Anda di halaman 1dari 57

RESUME MATERI PERKULIAHAN MANAJEMEN PROYEK INTERIOR

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Proyek Interior

Disusun Oleh :
1. Erika Amerina S NIM : 1603184035
2. Hasri Alawiah NIM : 1603184008
3. Amanda Putri Kirana NIM : 1603184065
4. Tiara Rizki Syafira NIM : 1603184078
5. Santi Febrianti NIM : 1603184095

DI – 42 – 05

DESAIN INTERIOR
FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
TELKOM UNIVERSITY
2020/2021
TOPIK 1
MANAJEMEN KONSTRUKSI

Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu teknologi
konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction management).
Kedua hal tersebut saling terkait satu sama lain dan bersinergi untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi dalam pengerjaan proyek.

1. Pengertian Teknologi Konstruksi


Teknologi konstruksi mempelajari metode atau teknik yang digunakan untuk
mewujudkan bangunan fisik dalam lokasi proyek. Teknologi konstruksi merupakan dasar
teknik secara umum, sistem struktur dan prinsip teknik pembangunan dalam perencanaan dan
perancangan, serta dalam manajemen konstruksinya.
Secara umum, istilah tersebut biasanya dilekatkan dengan segala hal yang bersifat
advanced, sophistecated, atau yang memiliki unsur kebaruan dalam dunia konstruksi yang
mendukung efisiensi, kualitas, serta daya saing baik dari sisi produk maupun proses.

2. Pengertian Manajemen Konstruksi


Beberapa ahli menjelaskan bahwa manajemen dapat diartikan sebagai proses untuk
mengatur atau mengelola sesuatu yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk mencapai
tujuannya dengan cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Sedangkan
konstruksi adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan membangun suatu
sarana dan prasarana sehingga dapat menahan beban dan menentukan pola bangunan.
Secara umum, pengertian manajemen konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan
mempraktikkan aspek - aspek terkait manajerial dan teknologi industri konstruksi. Pendapat
lain mengatakan, manajemen konstruksi merupakan sebuah model bisnis yang dilakukan oleh
jasa konsultan konstruksi dengan memberikan arahan, nasihat, dan bantuan terhadap sebuah
proyek pembangunan. Banyak pakar mengatakan bahwa manajemen konstruksi termasuk
model bisnis seorang konsultan konstruksi untuk memberi pengarahan pada sebuah proyek
pembangunan.
Dapat dipahami bahwa manajemen konstruksi adalah suatu proses mengatur atau
mengelola pekerjaan pembangunan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan dari
pembangunan tersebut.

3. Sumber Daya 5M
Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek
dapat diaplikasikan secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dikelompokkan dalam
sumber daya 5M yaitu :
1. Manpower
Man atau manusia merujuk pada manusia sebagai tenaga kerja yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya
orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
2. Material
Material atau bahan baku terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Merujuk pada bahan baku sebagai unsur utama untuk diolah sampai menjadi produk
akhir untuk diserahkan pada konsumen. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang
lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi – materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat
dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
3. Mechines
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
4. Money
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar – kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang
harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan
harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
5. Method
Mengacu pada metode atau prosedur sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan.
TOPIK 2
MANAJEMEN KONSTRUKSI

1. Fungsi Manajemen Konstruksi


Terdapat beberapa hal mengapa konsep dalam pengelolaan kontruksi ini begitu penting
dan krusial, terutama pada bisnis yang membutuhkan pembangunan seperti properti.
Hal itu dikarenakan bahwa pengeloaan tersebut menerapkan fungsi manajemen dari
suatu proyek dengan memanfaatkan sumber daya secara lebih efektif dan efisien demi
mencapai tujuan. Berikut beberapa fungsi manajemen konstruksi:
a. Kegiatan Perencanaan
Management kontruksi memiliki fungsinya sebagai penentu untuk memutuskan apa
saja hal yang harus dikerjakan, kapan hal tersebut mesti dikerjakan, serta bagaimana
cara proyek dijalankan. Selain itu, pengelola konstruksi berkewajiban untuk
mengambil keputusan atas proses pembuatan konstruksi.
• Penetapan Tujuan/Goal
Tujuan merupakan misi sasaran yang ingin dicapai. Dalam menetapkan
tujuan ialah sebagai berikut.
✓ Realistis : tujuan tersebut memungkin untuk dicapai.
✓ Spesifik : tujuan tersebut memiliki kejelasan mengenai apa yang
ingin dicapai.
✓ Terukur: memiliki ukuran keberhasilannya.
✓ Terbatas waktu: mempunyai batas waktu sebagai target kapan bisa
dicapai.
• Perencanaan
Planning (perencanaan) dapat didefinisikan sebagai peramalan masa yang
akan datang dan perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan guna
mencapai tujuan yang di tetapkan berdasarkan peramalan tersebut.
Pada tahap ini, di tentukan sasaran utama dari proyek dan menentukan cara
atau metode yang tepat dengan mempertimbangkan semua kendala yang
mungkin timbul pada pelaksanaan proyek. Selain itu, memperkirakan jenis
dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan dalam suatu proyek konstruksi.
Bentuk dari perencanaan dapat berupa :
✓ Perencanaan prosedur
✓ Perencanaan metode kerja
✓ Perencanaan standar pengukuran hasil
✓ Perencanaan anggaran biaya
✓ Perencanaan program (rencana kegiatan beserta jadwal).
• Pengorganisasian
Selain untuk melakukan planning atau perencanaan, adanya pengelolaan
konstruksi ini juga berfungsi dalam membentuk struktur organisasi dalam
pembuatan sebuah proyek. Selain itu, ini juga berfungsi untuk
mengorganisir beberapa divisi untuk melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya dalam proses pembuatan proyek serta berhak untuk
memberikan pengembangan serta penempatan beberapa tenaga kerja dalam
suatu divisi. Tujuannya adalah untuk melakukan pengaturan dan
pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan
sesuai dengan yang diharapkan. Pengelompokan kegiatan dilakukan dengan
cara menyusun kegiatan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Disebut
juga Work Breakdown Structure (WBS). Kemudian dilanjutkan dengan
menetapkan pihak yang nantinya bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pekerjaan tersebut. Disebut juga Organization Breakdown Structure (OBS).
b. Kegiatan Pelaksanaan
• Pengisian Staff
Definisi pengisian staf adalah pengerahan, penempatan, pelatihan,
pengembangan tenaga kerja dengan tujuan menghasilkan kondisi tepat
personil , tepat posisi dan tepat waktu. Tahap ini merupakan tahap awal
dalam perencanaan personil yang akan ditunjuk sebagai pengelola
pelaksanaan proyek.
• Pengarahan
Jika tahap penempatan staf telah dilakukan maka tim tersebut harus
mendapatkan penjelasan tentang lingkup pekerjaan dan waktu untuk
memulai dan menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Tahap pengarahan dapat didefinisikan sebagai kegiatan mobilisasi sumber
daya-sumber daya yang dimiliki agar dapat bergerak sebagai kesatuan
sesuai rencana yang telah dibuat. Termasuk didalamnya adalah memberikan
motivasi dan melaksanakan koordinasi terhadap seluruh staf.
c. Kegiatan Pengendalian
• Pengawasan
Pengawasan merupakan interaksi langsung antara individ-individu dalam
organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi.
Pengawasan dilakukan bertujuan mendapatkan hasil yang telah ditetapkan
oleh pemilik proyek, sedangkan pengawasan oleh pemilik bertujuan untuk
memperoleh keyakinan bahwa apa yang akan diterimanya sesuai dengan
apa yang dikehendaki.
• Pengendalian
Controlling diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipersiapkan untuk dapat
menjamin bahwa pekerjaan-pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Controlling terhadap pekerjaan kontraktor
dilakukan oleh konsultan melalui kontrak supervisi. Di dalam pekerjaan
pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor. General
superintendant juga berkewajiban melakukan controlling (secara
berjenjang) terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh staf di bawahnya.
Lingkup Controlling
✓ Produk pekerjaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
✓ Seluruh sumber-sumber daya yang digunakan (manusia, uang,
peralatan, bahan).
✓ Prosedur dan cara kerja
✓ Kebijaksanaan-kebijaksanaan teknis yang diambil selama proses
pencapaian sasaran.
Controlling harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta
tentang pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Rujukan untuk menilainya adalah memperbandingkan
apa yang terjadi di lapangan dengan rencana yang telah ditentukan, apakah
terjadi penyimpangan atau tidak. Controlling biasa digunakan dalam proyek
konstruksi adalah diagaram batang beserta kurva “S”.
• Koordinasi
Pemantauan prestasi kegiatan dari pengendalian akan digunakan sebagai
bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan
terlambat atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus
diselesaikan bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
konstruksi sehingga diperlukan agenda acara yang mempertemukan semua
unsur. Kegiatan ini dinamakan langkah koordinasi. Koordinasi dilakuan
setiap periode waktu tertentu, umumnya satu minggu sekali. Akan tetapi,
tidak menutup kemungkinan dilakukan lebih sering (tergantung dari
urgensinya). Koordinasi dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Koordinasi internal dilakukan untuk melakukan evaluasi diri terhadap
kinerja yang telah dilakukan. Koordinasi eksternal adalah proses evaluasi
kinerja pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi (kontraktor,
konsultan dan pemilik proyek).

