Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata Kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia
Dosen Pengampu :

Kelompok 2:
IKE VITTA ITAWARI : 2040500212751077
JIHADI AKBAR : 2040500212751055
KHAIRUL FAHMI : 2040500716712029
KHAIRUNNISA : 2040500212750630
LEINI : 2040500111070059
MEYRISA SIHOTANG : 22020100343
MIFTA AL CHAIRANI : 2040501534711056
MIFTA AL KHAIRIYAH : 02020100343
MURNI HERLISTA TARIROHAN: 02020100149
NINGSI AGUSTINA : 2040500212750555
NOVA LIZA : 2040500111080603
NUR KHAIRIYAH WARUWU : 22020200167
PRANATALINA IRMA SAGALA:. 2040500212750374

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN D-III KESEHATAN GIGI
TA 2020/2021 MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Ilahhi Robbi, Karena Atas Dengan Ijinnya Akhirnya kami bisa
Menyelesaikan Makalah Yang berjudul Cairan dan Elektrolit Program Makalah ini kami
buat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia . Tak Lupa Kami
ucapkan terimakasih Yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyelesaian Makalah ini, sehingga Alhamdulilah makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Untuk itu kami
meminta sekiranya Kritik dan saran untuk para pembaca sekalian diharapkan dapat
membangun sehingga bisa menyempurnakan makalah kami ini. Akhir kata kami ucapkan
Terima kasih, dan semoga Makalah ini dapat memberikan informasi dan dapat berguna untuk
meningkatkan Ilmu Pengetahuan bagi Kita Semua.

Medan, Oktober 2020

DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................................ ii

Daftar Isi.................................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................... iv

A. Latar Belakang .......................................................................................................................... iv

B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... iv

C. Manfaat Penulisan …………………………………………………………………….. iv

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................... 1

A. Pengertian Cairan dan Elektrolit.............................................................................................. 1

B. Komposisi Cairan dan Elektrolit Tubuh................................................................................... 1

C. Sistem Tubuh yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit ................................ 3

D. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Tubuh dan Keseimbangan Asam dan Basa ............. 5
E. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Cairan dan Elektrolit ............................................. 11
F. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit............................................................... 14
G. Penatalaksanaan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit ................................ 18

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................. 23

A. Kesimpulan.................................................................................................................................. 23

B. Saran............................................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang 
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. 
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.  Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif  konstan tapi dinamis. 
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.  Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.
Terapi cairan dan elektrolit adalah hal yang sangat sering terjadi dalam masa perioperatif
maupun intraoperatif.  Sejumlah besar cairan intravena sering dibutuhkan untuk mengkoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit  serta mengkompensasi hilangnya darah selama operasi. 
Oleh karena itu, ahli anestesi harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang fisiologi
normal cairan dan elektrolit serta gangguannya.  Gangguan yang besar terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat secara cepat menimbulkan perubahan terhadap
fungsi kardiovaskular, neurologis, dan neuromuscular. 
Dengan alasan tersebut, maka dibuatlah refrat ini yang diharapkan dapat memberi
informasi mengenai fisiologi dan terapi cairan dan elektrolit.

B.     Rumusan Masalah 
1.      Apa yang dimaksud dengan Cairan Dan Elektrolit?
2.      Apa saja komponen-komponen cairan dan elektrolit?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit? 
C.    Tujuan Penulisan 
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan cairan dan elektrolit.
2.      Untuk mengetahui apa saja komponen cairan dan elektrolit.
3.      Untuk mengetahui apa saja kebutuhan cairan dan elektrolit. 
D.    Manfaat Penulisan 
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang cairan dan elektrolit, termasuk dalam pemenuhan kebutuhannya.
 BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMPOSISI CAIRAN TUBUH


