Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENELITIAN

STUDI MORFOLOGI, HABITAT, DAN PEMANFAATAN


POHON PULAI (ALSTONIA SCHOLARIS) SEBAGAI TANAMAN
OBAT DI TNGGP, INDONESIA

KELOMPOK 1:
Chelviana A. C. (01404170046)
David L. Gultom (01404170039)
Delfania A. Madao (01404170020)
Rani N. Tifen (01404170004)
Yesica C. Rhenata (01404170027)
Yunita N. Satia (01404170044)

Laporan Penelitian sebagai salah satu syarat untuk


memenuhi tugas Botani 1 pada Program Studi
Pendidikan Biologi

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
TANGERANG
2019
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena hanya oleh kasih
karunia-Nya sehingga proposal yang berjudul “Studi Morfologi, Habitat, dan Pemanfaatan
Pohon Pulai “ dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan dari laporan untuk memenuhi tugas Botani 1 mengenai
penelitian tumbuhan obat bagian batang, terkhusus batang pohon pulai sebagai salah satu
tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat alami. Penelitian ini perlu dilakukan untuk
menambah pengetahuan lebih luas mengenai manfaat pohong pulai sebagai salah satu obat
alami, memenuhi tugas mata kuliah Botani serta berguna bagi setiap anggota dalam melatih
kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam menganalisis tumbuhan obat secara
nyata di dalam kehidupan.

Laporan penelitian ini tidak akan selesai tanpa kerjasama dari semua anggota kelompok 1
dan bantuan dari Dosen pengampu mata kuliah Botani 1 serta berbagai pihak yang berkontribusi
selama pembuatan proposal. Oleh karena itu para penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.

Kami sangat berharap laporan ini bisa bermanfaat untuk pembaca. Selain itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan oleh para penulis dari para pembaca agar menjadi
bahan evaluasi untuk pembuatan laporan penelitian selanjutnya.

Tangerang, April 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................................12
METODE PENELITIAN..........................................................................................................................12
3.1 Alat & Bahan.............................................................................................................................12
3.2 Cara Kerja..................................................................................................................................12
3.3 Cara Analisis Data.....................................................................................................................12
BAB IV.....................................................................................................................................................13
HASIL & PEMBAHASAN.......................................................................................................................13
4.1 Morfologi Pohon Pulai...............................................................................................................13
4.2 Habitat Pohon Pulai.........................................................................................................................18
4.3 Khasiat Pohon Pulai sebagai Tanaman Obat....................................................................................20
4.3 Perspektif Kristen............................................................................................................................21
BAB V.......................................................................................................................................................22
PENUTUP.................................................................................................................................................22
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................................22
5.2 Saran................................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................23
LAMPIRAN..............................................................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekayaan dan keanekaragaman hayati yang dianugerahkan Tuhan bagi negara Indonesia
sangat bermanfaat dengan segala keberadaannya. Kekayaan dan keanekaragaman hayati
tersebut dapat menunjang setiap aspek kehidupan manusia. Salah satu contoh
keanekaragaman hayati yang dimiliki negara Indonesia adalah tumbuhan.
Tuhan menciptakan segala sesuatu sungguh amat baik dan sangat kompleksitas. Setiap
ciptaan diciptakan dengan tujuan dan Tuhan memelihara ciptaan tersebut. Tumbuhan yang
Tuhan ciptakan berbeda dengan manusia dan hewan seperti memiliki indera penglihatan,
dapat berpindah sendiri, tetap tidak dapat dipisahkan dalam aspek kehidupan makhluk hidup
lainnya. Tumbuhan berkontribusi terhadap kehidupan setiap makhluk hidup lain dengan
penyumbang oksigen (O2) utama yang menopang sistem pernapasan makhluk hidup dan
sumber pangan bagi manusia dan hewan. Selain kedua hal tersebut, tumbuhan memiliki
banyak kegunaan lain, salah satunya ialah menjadi bahan obat-obatan alami.
Sejak zaman dahulu, masyarakat menggunakan berbagai tumbuhan tertentu sebagai obat
alami. Bukan hanya sekedar keyakinan masyarakat, para ilmuwan telah meneliti dan
menemukan bahwa ada jenis tumbuhan tertentu yang dapat dijadikan obat, salah satunya
yaitu pohon pulai. Pohon pulai memiliki banyak kegunaan terutama dalam penggunaan
sebagai obat. Kulit batang pulai menghasilkan getah yang bermanfaat untuk mengatasi
demam, hipertensi, tonikum, ekspektorant, perut kembung, ginjal membesar, demam nifas,
hemoroid, dan sakit kulit. Selain itu getahnya dapat mengatasi masalah kulit seperti koreng,
borok pada hewan, bisul, dan cacingan (kremi) (Rudiyanto, 2015).
Menyadari bahwa tumbuhan pulai memiliki banyak manfaat, kelompok 1 yang mendapat
tugas untuk meneliti tumbuhan obat bagian batang tertarik untuk mengenal lebih jauh
tumbuhan pulai sebagai obat. Pentingnya kegiatan kelompok ini selain dari bagian untuk
memenuhi tugas mata kuliah Botani 1, penelitian ini berguna untuk mengetahui lebih jauh
mengenai tumbuhan pulai sebagai obat terutama morfologi, habitat, dan pemanfaatannya.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri morfologi pohon pulai?
2. Bagaimana keadaan lingkungan yang cocok untuk pohon pulai tumbuh?
3. Apa kandungan batang pohon pulai yang digunakan sebagai obat alami?
4. Bagaimana pemanfaatan batang pohon pulai sebagai obat alami?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mahasiswa dapat mengetahui ciri morfologi pohon pulai
2. Mahasiswa dapat mengetahui keadaan lingkungan yang cocok untuk pohon pulai tumbuh
3. Mahasiswa dapat mengetahui kandungan batang pohon pulai sebagai tumbuhan obat
alami
4. Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan batang pohon pulai sebagai obat alami

