup lama ini diduga sebagai penyebab sapi bali
lebih kecil dibandingkan dengan banteng. Sapi bali jantan dan betina dilahirkan
dengan warna bulu merah bata dengan garis hitam di sepanjang punggung yang
disebut garis belut. Setelah dewasa, warna sapi jantan berubah menjadi
kehitaman-hitaman, sedangkan warna sapi betina relative tetap. Sapi bali tidak
berpunuk. Umumnya, keempat kaki dan bagian pantatnya berwarna putih (Abidin,
2010).

Sapi bali mempunyai keunggulan dibandingkan sapi-sapi lokal lainnya,


yaitu efisiensi reproduksi yang tinggi, dimana sapi bali mampu beranak setiap
tahun. Selain itu presentasi dan kualitas karkas yang tinggi juga menjadi salah
satu keunggulan sapi bali, dimana dengan manajemen pemeliharaan yang baik,
pertambahan bobot badannya dapat mencapai 0,7 kg/hari (Abidin, 2010). Daya
adaptasi terhadap lingkungan juga tinggi, sapi bali mempunyai kemampuan untuk
memanfaatkan sumber pakan yang terbatas dan kualitas rendah. Populasi sapi bali
di Indonesia hingga tahun 2009 diperkirakan mencapai sekitar 4,5 juta ekor,
dengan populasi terbanyak di Sulawesi Selatan, Bali, NTT, NTB, Sumsel , Sultra,
Gorontalo, Kalsel, Sulteng, Sulbar, dan Lampung (Wikipedia, 2013).

b. Sapi Brahman
Sapi Brahman merupakan sapi yang berasal dari india, yang merupakan
keturunan dari sapi Zebu (Bos Indicus). Sapi ini berkembang cukup pesat karena
pola pemeliharaan dan sistem perkawinan yang terkontrol di Amerika Serikat,
sehingga melebihi penampilan produksi di negeri asalnya. Sapi Brahman yang
disilangkan dengan sapi asal Eropa disebut dengan australian brahman cross
(ABC) yang biasa di lengkapi sertifikat untuk menunjukkan presentase genetis

13
sapi Brahman (Abidin, 2010). Keunggulan sapi brahman ini adalah mampu
beradaptasi dengan lingkungan baru dan sangat tahan terhadap gigitan serangga
terutama caplak. Selain itu pertumbuhan dan perkembangan sapi ini juga cepat
sehingga sapi ini sangat digemari oleh peternak daerah tropis seperti Indonesia.
c. Sapi Madura
Sapi Madura mempunyai ciri khas yaitu berpunuk dan berwarna kuning
hingga merah bata, terdapat warna putih pada moncong, ekor, dan kaki bawah,
serta berwarna hitam pada telinga dan bulu ekor bawah. Sapi Madura ini
merupakan sapi hasil persilangan antara Bos sondaicus dan Bos indicus yang
tumbuh dan berkembang di Madura. Di Indonesia populasinya mencapai 12%,
dan penyebarannya tidak semerata sapi bali. Sapi madura dilaporkan telah
mengalami penurunan genetis, sehingga penampilan produksi diukur dari
pertambahan bobot badan dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Perkawinan sedarah diperkirakan menjadi penyebab penurunan genetis ini dan
dibandingkan dengan sapi bali, daya reproduksi dan pertambahan bobot badan
sapi bali lebih rendah (Abidin, 2010).
Pulau Madura merupakan tempat populasi terbanyak sapi madura. Sistem
pemeliharaannya pun sangat unik karena sapi-sapi jantan dipelihara khusus untuk
dikarap dalam lomba karapan sapi. Sapi-sapi ini mengalami pertumbuhan yang
tidak seimbang antara tubuh bagian depan dan bagian belakang karena harus
mengikuti sistem latihan yang diberikan. Pemberian pakan pun terkesan
berlebihan, terutama saat menjelang lomba. Sapi-sapi jantan ini diberikan paka
berupa susu, telur, dan madu serta bahan lainnya yang bertujuan untuk memberika
tenaga ekstra meskipun secara ilmiah belum dapat dibuktikan kebernarannya
(Abidin, 2010).
d. Sapi Limousin
Sapi limosin merupakan sapi potong keturunan Bos taurus yang berhasil
dijinakkan dan dikembangkan di Perancis. Karakteristik sapi limousine adalah
bulunya berwarna merah mulus, dan tumbuh agak panjang bulu bagian kepala,
mata awas, kaki tegap, dada besar serta dalam. Bentuk tubuh memanjang, bagian
perut agak mengecil tetapi bagian paha dan pinggul cucup besar, penuh daging