Komponen terbesar dalam tubuh adalah air. Air tubuh total (total body water, TBW) 
jumlahnya bervariasi  tergantung pada umur, jenis kelamin dan kandungan lemak
tubuh. Lemak pada dasarnya bebas air, sehingga lemak yang makin sedikit akan
mengakibatkan makin tingginya persentase air. Sebaliknya jaringan otot memiliki kandungan
air yang tinggi. Oleh karena itu dibandingkan dengan orang yang kurus, orang yang gemuk
mempunyai TBW yang relative lebih kecil dibandingkan dengan berat badannya. Wanita
pada umumnya secara proporsional mempunyai lebih banyak lemak dan lebih sedikit otot
jika dibandingkan dengan pria, sehingga jumlah TBW juga lebih sedikit dibandingkan
dengan berat badannya.1
Orang berusia tua juga mempunyai persentase lemak tubuh yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang muda. Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-
85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %.  Air
membentuk sekitar 60% berat badan seorang pria dan sekitar 50 % berat badan wanita.  Hal
ini terlihat pada tabel berikut :
Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama yang dipisahkan oleh
membran sel menjadi: cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES). Pada orang
dewasa, sekitar 40% berat badan atau duapertiga dari TBW berada dalam sel atau disebut
cairan intraselular (intracellular fluid, ICF). Cairan ekstraseluler (extracellular fluid, ECF)
terbagi ke dalam kompartemen cairan intravaskuler (IVF) atau plasma (5%) dan cairan
interstisial-limfe (ISF) yang terletak antara sel (15%). Selain ISF dan IVF, sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraocular, dan sekresi saluran cerna, membentuk
sebagian kecil (1% sampai 2% dari berat badan) dari cairan ekstraselular yang disebut
transeluler. 
       1. Cairan Intraseluler 
           Cairan Intraseluler adalah cairan yang terkandung di dalam sel.  Pada orang
dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata
pria dewasa (70 kg).  Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
          Cairan intraseluler dipisahkan dari cairan ekstraseluler oleh membrane sel selektif yang
sangat permeable terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian besar elektrolit
dalam tubuh.2. Membran sel bagian luar memegang peranan penting dalam mengatur volume
dan komposisi intraseluler.  Pompa membrane-bound ATP-dependent akan mempertukarkan
Na dengan K dengan perbandingan 3 : 2.  Oleh karena membran sel relatif tidak permeabel
tehadap ion sodium dan ion potasium, ion potasium akan dikonsentrasikan di dalam sel
sedangkan ion sodium akan dikonsentrasikan di ekstra sel.  Akibatnya, potasium menjadi
faktor dominan yang menentukan tekanan osmotik intraseluler, sedangkan sodium
merupakan faktor terpenting yang menentukan tekanan osmotik ekstraseluler.
         Impermeabilitas membran sel terhadap protein menyebabkan konsentrasi protein
intraseluler yang tinggi.  Oleh karena protein merupakan zat terlarut yang nondifusif (anion),
rasio pertukaran yang tidak sama dari 3 Na dengan 2 K oleh pompa membran sel adalah hal
yang penting untuk pencegahan hiperosmolaritas relatif intraseluler.  Gangguan pada
aktivitas pompa Na-K-ATPase seperti yang terjadi pada keadaan iskemi akan menyebabkan
pembengkakan sel.

     2. Cairan Ekstraseluler
Cairan Ekstraseluler adalah cairan di luar sel.  Ukuran relatif dari CES menurun
dengan peningkatan usia.  Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam
CES.  Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume
total.  Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Dua komponen
terbesar dari cairan ekstraseluler adalah cairan interstitial, yang merupakan tiga perempat
cairan ekstraseluler, dan plasma, yang hamper seperempat cairan ekstraseluler, atau sekitar 3
liter.2
           Fungsi dasar dari cairan ekstraseluler adalah menyediakan nutrisi bagi sel dan
memindahkan hasil metabolismenya.  Keseimbangan antara volume ekstrasel yang normal
terutama komponen sirkulasi (volume intravaskuler) adalah hal yang sangat penting.  Oleh
sebab itu, secara kuantitatif sodium merupakan kation ekstraseluler terpenting dan merupakan
faktor utama dalam menentukan tekanan osmotik dan volume.  Perubahan volume cairan
ekstraseluler berhubungan dengan perubahan jumlah total sodium dalam tubuh. Hal ini
tergantung dari sodium intake, ekskresi sodium renal, hilangnya sodium ekstrarenal.

