Anda di halaman 1dari 5

B.

Kandungan Ayat Al-Qur'an tentang Hari Kiamat


Surah Al-Qari'"ah [101] ini terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surah-surah makkiyah,
diturunkan sesudah surah Quraisy. Nama Al-Qari ah diambil dari kata "A-Qan 'ah yang
terdapat pada ayat pertama, artinya yang mengetuk dengan keras, kemadian kata ini dipakai
untuk nama hari kiamat. Istilah Qari ah bersumber dari kata Qur yang artinya memukulkan
atau menghantamkan sesuatu pada sesuatu yang lain sehingga terdengar scbuah suara, lebih
jauh maknanya untuk setiap peristrwa penting dan mengerikan kemudian disebut Qari'ah.
Menyangkut makna-makna yang tercantum dalam ayat 2 dan 3, Rasulullah saw sendiri
bahkan ditanya. Tahukah kamu apakah hari kiamat itu? ini merupakan bukti bahwa peristiwa
tersebut sedemikian besar sehingga tak satu pun jangkauan pikiran bisa memahaminya.
Selanjutnya, untuk menggambarkan hari yang mengerikan tersebut pada ayat benkutnya,
Allah SWT berfirman yang artinya: pada hari itu manusia laksana anai-anai yang bertebaran.
Allah SWT menyerupakan manusia dengan anal-anai adalah sebagai dalil bahwa keadaan
anai-anai dalam suatu badai yang dahsyat memberikan gagasan pada kebingungan,
kesedihan. dan ketakberdayaan. Hal serupa akan dialami oleh manusia pada hari kiamat nanti
yang merupakan berita tentang hancurnya seluruh alam semesta. Arti ayat berikutnya, "Dan
gunung-gunung seperti bulu-bulu yang dihambur-hamburkan". Hal itu juga mengisyaratkan
kepada kita betapa dahsyat peristiwa hari kiamat tersebut. gunung yang kita anggap sangat
kukuh dan kuat ketika itu tidak lebih hanya sekedar bulu-bulu yang berhamburan yang tidak
memiliki kekuatan sedikit pun untuk bertahan. Bahkan, gunung-gunung itu akan bergerak,
lalu terpecah dalam kepingan-kepingan kecil dan akhirnya hancur menjadi debu berhamburan
di udara. Keadaan seperti itu dalam ayat ini diibaratkan seperti bulu yang berhamburan, bulu-
bulu yang tersapu badai itu hanya akan terlihat melalui warnanya. Peristiwa ini merupakan
tahapan akhir dalam penghancuran gunung-gunung dan merupakan petunjuk bahwa dunia ini
telah berakhir.
Pada ayat berikutnya Allah SWT berfirman yang artinya: Dan adapun orang- orung yang
berat timbangan (kebaikan)inya, Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan
adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan jnva, Maka tempat kembalinya adalah
neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas.
Mizan adalah neraca atau timbangan amal sescorang. Sebagian mufasir percaya pada hari itu
perbuatan manusia akan menjelma dalam bentuk makhluk-makhluk ber-jisim yang bisa
ditimbang dan mereka ditimbang dengan neraca perbuatan Ada pula pandangan lain yaitu
catatan amal perbuatan itu sendiri yang bisa ditimbang. jika neraca itu memuat perbuatan-
perbuatan baik, ia akan berbobot berat. tapi jika sebaliknya ia akan ringan atau malah tidak
berbobot. Dengan demikian, keadilan Allah SWT segenap perbuatan manusia akan ditimbang
seadil-adilnya sesuai dengan perbuatan yang permah mereka perbuat. Hasilnya akan
memuaskan bagi mereka yang timbangan kebaikannya lebih banyak yakni akan dibalas
dengan surga-Nya sebab ketenangan, kebaikan, kebahagian, dan kedamaian yang sempurna
itu hanya dapat dirasakan di kehidupan akhirat yang akan datang. Sebaliknya. bagi mereka
yang timbangan kebaikannya kecil atau lebih banyak kejahatannya, mereka tidak mempunyai
perlindungan dari siksa Allah SWT maka bagi mereka neraka Hawiyah yang merupakan
salah satu jurang dari api neraka yang sangat dalam dengan api yang menyala-nyala yaitu api
yang sangat panas.
Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa nilai perbuatan dari para pelaku kebaikan
tidaklah sama, sehingga keadaan dan martabat mereka pun berbeda-beda satu sama lainnya.
Oleh sebab itu, hendaklah kita senantiasa berbuat amal kebaikan dan berusaha agar tidak
melakukan perbuatan jahat, karena kita semua akan merasakan husil dari apa yang telah kita
perbuat.