14
dan sangat padat (bentuknya hampir mirip dengan singa). Bobot badan sapi
limousin jantan mencapai 850 kg dan betina mencapai 650 kg (Murtidjo, 2008).
e. Sapi Ongole atau Peranakan Ongole

Sapi onggole merupakan keturunan sapi liar (Bos indicus) yang telah
dijinakkan di India. Di Indonesia sapi onggole disilangkan dengan sapi lokal
sehingga dikenal dengan beberapa nama seperti sapi sumba ongole dan sapi
peranakan ongole. Sapi peranakan ongole memepunyai ciri-ciri warna bulu sapi
putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan
gelambir yang besar menggelantung. Cirri-ciri umum sapi peranakan onggole
adalah posturnya menyerupai sapi ongole namun kemapuan produksinya sedikit
lebih rendah. Sapi ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
dan penyebaraannya hampir merata di Pulau Jawa dan sedikit di luar jawa.

2.2 Daging sapi


Daging sapi adalah sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan
kalsium yang berasal dari ternak sapi. Komponen nutrisi tertinggi dalam daging
adalah protein dimana protein daging tersusun atas asam amino esensial yang
lengkap dan seimbang.

Tabel 1 . Komposisi asam amino daging sapi segar (% protein kasar)


Jenis Asam
Kategori Jumlah
Amino
Isoleusin Esensial 5,1
Leusin Esensial 8,4
Lisin Esensial 8,4
Metionin Esensial 2,3
Sisitin Esensial 1,4
Fenilalanin Esensial 4,0
Treonin Esensial 4,0
Triptofan Esensial 1,1
Valin Esensial 5,7
Argirin Esensial untuk anak/ bayi 6,6
Histidin Esensial untuk anak/ bayi 2,9
Alanin Non-esensial 6,4
Asam Asparat Non-esensial 8,8

15
Asam Glutamat Non-esensial 14,4
Glisin Non-esensial 7,1
Prolin Non-esensial 5,4
Serin Non-esensial 3,8
Tirosin Non-esensial 3,2
Sumber : Lawrie, 1990 dengan perubahan dalam Komariah dkk, tanpa tahun

Vitamin yang terkandung dalam daging sapi adalah vitamin B1 (tiamin),


B2 (riboflavin), dan asam nikotinat (niasin). Ketiganya penting bagi aktivitas dan
pertumbuhan. Selain itu daging sapi juga mangandung B12, vitamin ini tidak
terdapat dalam makanan yang berasal dari tumbuhan (nabati). Vitamin B12
berfingsi membentuk sel darah merah dan menormalkan sistem saraf (Komariah,
tanpa tahun).

2.3 Kelompok Tani


Menurut Departemen Pertanian (2007), kelompok tani adalah kumpulan
petani/ peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Sedangkan peternak
adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha
peternakan. Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di
perdesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”, memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1). Ciri kelompok tani
a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota,
b. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani,
c. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha,
jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi.
d. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan
kesepakatan bersama.
2). Unsur Pengikat Kelompok tani
a. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya,

16
b. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara
para anggotanya,
c. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinnannya diterima oleh sesama petani lainnya,
d. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurangnya
sebagian besar anggotanya,
e. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk
menunjang program yang telah ditentukan.
3) Fungsi kelompok tani
a. Kelas belajar ; Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS)
serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang
lebih sejahtera.
b. Wahana kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok
tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya
akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan,
c. Unit Produksi ; Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari
segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

BAB 3 METODE PENULISAN

Penulisan karya tulis ilmiah ini dengan berdasarkan pengumpulan data dan
informasi menggunakan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka dari berbagai
sumber terpercaya terkait dengan masalah-masalah pasokan daging sapi dan
populasi sapi potong di Indonesia. Tidak hanya itu teknik pengumpulan data juga

17
dari sumber-sumber media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu,
internet. Solusi-solusi yang disampaikan berdasarkan ide-ide penulis dan
didapatkan dari wawancara terhadap beberapa pihak-pihak terkait seperti
penduduk desa, inseminator, dan mahasiswa.

