Anda di halaman 1dari 7

Critical Appraisal

Judul : Neck circumference as a predictor of difficult intubation and difficult mask


ventilation in morbidly obese patients
Penulis : Riad, Waleed; Vaez, Mercedeh N.; Raveendran, Ravi; Tam, Amanda D.;
Quereshy,Fayez A.; Chung, Frances; Wong, David T.
Publikasi : European Journal of Anaesthesiology: April 2016 - Volume 33 - Issue 4 - p
244-249 doi: 10.1097/EJA.0000000000000324

Penelaah : Swansea Tridua, S.Ked


Tanggal Telaah: Senin, 18 Januari 2021

I. Deskripsi Jurnal
A. Tujuan Utama Penelitian
Tujuan penelitian utama adalah untuk menentukan apakah lingkar leher dan
obesitas merupakan prediktor kesulitan intubasi pada pasien bedah dengan
obesitas. Hasil sekunder termasuk ventilasi masker yang sulit.
B. Hasil Penelitian
Analisis univariat menunjukkan bahwa intubasi yang sulit dikaitkan dengan
lingkar leher, laki-laki, BMI lebih dari 50 kg m-2, status American Society of
Anesthesiologists (ASA) dan lingkar pinggang, dan ventilasi masker yang sulit
dengan lingkar leher, laki-laki, BMI lebih dari 50 kg m −2 dan jarak tiromental.
Analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa lingkar leher lebih dari 42 cm
(P = 0,044) dan BMI lebih dari 50 kg m −2 (P = 0,017) merupakan prediktor
independen dari kesulitan intubasi. Jenis kelamin laki-laki (P = 0,004) dan BMI
lebih dari 50 kg m-2 (P = 0,031) adalah prediktor independen dari kesulitan
ventilasi masker.
C. Kesimpulan Penelitian
Pada pasien obesitas morbid yang menjalani anestesi umum, kami menemukan
bahwa BMI lebih dari 50 kg m-2 dan lingkar leher lebih dari 42 cm merupakan
prediktor independen dari kesulitan intubasi. BMI lebih dari 50 kg m- 2 dan jenis
kelamin laki-laki merupakan prediktor independen dari kesulitan ventilasi masker.
Pasien obesitas yang tidak sehat dengan prediktor seperti itu harus memberi tahu
dokter tentang kemungkinan manajemen jalan napas yang sulit dan rencana dan
peralatan cadangan yang tepat harus tersedia.

II. Telaah Jurnal


A. Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah adalah untuk menentukan apakah lingkar leher dan
obesitas merupakan prediktor independen dari sulitnya intubasi trakea dan
menentukan apakah lingkar leher dan obesitas merupakan prediktor independen dari
kesulitan ventilasi masker.
B. Elemen yang mempengaruhi tingkat kepercayaan suatu penelitian
1. Gaya Penulisan
a. Sistematika Penulisan:
1) Nama media
2) Judul penelitian
3) Author/penulis
4) Abstrak
5) Latar Belakang
6) Tujuan
7) Desain
8) Pengaturan
9) Pasien
10) Tindakan Hasil Utama
11) Hasil
12) Pendahuluan
13) Bahan dan Metode
14) Hasil
15) Diskusi
16) Ucapan Terima Kasih
17) Daftar Pustaka
b. Tata Bahasa
Tata bahasa yang digunakan dalam penulisan jurnal ini cukup baik,
sehingga pembaca mampu memahami isi jurnal dengan baik dan mudah.
2. Penulis
Kualifikasi penulis sudah sesuai dengan kompetensi penelitian yang
dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan alamat unit dari masing-masing peneliti
yang berasal dari European Society of Anaesthesiology.
3. Judul
Judul sudah menggambarkan isi dari penelitian.
4. Abstrak
Abstrak sudah dijelaskan tentang latar belakang, tujuan penelitian metode,
hasil penelitian dan kesimpulan.