2. Tahapan Proyek
• Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Pada tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang
diusulkan layak untuk dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan :
✓ Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya
✓ Meramalkan manfaat yang akan diperoleh
✓ Menyusun analisis kelayakan proyek
✓ Menganalisis dampak lingkungan yang akan terjadi
Pihak yang terlibat adalah konsultan studi kelayakan atau konsultan manajemen
konstruksi (MK)
• Tahap Penjelasan (Briefing)
Pada tahap ini pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang
diijinkan sehingga konsultan perencana dapat dengan tepat menafsirkan
keinginan pemilik. Kegiatan yang dilaksanakan :
✓ Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli
✓ Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu.
✓ Menyiapkan ruang lingkup kerja, jadwal, serta rencana pelaksanaan
✓ Membuat sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat menggambarkan denah
dan batas-batas proyek.
Pihak yang terlibat adalah pemilik dan Konsultan Perencana.
• Tahap Perancangan (Design)
Pada tahap ini adalah melakukan perancangan (design) yang lebih mendetail
sesuai dengan keinginan dari pemilik. Seperti membuat Gambar rencana,
spesifikasi, rencana anggaran biaya (RAB), metoda pelaksanaan, dan
sebagainya.
Kegiatan yang dilaksanakan :
✓ Mengembangkan ikthisiar proyek menjadi penyelesaian akhir
✓ Memeriksa masalah teknis.
✓ Meminta persetujuan akhir dari pemilik proyek
Mempersiapkan :
➢ Rancangan terinci
➢ Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal
➢ Daftar kuantitas
➢ Taksiran biaya akhir
Pihak yang terlibat adalah konsultan perencana, konsultan MK, konsultan
rekayasa nilai dan atau konsultan quantitiy surveyor.
• Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement/Tender)
Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan
proyek konstruksi tersebut, atau bahkan mencari sub kontraktornya. Kegiatan
yang dilaksanakan :
✓ Prakulaifikasi
✓ Dokumen Kontrak
Pihak yang terlibat adalah pemilik, pelaksana jasa konstruksi (kontraktor),
konsultan MK.
• Tahap Pelaksanaan (Construction)
Tujuan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh
pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan
biaya, waktu yang sudah disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah merencanakan, mengkoordinasikan,
mengendalikan semua oprasional di lapangan :
✓ Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah:
➢ Perencanaan dan pengendalian
➢ Jadwal waktu pelaksanaan
➢ Organisasi lapangan
➢ Tenaga kerja
➢ Peralatan dan material
✓ Kegiatan Koordinasi
➢ Mengkoordinasikan seruh kegiatan pembangunan
➢ Mengkoordinasi para sub kontraktor
Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas dan atau Konsultan MK,
kontraktor, Sub Kontraktor, suplier dan instansi terkait.
• Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (Maintenance & Start Up)
Tujuan pada tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah sesuai
dengan dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
✓ Mempersiapkan data-data pelaksanaan, baik berupa data-data selama
pelaksanaan maupun gambar pelaksanaan (as build drawing)
✓ Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-
kerusakan
✓ Mempersiapkan petunjuk oprasional/pelaksanaan serta pedoman
pemeliharaan.
✓ Melatih staff untuk melaksanakan pemeliharaan
Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas/ MK, pemakai, pemilik.
TOPIK 3
MANAJEMEN KONSTRUKSI

1. Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi


Pembahasan mengenai proyek konstruksi tidak dapat terpisahkan dengan pihak-pihak
yang terlibat didalamnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari rangkaian tahapan
proses konstruksi, tentunya akan melibatkan berbagai unsur yang bekerja secara bersama-sama
dengan tujuan yang sama sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan perencanaan. Secara
umum pihak-pihak yangterlibat dalam proyek konstruksi antara lain :
1. Pemilik proyek (Owner)
Merupakan pihak yang terlibat dalam penyusunan suatu proyek konstruksi, terutama
dalam menentukan lokasi proyek, menetapkan desain, dan menyediakan modal. Sebagian
pemilik proyek ikut mengawasi berlangsungnya proses konstruksi dan mengoperasikan
bangunan yang telah selesai.
Hak pemilik proyek:
1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan
oleh penyedia jasa.
3. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan jalan
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik.
Tugas dan tanggung jawab pemilik adalah sebagai berikut.
1. Mendefinisikan proyek (kebutuhan)
2. Menetapkan tujuan proyek
3. Membentuk dan memilih anggota tim proyek
4. Mengomunikasikan persyaratan mengenai cara proyek dilaksanakan
5. Memastikan ketersediaan dan mengelola pendanaan untuk proyek

2. Konsultan (consultant)
Merupakan pihak yang ditentukan oleh pemilik proyek untuk membantu didalam
merencanakan atau mendesain bangunan, melakukan studi kelayakan, mengawasi
berlangsungnya proses konstruksi, atau bahkan mengatur pelaksanaan proyek konstruksi.
Secara umum dalam pembangunan proyek teknik sipil atau fasilitas fisik, konsultan
dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
1. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang membuat perencanaan bangunan secara
lengkap dan mendetail. Konsultan perencana dapat dibedakan menjadi beberapa macam
berdasarkan spesialisasi pekerjaannya.
Hak dan kewajiban Konsultan Perencana :
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana
kerja, syarat-syarat, hitungan struktur, dan rencana anggaran biaya.
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak kontraktor
tentang pelaksanaan pekerjaan.
3. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal–hal yang kurang
jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat–syarat.
4. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
2. Konsultan Pengawas
Konsultan ini adalah konsultan yang melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang
telah dilakukan oleh kontraktor. “Pengawas Konstruksi adalah penyedia jasa orang
perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli di bidang pengawasan jasa
konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserah terimakan.”
Undang – Undang Tentang Jasa Konstruksi, BAB I, Pasal 1, ayat 11. Konsultan
pengawas bertanggung jawab penuh untuk mengawasi pelaksanaan kerja kontraktor
serta mengusulkan, menyetujui, dan menolak pekerjaan yang diusulkan oleh kontraktor.
Hak dan kewajiban Konsultan Pengawas antara lain:
1. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan
pekerjaan.
3. Melakukan penghitungan prestasi pekerjaan.
4. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antar
berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari
pembengkakan biaya.
6. Mengatasi dan memberikan solusi terhadap persoalan yang timbul di lapangan agar
dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas, kuantitas, serta
waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
7. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku.
9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah atau berkurangnya
pekerjaan.
3. Kontraktor (contractor)
Merupakan pihak yang ditetapkan oleh pemilik proyek untuk mengatur pelaksanaan
kegiatan konstruksi dan mengolah sumber daya berupa bahan, peralatan, tenaga kerja,
metode dan modal, sehingga menghasilkan produk akhir berupa konstruksi.
Kontraktor dipilih setelah melalui proses tender yang diadakan oleh pihak pemilik proyek
untuk menjalankan proyek. Kontraktor bertanggung jawab langsung kepada pemilik
proyek, dan selama melaksanakan tugasnya diawasi langsung oleh Konsultan MK.
Hak dan kewajiban kontraktor antara lain:
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat,
risalah penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan syarat-syarat tambahan yang telah
ditetapkan oleh pengguna jasa.
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai
wakil dari pengguna jasa.
3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk
menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, dan bulanan.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya sesuai dengan
ketetapan yang berlaku.
4. Subkontraktor (subcontractor)
Merupakan pihak yang dalam pelaksanaannya membantu kontraktor untuk menyelesaikan
sebagian pekerjaanya dan supplier untuk memasok material yang dibutuhkan oleh proyek
konstruksi. Pihak Sub Kontraktor dapat langsung bertanggung jawab kepada pihak pemilik
proyek apabila dipilih langsung oleh pemilik proyek tapi tetap berkoordinasi dengan pihak
Hak dan kewajiban Sub Kontraktor:
1. Melaksanakan pekerjaan dari Pemilik Proyek / Kontraktor Utama yang telah disanggupi
untuk dapat dikerjakan sesuai dengan gambar rencana, peraturan-peraturan, dan syarat–syarat
yang ditetapkan.
2. Mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas.
3. Bertanggung jawab langsung kepada Pemilik Proyek atau Kontraktor Utama.
4. Menerima sejumlah biaya pelaksanaan pekerjaan dari kontraktor utama atau pemilik proyek
berdasarkan perjanjian yang telah disepakat
5. Tenaga Kerja (employee)
Merupakan pihak yang berada dibawah tanggung jawab kontraktor atau subkontraktor
untuk melaksanakan kegiatan konstruksi dilapangan dengan keahlian atau keterampilan
tertentu, baik secara individu maupun kelompok yang dikoordinasikan oleh mandor.
6. Supplier
Merupakan pihak yang terkait dalam pengadaan material konstruksi.
7. Pemerintah (goverment)
Merupakan pihak sebagai pembuat kebijakan didalam mengatur perangkat peraturan yang
terkait dengan pelaksanaan konstruksi.
8. Bank
Merupakan institusi yang dapat menyediakan sumber keuangan atau sumber pinjaman
yang membantu pendanaan proyek.
9. Security (keamanan)
Merupakan suatu pihak yang dapat memberikan jaminan selama proses proyek konstruksi.

2. Bentuk – Bentuk Organisai


1. Tradisional
Ciri – ciri manajemen proyek Tradisional antara lain :
a. Konsultan perencana terpisah
b. kontraktor tunggal (kontraktor utama)
c. Melibatkan sub Kontraktor / dikerjakan sendiri oleh kontraktor utam
d. jenis-jenis kontrak yang mungkin ditawarkan pada kontraktor, antara lain :
• Harga tetap (fixed Cost)
• Harga satuan (unit Cost)
• Biaya tambah upah tetap
• Maksimum bergaransi
Diagram manajemen proyek tradisional, memperlihatkan hubungan antara pihak-
pihak yang terlibat ditampilkan seperti gambar dibawah ini.

2. Swakelola
Ciri - ciri manajemen proyek Swakelola antara lain :
a. Pemilik bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan
b. Pekerjaan dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri atau kontraktor
c. Jenis-jenis kontrak yang mungkin ditawarkan kemungkinannya antara lain :
• Harga tetap (fixed cost)
• Harga satuan (unit cots)
• Kontrak negosiasi
Diagram manajemen swakelola memperlihatkan hubungan antara pihak-pihak yang
terlibat ditampilkan seperti gambar dibawah ini.

3. Proyek Putar Kunci


Ciri – ciri manajemen putar kunci/turn key project antara lain :
a. Satu perusahaan bertanggung jawab untuk perencanaan dan pelaksanaan
b. Ada keterlibatan sub kontraktor spesialis
c. Jenis kontrak yang mungkin ditawarkan antara lain :
• Harga tetap (fixed Cost)
• Harga maksimum bergaransi
• Kontrak rancang bangun dengan biaya tambah, upah tetap
Diagram manajemen turn key, memperlihatkan hubungan antara pihak-pihak yang
terlibat ditampilkan seperti gambar dibawah ini.

4. Proyek Memisahkan Kegiatan Perencanaan Dengan Pengawasan


Pelaksanaan Konstruksi
Ciri-ciri bentuk organisasi :
a. Pihak yang bertanggung jawab terhadap perencana berbeda dengan pihak yang
bertanggung jawab terhadap pengawasan
b. Jenis – jenis kontrak yang ditawarkan :
• Harga tetap
• Harga maksimum bergaransi
• Biaya tambah, upah tetap
Diagramnya ditampilkan seperti gambar dibawah ini.
5. Proyek Yang Menggunakan Konsultan Manajemen Sebagai Manager
Konstruksi (Construction Manager)
Ciri – ciri bentuk organisasi :
a. Manager konstruksi umumnya bertindak sebagai wakil dari pemilik
b. Jenis-jenis kontrak yang ditawarkan :
• Fixed price
• Unit price
Diagramnya ditampilkan seperti gambar dibawah ini.

