Naskah Publikasi
Diajukan oleh :
ACHMAD MUSTIKA
NIM: 13/359962/PKU/14294
Diajukan oleh :
ACHMAD MUSTIKA
NIM : 13/359962/PKU/14294
Pembimbing Materi ,
Pembimbing Metodologi
DR. Med. dr. Untung Widodo Sp. An, KIC Tanggal : ……………………………
ABSTRAK
Latar Belakang Penelitian. Stratifikasi risiko memainkan peran penting dalam praktik bedah
jantung di seluruh dunia. Kematian dini dan morbiditas telah menjadi hasil luaran klinis yang
dinilai oleh banyak model, yang berguna dan membantu menentukan indikasi pembedahan,
memperkirakan kebutuhan sumber daya, dan menentukan informed consent. EuroSCORE II
adalah model stratifikasi risiko yang banyak digunakan dan di validasi. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk melakukan validasi EUROSCORE II sebagai prediktor terjadinya morbiditas
mayor pada pasien pasca operasi bedah jantung (kelainan katup dan kongenital) di RSUP Dr.
Sardjito.
Metode Penelitian. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif. Data diambil dari 92
pasien pasca operasi bedah jantung pada tahun 2006-2016 di RSUP Dr. Sardjito. Nilai
EuroSCORE II digunakan untuk prediktor terjadinya morbiditas mayor. Kemampuan
diskriminasi dianalisa dengan kurva receiver operating characteristic (ROC). Kalibrasi
dinilai dengan area under the receiver operating characteristic curve (AUC) dan Hosmer–
Lemeshow test.
Hasil Penelitian. Dari 92 pasien yang manjadi sampel, terdapat 26 pasien (28,26%) yang
mengalami morbiditas mayor. EuroSCORE II menunjukkan diskriminasi yang lemah sebagai
prediktor terjadinya morbiditas (AUC=0,626) dan hasil kalibrasi yang rendah (Hosmer-
Lemeshow: P<0,05). Pada penelitian ini didapatkan nilai prediksi EuroSCORE II bersifat
underestimate di bandingkan nilai aktualnya.
i
ii
Validation of The European System For Cardiac Operative Risk Evaluation
(EuroSCORE) II As a Predictor of Major Morbidity
After Open Heart Surgery (Valve and Congenital Heart Disease)
at Dr. Sardjito General Hospital
ABSTRACT
Background. Risk stratification plays an important role on open heart surgery all over the
world. Early morbidity and mortality has become primary outcome in many models, which is
useful and aimed to determined indications for surgery, an estimation of resource’s need, and
to determine informed consent. EuroSCORE II is a model of risk stratification that has been
used recently and validated. The aim of this research is to validate EuroSCORE II as a
predictor of major morbidity for open heart surgery patient (valvular and congenital heart
disease) at Dr. Sardjito General Hospital.
Methods. This is a cohort retrospective study. Data was taken from 92 patient post open heart
surgery in year 2006-2016 at Dr.Sardjito General Hospital. EuroSCORE II was used to
predict major morbidity. The discrimination ability was analyzed by the receiver operating
characteristics (ROC) curve. Calibration was assesed with area under the receiver operating
characteristic curve (AUC) and the Hosmer-Lemeshow test.
Results. There were 92 samples, of which 26 patients (28.26%) got major morbidity.
EuroSCORE II showed poor discrimination as predictor for morbidity (AUC=0.626) and poor
calibration outcome (Hosmer-Lemeshow: P<0.05). The predicted value of EuroSCORE II is
underestimate in comparison with actual value.
Conclusion. In this study EuroSCORE II had poor discrimination and calibration ability.