Pada karya ilmiah ini, akan dijelaskan solusi terkait permasalahan-


permasalahan ketahanan pangan khususnya daging sapi dimulai dari bab
pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan, dan manfaat penulisan. Dilanjutkan dengan bab ke dua yang berisi tentang
tinjauan pustaka yang merupakan uraian dari konsep-konsep masalah yang dikaji
yaitu terkait sapi potong dan kelompok tani. Bab berikutnya adalah membahas
secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu tentang cara
memberdayakan kelompok tani dan pengaruh kelompok tani terhadap pasokan
daging sapi di pasar.

Selanjutnya adalah bab terakhir merupakan bab penutup dalam karya


ilmiah ini. Pada bagian ini ditulis kesimpulan dari uraian yang sebelumnya sudah
disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang baiknya untuk lakukan agar
sistem kelompok tani dapat dilaksanakan dengan baik dan berdampak positif bagi
seluruh masyarakat Indonesia terutama anggota kelompok tani ternak sapi potong
dan keluarganya.

BAB 4 PEMBAHASAN

Memberdayakan kelompok tani ternak merupakan segala upaya yang


dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah serta seluruh pihak-pihak
terkait termasuk akademisi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dan
bersinergi memberikan berbagai kemudahan pada kelompok tani ternak agar dapat
menghasilkan produk peternakan khususnya daging sapi yang berkualitas dan

18
berdaya saing tinggi yang pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan bagi
anggota kelompok dan keluarganya. Kemudahan yang di maksud adalah meliputi
akses sumber pembiayaan dan permodalan usaha, ilmu pengetahuan, teknologi
dan informasi, pelayanan peternakan, pelayanan kesehatan hewan dan bantuan
teknik, pengembangan kawasan usaha, kemitraan dan sinergi antar pelaku usaha,
penghindaran pengenaan ekonomi biaya tinggi, penciptaan iklim usaha yang
kondusif dan peningkatan kewirausahaan, pemanfaatan sumber daya dalam
negeri, promosi dan pemasaran serta perlindungan harga ternak dan produk
hewan.

Kelompok tani ternak yang ada di Indonesia dan menyebar di berbagai


daerah masih cenderung untuk memelihara ternak-ternak kecil seperti ayam
pedaging, ayam petelur, domba, dan kambing. Padahal pemeliharaan sapi dengan
tujuan penggemukan akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan pemeliharaan
ternak-ternak lainnya. Kelompok tani masih ragu dan takut mengambil resiko
untuk memelihara sapi potong secara intensif. Kurangnya jaminan dan rumitnya
prosedur untuk membentuk kelompok tani ternak sapi potong menjadi salah satu
alasan. Solusi yang paling tepat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
mendapatkan kepercayaan masyarakat bahwa sistem kelompok tani sapi potong
bukan sistem yang harus ditakuti dan dengan sistem ini justru akan memberikan
dampak positif termasuk meningkatkan status ekonomi masyarakat.

Sistem pemberdayaan kelompok tani yang khusus memelihara sapi potong


guna memenuhi kebutuhan permintaan daging sapi harus lebih di fokuskan di
daerah pedesaan. Berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan sapi seperti hijauan
cukup melimpah di pedesaan, serta lingkungan pedesaan berupa suhu dan
kelembaban dikira cukup baik untuk dilakukannya sistem penggemukan sapi
potong. Selain itu mayoritas masyarakat yang ada di pedesaan adalah sebagai
petani, hal ini akan mempermudah kelompok untuk mendapatkan anggota-
anggota dengan cepat. Namun, sistem pemberdayaan kelompok tani sapi potong
di pedesaan sulit dikembangkan karena biasanya pola berfikir kebnayakan
masyarakat yang sulit untuk diajak maju. Masyarakat desa kadang sudah merasa

19
cukup dengan segala keadaan yang telah diperoleh saat itu. Padahal dengan
semakin majunya teknologi dan ilmu pengetahuan, setiap individu harus mampu
baik secara ekonomi maupun sosial beradaptasi dengan perubahan-perubahan
yang ada.

