Anda di halaman 1dari 8

Sekolah : SMA Negeri 5 Banjarmasin

Kelas/Semester : XII
Alokasi Waktu : 4 JP (4 x 30 menit)

ISI MATERI :
 Struktur dan Tata
Nama
 Isomer
 Sifat dan
Kegunaan
 Identifikasi gugus
fungsi
A. Kompetensi Inti (KI)

KI 3 :Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9 Menganalisis struktur, tata nama, sifat, 3.9.1 Menghubungkan rumus struktur senyawa alkanol
sintesis, dan kegunaan senyawa karbon dengan sifat fisika dan sifat kimianya
3.9.2 Menghubungkan rumus struktur senyawa alkoksi
alkana dengan sifat fisika dan sifat kimianya
3.9.3 Menentukan isomer fungsi dari senyawa alkanol
dan senyawa alkoksi alkana
3.9.4 Menentukan kegunaan dari senyawa alkanol dan
senyawa alkoksi alkana berdasarkan sifat-sifatnya

C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menentukan nama senyawa alkohol dan senyawa eter
2. Peserta didik dapat menghubungkan rumus struktur senyawa alkanol dengan sifat fisika dan
sifat kimianya
3. Peserta didik dapat menghubungkan rumus struktur senyawa alkoksi alkana dengan sifat
fisika dan sifat kimianya
4. Peserta didik menentukan isomer fungsi dari senyawa alkanol dan senyawa alkoksi alkana
5. Peserta didik menentukan kegunaan dari senyawa alkanol dan senyawa alkoksi alkana
berdasarkan sifat-sifatnya.
D. Materi Pembelajaran
Prasyarat Materi:
Masih ingatkah kalian
dengan macam-macam
senyawa hidrokarbon dan
kegunaannya yang telah
Materi Pembelajaran Reguler dipelajari di kelas XI!

Aktivitas Siswa
Perhatikan gambar di samping!
Pernahkah kalian mengalami luka? Produk apa yang biasanya kalian
gunakan untuk membersihkan luka tersebut selain air? Apa yang kalian
rasakan ketika produk tersebut dioleskan ke tangan atau bagian tubuh
kalian? Biasanya kita akan merasakan adanya sensasi dingin, apakah zat
kimia yang menyebabkan terjadinya sensasi dingin tersebut?
Gambar 1 Pengobatan luka

1. Struktur dan Tata Nama


a. Alkanol (Alkohol)
Alkohol mengandung gugus fungsi hidroksil (−OH). Menurut
Info Penting!
IUPAC, penamaan alkohol diperoleh dengan cara mengganti akhiran
Senyawa alkanol dan
a pada induk alkana (rantai terpanjang) dengan akhiran ol, misalnya
senyawa alkoksi alkana
CH3OH metanol dan C2H5OH etanol. Letak atau posisi gugus –OH mempunyai rumus
dinyatakan dengan angka sesuai dengan letak OH pada rantai molekul yang sama yaitu
alkananya.Untuk alkohol yang berantai cabang atau mengandung CnH2n+2O
gugus lain, digunakan aturan berikut.
1. Menentukan rantai karbon terpanjang (utama) yang melibatkan letak gugus –OH.
2. Memberi nomor atom karbon dari atom C ujung yang dekat dengan gugus fungsi –OH.
3. Menuliskan nomor atom karbon yang mengikat gugus alkil, gugus lain, dan gugus fungsi
–OH.
4. Menyebutkan nama gugus alkil atau gugus lain yang diikat pada rantai karbon utama.
5. Menyebutkan nama alkana rantai terpanjang dengan akhiran –ol.
Berikut beberapa contoh alkohol dan penamaannya duraikan pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1 Beberapa Contoh Alkanol (Alkohol) dan Penamaannya
Struktur Nama IUPAC Nama Umum (Trivial)
H3C CH2 CH2 CH2OH 1-butanol n-butil alkohol
4 3 2 1
H3C CH2 CH CH3 2-butanol Sek-butil alkohol
4 3 2 1