C. Elemen yang mempenagruhi kekuatan suatu penelitan


1. Tujuan/Masalah Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian utama adalah untuk menentukan apakah lingkar leher
dan obesitas merupakan prediktor kesulitan intubasi pada pasien bedah
dengan obesitas. Hasil sekunder termasuk ventilasi masker yang sulit.
b. Masalah Penelitian
Ada bukti yang bertentangan dalam literatur mengenai hubungan antara
obesitas dan kesulitan intubasi trakea. Berbagai penelitian telah
menunjukkan hubungan antara obesitas atau obesitas morbid dan kesulitan
intubasi. Sebuah meta-analisis melaporkan kemungkinan kesulitan intubasi
menjadi tiga kali lebih tinggi pada pasien obesitas morbid dibandingkan
pada pasien dengan berat badan normal. Sebaliknya, Neligan et al. dan
Brodsky et al. tidak menemukan hubungan antara obesitas morbid dan sulit
intubasi. Ada literatur terbatas dan bukti yang bertentangan tentang
hubungan antara lingkar leher dan sulitnya intubasi.Dua penelitian telah
menunjukkan hubungan antara lingkar leher dan kesulitan intubasi.
Lingkar leher yang lebih besar dari 43 cm telah ditemukan untuk
menunjukkan peningkatan risiko intubasi yang sulit, meskipun Neligan et
al. baru-baru ini tidak menemukan hubungan prediktif antara lingkar leher
dan sulitnya intubasi. Dalam literatur, hanya ada sedikit data mengenai
hubungan antara lingkar leher dan kesulitan ventilasi masker. Ada juga
bukti yang bertentangan mengenai hubungan antara obesitas dan kesulitan
ventilasi masker.
2. Konsistensi Logis
Penulisan artikel jurnal ini juga telah memenuhi kriteria logis dan
konsisten. Dilihat dari sistematika penulisan artikel jurnal ini, runtut dan
padu. Alur penelitian saling berhubungan runtut dan saling berhubungan satu
dengan yang lain.
3. Kerangka Teori
Obesitas morbid didefinisikan sebagai IMT minimal 40 kg m −2 atau BMI
minimal 35 kg m−2 dengan penyakit terkait obesitas yang terjadi bersamaan.
Ada peningkatan jumlah pasien obesitas morbid menjalani operasi elektif dan
darurat setiap hari. Jalan nafas yang sulit, ditandai dengan sulitnya ventilasi
sungkup dan intubasi yang sulit, menjadi semakin umum di antara pasien
obesitas dan obesitas morbid. Ada bukti yang bertentangan dalam literatur
mengenai hubungan antara obesitas dan kesulitan intubasi trakea. Berbagai
penelitian telah menunjukkan hubungan antara obesitas atau obesitas morbid
dan kesulitan intubasi. Sebuah meta-analisis melaporkan kemungkinan
kesulitan intubasi menjadi tiga kali lebih tinggi pada pasien obesitas morbid
dibandingkan pada pasien dengan berat badan normal. Sebaliknya, Neligan et
al. dan Brodsky et al. tidak menemukan hubungan antara obesitas morbid dan
sulit intubasi. Ada literatur terbatas dan bukti yang bertentangan tentang
hubungan antara lingkar leher dan sulitnya intubasi. Dua penelitian telah
menunjukkan hubungan antara lingkar leher dan kesulitan intubasi. Lingkar
leher yang lebih besar dari 43 cm telah ditemukan untuk menunjukkan
peningkatan risiko intubasi yang sulit, meskipun Neligan et al. baru-baru ini
tidak menemukan hubungan prediktif antara lingkar leher dan sulitnya
intubasi.
Dalam literatur, hanya ada sedikit data mengenai hubungan antara lingkar
leher dan kesulitan ventilasi masker. Ada juga bukti yang bertentangan
mengenai hubungan antara obesitas dan kesulitan ventilasi masker.
4. Hipotesis
BMI lebih dari 50 kg m-2 dan lingkar leher lebih dari 42 cm merupakan
prediktor independen dari kesulitan intubasi. BMI lebih dari 50 kg m- 2 dan
jenis kelamin laki-laki merupakan prediktor independen dari kesulitan
ventilasi masker.
5. Sasaran
Pasien obese dengan IMT minimal 40 kg m-2 yang menjalani operasi elektif
yang membutuhkan intubasi trakea diikutsertakan. Pasien dengan kelainan
tulang belakang leher, prosedur darurat, intubasi yang sulit diketahui atau
penyakit saluran napas bagian atas, dan intubasi sadar yang direncanakan
dikeluarkan dari penelitian. Sampel 100 pasien dan sekitar 20 kejadian
diperlukan untuk meminimalkan risiko model logistik yang terlalu pas.
6. Pertimbangan Ethical
Persetujuan studi (REB # 11-0647-AE) diperoleh dari University Health
Network Research Ethics Board of the University Health Network, Kanada
(Wakil ketua Dr. A. Gagliardi) pada tanggal 1 Mei 2012 dan persetujuan yang
diinformasikan diperoleh dari pasien.
7. Definisi Operasional
Penelitian ini tidak menjelaskan definisi operasional.
8. Metode
Desain penelitian sebuah studi prospektif nonintervensional. Sebanyak 104