Surah Az-Zalzalah terdiri atas delapan ayat, termasuk golongan surah-surah madaniyah
diturunkan sesudah Surah An-Nisa'. Nama "Az-Zalzalah" diambil dari kata "zilzaal" yang
terdapat pada ayat pertama yang berarti goncangan. Surah Az-Zalzalah bersandar pada tiga
hal. Pertama, pembicaraan mengenai tanda-tanda pendahuluan dari munculnya hari kiamat.
Kedua, penyampaian kepada manusia bahwa bumi menjadi Saksi atas semua perbuatan
manusia. Ketiga. pembagian manusia menjadi dua golongan yaitu yang baik dan yang buruk.
yang masing-masing dari mereka akan menerima hasil dari perbuatan masing-masing.
Kata zilzalaha (guncangannya) merujuk pada pendapat bahwa pada hari itu seluruh bumi
akan berguncang, bukan seperti gempa bumi yang kita kenal. Kata tersebut juga merujuk
pada gempa yang dijanjikan yakni gempa bumi terakhir menjelang hari kiamat. Para mufasir
telah menyampaikan beberapa pendapat yang berbeda mengenai istilah atsqal (beban).
Sebagian menafsirkan bahwa maksud penggunaannya adalah untuk menandai manusia yang
akan terlontar dari kubur-kubur mereka karena guncangan hari kiamat. Sebagian mufasir lain
berpandangun bahwa bumi mengeluarkan material-material dan harta karun dari dalamnya
yang menyebabkan para pemburu kekayaan menjadi ingkar kepada Tuhannya. Juga ada yang
berpendapat bahwa berbagai batu besar dan lava di bawah bumi akan keluar sebagaimana
gunung berapi meletus yang mengeluarkan berbagai material sehingga bumi ini menjadi
hancur.
Bagaimanapun. pada hari itu setiap orang akan melihat peristiwa goneangan dunia yang luar
biasa dan mengerikan mereka berkata: Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi
begini)?", hal ini disebabkan oleh situasi bumi pada hari itu sangat menggemparkan dimana
setiap orang akan terheran-heran.
Hal yang lebih penting dari ini adalah bahwa, Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
pada hari perhitungan, bumi akan menjelmakan semua perbuatan baik dan buruk yang dipikul
di atasnya. Bumi yang di atasnya kita tinggal dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu
di atasnya merupakan salah satu saksi terbesar atas segenap perbuatan manusia. Setiap
perbuatan yang dilakukan manusia benar-benar memiliki pengaruh pada lingkungan
sekitarnya. Kendati perbuatan-perbuatan itu tidak nyata bagi kita, namun setiap perbuatan itu
akan berwujud pada hari itu. Lagi pula berbicaranya bumi bukanlah apa-apa kecuali sebagai
hujjah dari keagungan Allah SWT. Bagaimanapun juga. kejadian seperti itu bukanlah suatu
masalah yang ganjil, karena di zaman sekarang pun dengan pesatnya kemajuan ilmu dan
eksperimen manusia, ada temuan yang bisa merekam suara manusia atau mengambil foto-
foto dan film-film yang dilakukan oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun serta dapat
dijaga sebagai sebuah dokumen sebagai barang bukti di pengadilan dalam suatu bentuk yang
tak seorang pun bisa menolak atau mengingkarinya.
Bintang yang ada di langit jatuh mengenai bumi sebagaimana firman Allah SWT: Dan
apabila bintang-bintang berjatuhan (Surah At-Takwir [81): 2). Subhanallah, apa yang terjadi
apabila bintang-bintang tersebut jatuh ke bumi. Setelah bintang jatuh mengenai bumi,
ternyata hal tersebut jatuh mengenai lautan sebagaimana perkiraan para ahli dan tentunya
firman Allah SWT Al-Qur'an, "Apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan
menjadikan meluap (Surat Al-Infithar [82]: 1-2).
Menurut para ahli apabila bintang jatuh mengenai bumi maka kemungkinan terbesar bintang
tersebut akan mengenai lautan yang merupakan bagian dari bumi. Oleh sebab itu, dalam
ilustrasi tersebut diperlihatkan bagaimana lautan yang terkena bintang. meluap dahsyat
melebihi tsunami yang pernah terjadi di dunia ini.
Dalam ayat selanjutnya, bahwa Tuhanmu telah mewahyukan (memerintahkan) kepadanya.
Dan bumi menaati perintah ini sepenuhnya. Istilah Auha digunakan di sini untuk
menunjukkan tingkat wahyu llahi dan beberapa cara yang dimiliki bumi untuk menerima
wahyu tersebut yang dengannya bumi akan mampu berbicara yang sebelumnya tak mampu
berbicara.
Selanjutnya Allah SWT berfirman, "Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam
keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
Istilah Asytat pengertiannya adalah bagian-bagian yang tersebar, pemisahan dan pembagian
manusia ini terjadi karena pada hari pengadilan itu para pengikut agama-agama akan tiba
secara terpisah atau manusia di seluruh penjuru bumi akan datang atau berkelompok.
Sebagian manusia akan muncul dengan wajah indah dan berseri-seri dan sebagian manusia
lainnya muncul dengan wajah-wajah yang gelap, masam, dan pucat .
Dalam sebuah hadis dijelaskan dari Mu'adz Ibnu Jabbal r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"apabila telah datang hari kiamat, hari kesedihan dan hari penyesalan, maka Allah SWT
