Anda di halaman 1dari 4

HANDOVER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN

(PATIENT SAFETY) DI RUMAH SAKIT


Shintacristina13@gmail.com

Shinta cristina sitorus

Latar belakang :

Perawat merupakan salah satu profesi yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
(Aditama, 2003). Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari pelayanan kesehatan secara
menyeluruh, bahkan sebagai salah satu menjadi faktor penentu mutu pelayanan dan citra rumah sakit di mata masyarakat.(Depertemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1994). Oleh sebab itu untuk
mencapai pelayanan yang sangat berkualitas ,di butuh kan kinerja perawat yang memiliki prinsip tinggi dan bertanggung jawab penuh dengan
apa yang perawat kerjakan. Kinerja perawat dapat di lihat atau dinilai melalui suatu sistem yang diamakan dengan penilaian kerja perawat.
Penilaian kinerja perawat merupakan kegiatan mengontrol sumber daya manusia dan produktifitasna (Swanburg,2000). Isu keselamatan pasien
merupakan isu pertama dalam pelayanan kesehatan. Perawat harus menyadari perannya sehingga harus dapat berpartisipasi aktif dalam
mewujudkan patient safety. Kerja keras perawat tidak dapat mencapai level optimal jika tidak didukung dengan sarana prasarana, manajemen
rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya (Adib, 2009).
Secara keseluruhan program patient safety sudah di terapkan, namun masalah dilapangan merujuk pada konsep patient safety, karena walaupun
sudah pernah mengikuti sosialisasi, tetapi masih ada resiko pasien cedera, resiko jatuh, resiko salah pengobatan, pendelegasian yang tidak akurat
saat operan pasien yang mengakibatkan keselamatan pasien menjadi kurang maksimal.

Metode:

Metode yang digunakan dalam kajian ini ialah dengan melakukan analisis data sekunder,yauitu kajian pustaka terhadap beberapa jurnal dan
buku..

Hasil :

Menurut jurnal Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012 yang berjudul Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap
Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD Raden Mattaher Jambi, menyatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan ada
peningkatan yang bermakna pelaksanaan timbang terima dan penerapan keselamatan pasien sebelum dan sesudah perawat pelaksana diberikan
pelatihan timbang terima dengan pendekatan komunikasi efektif yang diintegrasikan dengan penerapan keselamatan pasien.
Dan menurut jurnal Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.2, Juli 2016) yang berjudul
HANDOVER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI RUMAH SAKIT, menyatakan Hasil
analisis menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan handover dengan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Paru Sidawangi Provinsi Jawa Barat. Handover yang berkontribusi terhadap peningkatan patient safety.

Pembahasan :

Patient safety merupakan prioritas,isu penting dan global dalam pelayanan kesehatan (Perry 2009). Patient safety juga merupakan komponen
penting dan vital dalam asuhan keperawatan yang berkualitas (Ballard 2003) (Mustikawati2011). Hal ini menjadi penting karena Patient safety
merupakan suatu langkah untuk memperbaiki mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan (Cahyono, 2008). Inti dari patient safety
yaitu penghindaran,pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak di harapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayan kesehatan (
Ballard, 2003). Sehingga yang utama dari patient safety adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak di harapkan (KDT) yang
sering terjadi pasien selama di rawat di rumah sakit yang sangat merugikan baik pasien maupun pihak rumah sakit. Dikarenakan pasien safety
sangat penting maka ada beberapa
upaya untuk dapat meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit. Pelaksanaan Handover , pelaksanaan penelitian ini di lakukan di rumah
sakit Paru Sidawangi Provinsi Jawa Barat. Maka adanya hubungan antara pelaksanaan handover dengan patient safety. Dalam pelaksanaa
handover,baik atau buruknya pelksanaan dapat mempengaruhi patient safety. Baik buruknya pelaksanaan handover di tunjang dengan adanya
Standar Operasional Prosedur (SOP), (Elisabet 2008).
Menurut Alvarado et al. (2006) adanya standar komunikasi efektif yang terintergritas dengan keselamatan pasien dalam handover dan di
sosialiasasikan secara menyeluruh pada perawat pelaksana meningkatkan efektifitas dan koordinasi dalam mengkomunikasikan informasi
penting sehingga meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam mendukung patient safety.
Penting nya pasien safety di rumash sakit terjadi peningkatan yang bermakna terjadi pada penerapan
keselamatan pasien setelah diberikanpelatihan timbang terima dengan pendekatan komunikasi efektif yang
diintegrasikan dengan penerapan keselamatan pasien. Penerapan keselamatan pasien yang diintegrasikan dengan pelaksanaan timbang terima
pasien dilakukan untuk memastikan bahwa aspek-aspek keselamatan dapat dilakukan sejalan dengan proses pemberian asuhan keperawatan pada
pasien.
Pelatihan timbang terimadilakukan sebagai upaya untuk mengintegrasikan keselamatan pasien sehingga perawat dapat mengidentifikasi dan
mengemukakan issue penting terkait keselamatan pasien, termasuk informasi yang fokus pada keselamatan pasien (safetyconcern) dalam bentuk
pemeriksaan keselamatan (safety scan).
Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:

1. Hak pasien
Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).

2. Mendidik pasien dan keluarga


Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien
dan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standarnya adalah
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unit pelayanan.
Kriterianya adalah:
1) koordinasi pelayanan secara menyeluruh
2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
4) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah 1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standarnya adalah
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah
Menuju KP RS ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP &
program mengurangi KTD.
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
5) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan
kinerja RS & KP.
Kriterianya adalah
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standarnya adalah
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien.
Kriterianya adalah
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.


Standarnya adalah
1) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal & eksternal.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya adalah
1) disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada

Penutup :
Penelitian tentang pelaksanaan timbang terima dan pelaksanaan handover dari kedua penelitian tersebut adanya peningkatan dan pengaruh
terhadap pelaksanaan pasien safety atau keselamatan pasien. Dan semua penelitian menunjukkan hasil yang baik tentang pengaruh keselamatan
pasien. Perawat diharapkan dapat mempertahankan kerjasama antar perawat di ruangan serta dapat meningkatkan kesadaran, kejujuran dan
keterbukaan dalam melindungi patient safety.
Daftar pustaka :

Atisah. (2012). Hubungan antara pelayanan keperawatan profesional dengan penerapan patient safety di instalasi intensif Rumah Sakit Gunung
Jati Cirebon. Skripsi. Stikes Mahardika Cirebon

Cahyono, J.B. (2008). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktik kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.

Penilaian Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan. Jurnal Riset Keperawatan Indonesia. Vol. 2.No2.111-
117.

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta.SalembaMedika.

Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok. FKM UI

KKP-RS. (2008). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit.Jakarta: Depkes RI.

Triwibowo,Cecep.dkk. (2016). HANDOVER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI RUMAH
SAKIT. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.2. 76-80.

Kumajas, F. W. (2014). Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Datoe
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Kedokteran Sam Ratulangi. 5(2), 210-220

Dewi, M. (2012). Pengaruh Pelatihahan timbang terima pasien terhadap penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSUD
Raden. Jurnal Health & Sport, 5 (3).

Dewi,Mursidah. (2012). Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3.646-655.

Simamora, R. H., &Nurmaini, C. T. S. (2019). Knowledge of Nurses about Prevention of Patient Fall Risk in Inpatient Room of Private Hospital
in Medan. Indian Journal of Public Health Research & Development, 10(10), 759-763.

Anda mungkin juga menyukai