Komposisi Elektrolit Cairan Intra dan Ekstraseluler


Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. 
Nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik.  Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).  Konsenterasi elektrolit
dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun
konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa
jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.

a.  Kation:
 Sodium (Na+):
-   Kation berlebih di ruang ekstraseluler
-   Sodium penyeimbang cairan di ruang ekstraseluler
-   Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
-   Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrogen pada ion
sodium di tubulus ginjal: ion hidrogen diekresikan Sumber: snack, kue, rempah-
rempah, daging panggang.
 Potasium (K+):
-   Kation berlebih di ruang intraseluler
-   Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
-   Mengatur kontraksi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves
-   Sumber: pisang, alpokat, jeruk, tomat, dan kismis
 Calcium (Ca++):
- Membentuk garam bersama dengan fo  sfat, carbonat, flouride di dalam tulang
dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat
-   Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin
-   Sumber: susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

b.   Anion:
 Chloride (Cl-):
-   Kadar berlebih di ruang ekstrasel
-   Membantu proses keseimbangan natrium
-   Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
-   Sumber: garam dapur
 Bicarbonat (HCO3-):
-   Bagian dari bicarbonat buffer sistem
- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana
garam untuk menurunkan pH.
 Fosfat (H2PO4- dan HPO42-):
-   Bagian dari fosfat buffer system
-   Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
-   Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
-   Masuk dalam struktur genetik yaitu: DNA dan RNA.

B. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Dewasa
            Air       : 30-35 ml/kgBB, kenaikan suhu 1°C bertambah 10-15%
            Na⁺      : 1,5 mEq/kg (100mEq/hari atau sekitar 5,9 g)
            K⁺       : 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau sekitar 4,5 g)
Bayi dan Anak
            Air       : BB 0-10kg    : 4ml/kg/jam (100ml/kg/hari)
                          BB 10-20 kg : 40ml + 2ml/kg/jam setiap kg diatas 10kg
                                                (1000ml + 50ml/kg diatas 10kg per hari)
                          BB > 20 kg   : 60ml + 1ml/kg/jam setiap kg diatas 20kg
                                                (1500ml + 20ml/kg diatas 20kg per hari)
            Na⁺      : 2 mEq/kg
            K⁺       : 2 mEq/kg
Tubuh mendapatkan cairan dari air minum sekitar 800-1700 ml, dari makanan sekitar
500-1000 ml dan dari hasil sisa metabolisme (oksidasi) sekitar 200-300 ml. Cairan tersebut
dikeluarkan dari tubuh sebagai urine secara normal lebih dari 0,5-1 ml/kg/jam, sebagai feces
sekitar 1-3 ml/kg/hari dan sebagai Insensible Water Loss  (IWS) 15 ml/kg/hari pada orang
dewasa. Pada anak IWS sebesar : (30 dikurang usia dalam th) ml/kg/hari.

C. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Untuk mencapai keseimbangan cairan, maka cairan di dalam tubuh akan berpindah
dari satu kompartemen ke kompartemen lain. Perpindahan cairan tersebut dipengaruhi oleh
tekanan hidrostatik, tekanan onkotik dan tekanan osmotik. Gangguan keseimbangan cairan
tubuh terutama menyangkut cairan ekstrasel.
Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama
untuk mempertahankan keseimbangan nilai cairan.  Pergerakan cairan yang normal melalui
dinding kapiler ke dalam jaringan tergantung pada kenaikan tekanan hidrostatik (tekanan
yang dihasilkan oleh cairan pada dinding pembuluh darah) pada kedua ujung pembuluh arteri
dan vena.  Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu:
a.  Fase I: plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.  Fase II: cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c.  Fase III: cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. 
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme
transpor pasif dan aktif.  Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi sedangkan
mekanisme transpor aktif membutuhkan energi.  Difusi dan osmosis adalah mekanisme
transpor pasif.  Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang
memerlukan ATP.  Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung
secara:
       
     OSMOSIS
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel
(permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi
hingga kadarnya sama.  Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga
tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama.  Membran semipermeabel ialah
membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya
protein.  Tekanan osmotik plasma darah ialah 285 + 5 mOsm/L.  Larutan dengan tekanan
osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat).  Larutan
dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik (akuades), sedangkan lebih tinggi
disebut hipertonik.

