Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ISU STRATEGIS PAI KONTEMPORER

TANTANGAN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dosen Pembimbing: Musohihul Hasan, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Qurrotu A’ini
2. Ratna Sofia Ningsih
3. Nadiatus Solehah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL HIKMAH


LANGKAP BURNEH BANGKALAN
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa
yang telah memberi kami rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “ Tantangan Sistem Pendidikan di
Indonesia”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Musohihul Hasan,
M.Pd.I selaku dosen pembimbingyang telah membantu kami dalam mengerjakan
karya ilmiah ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami
harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah kami.

Penulis

Burneh, 20 Februari 2021

i
DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................................1-2
Rumusan Masalah.............................................................................................................2
Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Permasalahan Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia................................................3-5
B. Tantangan Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia......................................................5-11
C. Solusi Menghadapi Tantangan Sistem Pendidikan di Indonesia..................................11-14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................................15

Daftar Pustaka...................................................................................................................16
ii
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip
penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu;
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sistem adalah suatu perangkat yang saling bertautan, yang tergabung menjadi
suatu keseluruhan. Sedangkan pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan suatu
pelatihan. Sistem pendidikan di Indonesia adalah suatu kesatuan yang utuh dan
menyeluruh yang saling bertautan dan berhubungan dalam suatu sistem untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum. UU No. 20 Tahun 2003, sistem
pendidikan Indonesia harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevasi dan efesiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntunan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana,
terarah dan berkesinambungan.
Di Indonesia, proses pendidikan digunakan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi
untuk memantau perkembangan pendidikan. Evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Salah satu
bentuk evaluasi pendidikan adalah dengan diadakannya ujian nasional baik di
jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA, yang dapat digunakan sebagai tolak ukur
kualitas pendidikan.

1
Dalam suatu sistem pendidikan tak luput dari berbagai masalah dan juga
tantangan sistem pendidikan. Berbagai masalah dan tantangan sistem pendidikan ini
karus kita hadapi untuk tercapainya suatu tujuan dari pendidikan di Indonesia itu
sendiri. Selain itu kita juga harus mewaspadai dan mengantisipasi tantangan tersebut
dengan mencari solusinya agar terciptanya suatu kemajuan dalam pendidikan di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia?
2. Apa saja tantangan dalam sistem pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana cara mengantisipasi tantangan sistem pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa saja tantangan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui cara mengantisipasi tantangan sitem pendidikan di Indonesia.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Permasalahan Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia

Sistem merupakan komponen secara keseluruhan dari berbagai sub sistem atau
bagian yang saling mengikat bahkan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Dalam
sistem pendidikan, dipahami bahwa dalam beberapa komponen sub sistem pendidikan
(kepemimpinan, manajamen, kurikulum, budaya, proses pembelajaran dan komponen di
dalamnya) saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Sistem Pendidikan Nasional
adalah keseluruhan unsur komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional merupakan pendidikan yang
didasarkan pada Pancasila & UUD 1945 yang besumber pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia & tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Dalam UU RI No. 20 tahun 20013 penyelenggaraan pendidikan wajib memegang


beberapa prinsip , yakni:

1. pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak


diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa dengan satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multimakna.

2. Penyelenggaraan harus dalam suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta


didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
melalui mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat  memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Pendidikan adalah proses
pembelajaran yang merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi, dengan adanya
pendidikan maka suatu negara akan bisa maju dan meningkat secara pesat karena
pendidikan itu tonggak kemajuan bangsa.