EuroSCORE II can not be used to discriminating between positive and negative major
morbidity groups. EuroSCORE II can not be used also for patient risk stratification of major
morbidity.
iii
PENDAHULUAN
Operasi jantung telah mengalami perkembangan yang pesat baik secara kualitas maupun
kuantitas, juga dalam hal strategi pembedahan, kemajuan teknologi, serta perkembangan ilmu
di bidang kardiak anestesi yang membuat operasi jantung memungkinkan dilakukan pada
populasi dengan resiko tinggi (1). Perkembangan ini meningkatkan ketertarikan untuk terus
dikajinya kualitas hasil pasca bedah jantung baik di kalangan pasien, penyedia layanan
kesehatan, hingga pelaksana regulasi pembiayaan (2). Salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas operasi jantung adalah dengan menyusun sistem stratifikasi risiko untuk menilai dan
menganalisis faktor-faktor risiko yang menyebabkan kematian pasca operasi jantung (3).
Stratifikasi risiko memainkan peran penting dalam praktik bedah jantung di seluruh dunia
yang mana kematian dan morbiditas dini telah menjadi hasil luaran klinis yang dinilai oleh
Dalam memprediksi penyebab kematian jauh lebih kompleks karena ada banyak
variabel, sehingga sulit untuk menentukan variabel prediktor kematian yang mana pada
operasi jantung risiko kematian akan meningkat ketika diikuti oleh beberapa kejadian
morbiditas mayor, dimana morbiditas mayor selain berkaitan dengan tingkat kematian yang
tinggi, juga menjadi penyebab utama lamanya perawatan intensif, dan peningkatan biaya
Terdapat lima komplikasi morbiditas mayor post operasi jantung yang potensial bisa
pelaporan dari berbagai penelitian mengenai morbiditas pasca operasi jantung adalah di
1
EuroSCORE II adalah model stratifikasi risiko yang telah banyak digunakan dan di
validasi secara luas di pelbagai negara. Di Indonesia sendiri saat ini belum ada model sistim
risk skoring untuk memprediksi mortalitas dan morbiditas pasca operasi jantung, sedangkan
kebutuhan untuk model stratifikasi risiko sangat diperlukan untuk membantu penetapan
indikasi operasi, perkiraan kebutuhan sumber daya, pemberian informed consent yang sesuai
dan perbaikan pemantauan dokter bedah dan institusinya.Tujuan dari penelitian ini adalah
pada pasien pasca operasi bedah jantung (kelainan katup dan kongenital) di RSUP Dr.
Sardjito.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan kohort retrospektif, pada pasien yang menjalani
operasi bedah jantung (kelainan katup dan kongenital) di RSUP Dr. Sardjito yang dimulai
dari bulan Januari 2006-Desember 2016 dan telah dilakukan pada bulan Agustus 2017-
September 2017 di instalasi catatan medik RSUP Dr. Sardjito pada 92 pasien yang menjalani
operasi bedah jantung (kelainan katup dan kongenital). Populasi target pada penelitian ini
adalah semua pasien yang menjalani operasi jantung (kelainan katup dan kongenital) di
RSUP Dr. Sardjito. Populasi terjangkau adalah pasien yang menjalani operasi jantung
(kelainan katup dan kongenital) di RSUP Dr. Sardjito pada bulan Januari 2006- Desember
2016. Kriteria inklusi penelitian ini adalah Pasien yang menjalani operasi jantung terbuka
(bukan kateterisasi) kelaianan katup dan kongenital di RSUP DR Sardjito. Pasien dengan data
lengkap sesuai data yang menjadi parameter EuroSCORE II dan data morbiditas mayor pasca
operasi dan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah usia pasien < 18 tahun dan > 85 tahun,
pasien yang meninggal kurang dari 48 jam setelah dilakukan operasi, pasien yang
menggunakan ventilasi mekanik sebelum dilakukan operasi dan pasien dengan gagal ginjal
kronik.
2
Definisi operasional pada penelitian ini terdiri dari definisi operasional EuroSCORE II
penelitian, yang mana cut off point dari gagal ginjal akut didefinisikan sebagai penurunan
fungsi ginjal yang di tandai dengan peningkatan dari kreatinin serum ≥0.3 mg / dL (≥26.4
umol /L) atau persentase kenaikan kreatinin serum ≥50% (1,5 kali lipat dari baseline) dalam
kumulatif dari pemakaian ventilator mekanik 48 jam atau lebih pasca operasi dengan intubasi
endotrakeal mulai dari transfer pasien ke unit perawatan intensif jantung setelah selesai
operasi, pasien yang tidak diekstubasi dalam waktu 48 jam atau gagalnya upaya ekstubasi
satu atau lebih yang membuat durasi akumulasi minimal 48 jam intubasi endotrakeal.