3. Pelelangan
Pelelangan atau tender adalah suatu proses kegiatan penawaran pekerjaan yang
ditawarkan oleh pemilik proyek (owner) kepada rekanan (kontraktor), yang bertujuan
untuk memilih salah satu pelaksana pekerjaan yang memenuhi syarat. Pelelangan dapat
didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa dengan cara
menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedian barang/jasa yang setara dan
memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan
diikuti oleh pihak – pihak yang terkait secara taat sehingga terpilih penyedia terbaik
(Wulfram I. Ervianto, manajemen proyek konstruksi hal 49).
1. Pemilihan Langsung
Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi
untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah). Pengadaan barang / jasa tanpa melalui pelelangan dan hanya diikuti oleh
penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat.
2. Penunjukan Langsung
Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan
cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
3. Swakelola
Pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan awasi sendiri dengan
menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri atau upah borong tenaga. Swakelola
dapat dilakasanakan oleh pangguna barang/jasa, instansi pemerintah, kelompok
masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah. Jenis pekerjaan yang
memungkinkan dilaksanakan secara swakelola diantaranya adalah:
• Pekerjaan yang bertujuan meningkatkan kemampuan teknis sumber daya
manusia instansi pemerintah yang bersangkutan.
• Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang atau jasa
yang bersangkutan.
• Pekerjaan untuk proyek percontohan yang bersifat khusus untuk
pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan
oleh penyedia barang/jasa.
TOPIK 4
MANAJEMEN PROYEK

1. Pengertian Lelang/Tender Proyek


Menurut Alfian Malik, tender merupakan suatu rangkaian kegiatan penawaran yang
bertujuan untuk menyeleksi, mendapatkan, menetapkan serta menunjuk perusahaan mana yang
paling pantas dan layak untuk mengerjakan suatu paket pekerjaan.
Sudarsono di dalam buku Kamus Hukum, tender adalah suatu hal yang berkaitan
dengan kegiatan memborong pekerjaan atau menyuruh pihak lain untuk memborong ataupun
mengerjakan sebagian ataupun seluruh pekerjaan sesuai dengan perjanjian (kontrak) yang telah
dibuat.
Sedangkan Guritno mendefinisikan Tender Proyek di dalam bukunya Kamus Ekonomi
Bisnis Perbankan Inggris – Indonesia adalah suatu kontrak bisnis oleh supplier atau kontraktor
untuk memborong (memasok) barang/jasa tertentu yang bisa dilakukan dengan dua
mekanisme, yaitu open bid tender (yaitu penawaran dimana peserta tender bisa bersaing dalam
menurunkan harga) dan sealed bid tender (penawaran bermaterai yang mana peserta tidak bisa
menurunkan harga).
Tender dapat artikan lelang atau sistem jual beli yang dilakukan suatu pihak dengan
cara mengundang vendor (penjual atau penyedia) untuk mempresentasikan harga dan kualitas
yang dibutuhkan. Harga dan kualitas yang terbaiklah, nantinya yang akan menjadi pemenang.
Lelang atau sistem tender sangat digemari terutama oleh perusahaan-perusahaan, mengingat
jumlah nominal dan durasi kontrak dalam suatu lelang sangat besar dan bervariasi.

2. Jenis – Jenis Cara Pelelangan


Adapun pengertian metode pemilihan penyedia barang/jasa di atas adalah sebagai
berikut :
• Pelelangan Umum
Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat.
• Pelelangan Sederhana
Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya untuk pengadaan yang
tidak kompleks dan bernilai paling tinggi Rp200.000.000,-(dalam draft perubahan
Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya paling tinggi
Rp5.000.000.000).
• Pelelangan Terbatas
Yaitu metode pemilia Pekerjaan Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi dengan
jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan
yang kompleks. Pekerjaan yang Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan
teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain
khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah).
• Pemilihan Langsung
Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien
dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan
dengan metode pemilihan langsung, yaitu dilakukan dengan membandingkan
sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang¬kurangnya 3 penawaran dari penyedia
barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis
maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumunan resmi
untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet (pemilihan
Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp200.000.000,00 (dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28
Maret 2012 nilainya paling tinggi Rp5.000.000.000)).
• Penunjukan Langsung
Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1
(satu) Penyedia Barang/Jasa. Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus
pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung
terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik
teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
• Pengadaan Langsung
Yaitu pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia barang/Jasa, tanpa
melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan Langsung dan dapat dilakukan terhadap
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi
Rp100.000.000,-(dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret
2012 nilainya paling tinggi Rp200.000.000)
• Swakelola
Pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan awasi sendiri dengan
menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri atau upah borong tenaga. Swakelola dapat
dilakasanakan oleh pangguna barang/jasa, instansi pemerintah, kelompok
masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah. Jenis pekerjaan yang
memungkinkan dilaksanakan secara swakelola diantaranya adalah:
✓ Pekerjaan yang bertujuan meningkatkan kemampuan teknis sumber daya
manusia instansi pemerintah yang bersangkutan.
✓ Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang atau jasa yang
bersangkutan.
✓ Pekerjaan untuk proyek percontohan yang bersifat khusus untuk pengembangan
teknologi/metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia
barang/jasa.

3. Syarat Mengikuti Lelang Proyek


• Tahap Ke 1
Untuk mengikuti lelang proyek tentu saja perlu memenuhi peryaratan, adapun
beberapa persyaratannya adalah memiliki surat keterangan terdaftar, lalu akta
perusahaan, SIUP, kemudian beberapa dokumen penting yang dibutuhkan, selain itu
jika sudah masuk dalam tahap kedua nantinya perlu memenuhi syarat legal seperti
fotokopi akte notaries, kemudian NPWP, laporan keuangan selama 3 tahun terakhir dan
juga laporan pajak.
• Tahap Ke 2
Kemudian yang kedua adalah mampu untuk melaksanakan kontrak tersebut
secara sendiri ataupun membutuhkan sub kontraktor yang lain. Selain itu kontraktor
perlu memiliki cukup modal.
• Tahap Ke 3
Lalu yang ketiga adalah kontraktor harus sudah siap dengan segi sumber daya
manusia, sumber daya manusia dan juga yang lainnya, selain itu kontraktor juga perlu
memastikan apakah masih dalam lingkup kemampuan dari segi keahlian.
• Tahap Ke 4
Selain itu kontraktor juga perlu untuk mencari informasi sebanyak – banyaknya
mengenai perusahaan ataupun badan pemerintah yang sudah menawarkan tender dari
beberapa pihak yang sudah pernah menjadi rekanan dalam penyediaan barang ataupun
jasa di perusahaan atau badan pemerintah tersebut.

4. Cara Mengikuti Lelang Proyek


• Tahap Ke 1
Yang pertama adalah pada umumnya suatu perusahaan akan mendapatkan
undangan dan untuk vendor yang mendapatkan undangan adalah mereka yang memang
sudah terbiasa mengikuti tender atau lelang proyek. Di dalam beberapa kasus,
perusahaan bisa saja mengundang beberapa perusahaan lain yang mana belum pernah
untuk mengikuti tender sebelumnya.
• Tahap Ke 2
Kemudian tahap kedua akan ada penjelasan tender, di tahap ini nantinya semua
peserta lelang yang sudah diundang akan diberikan penjelasan secara terbuka mengenai
proyek yang ditenderkan, mulai dari cara penilaian, kemudian persyaratan legal serta
teknisnya. Dan untuk bisa masuk ke dalam tahap selanjutnya, perusahaan yang baru
diundang harus bisa untuk memenuhi syarat legal seperti fotokopi akte notaries, NPWP,
laporan keuangan 3 tahun terakhir, laporan pajak dan yang lainnya.
• Tahap Ke 3
Lalu pengajuan proposal teknis, untuk proyek yang dianggap kecil nilainya,
perusahaan tersebut tidak akan tidak akan mensyaratkan biaya tender, tetapi jika
memang untuk proyek yang besar, maka akan ada biaya tender yang nantinya bisa
dicairkan jika proses tender tersebut selesai.
• Tahap Ke 4
Setelah itu Anda akan mendapatkan undangan presentasi proposal, perusahaan
nantinya akan memilih dari banyaknya penawaran dan mana yang akan dipanggil untuk
mempresentasikan berdasarkan penilaian proposal teknis.
• Tahap Ke 5
Setelah melakukan presentasi proposal, maka masing – masing perusahaan
nantinya akan diberikan kesempatan untuk melakukan presentasi di hadapan para tim
penilai. Di dalam tahap ini peserta tender biasanya sudah diwajibkan untuk
memberikan bank garansi atau perjanjian yang berisi garansi jika proyek tersebut
tidak bisa selesai, maka uang yang sudah di taruh di bank garansi akan menjadi hak
milik dari pemberi tender dan tidak dapat dicairkan oleh vendor tersebut.
• Tahap Ke 6
Tahap selanjutnya merupakan pengumuman dari hasil presentasi, di dalam
tahap ini nantinya akan diumumkan hasil dari presentasi masing – masing dari
perusahaan. Dan yang lolos pada tahap ini tentu saja akan diundang dalam tahap
selanjutnya yaitu akction dengan memasukan harga.
• Tahap Ke 7
Untuk tahap yang terakhir adalah action dan merupakan kesempatan dari
pemberi tender untuk bisa mencari pemenang dengan solusi yang terbaik dan juga
harga terbaik. Pemenang dari action inilah yang nantinya ditunjuk sebagai pemenang
lelang proyek atau tender secara resmi.
5. Persyaratan Mengikuti Tender
Mengikuti tender memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku hal ini guna
memperlancar proses seleksi oleh pokja pemilihan (K/L/DI) atau pemberi tender. Berikut ini
uraiannya:
1) Kelegalan perusahaan dibuktikan dengan Akta Perusahaan, Tanda Daftar
Perusahaan (TDP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan dokumen kualifikasi yang lain yang diminta.
2) Mencari Informasi pengadaan yang tersedia di media massa atau pada portal e –
procurement milik pemerintah daerah, atau datang ke lembaga/instansi yang
bersangkutan seperti Eproc.
3) Periksa dokumen tender untuk mengetahui metode penilaian dokumen yang akan
dilakukan oleh Pejabat Pengadaan.
4) Telitilah dalam pengisian dokumen penawaran. Perhatikan penjelasan yang
diberikan. Jangan merubah setiap deskripsi dalam dokumen tersebut.
5) Hindarilah upaya mengintimidasi calon penyedia lainnya.
6) Jika telah ditunjuk sebagai pemenangtender tersebut, berikan barang/jasa yang
sesuai dengan spesifikasi, type, jenis, dan jumlah volume sesuai dengan dokumen
penawaran yang telah dibuat.