mengumpulkan umatku dari kubur mereka menjadi dua belas kelompok. Kelompok pertama
yaitu dikumpulkan dari kubur mereka tanpa tangan dan kaki, mereka itulah orang-orang yang
menyakiti tetangga dan mati sebelum bertobat. Kelompok kedua yaitu dikumpulkan dari
kubur mereka dalam bentuk hewan melata seperti babi-babi hutan, mereka itulah orang-orang
yang lengah dalam menjalankan shalat dan mati sebelum bertobat. Kelompok ketiga, yaitu
dikumpulkan dari kubur mereka dalam keadaan perut yang besar bagai gunung yang dipenuhi
oleh ular-ular dan kalajengking sebesar bighal, mereka itulah orang-orang yang mencegah
zakat dan mati sebelum bertobat. Kelompok keempat, yaitu dikumpulkan dari kubur mereka
dalam keadaan mengalir darah dari mulut mereka, usus mereka menjulur ke tanah Sedang api
menjilat-jilat mulut mereka, mereka itulah orang yang berdusta dalam jual beli dan mati
sebelum bertobat. Kelompok kelima, yaitu dikumpulkan dari kubur mereka dalam keadaan
berlindung dari manusia dan bau tubuh mereka terlebih busuk dari bangkai, mereka itulah
yang menyembunyikan maksiat dari manusia dan tidak takut mereka itu kepada Allah SWT
dan mati sebelum bertobat. Kelompok keenam, yaitu dikumpulkan dari kubur mereka dalam
keadaan terputus leher mereka dari belakang, mereka itulah orang-orang yang tidak
menyaksikan dan membuat kedustaan dan mati sebelum bertobat. Kelompok ketujuh, yaitu
dikumpulkan dari kubur mereka tanpa lidah sedang darah dan nanah mengalir dari mulut
mereka, mereka itulah orang-orang yang mencegah kesaksian yang benar lalu mati sebelum
bertobat. Kelompok kedelapan, yaitu dikumpulkan dari kubur mereka dengan
menyungkurkan kepala-kepala mereka sedang kaki mereka berada di atas kepala dan nanah
kental mengalir dari kelamin mereka, mereka itulah orang-orang yang berzina dan mati
sebelum bertobat. Kelompok kesembilan, yaitu dikumpulkan dari kubur mereka dengan
wajah yang hangus, kedua matanya melotot, sedang perut-perut mereka penuh dengan api,
mereka itulah orang-orang yang memakan harta anak-anak yatim dengan menganiaya lalu
mati sebelum bertobat. Kelompok kesepuluh, yaitu dikumpulkan dari kubur mereka judam
dan belang, mereka itulah orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tua, lalu mati
sebelum bertobat. Kelompok kesebelas, yaitu dikumpulkan dari kubur mereka dalam keadaan
buta mata hati mereka, gigi-gigi mereka bagaikan tanduk, bulu mata mereka menjulur ke
perut, perut mereka seakan menggantung ke paha dan terus keluar kotoran-kotoran dari perut
mereka, mereka itulah orang-orang yang minum arak lalu mati sebelun bertobat. Kelompok
kedua belas, yaitu dikumpulkan dari kubur mereka dalam keadaan wajah mereka bagai bulan
purnama dan melewati titian Shiratal Mustaqiim bagai kilat yang menyambar, mereka itulah
orang-orang yang berbuat kebaikan dan mencegah kemaksiatan, memelihara shalat lima
waktu dengan berjama'ah, lalu mati dalam keadaan bertobat. Orang-orang beriman
berkelompok dengan sesama orang yang beriman, demikian juga orang kafir akan
berkelompok dengan orang kafir pula. Berbagai kelompok keluar dari kuburnya demi
pelaksanaan perhitungan atas segala amal mereka, untuk diperlihatkan perbuatan-perbuatan
mereka, maksudnya mereka akan menyaksikan hasil dari perbuatan mereka atau mereka akan
menyaksikan catatan amal perbuatan yang mereka lakukan baik dan buruk akan terlihat
dengan jelas.
Selanjutnya, nasib dua golongan manusia yakni orang yang beriman dan orang kafir, pelaku
kebaikan dan pelaku keburukan dijelaskan pada ayat berikutnya yakni Barang siapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan
barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula. Istilah mitsqal berarti bobot, kadar berat, yang dengannya berat sesuatu
ditimbang. Adapun arti dzarrah para mufassir berbeda pendapat, ada yang mengartikannya
semut kecil, debu yang menempel di tangan ketika orang menaruh tangannya di atas tanah.
Adapula yang yang mengartikannya partikel-partikel debu yang mengambang di udara yang
terlihat ketika seberkas cahaya matahari melalui celah terbuka ke dalam ruangan yang gelap.
Kata dzarrah dapat juga diartikan atom yang merupakan partikel kecil dari segala sesuatu.
Dengan demikian, arti dzarrah adalah suatu bobot yang paling kecil. Pada kesimpulannya,
ayat ini merupakan satu dari banyak ayat yang mengguncang manusia dan menunjukkan
bahwa perhitungan Allah SWT pada hari pengadilan kelak sungguh luar biasa, tepat, halus,
sensitif, dengan kata lain neraca Ilahi untuk menghitung perbuatan atau amal manusia itu
begitu halus dan adil, tak ada bobot terkecil apa pun dari perbuatan manusia yang
terlewatkan.