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan merupakan penghasil makanan nabati yang dipergunakan semua makhluk


hidup, tumbuhan tidak hanya digunakan sebagai penghasil makanan tetapi juga digunakan
sebagai pelengkap kebutuhan manusia misalnya obat, minuman, bahan tekstil, alat rumah tangga
dan sebagainya[ CITATION Deb06 \l 1033 ] . Tumbuhan secara umum dimanfaatkan paling besar
sebagai bahan pangan tetapi tumbuhan memiliki fungsi yang lebih dari pada itu. Tumbuhan juga
berfungsi sebagai obat-obat yang sangat mendukung kehidupan.

Tumbuhan banyak dimanfaatkan mulai dari daun, akar, batang, bunga dan buah setiap
bagian-bagian tersebut memiliki ciri-ciri morfologi yang berbeda tergantung dari jenisnya.
Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari bentuk fisik dan struktur tubuh dari
tumbuhan, morfologi berasal dari bahasa Latin “morphus” yang berarti wujud atau bentuk, dan
“logos” yang berarti ilmu” (Rasidi, 2004).

Daun
Daun adalah bagian yang dimiliki seluruh tumbuhan dengan bentuk yang berbeda beda
tergantung jenis tumbuhannya [ CITATION Deb06 \l 1033 ]. Beberapa fungsi daun yaitu asimilasi
sebagai pengelolaan zat-zat makanan, reabsorbsi untuk pengambilan zat-zat makanan, respirasi
untuk pernapasan dan transpirasi untuk penguapan air [ CITATION Deb06 \l 1033 ].
Terdapat dua jenis daun yakni daun tunggal dan daun majemuk. Ciri-ciri dari daun
tunggal adalah memiliki tiga bagian utama yaitu helaian daun (lamina), tangkai daun (petioles),
upih satu pelepah (vagina) contohnya Colocasia esculenta (talas). Berdasarkan letak bagian yang
terlebar dari helai yang terdapat kira-kira di tengah helai daun maka daun dibagi lima bentuk
yaitu daun bulat, prisai, jorong, memanjang, langset, yang terdapat di tengah helai daun
dibedakan berdasarkan pangkal yang berlekuk maupun tidak pada bagian atas tengah helaian
daun yaitu bulat telur berbalik, bagun jantung berbalik, segitiga berbalik dan bagun sudip.
Sedangkan dari pangkal sampai ujung daun memiliki bentuk garis (linearsis), pita (ligulatus),
pedang (esiformis), paku (sutulatus), dan jarum (aceratus). Selain itu, ciri-ciri daun majemuk
yaitu memiliki tangkai daun yang bercabang dimana setiap tangkai terdapat helaian daun.

5
Bedasarkan susunan anak pada ibu tangkai maka daun majemuk dapat dibedakan menjadi empat
golongan yaitu menyirip, menjari, bagun kaki, dan campuran [ CITATION Deb06 \l 1033 ].

Gambar 1 Bagun bulat telur Gambar 2 Bangun sudip Gambar 1 Bagun segitiga

Gambar 2 Bagun jantung Gambar 5 linearsis

Gambar 6 satulatus

Gambar 9 esiformis
Gambar 7 ligulatus

Gambar 8 aceratus

6
Akar

Merupakan salah satu bagian tumbuhan, yang terdiri dari pangkal akar (collum), Ujung
akar (apex radicis), batang akar (corpus radicis), cabang-cabang akar (radix lateralis), serabut
akar (fibrilla radicalis), bulu-bulu akar (pilus radicalis), tudung akar (calyptra)[ CITATION
Deb06 \l 1033 ].

Fungsi akar (Rasidi,2004)


1. Untuk proses penyerapan air yang mengandung garam mineral agar bisa mengatasi
dehidrasi pada tumbuhan secara keseluruhan.
2. Untuk proses penguatan dan penyatuan akar terhadap tanah
3. Dapat menjadi wadah reproduksi secara vegetatif
4. agar batang mampu tegak kokoh berdiri secara permanen
5. Untuk menyimpan oksigen,  makanan cadangan berupa garam mineral dan nutrisi
lainnya hasil  proses penggemburan tanah oleh cacing.
6. Melindungi tubuh tumbuhan dari serangan angin, hujan atau serangga perusak agar
batang tidak mudah tumbang.
Batang