Tahapan Mengikuti Tender Pada Proyek Swasta dan Pemerintah


Di dalam proyek swasta secara umum tender dimulai dengan tahap prakualifikasi
yang meliputi identifikasi kemampuan calon penyedia dan ruang lingkup pekerjaan yang
ditenderkan. Jika sudah, maka paket pekerjaan siap untuk diumumkan melalui berbagai media
massa seperti koran, majalah, televisi, radio, atau internet. Setelah itu diadakan rapat atau
pertemuan antara calon-calon penyedia yang telah lulus prakualifikasi dan berminat terhadap
pekerjaan yang ditenderkan dengan pihak pembuat tender.
Sedangkan berikut ini adalah tahapan pelaksanaan dalam tender K/L/PD yang
mungkin perlu Anda ketahui:
• Pelaksanaan Kualifikasi
• Pengumuman dan/atau Undangan
• Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pemilihan
• Pemberian Penjelasan.
• Penyampaian Dokumen Penawaran.
• Evaluasi Dokumen Penawaran.
• Penetapan dan Pengumuman Pemenang. Pada tahap ini diumumkan hasil masing-
masing calon Penyedia dan ditetapkan pemenang tender.
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah (K/L/PD) dalam mendapatkan harga terbaik
dalam suatu tender tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Asumsinya adalah masing-
masing Penyedia yang mengikuti tender akan bersaing dengan perusahaan peserta tender
lainnya dengan harga yang termurah tapi berkualitas sesuai dengan spesifikasi, jenis, dan merk
yang diminta.

6. Prosedur dan Proses Pelelangan


a. Prakwalifikasi
Untuk mengidentifikasi kemampuan dan ruang lingkup pekerjaan, maka
diperlukan prakwalifikasi badan – badan organisasi seperti konsultan perencana,
pengawas maupun pemborong. Yang dimaksud dengan kemampuan dapat
dijabarkan seperti:
• Modal kerja
• Jumlah tenaga ahli
• Jumlah peralatan
• Pengalaman kerja
• Fasilitas kerja.
Sedangkan ruang lingkup pekerjaan meliputi bidang – bidang keahlian pekerjaan
yang dikuasai oleh badan – badan tersebut.
b. Pengumuman Lelang
Cara yang dipakai untuk mengumumkan pelelangan sebuah proyek biasanya
memakai iklan di media massa yang ditujukan kepada public, misalnya lewat surat
kabar, majalah teknis profesi dan sebagainya. Bila proyeknya bersifat
internasional, maka iklannya dibuat dalam bahasa inggris dan juga lewat bantuan
kedutaan asing yang ada.
c. Rapat Penjelasan Pekerjaan
Pertemuan ini diadakan untuk tatap muka antara para peminat pekerjaan/calon
kontraktor dengan pihak pemilik. Dalam hal ini pemilik diwakili oleh konsultan
perencana. Biasanya untuk proyek – proyek pemerintah rapat ini diselenggarakan
oleh panitia pelelangan. Pembicaraan berkisar kepada dua bidang yaitu bidang
administratif dan bidang teknis proyek.
✓ Bidang Administratif
Pada bidang administratif dijelaskan akan persyaratan persyaratan yang
tercantum dalam dokumen tender seandainya terdapat hal – hal yang masih
meragukan misalnya tentang syarat – syarat pelelangan, bentuk surat
penawaran, referensi bank, NPWP dan lain-lain.
✓ Bidang Teknis
Pada bidang teknis proyek dijelaskan antara lain modifikasi baru atau
ukuran – ukuran gambar yang tidak cocok dengan yang tertulis dalam
spesifikasi teknis pelaksanaan, gambar – gambar konstruksi yang sulit
dimengerti atau dibaca serta kesalahan – kesalahan tulis yang terjadi.
Hasil dari pertemuan ini dibuatkan Berita Acara Penjelasan (aanwijzing) dan
ditanda tangani oleh dua wakil dari calon peserta pekerjaan, tergantung dari
peraturan pelelangan setempat. Dokumen Berita Acara ini kemudian menjadi
bagian yang mengikat sebagai dokumen tender tambahan (addendum). Seandainya
pada rapat penjelasan pekerjaan yang pertama ini dirasakan belum menyelesaikan
semua masalah pelelangan dengan tuntas, maka dapat diadakan pertemuan yang
kedua. Biasanya hal itu dapat terjadi setelah diadakan peninjauan ke lapangan oleh
calon peserta. Peninjauan ke lapangan oleh calon kontraktor sebelum mereka
membuat penawarannya amat penting artinya. Banyak hal – hal yang tidak dapat
dilihat dengan jelas di lapangan.
d. Pembukaan Tender
Pada hari yang telah ditentukan, semua calon peserta membawa penawarannya dan
dimasukkan ke dalam kotak pelelangan yang telah disediakan dan dilakukan
sebelum tender dibuka. Pada jam yang telah ditentukan dimana pemasukan surat –
surat penawaran dinyatakan ditutup, setelah itu amplop penawaran dibuka satu –
persatu dihadapan yang hadir.
Rekanan yang ikut dalam penawaran pekerjaan pemborongan ini diharuskan untuk
memberi-kan jaminan tender (Tender/Bid-Bond) kepada pemilik. Pada dasarnya
jaminan ini merupakan pernyataan bahwa mereka sungguh – sungguh dalam
melakukan pekerjaan ini dan bilamana mereka mengundurkan diri, maka jaminan
tender tersebut akan masuk ke kantong pemilik. Besarnya jaminan berkisar 1% -
3% dari biaya total pek fisik proy.
e. Proyek Evaluasi Tender
Pada proyek – proyekyang besar, terkadang terdapat data penawaran yang
meragukan dan umumnya calon kontraktor dimintai keterangan secara tertulis
(clarification letters). Jangka waktu evaluasi bisa memakan waktu beberapa hari
atau lebih. Sistem evaluasi bisa bermacam-macam caranya dan umumnya cara yang
banyak dipakai yaitu dg cara sistem bobot/sistem skoring. Masing – masing aspek
dari calon kontraktor diberi nilai misalnya metode kerja, peralatan yang dipakai,
kwalifikasi personil yang akan dipakai, bonafiditas perusahaan, harga penawaran,
kelengkapan administrasi dan lain-lain. Calon kontraktor yang paling banyak
mengumpulkan angka biasanya yang ditunjuk sebagai calon pemenang.
Sistem Evaluasi penawaran pada proses pengadaan jasa konstruksi terdapat 3
system evaluasi penawaran yaitu :
✓ Sistem Gugur
Sistem gugur adalah sistem penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan
membandingkan dokumen penawaean terhadap pemenuhan persyaeatan yang telah
ditetapkan dalam dokumen pengadaan dan urutan proses penilaian dilakukan
dengan mengevaluasi persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan evaluasi
kewajaran harga.
✓ Sistem Nilai
Sistem ini adalah sistem penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai
angka tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang
telah di tetapkan dalam dokumen penawaran peserta dengan penawaran peserta
lainnya.
✓ Penilaian Biaya Selama Unsur Ekonomi
Sistem ini adalah system penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai
pada unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai menurut umur ekonomis barang
yang ditawarkan berdasarkam kriteria dan nilai yang di tetapkan dalam dokumen
pengadaan, kemudian nilai unsur-unsur tersebut dikonversikan ke dalam sattuan
mata uang tertentu, dan dibandingkan dengan jumlah nilai dari setiap penawaran
peserta lainnya.
f. Penetapan dan Penunjukkan Pemenang
Untuk proyek – proyek pemerintah, berdasarkan hasil evaluasi diatas, maka panitia
pelelangan menetapkan calon – calon pemenang yang diusulkan kepada instansi
yang berwenang, yang kemudian menetapkan pemenangnya. Dari hasil keputusan
pemenang tadi, panitia pelelangan mengumumkan hasilnya. Bila tidak ada
sanggahan atau penolakan atau apabila semua sanggahan telah dijawab maka tugas
panitia elelangan telah selesai.
Panitia akan menentapkan calon pemenang lelang yang dianggap akan memberikan
keuntungan bagi negara, maksudnya:
a) Calon pemenang lelang dianggap dapat memberikan keuntungan secara
finansial pada negara karena menawarkan harga pekerjaan yang berada di
bawah pagu dana yang telah ditentukan.
b) Calon pemenang lelang dianggap sebagai perusahan jasa konstruksi yang
telah memiliki pengalaman memadai untuk mengerjakan proyek
dimaksud, memiliki reputasi baik (tidak termasuk daftar hitam perusahan),
memiliki kemampuan keuangan yang memadai, memiliki peralatan yang
lengkap dan sebagainya. (Suparyakir, Pelelangan Jasa Konstruksi, hal 20).
Calon peserta yang telah diputuskan untuk memenangkan tender ini oleh panitia
evaluasi kemudian diberitahu secara tertulis, dan sifat pemberitahuannya dapat
terdiri dari dua hal yaitu:
✓ Dengan memakai SPK (Surat Perintah Kerja).
✓ Dengan memakai Surat Pemberitahuan (Letter of Award) yang isinya
menjelaskan bahwa calon kontraktor telah menang.
TOPIK 5
MANAJEMEN PROYEK

1. Dokumen Kontrak
Dokumen Pekerjaan Konstruksi adalah dokumen yang berisi pengaturan atau prosedur
dan ketentuan administratif maupun teknis untuk penyelenggaraan suatu proyek fisik
(jalan/jembatan), yang pelaksanaannya akan diserahkan oleh pemilik proyek (pengguna jasa
konstruksi) kepada pihak lain (penyedia jasa konstruksi) melalui proses pengadaan.
• Gambar kontrak
• Spesifikasi
• Syarat-syarat umum kontrak
• Risalah penjelasan pekerjaan (letter of explanation)
• Penawaran (bidding proposal)
• Perjanjian pemborongan(formal agreement)

2. Pembentukan Kontrak
Dalam proses terjadinya suatu kontrak konstruksi terdapat tahapan - tahapan yang harus
dilakukan oleh para pihak. Seperti kontrak pada umumnya, tentu saja diawali dengan adanya 2
dua pihak atau lebih yang sepakat untuk mengadakan suatu perjanjian pengadaan pekerjaan
konstruksi. Proses terjadinya kontrak konstruksi dimulai dengan proses pemilihan pihak
kontraktor atau penyedia jasa oleh pihak pengguna jasa.