Kebutuhan inotropik di definisikan sebagai kebutuhan dua atau lebih penggunaan obat
Prosedur Penelitian ini dimulai setelah ethical approval diterbitkan oleh Komisi Etik
Pengambilan data sampel dilakukan dengan teknik tanpa probabilitas (non probability
sampling) secara konsekutif dimana semua subjek yang memenuhi kriteria direkrut ke dalam
penelitian secara berurutan. Semua bentuk identitas dari subjek penelitian akan diubah
menjadi kode dan dijaga kerahasiaannya, lalu dicatat di dalam instrumen penelitian yang
terdiri dari variabel bebas faktor resiko preoperatif yang terdapat di dalam penilaian
EuroSCORE II dan faktor resiko intraoperatif (CPB time, AOX time dan ischemic time) dan
variabel tergantung kejadian morbiditas mayor (PMV,AKI dan kebutuhan inotropik), setelah
itu di hitung nilai EuroSCORE II secara online melalui kalkulator EuroSCORE II yang
Analisis data pada penelitian ini fokus pada kemampuan diskriminasi dan kalibrasi.
3
Pada uji diskriminasi dilakukan dengan menggunakan kurva karakteristik pada model dan
dihitung area di bawah kurva (the area under the curve (AUC) dengan metode receiver
operating curve (ROC) dan confidence intervals (CI) 95 %. Secara angka, area dengan nilai
membandingkan antara nilai yang diobervasi dengan nilai prediksi melalui decile
kemungkinan prediksi. Suatu rumus dikatakan mempunyai kalibrasi yang baik apabila nilai
Pada penelitian ini dilakukan analisa tambahan pada faktor intraoperatif (CPB time,
Ischemic time, AOX time) yang tidak ada di variabel EuroSCORE II terhadap terjadinya
morbiditas mayor dengan independent T-test. Untuk melihat variabel apa saja yang
berpengaruh terhadap terjadinya morbiditas mayor maka di lakukan uji regresi logistik, analisa
HASIL
Hasil data karakteristik subjek pasien dari 92 pasien yang menjadi sampel pada
penelitian ini terlihat pada tabel 1. dimana pada tabel ini juga dapat dilihat prbandingan
besarnya populasi sampel penelitian dan populasi dari sampel EuroSCORE II, juga
didapatkan bahwa rata-rata usia pasien pada populasi ini 36,59±13,21 tahun dan rata-rata usia
pasien yang mengalami morbiditas mayor 43,26±12,8 tahun lebih rendah dari data populasi
pada EuroSCORE II 64,6±12,5 tahun, nilai rata-rata BMI pada populasi ini 20,59±3,37
Kg/m2. Dari jenis kelamin populasi ini yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 66 sampel
(71,7%) lebih tinggi dari persentase populasi EuroSCORE II (30,9%) dan 14 sampel (21,2%)
4
diantaranya mengalami morbidtias mayor. Pada kategori creatinin clearance, sebagian besar
kejadiannya lebih tinggi dari populasi EuroSCORE II (2,2%), pada DM dengan terapi insulin
5
terdapat 3 pasien (3,3%), pada hipertensi pulmonal terdapat 33 pasien (35,9%), yang mana
terdapat 8 pasien (18,2%) mengalami morbiditas mayor, sebagian besar pasien mengalami
NYHA kelas II 74 pasien (80,4%). Pada fungsi vertikel kiri dalam kategori kondisi baik
terdapat 85 pasien (92,4%) dan kategori moderate terdapat 7 pasien (7,6%). Pada penelitian
ini data pasien tidak available pada pasien yang mengalami ekstrakardiak arteriopati,
mobilisasi kurang, status kritis perioperatif, bedah aorta, dan CCS angina 4.