3
https://sintadewi250892-wordpress-com.cdn.amproject.org/
Maka dari itu, suatu bangsa dikatakan maju ketika pendidikannya tentara dengan
baik dengan melahirkan biit-bibit yang cerdas supaya bisa mengemban bangsa dan
negaranya sendiri. Apabila suatu negara memiliki sistem pendidikan yang masih cacat
atau masih banyak permasalahan, maka harus segera diselesaikan permasalahannya
agar tidak berkepanjangan dan tidak menimbulkan kekacauan akibat dari masalah
pendidikan yang tak kunjung selesai.
Permasalahan dalam sistem pendidikan antara lain :
1. Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia,
menghasilkan “manusia robot”. Dikatakan demikian, karena pendidikan yang
diberikan ternyata berat sebelah atau tidak seimbang. Pendidikan ternyata
mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan
perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang,
yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika
orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai
macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat
dan sebagainya.
2. Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah) atau
kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika Latin)
adalah pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan
karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa.
Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada murid-murid untuk menghafal secara
mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru sebagai pengisi dan murid sebagai
yang diisi. Otak murid dipandang sebagai safe deposit box, dimana pengetahuan dari
guru ditransfer ke dalam otak murid dan bila sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan
tersebut tinggal diambil saja. Murid hanya menampung apa saja yang disampaikan guru
3. Masalah ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yang dihasilkan
pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap
kritis terhadap zamannya. Bukan bermaksud anti-Barat, melainkan justru hendak
mengajak kita semua untuk melihat kenyataan ini sebagai sebuah tantangan bagi dunia
pendidikan kita. Mampukah kita menjadikan lembaga pendidikan sebagai sarana

4
https://www-kompasiana-com.cdb.amproject.org
interaksi kultural untuk membentuk manusia yang sadar akan tradisi dan kebudayaan
serta keberadaan masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan menghargai
keberadaan tradisi, budaya dan situasi masyarakat lain? Dalam hal ini, makna
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menjadi sangat relevan untuk direnungkan.

B. Tantangan Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia


Berawal dari permasalahan kompleks pendidikan, muncul banyak tantangan masa
depan pendidikan di Indonesia, antara lain :
1. Kualitas Pendidikan
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini dibuktikan
antara lain dengan data di Asia kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-
12 dari 12 negara. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Kualitas pendidikan di
Indonesia dipengaruhi oleh rendahnya daya saing. Data yang dilaporkan The World
Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu
hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei dunia. Berdasarkan survei
dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai
pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Abdul Malik Fadjar (2001) menyatakan
bahwa “sistem pendidikan di Indonesia adalah yang terburuk di kawasan Asia”.
Indonesia mengalami ketertinggalan dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal
maupun informal. Hasil itu diperoleh setelah kita membandingkan dengan negara lain.
Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya
manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan
sumber daya manusia di negara-negara lain.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya
di Indonesia yaitu :
1. Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan
Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.
Dalam hal ini, interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar
pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.

5
https://donoandika-wordpress-com.cdn.amproject.org
2. Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya. Masyarakat merupakan ikon
pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari
pendidikan.
2. Kualitas Kurikulum
Kurikulum pendidikan di Indonesia juga menjadi masalah yang harus diperbaiki.
Pasalnya kurikulum di Indonesia hampir setiap tahun mengalami perombakan dan
belum adanya standar kurikulum yang digunakan. Tahun 2013 yang akan datang,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan melakukan perubahan kurikulum
pendidikan nasional untuk menyeimbangkan aspek akademik dan karakter.
Kurikulum pendidikan nasional yang baru akan selesai digodok pada Februari 2013 itu
rencananya segera diterapkan setelah melewati uji publik beberapa bulan sebelumnya.
Mengingat sering adanya perubahan kurikulum pendidikan, akan membuat proses
belajar mengajar terganggu. Karena fokus pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan
berganti mengikuti adanya kurikulum yang baru. Terlebih jika inti kurikulum yang
digunakan berbeda dengan kurikulum lama sehingga mengakibatkan penyesuaian
proses pembelajaran yang cukup lama.
3. Guru
Hingga saat ini, masih banyak masalah dan kendala yang berkaitan dengan guru.
Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah banyak dilakukan antara lain melalui
perbaikan sarana, peraturan, kurikulum, dan sebagainya. Kualitas tenaga pendidik yang
rendah menjadi salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia.
Guru merupakan faktor yang paling penting dalam proses pendidikan, karena guru
adalah seorang pengajar dalam mengajarkan ilmu pengetahuannya supaya anak didik
bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang telah diajarkan gurunya. Tugas utama
seorang guru ialah mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih dan menilai dan
mengevaluasi anak didiknya.
Apabila seorang guru yang mengajar tidak terlatih maka proses belajar mengajar
akan terlambat, karena guru yang mengajar tidak terlatih atau profesional dalam
mengajar, dan apabila tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan anak-anak merasa
kurang mendapatkan ilmu pengetahuan dari gurunya. Sedangkan tujuan awal adanya