3. Pelanggaran Kontrak
Pelanggaran kontrak adalah pelanggaran terhadap satu atau lebih persyaratan yang
terkandung dalam kontrak, dengan konsekuensi yang harus ditanggung oleh pihak yang
bersepakat. Pelanggaran kontrak terjadi jika:
• Salah satu atau semua pihak yang terlibat dalam kontrak melanggar sebagian atau
seluruh kesepakatan yang telah disetujui bersama
• Salah satu pihak atau semua pihak mengalami kerugian

4. Jenis Kontrak Berdasarkan Pengaturan Penggantian Biaya


Pemilihan kontrak yang sesuai untuk suatu proyek konstruksi lebih didasarkan dari
karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut pandang pemilik
proyek (owner), hal ini erat kaitannya dengan antisipasi dan penanganan resiko yang ada pada
proyek tersebut.
• Kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract)
Merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu
tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan pekerjaan
dengan spesifikasi tertentu, dengan volume pekerjaan didasarkan pada hasil
pengukuran yang benar – benar telah dilaksanakan. Penentuan harga satuan ini harus
mengakomodasi semua biaya yang mungkin terjadi seperti
biaya overhead, keuntungan, biaya – biaya tak terduga dan biaya mengantisipasi resiko.
• Kontrak Biaya Plus Jasa (Cost Plus Fee Contract)
Merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu
tertentu, dimana jenis – jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti.
Pembayaran dilakukan berdasarkan pengeluaran biaya yang meliputi pembelian
barang, sewa peralatan, upah pekerja dan lain-lain, ditambah imbalan jasa yang telah
disepakati oleh kedua pihak.
• Kontrak Biaya Menyeluruh (Lump Sum Contract, Fixed Price)
Merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu
tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua resiko dalam
penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar
dan spesifikasi tidak berubah.

5. Metode Kontrak
Hubungan kerja antara pemilik proyek, konsultan, dan kontraktor perlu diatur
secara jelas. Kontrak yang mengatur hubungan kerja tersebut amat tergantung pada
jenis dan ukuran proyek yang akan dilaksanakan. Kontrak ini harus dimengerti dengan
jelas sehingga dapat diperoleh pelaksanaan proyek yang efektif.
• Metode Kontrak Umum
Metode Kontrak Umum adalah metode di mana kontrak dibuat antara pemilik
proyek dan kontraktor umum (general contractor). Pemilik proyek biasanya
diwakili oleh konsultan yang berperan dalam penyusunan dokumen kontrak.

• Metode Kontrak Terpisah


Metode Kontrak Terpisah, adalah metode di mana pemilik proyek memberikan
pekerjaan secara terpisah kepada pihak-pihak yang diyakini memiliki
kemampuan khusus yang berbeda, misalnya pekerjaan beton prategang
diberikan kepada pihak yang mengkhususkan diri pada bidang tersebut. Pada
prinsipnya kontrak ini sama dengan metode kontrak umum. Perbedaannya
adalah tidak ada keterlibatan kontraktor umum, sehingga pemilik proyek harus
melakukan manajemen proyek sendiri. Metode ini dapat diterapkan apabila
pemilik proyek memiliki kemampuan manajemen proyek yang memadai.
Keuntungan metode ini adalah pemilik tidak perlu mengalokasikan biaya profit
bagi kontraktor umum seperti pada metode kontrak umum, sehingga biaya
proyek dapat ditekan.

• Metode Swakelola
Pada metode ini, pemilik proyek tidak melakukan kontrak bagi proyek yang
akan dilaksanakan, karena pemilik mendanai sendiri, merancang sendiri,
melaksanakan sendiri, dan mengawasi sendiri proyeknya. Jelas bahwa ketiga
bagian proyek konstruksi berada dalam satu pihak, sehingga pemilik proyek
harus mempunyai kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh konsultan dan
kontraktor.

• Metode Rancang Bangun


Pada metode kontrak ini, pemilik proyek perlu membuat kontrak tunggal untuk
pekerjaan perancangan dan pelaksanaan proyek dengan satu perusahaan yang
memiliki kemampuan perancangan dan pelaksanaan pembangunan. Pada
dasarnya metode ini sama dengan lutrak umum, hanya saja profesi konsultan
dan kontraktor dirangkap oleh satu perusahaan yang memang mempunyai
kemampuan untuk itu.

• Metode Manajemen Konstruksi Profesional


Pada metode ini, pemilik proyek meminta perusahaan manajemen konstruksi
profesional (MK) untuk memberikan layanan profesional dalam bentuk layanan
manajemen konstruksi. Umumnya MK dikontrak pada saat muncul ide/gagasan
dari pemilik proyek sebelum design dibuat. Fungsi utama dari MK adalah
menangkap ide tersebut, kemudian melakukan pengelolaan tahap demi tahap
sampai ide tersebut terwujud. MK kemudian memilih perusahaan perancang
untuk melakukan perencanaan dan perancangan. Setelah rancangannya selesai,
MK melakukan evaluasi untuk mengoptimalkan biaya dan waktu pelaksanaan
proyek.
TOPIK 6
MANAJEMEN PROYEK

1. Tahapan Pelaksanaan Proyek Berskala Besar


I. Rencana Kerja
Merupakan penetapan garis-garis besar rencana proyek, meliputi
rekruitment konsultan (MK, perencana) untuk menterjemahkan kebutuhan pemilik,
membuat TOR, survey, feasibility study kelayakan proyek, pemilihan desain,
schematic design, program dan budget, financing. Disini merupakan tahap
pengelolaan (briefing), studi, evaluasi dan program yang mencakup hal-hal teknis
ekonomis, lingkungan, dll.
• Study Kelayakan (Feasibility Study)
Tujuan dari tahap ini untuk meyakinkan Pemilik proyek bahwa proyek
konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek
perencanaan dan perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan),
maupun aspek lingkungannya. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap studi
kelayakan ini adalah :
✓ Menyusun rancangan proyek secara kasar dan mengestimasi biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
✓ Meramalkan manfaat yang akan diperoleh jika proyek tersebut
dilaksanakan, baik manfaat langsung (manfaat ekonomis) maupun
manfaat tidak langsung (fungsi sosial)
✓ Menyusun analisis kelayakan proyek, baik secara ekonomis maupun
finansial.
✓ Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila proyek
tersebut dilaksanakan.
• Tahap Penjelasan (Briefing)
Tujuan dari tahap penjelasan adalah untuk memungkinkan pemilik proyek
menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga konsultan
perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan
membuat taksiran biaya yang diperlukan. Kegiatan - kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini adalah :
✓ Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli
✓ Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, dan persyaratan mutu.
✓ Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya dan
implikasinya, serta rencana pelaksanaan
✓ Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu yang menggambarkan
denah dan batas-batas proyek.

II. Tahap Desain (Perancangan)


Tahap perancangan meliputi dua sub tahap yaitu :
• Preliminary Design (Pra Rancangan)
Yang mencakup kriteria desain, skematik desain, proses diagram blok plan, rencana
tapak, potongan, denah, gambar situasi/site plan tata ruang, estimasi cost.
• Design Development (Pengembangan Rancangan)
Merupakan tahap pengembangan dari pra rancangan yang sudah dibuat dan
perhitungan-perhitungan yang lebih detail, mencakup :
✓ Perhitungan-perhitungan detail (struktural maupun non struktural) secara terperinci
✓ Gambar-gambar detail (gambar arsitektur, elektrikal, struktur, mekanal, dsb)
✓ Outline specification (garis besar)
✓ Estimasi cost untuk konstruksi secara terperinci

• Desain Akhir Dan Penyiapan Dokumen Pelaksanaan (Final Design &


Construction Documen)
Merupakan tahap akhir dari perencanaan dan persiapan untuk tahap pelelangan,
mencakup :
✓ Gambar-gambar detail, untuk seluruh bagian pekerjaan
✓ Detail spesifikasi
✓ Bill of quantity (daftar volume)
✓ Estimasi biaya konstruksi (secara terperinci)
✓ Syarat-syarat umum administrasi dan peraturan umum (dokumen lelang)

Tujuan dari tahap ini adalah :


✓ Untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak, rancangan,
metoda konstruksi dan taksiran biaya agar mendapatkan persetujuan dari pemilik
proyek dan pihak berwenang yang terlibat.
✓ Untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar
rencana dan spesifikasi serta untuk melengkapi semua dokumen tender.

Kegiatan - kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perancangan (design) ini adalah :
✓ Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penjelasan akhir.
✓ Memeriksa masalah teknis
✓ Meminta persetujuan akhir ikhtisar dari Pemilik proyek
✓ Mempersiapkan rancangan skema (pra-desain) termasuk taksiran biayanya,
rancangan terinci (detail desain), gambar kerja, spesifikasi, jadwal, daftar volume,
taksiran baiaya akhir, dan program pelaksanaan pendahuluan termasuk jadwal
waktu.

III. Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement/Tender)


Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk Kontraktor sebagai pelaksanan
atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang melaksanakan konstruksi di
lapangan.