Gambar 1. Kurva ROC menunjukan kekuatan diskriminasi dari EuroSCORE II dalam memprediksi
terjadinya morbiditas mayor. Nilai AUC (95% CI) 0,626 (0,507-0,748) termasuk dalam kategori lemah.
Dari 92 pasien yang mengalami morbiditas mayor sebanyak 26 pasien (28,3%) pasien
dengan rata-rata EuroSCORE II sebesar 1,46 ± 0,95 dan sebanyak 66 pasien (71,7%) tidak
mengalami morbiditas mayor dengan rata-rata EuroSCORE II sebesar 1,18 ± 0,78(Tabel 2).
Nilai Area Under the Curve (AUC) sebesar 0,626 (0,507-0,748) (gambar 1), yang berarti
6
Tidak 66 (71,74%) 1,18 ± 0,78 (0,507-0,748)
p<0.05
Pada hasil kalibrasi dengan Hosmer-Lemeshow test, dari kurva (gambar 2) diperoleh data
nilai prediksi EuroSCORE II lebih rendah (underestimate) dari data aktual morbiditas mayor,
dengan nilai p = 0,009 (tabel 3) secara statistik p > 0,05 maka dapat disimpulkan sistem
Gambar 2. Analisis prediksi dan aktual terjadinya morbiditas mayor berdasarkan EuroSCORE II.
nilai prediksi EuroSCORE II lebih rendah (underestimate) dari data aktual morbiditas mayor.
Untuk melihat hubungan faktor bebas lain selain faktor dalam preoperatif EuroSCORE II
pada penelitian ini dilakukan analisis pengaruh faktor intraoperatif Aox Time, CPB Time dan
ischemic time terhadap terjadinya morbiditas mayor setelah operasi jantung (tabel 3) dengan
independent T-test, di dapatkan hasil faktor aktor intraoperatif CPB time (p=0,004), ischemic
Time (p=0,005) dan Aox time (p=0,004) terhadap morbiditas mayor mempunyai nilai p<0,05
yang berarti terdapat perbedaan rata-rata antara faktor intraoperatif yang mengalami
7
Faktor intraoperatif Morbiditas mayor (Mean±SD) P-Value*
Tidak Ya
CPB Time (menit) 80,82±42,06 112,12±52,50 0,004
Ischemic Time (menit) 42,81±34,87 66,77±39,54 0,005
Aox Time (menit) 52,29±36,19 78,23±40,37 0,004
*P<0,05 dengan T-Test
Pada penelitian ini dilakukan regresi logistik pada masing masing variabel
EuroSCORE II dan intraoperatif terhadap terjadinya morbiditas mayor, yang bertujuan untuk
mengetahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya morbiditas mayor (tabel
4). Diperoleh hasil analisis variabel usia (p=0,004), nilai creatinin sebelum operasi (p=0,037),
jenis kelamin (p=0,019), nilai creatinine clearance kategori moderate (p=0,027) dari faktor
EuroSCORE II dan CPB time (p=0,007), Aox Time (p=0,006) dan Ischemic Time (p=0,008)
dari faktor intraoperatif sebagai faktor yang mempengaruhi terjadinya morbiditas mayor
(p<0,05). Dari analisa multivariat di dapatkan hanya variabel usia (p=0,025) yang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya morbiditas mayor pasca operasi jantung
(p<0,05). Dimana besarnya pengaruh usia untuk terjadinya morbiditas mayor pasca operasi
8
Ccr Moderate 0,027 3,122 1,138-8,567 0,406 1,773 0,459-6,851
Intraoperatif
Regresi logistik (P<0,05), tulisan angka tebal, analisa univariat dan multivariat
PEMBAHASAN
Stratifikasi risiko memainkan peran penting dalam praktik bedah jantung di seluruh
dunia. Kematian dini dan morbiditas telah menjadi hasil klinis yang dinilai oleh banyak
model, karena prediksi stratifikasi risiko berguna dan dapat membantu menentukan indikasi
9
pemantauan kualitas ahli bedah dan institusi (4). EuroSCORE dikembangkan untuk
memprediksi mortalitas selama di rumah sakit, namun ada beberapa penelitian yang menguji
keakuratan EuroSCORE dalam memprediksi morbiditas pasca operasi bedah jantung, yang
yang heterogen, maka sulit untuk menemukan model yang memprediksi keseluruhan
komplikasi pasca operasi. Namun, stratifikasi risiko dan prediksi preoperasi dari morbiditas
pasca operasi sangat di butuhkan, terutama bila hal ini dilakukan dengan model stratifikasi
risiko yang sudah banyak digunakan dan di validasi seperti EuroSCORE (4). Penelitian
validasi EuroSCORE II sebagai prediktor terjadinya morbiditas mayor ini bertujuan untuk
menganalisis apakah versi perbaikan dari EuroSCORE ini dapat diterapkan di RSUP Dr.