6
https://donoandika-wordpress-com.cdn.amproject.org
pendidikan itu untuk menambah ilmu pengetahuan agar suatu hari nanti anak-anak
penerus generasi bangsa bisa memajukan bangsa dan negaranya.
Beberapa masalah dan kendala yang berkaitan dengan kondisi guru antara lain
sebagai berikut:
1. Aspek Kualitas
Dari aspek kualitas, sebagian besar guru-guru dewasa ini masih belum memiliki
pendidikan minimal yang dituntut. Data menunjukkan bahwa dari 2.783.321 orang guru
yang terdiri atas 1.528.472 orang guru PNS dan sisanya (1.254.849 orang) non-PNS.
Dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru baru sekitar 51%
yang berpendidikan S-1 atau lebih sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu
juga dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru yang
memenuhi syarat sertifikasi sedangkan 861.670 guru lainnya belum memenuhi syarat
sertifikasi.
Masih banyak guru yang belum sarjana, namun mengajar di SMU/SMK, serta
banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki.
Keadaan seperti ini menimpa lebih dari separoh guru di Indonesia, baik di SD, SLTP
dan SMU/SMK. Artinya lebih dari 50 persen guru SD, SLTP dan SMU/SMK di
Indonesia sebenarnya tidak memenuhi kelayakan mengajar. Dengan kondisi dan situasi
seperti itu, diharapkan pendidikan yang berlangsung di sekolah harus secara seimbang
dapat mencerdaskan kehidupan anak dan harus menanamkan budi pekerti kepada anak
didik. “Sangat kurang tepat bila sekolah hanya mengembangkan kecerdasan anak didik,
namun mengabaikan penanaman budi pekerti kepada para siswanya”. Walaupun guru
dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi
pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi. Sebagai cermin kualitas,
tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya
2. Kuantitas
Dari aspek kuantitas, jumlah guru yang ada masih dirasakan belum cukup untuk
menghadapi pertambahan siswa serta tuntutan pembangunan sekarang. Kekurangan
guru di berbagai jenis dan jenjang khususnya di sekolah dasar, merupakan masalah
7

7
https://donoandika-wordpress-com.cdn.amproject.org
besar terutama di daerah pedesaan dan daerah terpencil
3. Aspek Distribusi
Dari aspek penyebarannya/distribusi, masih terdapat ketidak seimbangan penyebaran
guru antarsekolah dan antardaerah. Kekurangan guru untuk sekolah di perkotaan, desa,
dan daerah terpencil masing-masing adalah 21%, 37%, dan 66%. Sedangkan secara
keseluruhan, Indonesia kekurangan guru sebanyak 34%, sementara di banyak daerah
terjadi kelebihan guru.

4. Relevansi Pendidikan
Relevansi pendidikan merupakan kesesuaian antara pendidikan dengan
perkembangan di masyarakat. Banyak jurusan atau program keahlian yang tidak relevan
dengan dunia kerja yang membutuhkan, dan yang lebih memprihatinkan adalah tidak
relevannya kualitas pendidikan dengan persyaratan lapangan kerja.
Indikasi untuk melihat ketidakrelevansian antara pendidikan dan dunia kerja ini
sebenarnya dapat diketahui dengan mudah oleh orang awam. Yaitu, dengan
melihat banyaknya angka pengangguran intelektual saat ini. Apakah kita bisa
sepenuhnya mengkambinghitamkan dunia kerja yang jumlahnya tidak sebanding
dengan angkatan kerja yang terus naik tiap tahun? Dalam kenyataannya, banyak pula
lowongan atau posisi dalam perusahaan yang tidak terisi karena tidak ada lulusan / out
put pendidikan yang bisa mengisinya. Kriteria dan persyaratan yang diminta tidak ada
yang bisa dipenuhi. Akibatnya untuk memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan itu,
perusahaan tidak jarang harus sampai melakukan ‘pembajakan’ tenaga kerja (hijacking
of man power).
5. Elitisme

Elitisme adalah kecenderungan penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah yang


menguntungkan kelompok minoritas yang justru mampu ditinjau secara ekonomi (kaum
elite).
Misalnya:
1. Kepincangan pemberian subsidi.
2. Mahalnya pendidikan yang mengakibatkan hanya bisa dienyam oleh orang yang
kaya.
 