IV. Tahap Konstruksi


Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan bangunan yang
dibutuhkan oleh pemilik proyek dan sudah dirancang oleh Konsuktan Perencana dalam
batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan kualitas yang telah
disyaratkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan,
mengkoordinasikan, dan mengendalikan semua operasional di lapangan.
Perencanaan dan pengendalian proyek secara umum meliputi :
• Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan
• Perencanaan dan pengendalian organisasai lapangan
• Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja
• Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material
Sedangkan koordinasi seluruh operasi di lapangan meliputi :
• Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan, baik untuk
bangunan sementara maupun bangunan permanen, serta semua fasilitas
dan perlengkapan yang terpasanag.
• Mengkoordinasikan para Sub-Kontraktor
• Penyeliaan umum.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk gedung berbeda dengan pekerjaan
konstruksi jalan atau konstruksi bendungan, pelabuhan dsb. Pada pekerjaan konstruksi,
4 target yang harus dicapai kontraktor :
• Selesai dengan mutu/kualitas paling tidak sama dengan yang ditentukan
dalam spec/perencanaan
• Selesai dengan waktu lebih kecil atau sama dengan waktu perencanaan
• Selesai dengan biaya paling tidak sama dengan biaya yang direncanakan
• Selesai dengan tidak menimbulkan dampak lingkungan (sosial, fisik, dan
administratif)
• Pemeriksaan lab/testing
• Penyerahan pertama
• Masa pemeliharaan
• Penyerahan kedua.
TOPIK 9
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Pengertian (definisi) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) umumnya
terbagi menjadi 3 (tiga) versi di antaranya ialah pengertian K3 menurut Filosofi,
Keilmuan serta menurut standar OHSAS 18001:2007. Berikut adalah pengertian
dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) tersebut :
a. Menurut Filosfi Mangkunegara
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur.
b. Menurut Keilmuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan
Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.
c. Menurut OSHAS 18001:2007 (Occupational Health and Safety
Assessment Series)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi
dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja
tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan
tamu) di tempat kerja.
2. Tujuan Penerapan K3
K3 merupakan bentuk perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan kerja
tenaga kerja, serta bagi sumber-sumber produksi perusahaan. Bila dijabarkan secara
lebih konkret, tujuan K3 sebagaimana dikutip dari buku Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan adalah sebagai berikut:
• Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
• Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
• Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
• Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
• Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
• Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas
kondisi kerja.
• Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Sedangkan, penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki 3
(tiga) tujuan dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja. 3 (tiga) tujuan utama penerapan K3
berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tersebut antara lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
3. Manfaat Penerapan K3
a. Bagi Pekerja
Adapun manfaat atau fungsi Keselamatan dan kesehatan kerja untuk pekerja
antara lain:
• Pekerja mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya
• Pekerja memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan
• Pekerja memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait dengan
Keselamatan dan kesehatan kerja
• Pekerja mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti kebakaran,
gempa, kecelakaan, dan sebagainya
• Pekerja mampu berpartisipasi untuk membuat tempat kerjanya lebih aman
• Pekerja dapat melindungi rekan kerjanya dari risiko kecelakaan kerja
• Pekerja mampu untuk menghindarkan keluarganya dari penyakit-penyakit yang
mungkin bisa tertular dari tempat kerja
• Pekerja mampu untuk tetap memiliki penghasilan
• Pekerja mampu untuk tetap berkontribusi terhadap perekonomian keluarganya
b. Bagi Industri
Adapun manfaat atau fungsi Keselamatan dan kesehatan kerja
untuk industri adalah:
• Perusahaan dapat melindungi pekerjanya dan fasilitas produksi dari kecelakaan kerja
ataupun penyakit akibat kerja
• Perusahaan dapat mengurangi loss time yang terjadi karena kecelakaan kerja
• Perusahaan dapat mengurangi dari tingginya biaya atau tagihan asuransi
• Perusahaan dapat patuh terhadap regulasi terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja
• Perusahaan mendapatkan citra positif karena penerapan Keselamatan dan kesehatan
kerja baik dari pekerja, keluarga pekerja, masyarakat, dan juga negara
• Perusahaan dapat memperoleh berbagai penghargaan terkait keselamatan dan
kesehatan kerja
• Perusahaan mampu tetap melanjutkan bisnis dan melindungi nilai saham dari dampak
yang ditimbulkan akibat kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja
• Perusahaan dapat terlindungi dari denda yang muncul akibat kecelakaan kerja
• Menurunkan biaya kesehatan dan asuransi yang timbul
• Meningkatkan produktivitas barang dan jasa
• Perusahaan dapat memperoleh kontrak kerja yang baik dengan penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja
• Munculnya peluang bisnis terkait dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
c. Bagi Negara
Adapun manfaat atau fungsi Keselamatan dan kesehatan kerja untuk negara:
• Negara dapat melindungi tenaga kerjanya
• Negara dapat melaksanakan kesepakatan internasional yang telah disepakati
• Negara mendapatkan citra positif terhadap perlindungi tenaga kerjanya dari masyarakat
dan dari internasional
• Negara dapat terus menggerakkan perekonomian
• Negara dapat terlindungi dari ketidakstabilan politik akibat isu kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja
• Negara dapat mengurangi biaya yang ditimbulkan dari pembayaran asuransi milik
negara kepada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
4. Sasaran K3
Keberadaan K3 ini tentu saja mempunyai sasaran yang cukup luas. Berikut ini
cakupan sasaran pelaksanaan K3:
a. Keselamatan Pekerja
Sasaran utama pelaksanaan K3 adalah untuk menjamin keselamatan para pekerja. K3
yang dilakukan dengan benar maka akan membuat pekerja selamat dan terhindar dari
kecelakaan kerja.
b. Keselamatan dan Keamanan Orang Di Sekitar Tempat Kerja
Tidak hanya pekerja saja, sasaran dari K3 adalah melindungi orang yang ada di sekitar
tempat kerja. Keselamatan dan keamanan warga sekitar tempat kerja harus
diperhatikan. Hal ini dikarenakan warga sekitar uga mempunyai hak mendapatkan
keamanan.
c. Keamanan Proses Produksi
Sasaran dari K3 yang terkahir adalah keamanan proses produksi. Keamanan ini
meliputi keamanan alat dan bahan yang digunakan dalam proses produksi.
5. Peraturan Yang Mengatur K3
Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang penting bagi para
Ahli K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja. Kumpulan perundang-undangan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Republik Indonesia tersebut antara lain :
Undang-Undang K3
1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang
Ketenagakerjaan.
Peraturan Pemerintah terkait K3
1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).
2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,
Penyimpanan dan Peredaran Pestisida.
3. peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.
4. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
Peraturan Menteri terkait K3
1. Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan
Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.
2. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam Pengangkutan dan Penebangan Kayu.
3. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang
Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Ahli Keselamatan Kerja.
4. Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan Hygienen
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis
Perusahaan.
5. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan.
6. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
7. Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
8. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja.
9. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.
10. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.
11. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja.
12. Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Otomatis.
13. Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemakaian Asbes.
14. Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.
15. Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
16. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
17. Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap.
18. Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Keran Angkat.
19. Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi
Penyalur Petir.
20. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban
dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
21. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
22. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
23. Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
24. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
25. Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan
tata Kerja Dokter Penasehat.
26. Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
Keputusan Menteri terkait K3
1. Kepmenaker RI No 155 Tahun 1984 tentang Penyempurnaan keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep 125/MEN/82 Tentang
Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum RI
No 174 Tahun 1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
3. Kepmenaker RI No 1135 Tahun 1987 tentang Bendera keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
4. Kepmenaker RI No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja.
5. Kepmenaker RI No 245 Tahun 1990 tentang Hari Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional.
6. Kepmenaker RI No 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
di Tempat Kerja.
7. Kepmenaker RI No 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran
di Tempat Kerja.
8. Kepmenaker RI No 197 Thun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya.
9. Kepmenakertrans RI No 75 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) No SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja.
10. Kepmenakertrans RI No 235 Tahun 2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang
Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak.
11. Kepmenakertrnas RI No 68 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
Instruksi Menteri terkait K3
Instruksi Menteri Tenaga Kerja No 11 Tahun 1997 tentang Pengawasan Khusus
K3 Penanggulangan Kebakaran.
Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan terkait K3
1. Surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja RI No 84 Tahun 1998
tentang Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No 407 Tahun 1999 tentang Persyaratan, Penunjukan, Hak
dan Kewajiban Teknisi Lift.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No 311 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Kompetensi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik.

6. Dampak Kecelakaan Kerja


Kecelakaan dapat menimbulkan 5 jenis kerugian, yaitu: Kerusakan, kekacauan
organisasi, keluhan dan kesedihan, kelalaian dan cacat, dan kematian. Heinrich (1959)
dalam ILO (1989:11) menyusun daftar kerugian terselubung akibat kecelakaan sebagai
berikut:
1. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang luka,
2. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja karena rasa
ingin tahu, rasa simpati, membantu menolong karyawan yang terluka,
3. Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor, penyelia atau para pimpinan
lainnya karena membantu karyawan yang terluka, menyelidiki penyebab
kecelakaan, mengatur agar proses produksi ditempat karyawan yang terluka tetap
dapat dilanjutkan oleh karyawan lainnya dengan memilih dan melatih ataupun
menerima karyawan baru.
4. Kerugian akibat penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan pertama dan
staf departemen rumah sakit,
5. Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya atau oleh karena
tercemarnya bahan-bahan baku,
6. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan memenuhi pesanan
pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran denda ataupun akibat-akibat lain
yang serupa,
7. Kerugian akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan dan maslahat bagi karyawan,
8. Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran upah penuh bagi
karyawan yang dulu terluka setelah mereka kembali bekerja, walaupun mereka
(mungkin belum penuh sepenuhnya) hanya menghasilkan separuh dari kemampuan
normal
9. Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari produktivitas
karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang menganggur.
10. Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral kerja karena
kecelakaan tersebut,
11. Kerugian biaya umum (overhead) per-karyawan yang luka.

7. Ruang Lingkup K3
Pelaksanaan K3 mencakup 3 ruang lingkup yaitu tempat kerja, alat kerja, dan
metode atau cara kerja. Berikut ini penjelasan secara lengkapnya:
Tempat Kerja
Ruang lingkup yang pertama adalah tempat kerja. Tempat kerja ini merupakan tempat
dimana kegiatan usaha dilakukan. Lingkup pelaksanaan K3 adalah semua area yang
digunakan dalam proses produksi. Untuk menjaga keamanan, keselamatan, dan
kesehatan kerja tempat kerja harus sehat. Tempat kerja yang sehat adalah yang cukup
penerangan dan ventilasi udaranya. Dengan hal ini suasana kerja akan lebih nyaman
dan pekerja akan lebih sehat.
Alat Kerja
Alat kerja meliputi mesin dan bahan yang digunakan dalam sebuah proses usaha. Untuk
menjaga keamanan dan keselamatan kerja maka perusahaan harus melakukan
pengecekan secara berkala. Penggunana bahan yang berbahaya juga harus sesua dengan
prosedur keamanan yang benar.
Metode atau Cara Kerja
Cara kerja harus dituangkan dalam sebuah SOP atau Standar Operasional Prosedur.
Perusahaan harus membuat SOP dengan jelas untuk panduan selama bekerja. SOP
wajib diketahui dan dipahami dengan baik oleh semua pekerja. Dengan SOP maka
pekerjaan dapat selesai dengan cepat dan efisien.