Pada penelitian ini pasien yang masuk kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan jumlah
sampel sebanyak 93 pasien, lalu dilakukan uji normalitas dengan Q-Q plot untuk melihat
distribusi dari sampel normal atau tidak, didapatkan 1 sampel yang outlier sehingga total
jumlah sampel menjadi 92 pasien. Jumlah subjek ini termasuk sedikit jika dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya, penelitian Wang et al (2013) dengan jumlah 146 subjek di
Selandia Baru, Najafi et al (2014) dengan 570 subjek di Iran, Toumpolis et al (2005) dengan
5051 subjek di Amerika Serikat, dan Biancari et al (2012) dengan 1027 subjek di
Finlandia(4,9,11,13).
Sebenarnya angka operasi jantung di RSUP Dr. Sardjito dari tahun 2006-2016 cukup
banyak yaitu 442 pasien, namun kelengkapan administrasi dan kebijakan pengelolaan rekam
medis seperti aturan pasien yang tidak datang kembali ke RS dalam kurun 5 tahun maka
datanya akan inaktif, sehingga membuat tidak semua subjek bisa dianalisis.
Uji kemampuan diskriminasi pada penelitian ini bisa dilihat pada gambar tabel 2 dan
gambar 1 didapatkan hasil nilai AUC sebesar 0,626 (IK 95 %: 0,507 - 0,748), sehingga dapat
10
disimpulkan kekuatan diskriminasi sistem skoring ini lemah yang mana hasil yang sama di
dapatkan dari penelitian yang menjadi pembanding uji diskriminasi terhadap kejadian
morbiditas mayor, yaitu penelitian Toumpoulis et al (2005) terhadap 5051 Pasien operasi
jantung di Amerika Serikat (mempunyai nilai AUC 0,66) dan Najafi et al (2014) terhadap 570
pasien yang menjalani operasi isolated CABG di Iran (AUC 0,617), sedangkan pada
kuat seperti penelitian Wang et al (2014) dengan nilai AUC 0,720, Biancari et al (2012)
dengan nilai AUC 0,747, Wang et al (2017) dengan nilai AUC 0,719 dan Hirose et al (2009)
pada populasi pasien di RSUP Dr. Sardjit diperoleh nilai P = 0,009 (p<0,05), sehingga
gambar kurva kalibrasi Hosmer-Lemeshow test di gambar 2, terlihat nilai prediksi yang lebih
rendah (underestimated) dari nilai aktual morbiditas mayor. Sedangkan pada penelitian lain
yang menguji kalibrasi terhadap terjadinya morbiditas mayor di dapatkan hanya 1 penelitian
Najafi et al (2014) pada populasi pasien yang menjalani operasi isolated CABG dengan hasil
Pada penelitian ini didapatkan hasil diskriminasi yang lemah dan hasil kalibrasi yang
rendah disebabkan oleh beberapa keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini, dimana
pada penelitian ini adalah penelitian retrospektif, yang mana bisa didapatkan minor bias yang
membuat validitas terganggu karena adanya subjek yang hilang atau data yang tidak lengkap,
data yang sulit didapatkan seperti data penyakit paru kronis, data yang tidak akurat saat
pengambilan data sampel, seperti data jumlah prosedur yang diambil melalui status anestesi,
padahal data yang lebih akurat dapat di ambil dari data laporan operasi bedah dan ada
beberapa variabel yang tidak available di populasi kami seperti ekstrakardiak arteriopati,
11
mobilisasi kurang, status kritis perioperatif, bedah aorta, CCS angina 4, urgensi operasi
kategori emergensi dan salvage. Pada penelitian ini juga didapatkan jumlah sampel yang kecil
dibandingkan dengan penelitian yang lain akibat kebijakan pengelolaan rekam medik di
RSUP Dr Sardjito. Pada penelitian ini terdapat perbedaan karakteristik subjek dengan
populasi EuroSCORE II, yang kemungkinan karena perbedaan dalam dermografi dan variasi
dari perawatan medis antara pasien di negara-negara Eropa dan populasi penelitian ini yang
mana dalam penelitian ini usia, BMI, penyakit paru kronis, DM dengan terapi insulin dan
penyakit paru kronis mempunyai populasi yang lebih rendah dari populasi EuroSCORE II,