8

6. Pemerataan Pendidikan

Pemerataan pendidikan telah mendapat perhatian sejak lama terutama di negara-


negara berkembang. Hal ini tidak terlepas dari makin tumbuhnya kesadaran bahwa
pendidikan merupakan peran penting dalam pembangunan bangsa. Pemerataan
pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu persamaan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan dan keadilan dalam memperoleh pendidikan yang sama dalam
masyarakat.
Biaya pendidikan yang mahal membuat siswa putus sekolah atau tidak melanjutkan.
Kemiskinan menjadi sebuah tantangan di hampir semua negara tak terkecuali di
Indonesia. Kemiskinan terjadi biasanya akibat dari berbagai faktor yang sudah
tersistematis. Kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan membutuhkan
solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Salah satu cara untuk menuntaskan kemiskinan
ialah dengan cara memutus salah satu rantai didalam lingkaran setan kemiskinan.
Pendidikan tepat guna yang menyenangkan untuk semua dapat menjadi salah satu
alternatif solusi yang dapat meningkatkan kualitas hidup adik adik kita yang kurang
beruntung.

Tantangan Sistem Pendidikan di Era Global


 Pertama, tantangan dalam menghadapi bonus demografi.
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 diproyeksikan mencapai 305,6 juta
jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia tentu saja akan disertai dengan
meningkatnya penduduk berusia produktif (usia 15 tahun sampai 65 tahun). Inilah yang
akan kita hadapi dalam periode bonus demografi, yaitu rasio ketergantungan terhadap
penduduk tak produktif. Alhasil, penduduk Indonesia yang produktif diperkirakan akan
lebih banyak daripada penduduk yang tak produktif. Fenomena ini harus didukung
kebijakan ekonomi, pendidikan, sosial, dan kesehatan dalam merespons bonus
demografis tersebut. Kebijakan pendidikan adalah kunci utama dalam pembangunan
nasional yang memiliki efek jangka panjang berkelanjutan.

8
https://donoandika-wordpress-com.cdn.amproject.org
9
https://donoandika-wordpress-com.cdn.amproject.org
 Kedua, tantangan merespons perubahan di tingkat regional atas rencana
pemberlakuan Masyarakat ASEAN 2015.
Sebagai kebijakan politik internasional, Komunitas ASEAN 2015 menjadi isu
penting dalam menghadapi persaingan di tingkat regional. Kita akan menghadapi
kompetisi era regional yang menunjukkan performa kompetisi, kualifikasi, dan
keterampilan. Inilah pembuktian bahwa Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara
serumpun dari Asia Tenggara.
Masyarakat ASEAN 2015 juga memberikan gambaran bagaimana persaingan
pendidikan berlangsung secara dinamis. Mulai dari pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Menjadi keniscayaan ketika
kualitas pendi-dikan Indonesia akan dihadapkan dengan kompetisi regional yang sangat
ketat.

 Ketiga, Penggunaan teknologi tinggi dalam pendidikan.


Teknologi diperlukan dalam pembangunan. Pembangunan adalah segala kegiatan
manusia untuk memenuhi keperluan dan meningkatkan taraf hidupnya. Karena untuk
meningkatkan taraf hidup tersebut, melalui pendidikan manusia mengembangkan
tekhnologi. Kemudian memakai hasil tekhnologi yang didapat dan dikembangkannya
untuk membantu dan mengembangkan pendidikan. Jadi, melalui pendidikan, manusia
menghasilkan teknologi; dan dengan tekhnologi manusia mengembangkan pendidikan.
Artinya, setiap institusi pendidikan akan berusaha dapat mempergunakan hasil
tekhnologi dalam pendidikan.

 Keempat adalah kualitas guru yang menjadi kunci sekaligus elan vital pendidikan
nasional. Pendidikan di mana pun berada kuncinya terletak pada kualitas guru.
Kurikulum canggih tanpa didukung guru-guru yang canggih sama dengan mimpi di
siang bolong. Masa depan pendidikan Indonesia berada pada kualitas guru yang
mumpuni. Guru adalah penerang masa depan pendidikan. Presiden dan kabinetnya yang
dihasilkan dari pesta demokrasi 2014 akan menghadapi tiga tantangan besar tersebut.
Dua periode kepemimpinan Presiden SBY memang sudah melakukan berbagai
kebijakan dalam pendidikan seperti penyediaan beasiswa Bidik Misi, beasiswa dalam
10