Kurangnya informasi tentang bagaimana cara membentuk kelompok tani


yang benar serta dampak positif yang akan terjadi, menjadi kendala
berkembangnya kelompok tani secara merata di Indonesia terutama di daerah
pedesaan. Pihak terkait khususnya pemerintah daerah bertugas untuk memberikan
informasi langsung kepada masyarakat baik melalui penyuluhan atau secara
khusus oleh pihak-pihak yang terjun langsung di masyarakat sebagai pekerja
lapang seperti mantri hewan, inseminator, dan mahasiswa yang sedang melakukan
praktek kerja lapang (PKL). Dengan sistem penyaluran informasi seperti di atas
diharapkan mampu memacu masyarakat untuk membentuk kelompok tani ternak
sapi potong.

Kendala selanjutnya adalah terbatasnya pengetahuan tentang manajemen


pemeliharaan sapi potong di pedesaan. Manajemen pemeliharaan/ penggemukan
sapi potong dengan benar akan mempertinggi produksi dan mempercepat
tercapainya target produksi. Untuk itu, dalam satu kelompok tani ternak sapi
potong diwajibkan ada satu anggota yang benar-benar mengerti dan berkompeten
di bidang peternakan. Sehingga manajemen pemeliharaan dapat terkontrol dan
sesuai dengan teori penggemukan yang baik serta menguntungkan. Selain itu,
dengan adanya satu atau lebih anggota yang berkompeten dapat mempermudah
laporan pertanggungjawaban, sehingga pemerintah dapat memberikan
kepercayaan penuh terhadap kelompok tersebut.

Anggota kelompok yang berkompeten tersebut dapat berasal dari


mahasiswa lulusan peternakan. Dengan sistem kelompok tani tersebut mahasiswa
mendapat pekerjaan sesuai dengan bidangnya sehingga didapatkan pekerjaan
dengan disiplin ilmu dan mahasiswa tidak terjebak untuk bekerja di perusahaan.
Selain mahasiswa, anggota kelompok yang dianggap berkomoeten adalah orang-

20
orang yang telah mendapat pelatihan tentang teknolongi peternakan serta orang-
orang yang telah berpengalaman (bekerja) di bidang peternakan. Dengan
demikian diharapkan dapat memaksimalkan sistem kelompok tani sapi potong di
daerah pedesaan.

Sistem kelompok tani ternak potong ini diharapkan mampu memenuhi


kebutuhan daging sapi nasional, seperti halnnya sistem kelompok tani pada bahan
pangan padi. Meskipun pemenuhan kebutuhan tidak maksimal dan masih
mengandalkan impor namun karena sistem kelompok tani yang dilaksanakan
setidaknya mampu memenuhi sebagian kebutuhan padi dalam negeri.

Agar tercapainya tujuan utama terpenuhinya pasokan daging sapi di pasar


dengan sistem kelompok tani ternak sapi potong dibutuhkan dukungan dari
berbagai pihak terutama pemerintah dan pihak akademisi yaitu untuk membentuk
dan mengembangkan orang-orang yang akan terjun di dalam sistem ini. Pihak
akademisi bertugas untuk membentuk orang-orang yang berkompeten di bidang
peternakan yaitu mahasiswa yang tidak hanya mampu melakukan manajemen
pemeliharaan atau penggemukan dengan baik, namun juga harus mampu menjadi
anggota kelompok yang baik, tidak hanya mementingkan kepentingan individu
tetapi lebih mengedepankan kepentingan kelompok.

Sedangkan pihak pemerintah bertugas untuk mengembangkan dan


memberdayakan kelompok tani yang dibentuk dengan cara memberika
kemudahan utama yaitu modal. Sulit tercapainya keberhasilan usaha
penggemukan di masyarakat atau lebih khususnya peternak saat ini adalah jumlah
sapi yang dimiliki masih di bawah lima ekor perkeluarga. Ini merupakan sebuah
bukti bahwa peternakan sapi masih merupakan usaha sampingan dan
pemeliharaan yang ekstensif.