Merupakan bagian dari tumbuhan yang berfungsi untuk menyokong tumbuhan [ CITATION
Deb06 \l 1033 ]. Batang tumbuhan dibedakan menjadi dua jenis yaitu tumbuhan yang tidak jelas
batangnya (planta acaulis) dan tumbuhan yang jelas batangnya. Tumbuhan yang tidak jelas
batangnya (planta acaulis) adalah tumbuhan yang memiliki batang seperti ini akan tampak
batangnya apabila sedang berbunga, batangnya tumbuh dari tengah – tengah roset yang
merupakan susunan daun tumbuhan yang rapat satu sama lain. Sedangkan tumbuhan yang jelas
batangnya dibedakan menjadi empat macam :

7
1. Batang basah (Herbaceous) jika memiliki batang lunak dan berair.
Contoh: bayam (Amaranthus spinosus L.)
2. Batang berkayu (Lignosus), jika batangnya keras erta kuat, diebabkan sebagian besar
terdiri dari kayu.
Contoh: Pohon durian (Durio zibethinus L.)
3. Berbatang rumput (Calmus), jika batangnya tidak keras, dan memiliki ruas-ruas yang
nyata serta biasanya memiliki rongga.
Contoh: Rumput-rumputan (Poaceae)
4. Berbatang mendong (Calamus), jika seperti batang rumput, tetapi memiliki ruang yang
lebih Panjang.
Contoh: Mendong (Fimbristylis globulosa Kunth.)
Bunga

Bunga adalah suatu bagian tumbuhan yang merupakan suatu penjelmaan dari salah satu
atau kombinasi dari daun batang dan akar [ CITATION Deb06 \l 1033 ].

Berdasarkan letak dan bagian susunan bagian bunga, maka bunga dapat dibedakan:

a. Bagian-bagian yang tersusun menurut garis spiras (Acyclis)


Contoh : Bunga cempaka (Michelia cahampaka L.)
b. Bagian-bagian yang tersusun menurut lingkaran (Cyclis)
Contoh : Bunga terong (Solanom melongena L.)
c. Bagian-bagian yang tersusun sebagian duduk dalam lingkaran dan sebagian lainnya
terpencar atau menurut garis spiral (Hemiclycis)
Contoh : Bunga sirsak (Annona moricata L.)

Berdasarkan jumlah bunga, maka tumbuhan dapat dibedakan ke dalam 2 golongan, yaitu:

a. Tumbuhan berbunga tunggal (Planta uniflora)


Contoh: Bunga coklat (Zephyranthus rosea Lindl.)
b. Tumbuhan berbunga banyak (Planta multiflora)
Contoh: Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

Pohon Pulai

Tumbuhan pulai atau dalam bahasa ilmiahnya Alstonia scholaris L. atau dalam bahasa
sunda sering kita kenal kenal dengan pohon lame. Pohon pulai merupakan tanaman yang toleran

8
terhadap berbagai jenis tanah dan habitat, dijumpai sebagai sebagai tanaman kecil yang tumbuh
di atas karang. banyak dijumpai di dataran rendah atau pesisir dengan curah hujan tahunan 1000
– 3.800 mm/tahun. Pada umur 10 tahun dapat mencapai tinggi 15 m dengan diameter kurang
lebih 30 cm dengan perkiraan volume 0.5 m3/pohon [ CITATION Ird15 \l 1033 ].

Ciri Morfologi

Pulai termasuk kedalam suku kamboja-kambojaan, tersebar di seluruh Nusantara. Di jawa


Pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari daratan
rendah sampai 900 mdpl. Tanaman Pulai berbentuk pohon, tinggi 20 – 25 m. Batang lurus,
diameternya mencapai 60 cm, berkayu percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya
sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, bertangkai yang
panjangnya 7,5 – 15 mm. bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur
sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata pertulangan menyirip,
panjang 10 – 23 cm, lebar 3- 7,5 cm, warna hijau. Perbungaan majemuk tersusun dalam malai
yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai
putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang
panjang 20 – 50cm, mengantung. biji keci panjang 1,5 – 2cm, berambut pada bagian tepinya dan
berjambul pad ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang [ CITATION
Set99 \l 1033 ].

Budidaya, Khasiat dan Kandungan Kimia Pohon Pulai

Pohon pulai dapat diperbanyak melalui biji dan cangkok. Pohon pulai dapat dirawat dengan
cara pemupukan pada masa pertumbuhan (NPK, pupuk kandang, atau pupuk kompos) dan
pemangkasan secara incidental. Fungsi dari pohon pulai sebagai tanaman peneduh karena ukuran
pohon cukup tinggi dan bertajuk lebar. Pohon lame juga memiliki sifat andenergik, antipiretik,
antimalaria, anti hipertensi dan melancarkan saluran darah [ CITATION Les08 \l 1033 ] . Kulit kayu
rasanya pahit, tidak berbau, berkhasiat sebagai peluruh dahak, peluruh haid, stomakik,
antipiretik, pereda kejang dan menurunkan kadar gula darah (hipoglikemik), tonik dan antiseptik.
Pada hewan seperti kuda, kulit kayu pulai digunakan sebagai obat cacing. Daun Pulai dapat
mempercepat pemasakan bisul dan berguna sebagai pelancar ASI. Bagian yang digunakan kulit
kayu dan daun. Kulit kayu dikeringkan dengan cara di jemur atau pemanasan [ CITATION Set99 \l

9
1033 ]. Kulit kayu mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin,
alstonin, ekiserin, ekititin, ekitein, porfirin, triterpen. Daun mengandung pikrinin. sedangkan
bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol [ CITATION Set99 \l 1033 ]. Kandungan batang
pohon lame tepatnya pada bagian kulit dapat digunakan sebagai tanaman obat karena
mengandung alkaloida berupa senyawa tumbuhan berbentuk heterosiklik ditamine, ditaine dan
echi-kaoetchine yang berfungsi sebagai detoksifikasi untuk menetralisir racun-racun di dalam
tubuh [ CITATION Nah07 \l 1033 ].