pasien bedah dengan obesitas (BMI ≥40 kg m−2) dilibatkan dalam penelitian
ini. Delapan puluh delapan pasien adalah perempuan dan 16 laki-laki.
Pengecualian diketahui kesulitan jalan nafas dan operasi darurat.
9. Data Analisis/Hasil
Seratus empat pasien obesitas yang tidak sehat setuju untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini. Delapan puluh delapan orang adalah wanita dan 16 orang
adalah pria. Intubasi trakea yang sulit ditemukan pada 13 (13%) dari pasien
obesitas yang tidak sehat. Variabel yang terkait kelamin laki-laki, BMI lebih
dari 50 kg m-2, lingkar pinggang, lingkar leher lebih dari 42 cm dan status
fisik ASA. Prediktor independen dari kesulitan intubasi dengan regresi logistik
ganda adalah lingkar leher lebih dari 42 cm dan BMI lebih dari 50 kg m- 2.
Pasien obesitas yang tidak sehat dengan lingkar leher lebih dari 42 cm, serta
pasien dengan BMI lebih dari 50 kg m-2, lima kali lebih mungkin mengalami
kesulitan intubasi. Pada partisipan dengan lingkar leher kurang dari 42 cm
(62), terdapat dua kasus kesulitan intubasi. Dari peserta dengan lingkar leher
lebih dari 42 cm (42), 11 mengalami kesulitan intubasi. Area di bawah kurva
KOP untuk model akhir adalah 0,79. Sebelas pasien (11%) mengalami
kesulitan ventilasi masker dan tidak ada pasien yang mengalami kesulitan
ventilasi masker. Variabel klinis yang terkait dengan sulitnya ventilasi masker
dengan analisis univariat adalah IMT lebih dari 50 kg m-2, jenis kelamin pria,
lingkar leher, jarak tiromental dan riwayat apnea tidur obstruktif. Prediktor
independen kesulitan ventilasi masker dengan analisis regresi logistik ganda
termasuk jenis kelamin laki-laki dan BMI lebih dari 50 kg m -2. Apnea saat
tidur menunjukkan kecenderungan hubungan prediktif untuk intubasi yang
sulit. Kemungkinan sulitnya ventilasi masker pada pria 8,5 kali lebih tinggi
dibandingkan pada wanita. Pasien dengan BMI lebih dari 50 kg m- 2 memiliki
risiko lima kali lebih besar mengalami kesulitan intubasi. Area di bawah kurva
KOP untuk model akhir adalah 0,83..
10. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian
a. Kelebihan : Peneliti menjelaskan beberapa studi/literatur mengenai lingkar
leher sebagai predictor kesulitan intubasi dan sulitnya ventilasi masker
pada pasien obesitas morbid dengan baik dan cukup jelas.
b. Kekurangan : Pertama, penelit mendefinisikan intubasi yang sulit dalam
kaitannya dengan skor IDS. Intubasi sulit lebih umum ditentukan
menggunakan klasifikasi tampilan Cormack dan Lehane. Namun,
klasifikasi Cormack dan Lehane hanya didasarkan pada visualisasi laring
dan tidak mempertimbangkan kemudahan intubasi, yang dimasukkan ke
dalam skor IDS. Kedua, intubasi yang sulit didefinisikan sebagai skor IDS
minimal 5. Nilai ini sedikit berbeda dalam literatur, dengan sejumlah
penelitian mendefinisikan intubasi sulit sebagai skor IDS lebih dari 5.
Ketiga, penelitian ini menggunakan bantal Pasukan untuk menempatkan
pasien pada posisi intubasi. Keempat, jumlah kejadian hasil - pasien
dengan intubasi sulit(n = 13) dan masker ventilasi sulit(n = 11) - relatif
rendah. Namun, model regresi logistik akhir untuk intubasi yang sulit dan
ventilasi masker yang sulit menunjukkan kesesuaian yang cukup baik
dengan area di bawah kurva ROC masing-masing 0,79 dan 0,83.
11. Literatur Review
Ditampilkan sebanyak 20 literatur, penelitian-penelitian sebelumnya dan
artikel terkait sehingga penelitian ini berkesinambungan dan saling
melengkapi.
12. Kesimpulan dan Saran
Tidak ada kesimpulan dan saran.
13. Referensi
Referensi yang diambil sudah cukup baik mewakili semua teori yang
menjadi dasar analisa ilmiah yang diperlukan. Referensi dalam jurnal
tersebut sudah memenuhi unsur-unsur dalam daftar pustaka atau referensi
yang meliputi nama penulis, tahun terbit karya ilmiah yang bersangkutan,
judul dari sebuah karya ilmiah, dan data publikasi yang berisi tempat
(kota) dan nama penerbit karya yang dikuti.
III. Kesimpulan
Kesimpulan dari telaah kritis terhadap jurnal penelitian: “Neck circumference as a
predictor of difficult intubation and difficult mask ventilation in morbidly obese
patients” bahwa jurnal secara garis besar telah menjelaskan isi penelitian dengan baik
dan disertai bukti atau literatur penelitian. Kaidah penulisan baik. Metode penelitian
dijelaskan. Namun, tidak ada kesimpulan dan saran pada penelitian ini. Sebaiknya,
penelitian dilengkapi dengan kesimpulan dan saran agar pembaca lebih mudah
memahami isi jurnal ini.

Anda mungkin juga menyukai