pada populasi penelitian ini semuanya menjalani operasi elektif dan hanya infected
endocarditis yang lebih besar frekuensinya dari populasi EuroSCORE II, yang mungkin akan
mempengaruhi luaran dari hasil penelitian ini. Adanya perbedaan dalam etiologi penyakit
katup jantung antara populasi EuroSCORE II dan populasi penelitian kami mungkin juga
dapat mempengaruhi hasil luaran, yang mana etiologi degeneratif katup lebih sering terjadi di
Eropa sedangkan pada populasi kami penyebab terbanyak adalah penyakit jantung rematik
(15). Pada penelitian ini juga hanya mengambil data dari satu pusat data saja sehingga tidak
bisa menggambarkan kondisi populasi dari keseluruhan negara. Perbedaan kualitas sumber
daya manusia, sarana dan prasarana mungkin ikut mempengaruhi hasil luaran, oleh sebab itu
mencari faktor risiko penting lainnya berdasarkan kebutuhan daerah dan karakteristik pasien
di RSUP Dr Sardjito mungkin bisa untuk dijadikan model baru untuk memprediksi hasil
secara akurat.
Dalam EuroSCORE II hanya terdapat faktor preoperatif yang terdiri dari faktor
pasien, faktor kardiak dan faktor operasi, maka pada penelitian ini untuk melihat faktor lain
yang mempengaruhi faktor luaran lainnya pada penelitian ini dilihat juga dari faktor
intraoperatif (ischemic time, CPB time, Cross Clamp (Aox) Time) yang tidak terdapat di
parameter EuroSCORE II. Dari hasil independent T-test di dapatkan perbedaan nilai rata-rata
12
faktor intraoperatif ischemic time, CPB time, Cross Clamp (Aox) Time antara yang
mengalami morbiditas mayor dan yang tidak. Sehingga mungkin faktor intraoperatif
mempunyai pengaruh terhadap hasil luaran untuk terjadinya morbiditas mayor pasca operasi
jantung sesuai dengan penelitian lain sudah banyak yang melaporkan bahwa CPB time dan
Cross Clamp (Aox) Time menjadi faktor independen dalam memprediksi terjadinya
morbiditas pasca operasi dan mortalitas (16,17). Tapi tujuan dari penelitian ini bukanlah
untuk mengembangkan model/skor baru atau untuk melihat dampak variabel bebas lain
terhadap terjadinya morbiditas mayor pasca operasi jantung yang mana diketahui bahwa
untuk sebagian besar faktor risiko pada nilai prediktif untuk morbiditas sangatlah kompleks
dan berbeda dari mortalitas, sementara penambahan parameter intraoperatif dalam model
Pada uji regresi logistik didapatkan hasil analisis univariat dari faktor perioperatif
yang dapat mempengaruhi terjadinya kejadian morbiditas mayor di dapatkan variabel usia,
nilai creatinin sebelum operasi, jenis kelamin, nilai creatinine clearance kategori moderate,
CPB time, Aox Time dan Ischemic Time sebagai faktor yang mempengaruhi terjadinya
morbiditas mayor (p<0,05) dan dari analisa multivariat hanya didapatkan variabel usia saja
yang dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya morbiditas mayor pasca
operasi jantung p=0,025 (p<0,05). Gambaran analisa ini mungkin ke depannya dapat
Pada penelitian ini EuroSCORE II memiliki kemampuan diskriminasi yang lemah dan
hasil kalibrasi yang rendah. Pada penelitian ini didapatkan nilai prediksi EuroSCORE II
untuk membedakan kelompok yang mengalami morbiditas mayor atau tidak. EuroSCORE II
13
tidak dapat digunakan untuk stratifikasi pasien berdasarkan prosentase kemungkinan
terjadinya morbiditas mayor. Perlu dilakukan pembuatan model lain yang sesuai dengan
Dr Sardjito. Perlu dilakukan checklist parameter yang terdapat di dalam EuroSCORE II pada
rekam medis setiap pasien yang akan melakukan operasi jantung terbuka untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Warner CD, Weintraub WS, Craver JM, Jones EL, Gott JP, Guyton RA. Effect of Cardiac
Surgery Patient Characteristics on Patient Outcomes From 1981 Through 1995.