Pohon pulai juga mengandung alkaloida, pohon lame juga terdapat kandungan saponin,
flavonoida dan polifenol. Kegunaan saponin diantaranya sebagai sumber anti bakteri dan
antivirus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi kadar gula dalam darah.
Flavonoida berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan mencegah terjadinya penyumbatan
pada pembuluh darah, berfungsi sebagai anti oksidan dan mengurangi kadar resiko penyakit
jantung coroner. Selain itu, pohon lame juga mengandung polifenol yang berfungsi sebagai anti
histamine (anti alergi) [ CITATION Nah07 \l 1033 ]. Hal ini membuat pohon pulai digolongkan
sebagai tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional. Cara pemanfaatan kulit pohon
pulai yaitu dengan merebus kulit batang pulai yang dicampur dengan bahan lainnya. Air rebusan
tersebut disaring dan diminum sekaligus. Selain itu dapat juga diolah menjadi obat herbal
tradisional yang banyak dipasarkan. Selain pada batang, pohon pulai juga dapat dimanfaat
sebagai obat dari daunnya yaitu dengan cara direbus daunnya dan air rebusannya diminum
[ CITATION Ind09 \l 1033 ].

Gunung Gede Pangrango

Gunung Gede Pangrango merupakan rangkaian pegunungan berapi membujur dari


sumatera, jawa, dan nusa tenggara, dan terbentuk sebagai akibat pergerakan lapisan kulit bumi
secara terus-menerus selama periode kegiatan geologi yang tidak stabil. Hal ini terlihat bahwa di
kawasan terdapat batuan vulkanik akibat dari letusan gunung berapi. Akibat dari kondisi geologi
tersebut, gunung gede pangrango memiliki kondisi tanah yang didominasi oleh jenis tanah
Latosol coklat tuf volkan intermedier [ CITATION Agu \l 1033 ].

Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu taman nasional yang dekat dengan objek
wisata lain, seperti taman Safari umumnya objeknya adalah wisata pegunungan yang memiliki

10
pemandangan alam yang cukup asri dan bersih, gunung gede pangrango adalah objek wisata
yang sangat ramai dikunjungi pada hari sabtu, kawasan ini dapat dimasuki melalui jalan setapak
yang telah tersedia dipintu masuk kawasan, pintu masuk tersebut terdapat di 2 kabupaten dengan
4 pintu masuk yaitu kabupaten Cianjur, Cibodas, Gunung putri dan kabupaten sukabumi melalui
salibintana.

Iklim dikawasan ini tergolong dalam tipe A dengan curah hujan rata-rata antara 4000 – 5000
mm/tahun. Suhu harian berkisar antara 18-26 derajat celcius dengan kelembapan 85%. Musim
hujan terjadi padan bulan Oktober - April dan musim kemarau pada bulan Mei - September,
topografi umumnya berupa pegunungan dengan ketingian 500-2.211 m dpl, dan kemiringan
25%-65%. Berdasarkan ketingiannya kawasan ini dapat dibagi 3 bagian :

1. Ketingian 500-1.200 m dpl (20% luas kawasan)

2. Ketingian 1.200-1.400 m dpl (65% luas kawasan)

3. Ketingian 1.400 – 2.211 m dpl (15% luas kawasan)

Kawasan gunung gede pangrango memilki habitat flora dan fauna mulai dataran rendah,
hingga pegunungan, Hal ini menjamin masa depan bagi perlindungan kehidupan liar. Jenis tanah
di kawasan taman nasional adalah tipe tanah andosol, regosol, dan grumusol, dengan jenis batuan
vulkanik seperti breksi, bastik, dan lava andesit [ CITATION Jat14 \l 1033 ].

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat & Bahan


Bahan yang dipakai pada penelitian ini adalah pohon pulai (Alstonia scholaris). Alat
yang digunakan yaitu aplikasi GPS, aplikasi Alitimeter, tali rafia, pancang, meteran, alat
tulis, kertas label, kantong plastik untuk spesimen, mikroskop, koran bekas, papan ujian,
perlengkapan pembuatan herbarium dan kamera.