8. Jenis – Jenis Bahaya Dalam Proyek


Menurut ISO 45001, bahaya adalah sumber yang dapat menyebabkan cidera dan
penyakit akibat kerja (source with a potential to cause injury and ill health). Menurut
OHSAS 18001 bahaya adalah sumber, kondisi atau tindakan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan, atau gangguan lainnya.
Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap
terjadinya kejadian kecelakaan berupa cedera, penyakit, kematian, kerusakan atau
kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008 ).
Menurut Tarwaka (2014 ), potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan, atau bahkan
dapat menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Menurut Soehatman Ramli (2010), klasifikasi bahaya keselamatan dan kesehatan
kerja dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Bahaya Mekanis
Merupakan bahaya yang bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang
bergerak dengan gaya mekanik yang digerakkan secara manual atau dengan penggerak.
Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya, seperti: gerakan memotong,
menempa, menjepit, menekan, mengebor dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan
mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan, seperti: tersayat, tergores,
terjepit, terpotong, terkupas dan lain sebagainya (Soehatman Ramli,2010: 66).
b. Bahaya Listrik
Merupakan bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
mengakibatkan berbagai bahaya, seperti sengatan listrik, hubungan singkat dan
kebakaran. Di tempat kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik,
peralatan kerja maupun mesin-mesin yang menggunakan energi listrik (Soehatman
Ramli, 2010: 66). Kondisi potensi bahaya, seperti kontak dengan listrik akibat kurang
kehati-hatian dapat terjadi selama analisis rekayasa, instalasi, pelayanan, tes serta
pemeliharaan listrik dan peralatan listrik.
c. Bahaya Kimiawi
Merupakan bahaya yang berasal dari bahan yang dihasilkan selama produksi.
Bahan ini terhambur ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau
kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses kerja. Bahan kimia
yang terhambur ke lingkungan kerja dapat menyebabkan gangguan lokal dan gangguan
sistemik. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:
1. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic)
2. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi, seperti asam keras, cuka air
aki dan lainnya
3. Kebakaran dan peledakan
4. Polusi dan pencemaran lingkungan (Soehatman Ramli, 2010: 67).
d. Fisik
Bahaya fisik merupakan bahaya seperti: ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin,
bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, radiasi dan lain sebagainya (Cecep
D. Sucipto , 2014: 15). Sedangkan menurut Soehatman Ramli (2010: 68), bahaya fisik
adalah bahaya yang berasal dari faktor-faktor fisik. Faktor fisika adalah faktor di dalam
tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja,
kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu dan medan magnet
(Permenaker nomor 5 Tahun 2018).
e. Bahaya Biologis
Menurut Cecep D. Sucipto (2014: 39) bahaya biologis adalah bahaya yang ada di
lingkungan kerja, yang disebabkan infeksi akut dan kronis oleh parasit, jamur dan
bakteri. Sedangkan menurut Soehatman Ramli (2010: 68) bahaya biologis merupakan
bahaya yang bersumber dari unsur biologi seperti flora dan fauna yang terdapat di
lingkungan kerja atau berasal dari aktifitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam
industri makanan, farmasi, pertanian, pertambangan, minyak dan gas bumi.
Kategori bahaya keselamatan dan kesehatan kerja menurut F.A Gunawan,
Fatma Lestari, Audist Subekti, dan Ismet Somad dalam bukunya Manajemen
Keselamatan Operasi menyebutkan bahwa terdapat 4 bahaya k3, yaitu:
a. Bahaya Kimia
Bahaya kimia meliputi semua bentuk materi kimiawi. Bahan kimia ini dari segi
bahayanya dapat dikelompokkan menjadi bahan kimia mudah terbakar dan meledak
(contoh: bahan bakar minyak dan LPG), bahan kimia yang reaktif terhadap air
(contoh: Methyl Isocyanate) atau asam (contoh: kalium permanganat), bahan kimia
korosif atau yang menimbulkan iritasi (contoh: asam sulfat, caustic soda), bahan kimia
beracun (contoh: logam berat, H2S), bahan kimia karsinogen yang dapat menimbulkan
kanker (contoh: benzene), bahan kimia oksidator yang memperhebat pembakaran
(contoh: oksidator anorganik seperti permanaganat ataupun peroksida organik seperti
bensil peroksida). Bahan-bahan kimia ini jika tidak ditangani secara baik akan
menimbulkan insiden, penyakit, ataupun kerusakan lingkungan.
b. Bahaya Fisik
Bahaya fisik atau fisis meliputi berbagai bentuk energi fisik seperti energi kinetik,
panas, radiasi nuklir, momentum, listrik, mekanik, tekanan, dan gravitasi. Bahaya fisis
ini jika tidak ditangani secara baik juga dapat menimbulkan terjadinya insiden,
penyakit, kerusakan harta benda, ataupun kerusakan lingkungan.
c. Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi merupakan bahaya yang timbul karena alat kerja, lingkungan
kerja, atau cara kerja yang dirancang tidak sesuai dengan kemampuan tubuh manusia
secara fisik maupun kejiwaan. Sebagai contoh, kursi yang dirancang tidak sesuai
dengan struktur punggung manusia akan dapat menyebabkan penyakit punggung.
Penerangan yang dibuat berlebihan atau teralu gelap bagi penglihatan mata manusia
dapat menyebabkan sakit mata. Indikator di ruang kendali yang dirancang tidak selaras
dengan kemampuan manusia pun dapat menimbulkan salah baca atau salah reaksi dari
operator.
Salah satu bahaya ergonomi yang sering kali menyebabkan cidera adalah kesalahan
mengangkat secara manual, baik di tempat kerja maupun rumah. Hal ini terjadi karena
banyak kalangan muda yang mengangkat beban dengan cara yang paling mudah, yaitu
dengan pinggang. Akibatnya, saraf penggerak yang terletak secara aman di dalam
tulang belakang akan terjepit atau putus. Hal ini mengakibatkan terjadinya kelumpuhan
anggota tubuh bagian belakang sebelah bawah. Di samping itu, kesalahan mengangkat
ini dapat juga menyebabkan terlukanya bantalan di antara dua ruas tulang belakang
yang keras, sehingga akan timbul rasa nyeri di punggung untuk jangka panjang.
d. Bahaya Biologi
Bahaya biologi adalah bahaya dalam bentuk makhluk hidup selain manusia yang
dapat menimbulkan kerugian bagi manusia. Hal ini misalnya nyamuk, harimau atau
virus. Makin kecil, makhluk ini makin berbahaya. Biasanya manusia menang dalam
menghadapi makhluk besar seperti ikan paus atau gajah. Namun, manusia sering kali
kalah ketika berhadapan dengan makhluk yang makin kecil seperti bakteri dan virus.
Oleh karena itu, kebersihan merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan bahaya
ini.
Jika bahaya-bahaya ini terpapar kepada sasaran (yang meliputi manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, organisme mikro, lingkungan alam, dan harta benda) meliputi daya
tahan sasaran, kerusakan yang merugikan akan terjadi. Besarnya paparan ini ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu dosis, lama waktu dan kekerapan paparan yang terjadi.
9. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
a. Faktor Manusia
1. Ketidaktahuan
Dalam menggerakkan mesin-mesin, dan peralatan diperlukan pengetahuan yang
cukup oleh teknisi. Bila teknisi kurang pengetahuannya, maka dapat jadi
pemicunya terjadinya kecelakaan. Pengetahuan dari operator dalam
menggerakkan peralatan kerja, memahami karakter dari semasing mesin, dan lain
sebagainya. Hal tersebut, jadi sangat penting, bila hal tersebut hanya
sembarangan, maka juga akan membahayakan peralatan dan manusia itu sendir.
2. Kekuatan yang Kurang
Tingkat pendidikan teknisi sangat diperlukan untuk sistem produksi dan sistem
maintenance (perawatan). Orang yang memiliki kekuatan tinggi, biasanya juga
akan bekerja dengan lebih baik, dan memperhatikan faktor keselamatan kerja
pada pekerjaanya. Oleh karena itu, selalu untuk mengasah kekuatan, agar
mengecilkan dan terlepas dari kecelakaan kerja.
3. Keterampilan yang Kurang
Setelah kekuatan pengetahuan teknisi baik, maka diperlukan latihan lewat cara
terus menerus agar keterampilan semakin baik. Hal seperti ini untuk tingkatkan
ketrampilan, agar meminimalisir kesalahan dalam bekerja, dan kurangi angka
kecelakan kerja.
4. Konsentrasi yang Kurang
Dalam melakukan pekerjaan, pekerja dituntut untuk konsentrasi tinggi. Mesin-
mesin yang beroperasi, berputar-putar, dan bergerak, tidak memiliki toleransi bila
karyawan salah dalam mengoprasikannya. Banyak hal yang meyebabkan
hilangnya konsentrasi manusia, seperti persoalan pribadi atau keluarga, persoalan
ekonomi, maupun beberapa faktor yang datangnya dari lingkungan, seperti
kondisi panas, dingin, bising dll.
5. Bermain-main
Karakter seorang yang sukai bermain-main dalam bekerja, dapat jadi salah satu
pemicunya terjadinya kecelakaan kerja. Demikian juga dalam bekerja yang
tergesa-gesa dan sembrono bisa pula menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, dalam setiap melakukan pekerjaan, sebaiknya dilakukan dengan
cermat, jeli, dan hati-hati, agar terlepas dari kecelakaan kerja.
6. Bekerja Tanpa Peralatan Keselamatan
Pekerja tertentu, mengharuskan pekerja memakai perlatan keselamatan kerja.
Peralatan keselamatan kerja, di desain buat perlindungan beberapa pekerja dari
bahaya yang diakibatkan dari pekerjaan yang dikerjakannya. Dengan
mengembangnya teknologi saat ini, telah di buat alat keselamatan yang nyaman
dan aman ketika dipakai. Peralatan keselamatan itu salah satunya helm
pengaman, kacamata las, kacamata, baju (wearpack), sarung tangan, sepatu
safety, masker, penutup telinga, tali pengaman untuk pekerja di ketinggian, dan
lain sebagainya. Jika pekerja tidak memakai perlatan keselamatan, maka itu
beresiko, dan berpontensi terjadinya kecelakaan kerja.
7. Mengambil Resiko yg Tidak Tepat
Karena tidak mau repot dalam bekerja, pekerja terkadang melakukan tindakan
yang mencerminkan tindakan tidak selamat. Jadi contoh pekerja las malas
mengambil topeng las atau kacamata las dirak keselamatan kerja, pekerja segera
mengelas tanpa ada pelindung mata, tanpa ada diguga ada percikan api yang
mengenai mata pekerja. Setelah dilakukan pengobatan, nyatanya biaya
pengobatan tidak sebanding dengan beberapa detik untuk mengambil peralatan
keselamatan kerja.
b. Faktor Lingkungan
1. Tempat Kerja yg Tidak Layak
Tempat kerja harus penuhi sarat-sarat keselamatan kerja. Seperti ukuran tempat
kerja, ventilasi udara, penerangan, dan lain sebagainya. Apabila tempat kerja
tidak penuhi persaratan keselamatan kerja yang diputuskan, maka kecelakan
kerja kemungkinan besar terjadi.
2. Kondisi Peralatan yang Berbahaya
Peralatan kerja serta mesin-mesin, pada dasarnya jadi sumber kecelakan kerja
dan memiliki kandungan bahaya. Misalnya mesin-mesin yang bergerak atau
berputar-putar, bergesekan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mesin-mesin
yang berpontensi bahaya, harus diberi pelindung agar tidak membahayakan
pekerja.
3. Beberapa Bahan dan Peralatan yang Bergerak
Perpindahan barang-barang yang berat atau yang beresiko, dari satu tempat
ketempat yang lain, sangat bisa saja terjadinya kecelakan kerja. Untuk hindari
kecelakan kerja itu, perlu dilakukan pemikiran dan perhitungan yang sangat
masak, baik cara mengubahkannya, alat yang dipakai, jalur yang akan dilalui,
siapa yang akan memindahkan, dan lain sebaginya. Untuk peralatan dan bahan-
bahan yang berat, diperlukan sebuah alat bantu untuk memindahkannya, yaitu
forklift.