10
https://donoandika-wordpress-com.cdn.amproject.org
negeri, beasiswa luar negeri, sertifikasi guru, sertifikasi dosen, ujian kompetensi guru
(UKG), Kurikulum 2013 maupun kebijakankebijakan lain. Memang mesti juga diakui
bahwa urusan pendidikan tak selamanya maksimal di tangan pemerintah.
Pemerintah memang memiliki tangan dan kaki yang terbatas dalam memperkuat
kualitas maupun kuantitas pendidikan nasional. Misalnya, kita masih melihat
persebaran kualitas yang masih sangat timpang antara daerah-daerah di Jawa dengan
luar Jawa. Ketimpangan kualitas berupa sarana prasarana maupun output pendidikan
yang masih terlokalisir di Pulau Jawa.

 Kelima, Minimnya fasilitas, prasarana, sarana pendukung pendidikan.


Minimnya anggaran negara untuk perbaikan pendidikan dan kesejahteraan para
pendidik, juga merupakaan sumbangan kepada ketidakmajuan pendidikan pada
berbagai daerah di Indonesia. Pada banyak tempat di Indonesia, ditemukan sekolah-
sekolah yang rusak serta minim fasilitas; hanya mempunyai dua atau tiga guru yang
mengajar untuk semua kelas; anak-anak usia sekolah tidak mempunyai kesempatan
belajar, karena berbagai kendala sosial dan ekonomi; dan lain sebagainya.

C. Solusi Menghadapi Sistem Pendidikan di Indonesia

Secara garis besar ada dua solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, yaitu:

1. Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang


berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab
negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
2. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas
guru dan prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada
upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya
kualitas guru,
11

11
https://donoandika-wordpress-com.cdn.amproject.org
hhtps://www-kompasiana-com.cdn.amproject.org
misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan
membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan
berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa,
misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran,
meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya. Maka
dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit
dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang ber-
SDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.
Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Faktor-faktor yang bersifat teknis di antaranya adalah rendahnya kualitas guru,
rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa,
rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi
masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan di Indonesia
itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari
sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan
bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka di sinilah dibutuhkan kerja sama
antara pemerintah dan mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan di
Indonesia.

Akan tetapi, semua solusi tersebut akan terwujud apabila mendapatkan dukungan
dari berbagai pihak antara lain :

1. Peran Orang tua

Tak bisa dipungkiri kalau peran orang tua dalam pendidikan anak itu sangat
penting, sama pentingnya dengan peran orang tua dalam perkembangan anak. Menurut
Erikson, seorang tokoh psikologi perkembangan, hal pertama yang akan dipelajari oleh
seorang anak saat baru lahir adalah rasa percaya. Rasa percaya ini harus dibangun oleh
orang tua. Mereka harus bisa membuat anak merasa percaya dan merasa bahwa dunia
itu aman untuk si anak. Apabila rasa percaya sudah berhasil dibangun, anak akan
merasa aman dan merasa terlindung selama hidupnya. Sebaliknya apabila rasa percaya

12

12
https://satupersen.net
gagal dibangun, anak cenderung akan menghindar untuk membangun hubungan yang
dilandaskan rasa saling percaya, sepanjang hidupnya. Jadi, peran orang tua sangat
menentukan masa depan anaknya. Begitu juga dalam dunia pendidikan. Bisa dibilang
guru pertama kita itu adalah orang tua. Karena sebelum kita masuk sekolah kita oleh
orang tua dulu. Baru setelah itu orang tua kita menyekolahkan dari TK dulu, abis itu
SD, SMP dan seterusnya.
Data tahun 2019 dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan pun
menunjukan sebanyak 4.586.332 anak di Indonesia tidak mendapat akses pendidikan di
sekolah formal. Ini bisa terjadi ya mungkin karena kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan juga rendah. Makanya peran orang tua adalah sebagai solusi
pertama untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Tingkatkan dulu kesadaran
pentingnya pendidikan.
2. Peran Guru
Hingga saat ini, masih banyak masalah dan kendala yang berkaitan dengan guru.
Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah banyak dilakukan antara lain melalui
perbaikan sarana, peraturan, kurikulum, dan sebagainya. Kualitas tenaga pendidik yang
rendah menjadi salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia. Guru merupakan
faktor yang paling penting dalam proses pendidikan, karena guru adalah seorang
pengajar dalam mengajarkan ilmu pengetahuannya supaya anak didik bisa mendapatkan
ilmu pengetahuan yang telah diajarkan gurunya. Tugas utama seorang guru ialah
mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih dan menilai dan mengevaluasi anak
didiknya.
Apabila seorang guru yang mengajar tidak terlatih maka proses belajar mengajar
akan terlambat, karena guru yang mengajar tidak terlatih atau profesional dalam
mengajar, dan apabila tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan anak-anak merasa
kurang mendapatkan ilmu pengetahuan dari gurunya. Sedangkan tujuan awal adanya
pendidikan itu untuk menambah ilmu pengetahuan agar suatu hari nanti anak-anak
penerus generasi bangsa bisa memajukan bangsa dan negaranya.