OH
H3C CH2 CH CH2OH 2-metil-1-butanol
4 3 2 1
CH3
Cl CH2 CH2 CH2OH 3-kloro-1-propanol
3 2 1
b. Alkoksi Alkana (Eter)
Eter mengandung gugus fungsi −O−. Eter dapat dipandang sebagai turunan alkohol
yang atom H pada –OH diganti dengan gugus alkil (R’). Senyawa eter sering diberi nama
dengan nama umum, yaitu dengan menyebutkan nama gugus-gugus alkil yang diikat oleh
atom O diikuti kata eter. Jika dua gugus alkilnya sama, sering diawali dengan kata di
(terkadang tidak dengan awalan di). Dalam sistem IUPAC, eter diberi nama sebagai
alkoksialkana. Beberapa contohnya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2 Beberapa Contoh Alkoksi Alkana (Eter) dan Penamaannya
Struktur Nama IUPAC Nama Umum
CH3−CH2−CH2−O−CH3 Metoksi propana metil propil eter
CH3−CH2−O− CH2−CH3 Etoksi etana Dietil eter
H3CCHCH2 CH2 CH3 2-metoksi pentana

OCH3
CH3OCH2CH2OCH3 1,2-dimetoksi etana

Catatan:
1. Rantai alkoksi lebih pendek dari rantai alkana
2. Memberi nomor 1 dimulai dengan atom C pada rantai induk yang mengikat gugus –O–

2. Isomer
a. Isomer Kerangka
Isomer rangka, yaitu isomer yang disebabkan oleh perbedaan kerangka karbonnya.

Contoh:
CH3−CH2−CH2−CH2−OH 1-butanol
H3C CH CH2 OH 2-metil-1-propanol
CH3
b. Isomer Posisi
Isomer posisi, yaitu isomer yang disebabkan oleh perbedaan posisi (letak) gugus fungsi.

Contoh:
Propanol (C3H7OH) mempunyai isomer posisi gugus –OH, yaitu
CH3−CH2−CH2−OH 1-propanol
H3C CH CH3 2-propanol
OH
c. Isomer Gugus Fungsi

Isomer gugus fungsi, yaitu isomer yang disebabkan oleh perbedaan gugus fungsinya.
Alkohol (ROH) berisomer gugus fungsi dengan eter (R−O−R)

Contoh C2H6O
Sebagai alkohol : CH3−CH2OH etanol
Sebagai eter : CH3−O−CH3 metoksi metana atau dimetil eter
d. Isomer Optik

Untuk mempelajari isomer optik tidak terlepas dari atom C asimetrik. Atom C asimetrik
adalah atom C yang terikat pada empat macam gugus atom yang berbeda.

Sebagai contoh perhatikanlah senyawa 2-butanol :


Link:
CH3 Kalian dapat mempelajari
tentang isomer optic lebih
H C OH mendalam melalui sumber:
http://fiskadiana.blogspot.com/
2014/11/isomer-optik-alkohol-
C2H5 dan-eter.html
Senyawa ini mengandung atom C asimetrik, yaitu atom C terikat pada empat gugus yaitu:
−CH3 (metil), −C2H5 (etil), −OH, dan −H (hidrogen).

3. Sifat dan Kegunaan


Sifat-sifat dari senyawa alkanol dan senyawa alkoksi alkana dapat dilihat pada Tabel 3 di
bwah ini!
Tabel 3 Sifat-Sifat dari senyawa Alkanol dan Senyawa Alkoksi Alkana
Kelompok Senyawa Sifat
Alkanol (Alkohol) Alkanol Suku Rendah:
Misalnya, metanol dan etanol merupakan zat cair bening yang
tidak berwarna, berbau khas, dapat bercampur dengan air, dan
mudah terbakar dengan nyala biru.
Alkanol Suku TInggi:
Senyawa polihidroksi alkohol, seperti glikol atau diol kebanyakan
merupakan zat cair kental, titik didih tinggi, tidak berwarna, tidak
dapat bercampur dengan air dan mempunyai rasa manis.
Adanya ikatan hidrogen sehingga titik diidh lebih tinggi dari eter
maupun hidrokarbon yang massa molekulnya hampir sama
Alkoksi Alkana (Eter) Cairan tidak berwarna, lebih mudah menguap daripada alkohol dan
terbakar
Mempunyai sifat membius , jika pengisapan uap eter yang terus-
menerus dapat menyebabkan pingsan.
Titik didih relatif rendah dibandingakan alkohol