Circulation. 1997 Sep 2;96(5):1575–9.
2. Shahian DM, Edwards FH, Ferraris VA, Haan CK, Rich JB, Normand S-LT, et al.
Quality measurement in adult cardiac surgery: part 1--Conceptual framework and
measure selection. Ann Thorac Surg. 2007 Apr;83(4 Suppl):S3-12.
5. Dupuis J-Y, Wang F, Nathan H, Lam M, Grimes S, Bourke M. The Cardiac Anesthesia
Risk Evaluation ScoreA Clinically Useful Predictor of Mortality and Morbidity after
Cardiac Surgery. J Am Soc Anesthesiol. 2001 Feb 1;94(2):194–204.
6. García JLC, Roque ue FJV, Rodríguez ez RM, Yera ra GJB, Bravo vo EC, Plana na
YM, et al. Temporary validation of EuroSCORE model for assessing the results of mitral
valve replacement surgery. CorSalud Rev Enfermedades Cardiovasc. 2014 Jun
30;5(2):170–5.
8. Nashef SAM, Roques F, Sharples LD, Nilsson J, Smith C, Goldstone AR, et al.
EuroSCORE II. Eur J Cardiothorac Surg. 2012 Apr 1;41(4):734–45.
14
9. Najafi M, Sheikhvatan M, Sheikhfathollahi M. Discriminative Power of EuroSCORE in
Predicting Morbidity and Prolonged Hospital Stay in an Iranian Sample Population. J
Tehran Univ Heart Cent. 2014 Jan 12;9(1):15–9.
10. Wang C, Zhang G, Lu F, Li B, Zou B, Han L, et al. A local risk prediction model for
prolonged ventilation after adult heart valve surgery in a Chinese single center. Heart
Lung J Crit Care. 2013;42(1):13–8.
11. Wang L, Han Q-Q, Qiao F, Wang C, Zhang X-W, Han L, et al. Performance of
EuroSCORE II in patients who have undergone heart valve surgery: a multicentre study
in a Chinese population. Eur J Cardiothorac Surg. 2014 Feb 1;45(2):359–64.
12. Wang TKM, Harmos S, Gamble GD, Ramanathan T, Ruygrok PN. Performance of
contemporary surgical risk scores for mitral valve surgery: Risk scores and mitral
surgery. J Card Surg. 2017 Mar;32(3):172–6.
15. Iung B. A prospective survey of patients with valvular heart disease in Europe: The Euro
Heart Survey on Valvular Heart Disease. Eur Heart J. 2003 Jul;24(13):1231–43.
17. Salis S, Mazzanti VV, Merli G, Salvi L, Tedesco CC, Veglia F, et al. Cardiopulmonary
Bypass Duration Is an Independent Predictor of Morbidity and Mortality After Cardiac
Surgery. J Cardiothorac Vasc Anesth. 2008 Dec;22(6):814–22.
15