13

3. Peran Pemerintah
13
https://satupersen.net
Solusi terakhir yang bisa kita harapkan adalah dari Pemerintah. Pemerintah sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi harus bisa membuat sistem pendidikan berjalan efektif.
Mengingat masih banyak anak yang gak sekolah di Indonesia, Pemerintah harus lebih
gencar lagi menyosialisasikan pentingnya pendidikan. Karena Pemerintah-lah yang
punya akses untuk melakukan itu semua. Pemerintah punya akses untuk
menyosialisasikan pendidikan ke semua daerah, yang terpencil sekalipun. Pastiin
sosialisasi dilakukan mencakup semua daerah, mau orang di Jawa sampai Papua
sekalipun punya kesadaran yang sama akan pentingnya pendidikan. Peran pemerintah
sangat besar dalam mengubah sistem pendidikan.
Dengan diangkatnya bapak Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia, diharapkan bisa bawa inovasi yang lebih baru untuk pendidikan
di negeri ini.
Seperti yang sudah kita tahu, di awal masa jabatannya pak Nadiem sudah membuat
rencana pembaharuan untuk pendidikan di Indonesia. Pak Nadiem juga berusaha
mengatasi masalah pendidikan di Indonesia dengan istilah “Merdeka Belajar”. menurut
Pak Nadiem, siswa itu butuh diasah kemampuan bernalarnya, kemampuan
menyelesaikan masalah, menemukan solusi, serta memiliki pemikiran kritis dan
kepekaan sosial yang tinggi.
Konsep ini akan mengubah metode belajar-mengajar menjadi multi-arah, sehingga
bisa membuat proses belajar lebih inovatif, kreatif, dan kolaboratif. Inovasi yang
sangat bagus tentu akan menyegarkan sistem pendidikan juga. Tapi pertanyaannya,
kapan semua inovasi itu bisa efektif terealisasikan? Butuh waktu yang lama dan ini
tidaklah mudah. Pendidikan di Indonesia bisa sukses ketika semua pihak bisa
berkolaborasi satu sama lain. Orang tua mendukung, guru memadai, pemerintah pun
memfasilitasi, atau bahkan dari pihak swasta juga berkontribusi.

14

BAB III

PENUTUP
14
https://satupersen.net
A. Kesimpulan

Permasalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia antara lain :


 Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia,
menghasilkan “manusia robot”. Dikatakan demikian, karena pendidikan yang
diberikan ternyata berat sebelah atau tidak seimbang. Pendidikan ternyata
mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan
perilaku belajar yang merasa (afektif). 
 Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah) atau kalau
menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika Latin)
adalah pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan karena
para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa.
 Masalah ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yang dihasilkan
pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap
kritis terhadap zamannya.
Tantangan dalam sistem pendidikan di Indonesia antara lain :
 Kualitas pendidikan
 Kualitas kurikulum
 Guru
 Relevansi pendidikan
 Elitisme
 Pemerataan pendidikan
Solusi untuk menghadapi tantangan sistem pendidikan di Indonesia antara lain :
 Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan
dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan
sistem ekonomi yang diterapkan.
 Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan.

15

Daftar Pustaka

https://sintadewi250892-wordpress-com.cdn.amproject.org/
https://www-kompasiana-com.cdb.amproject.org
https://donoandika-wordpress-com.cdn.amproject.org

15
hhtps://www-kompasiana-com.cdn.amproject.org
https://satupersen.net

16

16

Anda mungkin juga menyukai