Berdasarkan sifat-sifat pada tabel 3, maka kegunaan senyawa alkanol dan senyawa alkoksi
alkana diuraikan pada tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4 Kegunaan Senyawa Alkanol dan Senyawa Alkoksi Alkana
Kelompok Senyawa Nama Senyawa Rumus Senyawa Kegunaan
Alkanol (Alkohol) Metanol CH3OH 1. Bahan bakar alternatif
2. Pelarut senyawa
organik
Etanol C2H5OH 1. Bahan bakar (spiritus)
2. Antiseptik
Kelompok Senyawa Nama Senyawa Rumus Senyawa Kegunaan
Etilena glikol CH2(OH)CH2OH Bahan antibeku pada
radiator mobil
Gliserol CH2(OH)CH(OH) CH2OH Bahan baku lotion
Alkoksi Alkana Dieti Eter C2H5OC2H5 1. Obat bius dalam
(Eter) operasi (anestesi)
2. Pelarut senyawa
organik
Metil ters-butil CH3OC(CH3)3 Zat untuk menaikkan
eter (MTBE) bilangan oktan bensin

4. Identifikasi Gugus Fungsi


a. Identifikasi Gugus Fungsi pada Alkanol (Alkohol) (R−OH)
1) Alkohol bereaksi dengan logam natrium menghasilkan gas hidrogen (zat yang dites harus
kering karena kalau basah akan memberikan hasil yang sama, air bereaksi dengan Na)
2ROH + Na → 2RONa + H2
2) Adanya gugus –OH dalam molekul alkohol sering diindikasikan oleh pembentukan ester.
Pada saat alkohol dipanaskan bersama asam karboksilat dan sedikit asam mineral (H2SO4
atau HCl), akan terbentuk suatu ester. Beberapa ester berbau harum.

H+
RCOOH + R'OH RCOOR' + H2O

H
R C CH3

3) Alkohol dengan struktur OH (R = H atau alkil) memberikan hasil positif terhadap


tes iodoform. Jika alkohol direaksikan dengan iodin (I2) dan natrium hidroksida (menjadi
natrium hipoiodit, NaOI), akan membentuk iodoform (CHI3) berupa endapan kuning.
H
R C CH3 + NaOI R C CH3 + NaI + H2O
OH O
R C CH3 + 3NaOI R C CI3 + 3NaOH
O O

R C CI3 + NaOH R C O- Na+ + CHI3


O O Endapan kuning

4) Alkohol primer dapat dioksidasi (misalnya oleh kalium dikromat, K2Cr2O7) menjadi
aldehida (RCHO). Jika oksidasi dilanjutkan, menjadi asam karboksilat. Reaksinya yaitu
sebagai berikut:
O
3 RCH2OH + Cr2O72- + 8 H+ 3( R C H ) + 2 Cr3+ + 7 H2O
o
1 Alkohol Oranye-merah Hijau
K2Cr2O7

R-COOH
Asam karboksilat

Kalium dikromat (K2Cr2O7) sering digunakan untuk menguji apakah seseorang


pengendara mobil minum minuman beralkohol atau tidak.
5) Oksidasi alkohol sekunder (oleh K2Cr2O7 atau CrO3) membentuk keton.
R' R'
R CHOH + K2Cr2O7 atau CrO3 R C O
2o Alkohol Keton

6) Alkohol tersier tidak dapat teroksidasi dalam keadaan basa.