Jumlah anggota kelompok yang dibentuk minimal terdiri dari lima belas
orang dengan sistem pembentukan musyawarah yang dihadiri oleh perangkat desa
seperti kepala desa, LSM, dan BPD. Kemudian kelompok tani dapat mengajukan
pemeliharaan sapi potong dengan menyerahkan proposal kegiatan yang mencakup

21
kebutuhan modal dan lain sebagainya. Proposal ditembuskan kepada dinas
peternakan kabupaten. Selanjutnya, setelah proposal diterima dan kelompok tani
ternak sapi potong mendapat modal baik berupa uang cair atau dalam bentuk sapi
potong yang siap untuk digemukkan beserta peralatannya, kelompok tani dapat
melakukan pemeliharaan dan memberikan laporan pertanggungjawaban setiap
bulan atau setiap periode pemeliharaan tergantung dengan kesepakatan yang telah
ditetapkan dengan dinas peternakan.

Sistem kelompok tani ternak sapi potong ini diharapkan memberikan


dampak positif terhadap lapisan masyarakat seperti mengurangi tingkat
pengangguran, meningkatkan sumber daya manusia (SDM), mengurangi nilai
impor daging sapi, menurunkan harga daging sapi, mensejahterakan seluruh
anggota kelompok tani beserta keluarganya, dan tecapainya tujuan utama yaitu
memenuhi pasokan daging di pasar.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan mengenai “memberdayakan
kelompok tani ternak sapi potong” dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :

22
a. Cara memberdayakan kelompok tani adalah dengan memberukan
kemudahan meliputi akses sumber pembiayaan dan permodalan usaha,
ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, pelayanan peternakan,
pelayanan kesehatan hewan dan bantuan teknik, pengembangan kawasan
usaha, kemitraan dan sinergi antar pelaku usaha, penghindaran pengenaan
ekonomi biaya tinggi, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan
peningkatan kewirausahaan, pemanfaatan sumber daya dalam negeri,
promosi dan pemasaran serta perlindungan harga ternak dan produk
hewan.
b. Masalah-maslah yang muncul adalah kurangnya informasi dan
pengetahuan terkait pembentukan kelompok tani ternak dan manajemen
pemeliharaannya.
c. Agar tercapainya tujuan utama sistem kelompok tani ternak sapi potong
tersebut perlu dukungan dari berbagai pihak terkait terutama pihak
pemerintah dan akademisi.
d. Pengaruh utama sistem pemberadayaan kelompok tani ternak sapi potong
adalah meningkatnya pasokan daging sapi di pasar setelah sistem
berlangsung selama lebih dari lima tahun.

5.2 Saran
Hal yang perlu diperhatikan dalam memberdayakan kelompok tani ternak
sapi potong yaitu tetap mengutamakan kepentingan masyarakat serta memberikan
pelayanan yang sepenuhnya kepada kelompok tani ternak terkait tujuan dan fungsi
kelompok tani yaitu sarana atau kelas belajar dan wahana kerjasama.

Daftar Pustaka

Abidin, Z. 2010. Penggemukan Sapi Potong. Cetakan 15. Jakarta: Agromedia


Pustaka.

23
Jingga, RPA., 2013, Populasi Indonesia 300 juta tahun 2032, [online],
(http://www.antaranews.com/berita/364989/populasi-indonesia-300-juta-
tahun-2032, diakses tanggal 25 April 2013 pukul 12.15 WIB).

Komariah., Surajudin., Purnomo D. Aneka Olahan Daging Sapi. _____ , [online],


(http://books.google.co.id, diakses tanggal 26 April 2013 pukul 19.05 WIB).

Murtidjo, B A. 2008. Sapi Potong. Cetakan ke 16. Yogyakrta: Kasinus.

Musta’idah, A. 2012. 2013, Kebutuhan Sapi Nasional 3,3 Juta Ekor. [online],
(http://www.investor.co.id/agribusiness/2013-kebutuhan-sapi-nasional-33
juta-ekor/49482, diakses tanggal 26 April 2013 pukul 21.11 WIB)

Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani,


Pdf.

Wikipedia. 2013. Indonesia. [online], (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia,


diakes tanggal 25 April 2013 pukul 16.43 WIB).

Wikipedia., 2013. Sapi. [online], (http://id.wikipedia.org/wiki/Sapi, diakses


tanggal 26 April 2013 pukul 11.04 WIB).

Wikipedia. 2013. Banteng. [online], (http://id.wikipedia.org/wiki/Banteng, diakses


tanggal 26 April 2013 pukul 11.56 WIB).

24

Anda mungkin juga menyukai