3.2 Cara Kerja


Berikut adalah cara kerja yang dilakukan dalam penelitian ini :

a) Peralatan pembuatan plot disiapkan (tali rafia, meteran, tali plastik)


b) Menelusuri sepanjang jalur lokasi pengamatan dan mengamati flora yang menjadi
sampel penelitian
c) Setelah mendapatkan sampel, plot berukuran (20 x20) m 2 dibuat dan mengamati
sampel serta keadaan lingkungan lokasi sampel (topografi, ketinggian, suhu, kecepatan
angin, keadaan geologi, dan pH tanah)
d) Menulis data yang diperoleh dan mengambil sampel untuk herbarium

3.3 Cara Analisis Data


Analisis dilakukan dengan pengamatan data yang didapatkan di lapangan secara
deskriptif. Data yang di ambil dari setiap area akan dibandingkan berdasarkan literatur.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat perbandingan kondisi habitat Pohon Pulai di
dua plot dengan area yang berbeda. Data keadaan lapangan yang dijadikan perbandingan

12
adalah topografi, ketinggian, suhu, kecepatan angin, keadaan geologi, dan pH tanah sekitar
plot.

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Morfologi Pohon Pulai

Morfologi tumbuhan ialah ilmu yang mempelajari struktur organ tumbuhan baik
mengenal akar, daun, batang, bunga, buah, maupun bijinya. Pada dasarnya, tumbuhan
terdiri atas 3 (tiga) organ pokok, yaitu akar (radiks), batang (caulis), dan daun (folium).
Tumbuhan yang mempunyai ketiga unsur pokok tersebut adalah golongan kormofita yang
berasal dari Bahasa Yunani yaitu, cormus berarti akar, batang dan daun;
sedangkan phyta berarti tumbuhan). Selain itu bagian lain dari tubuh tumbuhan dapat
dikatakan sebagai turunan (derivat) dari salah satu atau dua bagian pokok tersebut yang
telah mengalami perubahan bentuk, sifat dan fungsi[ CITATION Dew14 \l 1033 ]. Karakter
morfologi dan anatomi dapat digunakan untuk identifikasi, klasifikasi dan
analisis hubungan kekerabatan tumbuhan. Karakter morfologi merupakan ciri yang umum
digunakan untuk mengklasifikasikan tumbuhan. Berdasarkan kesamaan ciri morfologi
tumbuhan dapat dikelompokkan ke dalam kelompok taksa tertentu. Ciri morfologi yang
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan genus antara lain bentuk dan warna daun,
bentuk dan warna tepal, bentuk benang sari dan putik, bentuk dan posisi bakal buah,
serta bentuk buah dan biji [ CITATION Teb05 \l 1033 ].

Berdasarkan pengklasifikasian pohon lame merupakan tanaman yang toleran


terhadap berbagai jenis tanah dan habitat. Pulai termasuk tanaman keras dan berkayu
yang diklasifikasikan sebagai berikut:

13
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Apocynales
Marga : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris
(Heyne, 1987)
a) Batang
Batang merupakan bagian tumbuhan yang
sangat penting karena mengingat tempat serta
kedudukan batang bagi tumbuhan dapat
dikatakan sebagai sumbu tubuh tumbuhan dan
melalui batang dapat dilihat bagaimana keadaan daun. Sebagian besar tumbuhan memilik
i batang yang jelas. Namun, ada beberapa tumbuhan yang tidak memiliki batang yang
jelas. Batang berfungsi untuk membentuk dan menyangga daun serta mempunyai
pertumbuhan yang tidak terbatas karena di ujung batang terdapat titik vegetatif yang yang
meristematik dan mempunyai kemampuan untuk terus-menerus membentuk sel baru.
Berdasarkan data penelitian. pohon lame memiliki tinggi sekitar 30 meter dengan
diameter mencapai 60cm dengan batang tegak, berkayu, memiliki percabangan yang
menggarpu serta berwarna hijau gelap dan juga batang pohon yang tua memiliki alur
yang sangat jelas dengan sayatan berwarna coklat dan banyak mengeluarkan getah
berwarna putih.

b) Daun
Pada pohon pulai memiliki daun tunggal berbentuk lanset
dengan ujung membulat dan pangkalnya meruncing, tepinya rata,
panjang daun dapat mencapai 10-20 cm dan lebar 3-6 cm,
pertulangan daun lame menyirip dengan permukaan atas licin,
panjang tangkai daun ± 1cm dan berwarna hijau. Daunnya hijau

14
mengkilap dengan bagian bawah daun berwarna lebih pucat. Daunnya menjari dengan
jumlah tiga sampai sepuluh daun.

c) Bunga

Bunga yang dimiliki pohon pulai adalah


bunga majemuk dengan ciri-ciri bunga
berbentuk malai bergagang panjang , bunganya
terdapat di ujung batang, memiliki kelopak
dengan bentuk kelopak bunga bulat telur,
panjang tangkainya 2,5 sampai 5cm, berambut
dan warnanya hijau. Benang sari pada pohon
lame melekat pada tabung mahkota dengan panjang tangkai putik 3-5 mm, kepala putik
meruncing disertai dengan bakal buah berbulu dan berwarna putih. Bunganya mekar di
bulan Oktober dan memiliki aroma yang harum. Bentuk tabung mahkota bunga yaitu
bulat telur dengan panjang 7-9mm dan berwarna putih kekuningan (Heyne, 1987).