7) Alkohol beraksi dengan hidrogen halida.
CH3−OH + HBr → CH3−Br + H2O
Metanol Metil bromida
8) Pada temperatur tinggi dan dengan adanya asam sulfat, suatu alkohol akan mengalami
reaksi eliminasi (pengambilan suatu molekul, dalam hal ini pengambilan molekul air
sehingga disebut dehidratasi) membentuk alkena.
200 oC, H2SO4
CH3CH2OH CH2=CH2 + H2O
b. Identifikasi Gugus Fungsi pada Alkoksi Alkana(R−O−R)
Reaksi pemecahan dengan asam halida (HX)
Eter tidak reaktif terhadap basa,tetapi dapat bereaksi dalam kondisi asam. Eter dapat bereaksi
dengan HCl, HBr, dan HI pekat. Reaktivitas asam: HI > HBr >> HCl.
HX berlebih
R O R' X−Cl, Br, I R X + R' X
Contoh:
CH3OCH2CH3 + 2HBr → CH3−Br + CH3CH2−Br + H2O
c. Reaksi-reaksi yang Membedakan Alkanol dan Alkoksi Akana
Salah satu reaksi yang membedakan alkohol dengan alkoksi alkana adalah reaksi substitusi
yang diuraikan pada Tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5 Beberapa reaksi substitusi alkanol dan alkoksi alkana
Alkanol (R−O−H) Alkoksi alkana (R−O−R’)
(1) Substitusi dengan asam halida (HX)
R−OH + HX → R−X + H2O R−O−R’ + 2HX → R−X + R’−X + H2O
(2) Substitusi dengan PCl3
3R−OH + PCl3 → 3R−Cl + H3PO3
(larutan H3PO3 memerahkan lakmus biru) R O R' + PCl3
(3) Substitusi dengan PCl5
R−OH + PCl5 → R−Cl + POCl3 + HCl R−O−R’ + PCl5 → R−Cl + POCl3 + R’−Cl
(larutan HCl memerahkan lakmus biru)
Keterangan: X = Cl, Br, I
Materi Pembelajaran Pengayaan

Pembuatan Bioetanol
Penelitian bioetanol sudah banyak dilaksanakan serta dipublikasikan dengan maksud
menambah referensi tentang pembuatan bioetanol dari berbagai macam bahan baku yang
bersumber dari alam. Adapun pembuatan-pembuatan tersebut adalah:
1. Pembuatan Etanol dengan Bahan Baku Jagung
Pembuatan etanol dengan bahan baku jagung dilakukan dengan cara menghidrolisis
jagung menjadi glukosa (sebelum dihidrolisis jagung terlebih dahulu dihaluskan),
kemudian larutan hidrolisat difermentasi menggunakan Sacharomyces cereviceae dengan
penambahan gula. Dari percobaan tersebut diperoleh hasil etanol kadar 63,97% untuk
penambahan gula 10%, 64,68% untuk penambahan gula 15% dan 83,39% untuk
penambahan gula 20% pada proses fermentasi. Dari 100 gr jagung dengan waktu
fermentasi 2 minggu dan suhu distilasi 80o C dihasilkan etanol dengan kadar 63 %
sampai 83%.
2. Pembuatan Alkohol dari Ampas Tepung Tapioka
Proses pembuatan alkohol dari ampas tepung tapioka dilakukan dengan cara
menghidrolisis 100 gr ampas menggunakan 1 liter air yang kemudian dipanaskan sampai
menjadi bubur lalu dibiarkan selama 1 dan 2 hari. Ampas tepung tapioka masih
mengandung pati sebesar 3,6 gr. Setelah dihidrolisis selama 1 hari dihasilkan glukosa
sebesar 2,79 gr dan 2 hari sebesar 2,93 gr. Glukosa ini kemudian difermentasi pada pH 6
dan suhu 30o C dengan penambahan 1 gr ragi tape dan dibiarkan selama 2, 3, dan 4 hari.
Larutan hasil fermentasi didistilasi pada suhu 80-90o C selama kurang lebih 3 jam.
3. Pembuatan Bioetanol dari Tepung Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott)
Pembuatan bioetanol dari tepung talas melalui proses hidrolisa dengan katalisator asam
(HCl) 0,3 N dan konsentrasi 20% tepung dan 25% tepung. Hasil glukosa yang diperoleh
dianalisa dengan metode Lane Eynon. Pada proses hidrolisis dengan katalis asam (HCl)
0,3 N konsentrasi 20 % tepung diperoleh yield 84,5 % sedangkan pada konsentrasi 25 %
tepung diperoleh yield 76,96 %. Pada proses fermentasi digunakan yeast Sacharomyces
Cereviceae pada suhu 30 °C dan pH 5. Terhadap larutan hasil fermentasi dilakukan proses
distilasi untuk memurnikan etanol.
Sumber:https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/15974/MzEwNjQ=/Pembuatanbioetanol-
dari-kulit-singkong-abstrak.pdf

Anda mungkin juga menyukai