Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN ANAK

‘’PADA PASIEN DENGAN DIARE’’

OLEH:
AFRIYANI I4051201022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
Nama Mahasiswa : AFRIYANI
NIM : I40512010223
Tanggal Praktek : 12 Februari 2021
Judul Kasus : Diare Pada Anak
Ruagan : Stase Anak

A. Konsep Peyakit
1. Definisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam
satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali
sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie dan Soenarto, 2012).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di
dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014).
Berdasarkan ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air
besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih
dengan konsistensi cair.
2. Etiologi
Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut :
 Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
 Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-virus,
Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
 Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides) protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(Candida albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits
media akut (OMA), tonsillitis/tonsil ofaringitis, bronko pneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar).
3. Patofisiologi
Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan
minuman. Virus atau bakteri tersebut akan sampai ke sel–sel epitel usus halus dan
akan menyebabkan infeksi, sehingga dapat merusak sel-sel epitel tersebut. Sel–sel
epitel yang rusak akan digantikan oleh sel-sel epitel yang belum matang sehingga
fungsi sel–sel ini masih belum optimal. Selanjutnya,vili–vili usus halus mengalami
atrofi yang mengakibatkan tidak terserapnya cairan dan makanan dengan baik. Cairan
dan makanan yang tidak terserap akan terkumpul di usus halus dan tekanan osmotik
usus akan meningkat. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen
usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan terdorong keluar melalui anus
dan terjadilah diare.(Utami, dkk. 2016).
4. Tanda dan Gejala
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah dan/atau demam,
tenesmus,hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.Diare yang berlangsung
beberapa saat tanpa penanggulangan medis adekuat dapat menyebabkan kematian
karena kekurangan cairan tubuh yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik lanjut. Kehilangan cairan
menyebabkan haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
deplesi air yang isotonik.(Amin, 2015)
Sedangkan pendapat lain menyebutkan gejalanya yaitu feses yang
konsistensinya lembek sampai cair dengan frekuensi pengeluaran feses sebanyak 3
kali atau lebih dalam sehari serta dapat mengakibatkan demam, sakit perut, penurunan
nafsu makan, rasa lelah dan penurunan berat badan dan dapat menyebabkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, sehingga dapat terjadi berbagai
macam komplikasi yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik, kerusakan organ bahkan
sampai koma. (Utami, 2016).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnostik
Menurut Immi (2014) pemeriksaan diagostik yang dilakukan pada anak diare
meliputi:
1) Pemeriksaan Fases:
- Makroskopis; bentuk tinja meliputi jumlah, warna, bau, lendir.
Biasanya pada anak diare jumlah tinja kurag dari 250 mg.
- Mikroskopis; natrium normal dalam tinja 56 – 105 (mEq/L), chloride
dalam tinja (normal); 55-95 (mEq/L), kalium dalam tinja (normal : 25-
26 mEq/L), bikarbonat dalam tinja (normal : 14-31 mEq/L)
2) Pemeriksaan PH darah
PH da kadar gula dapat diperiksa dengan kertas lakmus da tablet clini tes bila di
duga terjadi intolerasi gula.
3) Pemeriksaan darah
Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN menujukkan adanya
dehidrasi, hemoglobin, hematokrit, da BUN biasaya mengalamai penurunan
diare akut. Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 gram/desiliter, hematokrit
normalnya 40-48 vol %.
4) Aalisa gas darah
Asidosis metabolik (PH darah menurun, tekanan oksigen PO2 meningkat,
bikarbonat HCO3 menurun).
5) Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin
Utuk mengetahui fungsi ginjal : urin normal 20-40 miligram/desiliter, jika terjadi
peningkatan menunjukkan adanya dehidrasi. Kreatinin normal dalam urin 0,5-
1,5 mg/dl, terjadi peningkatan kreatinin menandakan adanya penurunan fungsi
ginjal.
6) Serum elektrolit
Hiponatremi (natrium dalam darah kurang dari 135 mEq/dl, nilai normal 140 +/
-5 mEq/L) disebabkan oleh retensi air atau kehilagan natrium. Hipernatremi
(kadar natrium plasma lebih dari 145 mEq/L) disebabkan oleh kehilangan cairan
tubuh, berkurangnya asupan cairan atau bertambahnya asupan natrium.
Hipokalemi (nilai kalium kurang dari 3,5 mEq/L, normalnya 3,5-5 mEq/L).
b. Laboratorium
1) Pemeriksaan radiografi abdomen/KUB
2) CT-SCAN
3) MRI
4) Endoskopi
6. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah
a. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberianya.
1) Cairan per oral.
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCL dan NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90
mEq/L.Formula lengkap sering disebut oralit.Cairan sederhana yang dapat
dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula
(NaCL dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk
pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa berobat ke rumah
sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
2) Cairan parental.
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP. Tetapi