DIFUSI
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori.  Larutan akan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah.  Tekanan hidrostatik pembuluh
darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut.  Kecepatan difusi
suatu zat melewati sebuah membran tergantung pada:
(1)   Permeabilitas zat terhadap membran
(2)   Perbedaan konsentrasi antar dua sisi
(3)   Perbedaan tekanan antara masing-masing sisi karena tekanan akan memberikan energi 
kinetik yang lebih besar
(4)   Potensial listrik yang menyeberangi membran akan memberi muatan pada zat tersebut.

Difusi Melalui Membran Sel


Difusi antara cairan interstisial dan cairan intraselular dapat terjadi melalui beberapa
mekanisme:
(1)   Secara langsung melewati lapisan lemak bilayer pada membran sel
(2)   Melewati protein channel dalam membran
(3)   Melalui ikatan dengan protein karier yang reversibel yang dapat melewati membran
(difusi yang difasilitasi). 
           Molekul-molekul yang larut dalm oksigen, CO2, air, dan lemak akan menembus
membran sel secara langsung.  Kation-kation seperti Na+, K+,dan Ca2+ sangat sedikit sekali
yang dapat menembus membran oleh karena tegangan potensial transmembran sel (dengan
bagian luar yang positif) yang diciptakan oleh pompa Na+-K+.  Dengan demikian, kation-
kation ini dapat berdifusi hanya melalui channel protein yang spesifik.  Keluarnya ion melalui
channel ini tergantung pada tegangan membran dan ikatannnya dengan pengikat (seperti
asetil kolin) terhadap reseptor membran.  Glukosa dan asam amino berdifusi dengan bantuan
ikatan membran protein karier.
                 Pertukaran cairan antara ruangan interstisial dan intraselular dibangun oleh daya
osmotic yang diciptakan oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut nondifusif.  Perubahan relatif
pada osmolalitas antara kompartemen intraselular dan interstisial menghasilkan perpindahan
air dari kompartemen yang hipoosmolar menuju kompartemen yang hiperosmolar.

Difusi  Melalui Endotel Kapiler


                 Dinding kapiler mempunyai ketebalan 0,5 μm, terdiri dari satu lapis sel endotel
dengan dasar membran.  Celah interseluler mempunyai jarak 6-7 nm, memisahkan masing-
masing sel dari sel di dekatnya.  Zat-zat yang larut dalam oksigen, CO 2, air dan lemak dapat
menembus secara langsung endotel sel membran.  Hanya substansi dengan berat molekul
rendah yang larut dalam air seperti sodium, chlorida, potasium, dan glukosa yang dapat
melewati celah intersel.  Substansi dengan molekul yang besar seperti plasma protein sangat
sulit untuk menembus celah endotel (kecuali pada hati dan paru-paru dimana terdapat celah
yang lebih besar).
Pertukaran cairan melewati kapiler berbeda dengan melewati membran sel dimana hal
ini dihasilkan oleh perbedaan yang signifikan pada tekanan hidrostatik sebagai tambahan dari
daya osmotik.  Daya ini bekerja pada arteri dan vena di ujung kapiler.  Akibatnya, terdapat
tendensi bagi cairan untuk bergerak keluar kapiler pada end arteri dan masuk ke dalam
kapiler pada end vena.  Besarnya daya ini berbeda untuk jenis jaringan yang beragam. 
Tekanan arteri kapiler ditentukan oleh tonus sfingter prekapiler.  Dengan demikian, kapiler
membutuhkan tekanan yang tinggi seperti pada glomeruli yang mempunyai tonus sfingter
prekapiler yang lemah sedangkan tekanan kapiler otot yang rendah mempunyai tonus sfingter
prekapiler yang tinggi.  Normalnya, 10% dari cairan yang difiltrasi akan direabsorbsi kembali
ke dalam kapiler.  Cairan yang tidak direabsorbsi (kira-kira 2ml/menit) akan memasuki cairan
interstisial dan dikembalikan melalui aliran limfatik menuju kompartemen intravaskuler
kembali.
                   Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium
keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke
dalam.  Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaan hiperosmolar di
dalam sel.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, di


antaranya adalah :
1.  UsiaVariasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan
dan berat badan.  Selain itu, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.  Infant dan anak-
anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.  Pada
usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh.
3.  Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak
tubuh.
4.  Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.  Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5.  Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya:
-   Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui insensible water
lost (IWL)
-   Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh
-   Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6.  Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit.  Ketika intake nutrisi tidak
kuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padapadahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan
cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