15
Anatomi Pohon Lame

1. Batang (Penampang Melintang)

Epidermis Epidermis

Empulur
Empulur
Korteks
Korteks
Kambium Kambium
a) Perbesar
a n 4x

b) Perbesaran 10x

Epidermis
Korteks Xilem

Kambium

16
Floem
Empulur Kambium
c)

Perbesaran 40x d) Perbesaran 100x

2. Daun (Penampang Melintang)

Epidermis atas
Epidermis atas

Mesofil
Epidermis bawah
Epidermis bawah

a) Perbesaran 4x b) Perbesaran 10x

17
Epidermis atas
Parenkim
spons

Parenkim bawah
Epidermis
Palisade

c) Perbesaran 40x

4.2 Habitat Pohon Pulai


D a r i h a s i l p e
Pangrango Jawa Barat, diperoleh data sebagai
berikut:

Tabel 4.2.1

No. Keadaan Area I Area II


1. Ketinggian 679.61256 m 584.6064 m
2. Suhu 24.4 ˚C 27.2 ˚C
3. Kecepatan Angin 9.32 mph 10.56 mph
4. Jarak Pandang 16093.4 m 10 mil
5. Kelembaban Tanah 3 3.5
6. Intensitas Cahaya 100 100
7. pH Tanah 8 8
8. Jumlah Pohon 2 0

18
Tabel 4.2.1 merupakan perbandingan antara dua area yang diteliti. Penelitian
menggunakan metode petak kuadrat dengan ukuran plot 20 m x 20 m. Penelitian dilakukan di
kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tepatnya di kawasan Hutan Penelitian
Pasirhantap yang berada di Desa Ginanjar, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat. Secara topografi kawasan TNGGP bervariasi dari landai hingga bergunung dengan kisaran
ketinggian antara 700 m dan 300 m di atas permukaan laut. Sebagian besar kawasan TNGGP
merupakan dataran tinggi tanah kering dan sebagian kecil merupakan daerah rawa.

Kondisi dan keadaan lingkungan ini berpengaruh terhadap tumbuhnya Pohon Pulai
(Alstonia sp). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ditemukan 2 pohon pulai dewasa pada
area I. Menurut pemandu wisata, terdapat pohon pulai di area yang cukup jauh dari area I.
Jauhnya jarak antar populasi pohon pulai menunjukkan bahwa daerah TNGGP kurang cocok
untuk ditumbuhi jenis pohon pulai. Banyaknya jenis tumbuhan yang dijumpai pada suatu area,
menandakan bahwa kondisi dan keadaan lingkungan area tersebut mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Pada plot yang dipasang pada area II tidak menunjukkan adanya
pohon pulai yang tumbuh. Pulai merupakan pohon yang bisa tumbuh optimal pada berbagai jenis
tanah dan habitat. Pulai sering dijumpai pada dataran rendah yang biasanya pada hutan rawa atau
dekat pantai, serta dekat sungai besar. Kedua area yang diteliti memiliki kondisi dan keadaan
lingkungan yang hampir sama. Pulai yang tumbuh pada area I disebabkan karena tanah pada area
tersebut merupakan tanah bekas rawa. Pada area I kelembabapan tanahnya menunjukkan angka 3
yang berarti cukup kering pH tanahnya termasuk basa karena menunjukkan angka 8, dan juga
intensitas cahaya yang masuk cukup kecil karena pada area I menunjukkan angka 100 (termasuk
gelap). Intensitas cahaya dipengaruhi oleh tutupan tajuk pada suatu area, semakin lebat tutupan
tajuk maka cahaya akan terhalang untuk masuk. Area I memiliki tutupan tajuk yang cukup lebat
dan rindang sehingga menghalangi cahaya matahari yang masuk. Lebatnya tutupan tajuk juga
membuat suhu pada area tersebut cukup sejuk yaitu 24.4˚C. Area II memiliki tutupan tajuk yang
rindang, tumbuhan di area II kebanyakan tumbuhan perdu dengan tinggi kurang lebih 2 m dan
juga terdapat pohon mahoni. Suhu yang diukur pada area II yaitu 27.7˚C yang menunjukkan
bahwa suhu pada area II lebih tinggi daripada di area I. Hal ini disebabkan karena perbedaan
waktu saat mengukur suhu di kedua daerah. Pada saat peneliti sampai di area II, suhu matahari
telah meningkat.

19
Keoptimalan pertumbuhan pohon pulai pada keadaan lingkungan yang berada di TNGGP
menunjukkan bahwa pohon lame tidak tumbuh secara optimal dikarenakan oleh ketidaksesuaian
beberapa faktor keadaan yang meliputi ketinggian, suhu, kelembapan, dan iklim (curah hujan).
Pohon ini tumbuh baik pada dataran rendah, sedangkan TNGGP merupakan kawasan yang
termasuk dataran tinggi. Ketinggian memengaruhi suhu pada area tertentu, suhu dengan
ketinggian berbanding terbalik. Kawasan penelitian termasuk pada dataran tinggi maka suhu
yang ada ialah suhu yang cukup dingin. Pohon pulai tidak tumbuh di daerah sebaran alami yang
suhunya kurang dari 8˚C. Pada area I yang diteliti masih dijumpai pohon pulai karena suhu
belum terlalu dingin sehingga masih memungkinkan pohon pulai untuk tumbuh. Selain itu
kondisi tanah yang yang cukup kering mendukung pohon tersebut untuk tumbuh walaupun hanya
terdapat 2 pohon saja. Adapun penyebab sulitnya ditemukannya pohon pulai pada area penelitian
ialah karena pohon pulai hidup di curah hujan tahunan antara 1000-3800 mm sedangkan pda
TNGGP curah hujan tahunannya termasuk tinggi yaitu mencapai 4000-5000 mm.