Doa-Doa dalam Al-Qur'an


Terdapat doa-doa yang diucapkan oleh para nabi di dalam AI-Qur'an. Beberapa doa tersebut
sebagai berikut.
1. Surah Al-A'raf [7] ayat 23 (Doa Nabi Adam a.s. dan Hawa memohon ampunan
kepada Allah SWT)

َ‫ظلَ ْمنَٓا أَنفُ َسنَا َوإِن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْٱل ٰ َخ ِس ِرين‬
َ ‫َربَّنَا‬

Artinya: Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
2. Surah Al-Mumtahanah [60] ayat 4-5 (Doa Nabi lbrahim a.s. memohon ampunan
kepada Allah SWT)

ِ ‫ك ْٱل َم‬
‫صي ُر‬ َ ‫ك تَ َو َّك ْلنَا َوإِلَ ْيكَ أَنَ ْبنَا َوإِلَ ْي‬
َ ‫َّربَّنَا َعلَ ْي‬

‫ك أَنتَ ْٱل َع ِزي ُز ْٱل َح ِكي ُم‬ ۟ ‫َربَّنَا اَل تَجْ َع ْلنَا فِ ْتنَةً لِّلَّ ِذينَ َكفَر‬
َ َّ‫ُوا َوٱ ْغفِرْ لَنَا َربَّنَٓا ۖ إِن‬

Artinya: Wahai Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya
Kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya
Tunan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang
Kanir. Dan ampunilah kami wahai Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulan yang9
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Anda mungkin juga menyukai