7.  Temperatur lingkungan


Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.  Panas
yang berlebihan menyebabkan berkeringat.  Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui
keringat sebanyak 15-30 g/hari.  Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L perhari.
8. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
9.  Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti: suction, nasogastric tube dan lain-lain.
10.Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

CAIRAN KRISTALOID
Cairan kristaloid  merupakan cairan untuk resusitasi awal pada pasien dengan syok
hemoragik dan septic syok seperti pasien luka bakar, pasien dengan trauma kepala untuk
menjaga tekanan perfusi otak, dan pasien dengan plasmaphersis dan reseksi hepar.  Jika 3-4 L
cairan kristaloid telah diberikan, dan respon hemodinamik tidak adekuat, cairan  koloid dapat
diberikan.
  Ada beberapa macam cairan kristaloid yang tersedia. Pemilihan cairan tergantung
dari derajat dan macam kehilangan cairan. Untuk kehilangan cairan hanya air,
penggantiannya dengan cairan hipotonik dan disebut juga   maintenance type solution. Jika
hehilangan cairannya air dan elektrolit, penggantiannya dengan cairan isotonic dan disebut
juga replacement type solution.  Dalam cairan, glukosa berfungsi menjaga tonisitas dari cairan
atau  menghindari ketosis dan hipoglikemia dengan cepat. Anak- anak cenderung akan
menjadi hypoglycemia(< 50 mg/dL) 4-8 jam puasa. Wanita mungkin lebih cepat
hypoglycemia jika puasa (> 24 h) disbanding pria.
 Kebanyakan jenis kehilangan cairan intraoperative adalah isotonik, maka yang biasa
digunakan adalah replacement type solution, tersering adalah Ringer Laktat. Walaupun
sedikit hypotonic, kira-kira 100 mL air per 1 liter mengandung Na serum 130 mEq/L, Ringer
Laktat mempunyai komposisi yang mirip dengan cairan extraselular  dan paling sering
dipakai sebagai larutan fisiologis. Laktat yang ada didalam larutan ini dikonversi oleh hati
sebagai bikarbonat. Jika larutan salin diberikan dalam jumlah besar, dapat menyebabkan
dilutional acidosis hyperchloremic oleh karena Na dan Cl yang tinggi (154 mEq/L):
konsentrasi bikarbonat plasma menurun dan konsentrasi Clorida meningkat. 
Larutan saline  baik untuk alkalosis metabolic hipokloremik dan  mengencerkan
Packed Red Cell untuk transfusi. Larutan D5W digunakan untuk megganti deficit air dan
sebagai cairan pemeliharaan pada pasien dengan restriksi Natrium. Cairan hipertonis 3%
digunakan pada terapi hiponatremia simptomatik yang berat. Cairan 3 – 7,5% disarankan
dipakai untuk resusitasi pada pasien dengan syok hipovolemik. Cairan ini diberikan lambat
karena dapat menyebabkan hemolisis.
  