4.3 Khasiat Pohon Pulai sebagai Tanaman Obat

Pada observasi yang dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diperoleh
data hasil wawancara dengan narasumber. Menurut beliau bagian batang dari pohon pulai atau
lame ini sering digunakan sebagai obat tradisional dalam menyembuhkan beberapa penyakit
yang sangat sering diderita oleh masyarakat, seperti sakit gigi, obat batuk, diare, dan lain
sebagainya. Bagian Kulit kayu pada pohon lame mengandung alkaloida ditain, ekitamin
(ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekititin, ekitein, porfirin, triterpen. Kandungan-
kandungan kimia inilah yang berfungsi mengatasi beberapa penyakit diatas. Selain itu pohon
lame juga memiliki sifat antipiretik, antimalaria, antihipertensi serta antiandenergik, dan
melancarkan saluran darah. Hal ini membuat pohon lame digolongkan sebagai tumbuhan yang
digunakan dalam pengobatan tradisional. Cara pemanfaatan pohon pulai bagian kulitnya oleh
masyarakat setempat yaitu dengan merebus kulit batangnya. Air rebusan tersebut disaring dan
kemudian diminum sekaligus untuk mengobati penyakit tertentu.

Pohon pulai dapat diolah menjadi obat herbal tradisional yang banyak dipasarkan. Daun
dari pohon ini dapat dimanfaat sebagai obat yaitu dengan cara merebus daunnya dan meminum
air rebusannya [ CITATION Ind09 \l 1033 ] . Daun pohon lame mengandung pikrinin sehingga dapat

20
digunakan dalam mengobati borok bernanah, pengobatan ini dilakukan dengan cara menyiapkan
daun pulai kering, cuci bersih dan  digiling sampai menjadi bubuk, kemudian taburkan kebagian
borok bernanah, tetapi sebelumnya luka harus dibersihkan terlebih dahulu, lakukan dua kali
sehari , sampai sembuh. Keemudian penggunaan akar pohon lame untuk mengobati  sakit badan
dan dada, penggunaannya dengan menyiapkan akar pulai, kemudian cuci bersih dan dikunyah
dengan pinang, lalu balurkan pada bagian tubuh yang sakit.

Pohon pulai mengandung banyak getah. Getah berwarna putih, rasa getahnya sangat
pahit. Rasa pahit itu didapatkan pula dari akar, kulit batang dan daunnya. Pada bagian pohon ini
terdapat bahan yang sudah diketahui antara lain alkaloida berupa ditamine, ditaine, dan echi-
kaoetchine dari kandungan-kandungan inilah yang menyebabkan pohon lame memiliki banyak
manfaat bagi pengobatan.

4.3 Perspektif Kristen


Allah menyatukan kasihNya melalui ciptaanNya. Alam yang begitu indah disusun
sedemikian rupa dengan sangat teratur. Kejadian 1 mencatat tentang bagaimana Allah
menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Salah satu ciptaan Allah di alam yang sangat
mempengaruhi kebutuhan manusia yaitu pohon. Kejadian 1 : 29 lebih spesifik mengatakan
bahwa segala tumbuhan berbijii diciptakan untuk menjadi makanan bagi manusia. Allah
mmenciptakan seluruh ciptaan-Nya pasti memiliki maksud dan tujuan dalam menunjang
kebutuhan hidup bagi setiap makluk hidup misalnya pada tumbuhan yakni sebagai sumber
pangan bagi makhluk hidup lainnya, proses pernapasan dan dapat juga sebagai sumber sandang.
Manusia yang merupakan mahkota ciptaan dari segala ciptaan, dipercayakan Allah untuk
menjalankan mandat budaya yaitu berkuasa serta mengolah alam ini, tetapi karena keberdosaan
manusia, seringkali mereka salah menggunakan hak istimewa yang diberikan Allah dengan cara
merusaknya, akibatnya seluruh ciptaan yang diciptakan oleh Allah salah satunya adalah pohon-
pohon digunakan oleh manusia dengan seenaknya, mereka melakukan penebangan liar yang
mengakibatkan kerusakan alam, salah satu kerusakan alam yang terjadi adalah penebangan liar
yang mengakibatkan tanah longsor dan kurangnya daerah penyerapan air serta polusi dimana-
mana. Hal ini menyebabkan alam yang tadinya sangat indah, dengan fungsinya yang sangat
penting bagi manusia telah tercemar mengakibatkan manusia sendiri yang menjadi korban atas
perbuatannya. Banyak penyakit yang di derita oleh manusia karena kerusakan alam, namun

21
Allah adalah Allah yang maha kasih, dengan perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab
Allah masih tetap memelihara manusia dengan memberikan pohon-pohon yang dapat digunakan
oleh manusia untuk memperoleh kesembuhan. Salah satu pohon yang diciptakan oleh Allah
untuk digunakan sebbagai obat herbal alami yaitu pohon pulai/lame. Dimana pohon ini memiliki
khasiat yang begitu luar biasa untuk menyembuhkan manusia dari penyakitnya, pohon ini mulai
dari akar, batang, daun, serta bungannya sering dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional
bagi manusia agar dapat kembali sehat.