kesemuanya itu bergantung tersedianya cairan setempat. Pada umumnya
cairan ringer laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja.
Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari
berat /ringanya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badanya.
3) Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe marasmik.
Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan 3-10
kg, umur 1bln-2 tahun, jumlah cairan 200 ml/kg/24jam. Kecepatan tetesan 4
jam pertama idem pada pasien MEP.Jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya:
150 ml/kg BB/20 jam atau 7 ml/kg BB/jam atau 1 ¾ tetes/kg/BB/menit ( 1
ml= 15 menit) atau 2 ½ tetes /kg BB/menit (1 ml=20 tetes). Selain pemberian
cairan pada pasien-pasien yang telah disebutkan masih ada ketentuan
pemberian cairan pada pasien lainya misalnya pasien bronkopneumonia
dengan diare atau pasien dengan kelainan jantung bawaan, yang memerlukan
caiaran yang berlebihan pula. Bila kebetulan menjumpai pasien-pasien
tersebut sebelum memasang infuse hendaknya menanyakan dahulu pada
dokter.
b. Dietetik (cara pemberian makanan).
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg jenis makanan:
1) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenis lainya)
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak
mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
3) Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan missalnya susu
yang tidsk mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh.
c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atu
karbohidrat lain (gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya). (Ngastiyah, 2014)
d. Terapi farmakologik
1) Antibiotik
Pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan setelah diketahui
penyebab diare dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit,
sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotic boleh diberikan bila :
- Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau
biakan.
- Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan darah
pada tinja.
- Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi
maternal.
- Di daerah endemic kolera.
- Neonatus yang diduga infeksi nosokomial
2) Obat antipiretik
Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin) dalam dosis rendah
(25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk menurunkan panas akibat dehidrai atau
panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
3) Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan tingkat
keparah diare, mengurangi frekuensi buang air besar (BAB), mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya (Lintas
diare, 2011).
7. Komplikasi
Menurut Nelwan (2014),“Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi sekitar
1% pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan bakteri diusus secara
berlebihan, sindrom malabsorbsi.Merupakan tanda awal pada inflammatory bowel
disease. Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau sindrom hemolitik-uremikum” .
 Perforasi usus
 Megakolon toksik
 Sepsis
 Hipoglikemia
 Kejang
 Malnutrisi
 Sindrom uremik hematolik
 Deman
 Dehidrasi
 Hipokalemia
 Hiperatremia
 Hiponatremia
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah pengumpulan dan analisis informasi secara sistematis
dan berkelanjutan mengenai klien. Proses ini berawal dari pengumpulan data dan
memasukkan kedalam format terorganisir (Rosdahl dan Kowalski, 2016).
a. Idetitas pasien terdiri dari nama lengkap, tempat tanggal lahir, jeis kelamin,
umur, tempat tinggal, asal suku bangsa, nama oragtua, pekerjaan orangtua, dan
penghasilan.
b. Keluhan utama
Buang air besar lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa
dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan atau sedang), atau BAB >
10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare
tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau
lebih adalah diare persisten.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan berupa riwayat masa lalu, riwayat kesehata keluarga di
masa lalu, penyakit saat ini, riwayat medis, dan pembedahan sebelumnya pada
anak. Pola pertumbuhan anak juga sangat penting dalam riwayat kesehatan
yang dapat membantu menunjukkan waktu tentang kapan munculnya masalah
terbaru. Riwayat kesehatan keluarga juga penting dalam mengkaji gejala
secara genetik (kyle dan carman, 2016).
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
- Baik sadar (tanpa dehidrasi)
- Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang)
- Lesu lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
2. Berat badan
- Dehidrasi ringan kehilangan berat badan bayi 5% (50 ml/kg), pada
anak besar 3 % (30 ml/kg)
- Dehidrasi sedang kehilangan berat badan bayi 5-10 % (50 -100 ml/kg)
pada anak besar 6% (60 ml/kg)
- Dehidrasi berat kehilangan berat badan bayi 10-15 % (100-150 ml/kg),
dan pada anak besar 9 % (90 ml/kg)
3. Kulit
Periksa tugor kulit dengan mencubit perut dengan kedua ujung jari (bukan
dengan kuku). Apabila tugor kembali dengan cepat (kurang dari 2 detik)
merupakan diare tanpa dehidrasi, tugor kembali lambat (2 detik) diare
dengan dehidrasi ringan atau sedang. Tugor kembali sangat lambat (lebih
dari 2 detik) diare dengan dehidrasi berat.
4. Kepala
Anak biasanya ubun-ubunnya cekung ketika mengalami dehidrasi.
5. Mata
Anak yag tampak dehidrasi betuk kelopak mata normal, kelopak mata
cekung mengalami dehidrasi ringan atau sedang, dan kelopak mata sangat
cekung anak mengalami diare dengan dehidrasi berat.
6. Mulut dan lidah
Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi), mulut dan lidah kering (dehidrasi
ringan atau sedang), sangat kering (dehidrasi berat)
7. Abdomen
Mungkin mengalami distensi, kram dan bising usus meningkat.
8. Anus, apakah terdapat isitasi pada kulitnya
e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrolit (serum) : BUN dan kreatinin dapat meningkat saat dehidrasi
2. Pemeriksaan toleransi laktosa : hasil pemeriksaan yang positif setelah
menelan laktosa kadar hidrogen dalam pernafasan akan meningkatkan
penumpukan laktosa di usus.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diaremenurut Nanda NIC NOC 2015,
adalah:
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif (diare)
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
muntah, hilangnya nafsu makan .
3. Rencana Intervensi
N Diagosa NOC NIC
O Keperawatan
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC
dengan proses infeksi keperawatan 2x24 jam Diarhea Management
diharapkan Diare pada pasien - Evaluasi efek samping
teratasi. pengobatan terhadap
NOC : Electrolyte and Acid gastrointestinal
base balance Kriteria hasil : - Ajarkan pasien untuk
a. Feses berbentuk, BAB menggunakan obat anti diare
sehari sekali tiga hari - Evaluasi intake makanan
b. Menjaga daerah sekitar yang masuk
rectal dari iritasi - Identifikasi faktor
c. Tidak mengalami diare penyebab dari diare
d. Menjelaskan penyebab - Monitor tanda dan gejala
diare dan rasional tindakan diare
e. Mempertahankan turgor - Observasi turgor kulit
kulit secara rutin
Skala : - Ukur diare/keluaran BAB
1. Ekstrim - Hubungi dokter jika ada
2. Berat kenaikan bising usus
3. Sedang - Monitor persiapan
4. Ringan makanan yang aman
5. Tidak ada keluhan - Monitor turgot kulit
- Monitor mual dan muntah
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan NIC
cairan berhubungan keperawatan 2x24 jam Fluid management
dengan kehilangan diharapkan pasien tidak - Timbang popok/pembalut
volume cairan aktif kekurangan cairan` jika diperlukan
(diare) NOC : Status nutrisi: - Pertahankan intake dan
Intake makanan dan cairan output yang akurat
Kriteria hasil : - Monitor status hidrasi dan
a. Mempertahankan urine kelembaban membran
output sesuai dengan usia mukosa
dan BB (urine normal) - Monitor vital sign
b. Tekanan darah nadi suhu - Monitor masukan makanan
dalam batas normal - Kolaborasi obat dengan
c. Tidak ada tanda-tanda dokter
dehidrasi. Elastisitas - Monitor berat badan
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan.
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan NIC
kulit berhubungan keperawatan 2x24 jam Manajemen Nutirisi
dengan iritasi rektal diharapkan nutrisi pasien - Kaji adanya alergi
karena diare terpenuhi makanan
NOC: Status nutrisi: Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi
makanan dan cairanKriteria untuk menentukan jumlah
Hasil: kalori dan nutrisi yang
a. Adanya peningkatan dibutuhkan pasien
berat badan sesuai - Monitor jumlah nutrisi dan
dengan tujuan kandungan kalori
b. Berat badan ideal sesuai - Berikan informasi tentang
dengan tinggi badan kebutuhan nutrisi
c. Mampu mengidentifikasi - Kaji kemampuan pasien
kebutuhan nutrisi untuk mendapatkan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda yang dibutuhkan Nutrition
malnutrisi Monitoring
Skala : - BB pasien dalam batas
1. Ekstrim normal
2. Berat - Monitor adanya penurunan
3. Sedang berat badan
4. Ringan - Monitoring kulit kering
5. Tidak ada keluhan dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgot kulit
- Monitor mual dan muntah
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC
nutrisi kurang dari keperawatan 2x24 jam Pressure Management
kebutuhan tubuh diharapkan tidak terjadi - Jaga kebersihan kulit agar
berhubungan dengan infeksi. tetap kering dan bersih
muntah, hilangnya NOC: Tissue Integrity skin - Monitor kulit adanya
nafsu makan Kriteria Hasil: kemerahan
a. Integritas Kulit yang - Mandikan pasien dengan
baik bisa sabun dan air hangat
dipertahankan - Anjurkan pasien untuk
(sensasi, elastisitas, menggunakan pakaian yang
temperatur, hidrasi) longgar
b. Tidak ada luka atau - Hindari kerutan pada
lesi pada kulit tempat tidur
c. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankn
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Skala :
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan

4. Evaluasi Secara Teoritis


Evaluasi adalah pegukuran keefektifan pengkajian, diagnosa, intervensi dan
implementasi. Langkah-langkah dalam mengevaluasi asuha keperawatan adalah
menganalisis respo klien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap
keberhasilan atau kegagalan, dan perencanaan asuhan di masa depan (Kowakki, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Amin, ZK. (2015). Countinuing Medical Edcation. Tatalaksana Diare Akut. 42.505
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan.
Edisi (2011). Diambil tanggal 28 Februari 2018 dari www.depkes.go.id/
Febriyani, Y.J., (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Diare Terhadap
Perilaku Ibu Dalam Pecegahan Diare Pada Balita Di Puskesmas Gamping 1 Skema
Yogyakarta.
Immi, Aliyah. (2014). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare. Diambil pada
tanggal 3 Mei 2018 dari https://nursealiyahimm33.wordpress.com
Kemetrian Kesehatan Republik Indonesia, (2015). Buku Bagan Manajeme Terpadu
Balita Sakit. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diambil pada 15 Maret 2018
dari https://Puskespemda.net/download/mtbs-2015-manajemen-terpadu-balita-sakit/

Anda mungkin juga menyukai