CAIRAN KOLOID
Aktifitas osmotic dari molekul dengan berat jenis besar dari cairan koloid  untuk
menjaga cairan ini ada di intravascular. Walaupun waktu paruh dari cairan kristaloid dalam
intravascular 20-30 menit, kebanyakan cairan koloid mempunyai waktu paruh dalam
intravascular 3-6 jam. Biasanya indikasi pemakaian cairan koloid adalah :
1.  Resusitasi cairan pada pasien dengan deficit cairan intravascular yang
berat ( misal : syok hemoragik ) sampai ada transfusi darah.
2.     Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat atau keadaan dimana    
Kehilangan protein dalam jumlah besar seperti luka bakar. Pada pasien luka bakar, koloid
diberikan jika luka bakar >30% dari luas permukaan tubuh atau jika  > 3-4 L larutan
kristaloid telah diberikan lebih dari 18-24 jam setelah trauma.
Beberapa klinisi menggunakan cairan koloid yang dikombinasi dengan kristaloid bila
dibutuhkan cairan pengganti lebih dari 3-4 L untuk transfuse. Harus dicatat bahwa cairan ini
adalah normal saline ( Cl 145 – 154 mEq/L ) dan dapat juga menyebabkan asidosis metabolic
hiperkloremik.
Banyak cairan koloid kini telah tersedia. Semuanya berasal dari protein plasma atau polimer
glukosa sintetik.
        Koloid yang berasal dari darah termasuk albumin (5% dan 25 % ) dan fraksi plasma
protein (5%). Keduanya dipanaskan 60 derajat selama 10 jam untuk meminimalkan resiko
dari hepatitis dan  penyakit virus lain. Fraksi plasma protein berisi alpha dan beta globulin
yang ditambahkan pada albumin dan menghasilkan reaksi hipotensi. Ini adalah reaksi alergi
yang alami da melibatkan aktivasi dari kalikrein.
        Koloid sintetik termasuk Dextrose starches dan gelatin. Gelatin berhubungan dengan
histamine mediated-allergic reaction dan tidak tersedia di United States. Dextran terdiri dari
Dextran 70 (Macrodex) dan Dextran 40 (artinya berat molekul dextran 40 adalah sekitar
40000 dalton dan berat molekul dextran 70 sekitar 70000 dalton) 3, yang dapat meningkatkan
aliran darah mikrosirkulasi dengan menurunkan viskositas darah. Pada Dextran juga ada efek
antiplatelet. Pemberian melebihi 20 ml/kg/hari dapat menyebabkan masa perdarahan
memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat juga bersifat antigenic dan 
anafilaktoid ringan dan berat dan ada reaksi anafilaksis.3 Dextan 1 (Promit) sama dengan
Dextran 40 atau dextran 70 untuk mencegah reaksi anafilaxis berat.;bekerja seperti hapten
dan mengikat setiap antibody dextran di sirkulasi.
        Hetastarch (hydroxyetil starch) tersedia dalam cairan 6 % dengan berat molekul berkisar
450.000. Molekul-molekul yang kecil akan dieliminasi oleh ginjal dan molekul besar
dihancurkan pertama kali oleh amylase. Hetastarch sangat efektif sebagai plasma expander
dan lebih murah disbanding albumin.. Lebihjauh, Hetastarch bersifat nonantigenik dan reaksi
anafilaxisnya jarang.  Studi masa koagulasi dan masa perdarahan  umumnya tidak signifikan
dengan infus 0.5 – 1 L. Pasien transplantasi ginjal yang mendapat hetastarch masih
controversial. Kontroversi ini dihubungkan juga dengan penggunaan hetastarch pada pasien
yang menjalani bypass kardiopulmoner. Pentastarch, cairan starch dengan berat molekul
rendah,  sedikit efek tambahannya dan dapat menggantikan hetastarch.
  
Kebutuhan Cairan
·        Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam
·         Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1° C
·         Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)
·         Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)

Kebutuhan Harian Bayi Dan Anak


Berat badan Kebutuhan air (perhari)
s/d 10 kg 100 ml/kgBB
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 10 kg)
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 20 kg)

Keseimbangan Cairan Tubuh


Air masuk Air keluar
Minuman: 800-1700 ml Urine : 600-1600 ml.
Makanan: 500-1000 ml. Tinja :  50-200 ml.
Hasil oksidasi: 200-300 ml. Insensible loss : 850-1200 ml
  
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan 
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat.  Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis.  Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri,
tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif  konstan tapi dinamis. 
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.  Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.

B.     Saran 
Dalam penulisan makalah ini penulis sadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekeliruan dan kesalahan yang terdapat didalamnya. Olehnya itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan
makalah ini.
  
DAFTAR PUSTAKA
http://nendapurnama.blogspot.co.id/2013/05/materi-cairan-dan-elektrolit.html

http://nurseviliansyah.blogspot.co.id/2015/01/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html

http://www.kompasiana.com/amaliahtuti/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-cairan-dan-
elektrolit_54f94f0ca3331135028b4e81

Anda mungkin juga menyukai