Melihat ciptaan Allah yang tak terbatas fungsinya, seharusnya di dalam diri kita memiliki
rasa syukur dan menyadari apa yang tanggung jawab kita sebagai mahkota ciptaan untuk
mempelajari dan mengelola ciptaan Allah, agar kita dapat memuliakan Allah melalui ciptaan-
Nya, bukan bertindak sebagai perusak yang mengeksploitasi alam yang Allah berikan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pohon lame memiliki tinggi sekitar 30 meter dengan diameter mencapai 60cm dengan
batang tegak, berkayu, memiliki percabangan yang menggarpu serta berwarna hijau gelap
dan juga batang pohon yang tua memiliki alur yang sangat jelas dengan sayatan berwarna
coklat dan banyak mengeluarkan getah berwarna putih. Pohon lame memiliki daun
tunggal berbentuk lanset dengan ujung membulat dan pangkalnya meruncing, tepinya
rata, panjang daun dapat mencapai 10-20cm dan lebar 3-6 cm. Bunga yang dimiliki
pohon lame adalah bunga majemuk dengan ciri-ciri bunga berbentuk malai bergagang
panjang , bunganya terdapat di ujung batang, memiliki kelopak dengan bentuk kelopak
bunga bulat telur, panjang tangkainya 2,5 sampai 5cm, berambut dan warnanya hijau.
2. Pohon Pulai atau biasa disebut pohon lame oleh masyarakat sekitar TNGGP tumbuh
secara optimal umumnya di dataran rendah atau pesisir namun juga sedikit dijumpai pada

22
ketinggian di atas 1000 m dpl. Keadaan iklim daerah tumbuhnya yaitu daerah dengan
curah hujan tahunan antara 1000-3800 mm. Pulai merupakan pohon yang tidak
menunjukkan jenis yang tahan udara dingin yaitu suhu kurang dari 8˚C.
3. Kulit kayu pada pohon lame mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin,
ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekititin, ekitein, porfirin, triterpen. Kandungan tersebut
dapat mengobati beberapa penyakit diantaranya adalah sakit gigi, obat batuk, diare.
4. Cara pemanfaatan pohon pulai bagian kulitnya oleh masyarakat setempat yaitu dengan
merebus kulit batangnya. Air rebusan tersebut disaring dan kemudian diminum sekaligus
untuk mengobati penyakit tertentu.

5.2 Saran
Pada saat melakukan penelitian, sebaiknya peniliti lebih mempersiapkan diri ketika
melakukan observasi di lapangan. Keadaan di lapangan tidak selalu sesuai dengan harapan, oleh
karena itu diperlukan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Selain
itu, keterbatasan waktu membuat peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian pada
daerah yang lebih jauh. Perkiraan waktu juga harus direncanakan baik-baik untuk melakukan
penelitian agar hasil yang didapatkan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Dalimarta, S. (2005). Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Puspa Swara.

Dalimartha, S. (1999). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya .

Dewi, S. Y. (2014, Oktober). Retrieved from scribd.com:


https://www.scribd.com/doc/245204698/laporan-praktikum-botani-dan-sistematika-
tanaman-morfologi-akar-dan-batang-pada-tanaman

Indartik. (2009). Potensi Pasar Pulai sebagai Sumber Bahan Baku Industri Obat Herbal : Studi
Kasus Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jurnal Penelitian, 159-175.

Julia, Isrok'atun, & Safari, I. (2018). "Membangun Generasi Emas 2045 yang Berkarakter dan
Melek IT" dan Pelatihan "Berpikir Supra Rasional". (p. 428). Sumedang: UPI Sumedang
Press.

Lestari, G., & Kencana, I. (2008). Galeri tanaman hias lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya.

23
Mansur, I. (2015). Bisnis dan Budidaya 18 Kayu Komersial. Jakarta : Penebar Swadaya .

Mulyana, A., Syarifudin, D., & Suheri, H. (n.d.). Selayang Pandang Taman Gunung Gede
Pangrango. Cibodas: Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango .

Nahardsari, N., & Wahyudi, F. (2007). Mahkota Dewa dan Manfaatnya. Jakarta: Ganeca Exact.

Rudiyanto, A. (2015, Juny 21). Tanaman Pulai Sebagai Obat Herbal. Retrieved from
Biodiversity Warriors: https://biodiversitywarriors.org

Setiadi, D., & Muhadiono, I. (2001). Penuntun Praktikum Ekologi. Bogor: Laboratorium Ekologi
Jurusan Biologi FMIPA IPB.

Supriatna, J. (2014). Berwisata Alam di Taman Nasional. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.

Tebbitt, M. (2005). Begonias: Cultivation, Identification, Natural History. Oregon: Timber


Press.

Utami, D. (2006). STRUKTUR TUMBUHAN . JAKARTA : UNIVERSITA TERBUKA.

Rasidi, S., (2004). Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka


LAMPIRAN

1. Observasi di Lapangan (Gunung Gede Pangrango)

24
25
2. Pengamatan di Laboratorium Biologi Teachers College

26

Anda mungkin juga menyukai