10. Alat Perlindungan Diri


a. Helm Proyek

Helm keselamatan atau safety helmet ini berfungsi untuk melindungi kepala
dari benturan, pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang melayang atau
meluncur di udara. Helm ini juga bisa melindungi kepala dari radiasi panas, api,
percikan bahan kimia ataupun suhu yang ekstrim. Untuk beberapa pekerjaan dengan
risiko yang relatif lebih rendah bisa menggunakan topi ataupun penutup kepala
sebagai pelindung.

b. Sabuk dan Tali Pengaman

Sabuk keselamatan atau safety belt ini berfungsi untuk membatasi gerak
pekerja agar tidak terjatuh atau terlepas dari posisi yang diinginkan. Beberapa pekerjaan
mengharuskan pekerja untuk berada pada posisi yang cukup berbahaya seperti pada
posisi miring, tergantung atau memasuki rongga sempit. Sabuk keselamatan ini terdiri
dari harness, lanyard, safety rope, dan sabuk lainnya yang digunakan bersamaan
dengan beberapa alat lainnya seperti karabiner, rope clamp, decender, dan lain-lain.
c. Sepatu Boot
Sepatu boot ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa
benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan
kimia berbahaya ataupun permukaan licin. Bedanya dengan safety shoes umumnya
adalah perlindungan yang lebih maksimal karena modelnya yang tinggi dan melindungi
hingga ke betis dan tulang kering.
d. Sepatu Pelindung

Sepatu pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau
tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin. Selain fungsi di
atas, sepatu safety berkualitas juga memiliki tingkat keawetan yang baik sehingga bisa
digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Berbagai sepatu safety tersedia sesuai
dengan kebutuhan. Ada yang antislip, antipanas, anti-bahan kimia, anti-listrik, dll.
e. Masker

Masker pernafasan ini berfungsi untuk melindungi organ pernafasan dengan


cara menyaring vemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel debu, aerosol, uap,
asap, ataupun gas. Sehingga udara yang dihirup masuk ke dalam tubuh adalah udara
yang bersih dan sehat. Masker ini terdiri dari berbagai jenis, seperti respirator, katrit,
kanister, tangki selam dan regulator, dan alat pembantu pernafasan.
f. Penutup Telinga

Penutup telinga ini bisa terdiri dari sumbat telinga (ear plug) atau penutup
telinga (ear muff), yang berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan ataupun
tekanan.
g. Kacamata Pengaman

Kacamata pengaman ini digunakan sebagai alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dari paparan partikel yang melayang di udara ataupun di air, percikan
benda kecil, benda panas, ataupun uap panas. Selain itu kacamata pengaman juga
berfungsi untuk menghalangi pancaran cahaya yang langsung ke mata, benturan serta
pukulan benda keras dan tajam. Jenis kacamata pengaman ini bisa
berupa spectacles atau googgles.

h. Sarung Tangan

Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu
panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan, tergores
benda tajam ataupun infeksi dari zat patogen seperti virus dan bakteri. Sarung tangan
ini terbuat dari material yang beraneka macam, tergantung dari kebutuhan. Ada yang
terbuat dari logam, kulit, kanvas, kain, karet dan sarung tangan safety yang tahan
terhadap bahan kimia.
i. Pelindung Wajah

Pelindung wajah atau face shield ini merupakan alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia berbahaya, partikel yang melayang
di udara atau air, percikan benda kecil, panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan
benda keras atau tajam, serta pancaran cahaya. Terdiri dari tameng muka
atau face shield, masker selam, atau full face masker.
j. Pelampung

Pelampung ini digunakan oleh pekerja yang bekerja di atas air atau di
permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam. Pelampung ini terdiri
dari life jacket, life vest atau bouyancy control device untuk mengatur keterapungan.
APD atau Alat Pelindung Diri ini harus diperhatikan kondisinya. Jika APD
rusak atau rusak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus segera dimusnahkan.
Beberapa APD juga memiliki masa pakai, sehingga perawatannya harus lebih
diperhatikan dan dicatat waktu pembelian serta masa pemakaiannya.
Dalam Peraturan Menakertrans ini juga disebutkan bahwa pengadaan APD
dilakukan oleh perusahaan, dan pekerja berhak untuk menyatakan keberatan untuk
melakukan pekerjaan jika alat keselamatan kerja yang disediakan tidak memenuhi
ketentuan dan persyaratan.
TOPIK 10
ESTIMASI BIAYA DAN RAB

1. Estimasi Biaya
A. Pengertian Estimasi Biaya
Estimasi Biaya adalah perhitungan yang dilakukan untuk merencanakan
kebutuhan yang nantinya diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah ataupun
pekerjaan, baik itu dengan sebuah persyaratan ataupun dengan menggunakan kontrak.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan estimasi biaya adalah
sebagi berikut :
• Produktivitas tenaga kerja
• Ketersediaan material
• Ketersediaan peralatan
• Cuaca
• Jenis kontrak
• Sistem pengendalian dan kemampuan manajemen

Proses estimasi biaya :


• Mempelajari gambar perencanaan
• Menghitung kebutuhan dan kuantitas dari jenis-jenis material
• Mencari dan Menentukan harga material

B. Tahapan Estimasi
Berikut ini merupakan tahapan dalam membangun estimasi secara rinci,
yaitu :
• Melakukan perhitungan volume berbagai material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan proyek.
• Proses pemberian nilai, dimana pada tahap ini estimator menghitung estimasi biaya
material, tenaga kerja, subkontrak, peralatan, dan lain-lain.
• Tahap rekapitulasi, merupakan ringkasan estimasi sesuai urutan pekerjaan,
berfungsi untuk menghitung berbagai biaya overhead seperti pajak, asuransi dan
jaminan. Tahap ini merupakan gambaran umum dari hasil estimasi.

C. Jenis – Jenis Estimasi


Terdapat beberapa jenis estimasi yang di dasarkan pada cara memperkirakan
biaya suatu konstruksi, yaitu :
1. Estimasi kelayakan
Sebagaimana tujuan dari tahap studi kelayakan adalah untuk menentukan apakah
bangunan tsb layak dibangun, maka memperkirakan biaya konstruksinya
berdasarkan pengalaman/ membandingkan dengan bangunan yang identik, dapat
termasuk di dalamnya adalah biaya pembebasan tanah, namun untuk biaya
bangunan dapat digunakan dengan cara estimasi konseptual
2. Estimasi Detail/ Terperinci
Memperkirakan biaya konstruksi secara lebih terinci dengan berpedoman pada
gambar rencana, spesifikasi, gambar potongan dan gambar detail telah tersedia,
demikian juga gambar kerja yang selanjutnya dari gambar kerja dapat dihitung
material-material yang memerlukan potongan yang berpola ( cutting list ), sehingga
volume dari masing-masing detail bagian konstruksi maupun potongan pola
tersebut dapat dihitung lebih pasti. Atau disebut dengan metode harga satuan dan
volume pekerjaan ( Quantity Take Off ).
3. Estimasi Konseptual
Memperkirakan biaya suatu bangunan berdasarkan satuan volume bangunan , atau
factor yang lain , dengan patokan harga yang didasarkan pada bangunan yang
identik. Pada estimasi konseptual telah tersedia gambar lengkap ataupun belum
lengkap. Beberapa metode estimasi konseptual sebagai berikut :
b. Metode Satuan luas ( m2 ) , metode ini mengandalkan data dari proyek sejenis
yang pernah dibangun. Metoda ini bersifat garis besar dan ketelitiannya rendah.
c. Metode Satuan isi (m3 ) dapat dipakai pada bangunan dimana volume sangat
dipentingkan. Metoda ini hanya dapat diandalkan untuk fase awal perencanaan
dan perancangan untuk bangunan yang kurang lebih identik.
d. Metode Harga Satuan Fungsional, yang menggunakan fungsi dari fasilitas
sebagai dasar penetapan biaya.
e. Metode Faktorial, dapat digunakan pada proyek bertipe sama. Metoda ini paling
berguna untuk proyek-proyek yang mempunyai komponen utama sama. Biaya
komponen utama ini akan berfungsi sebagai faktor dasar 1.00. Semua komponen
yang lain harganya merupakan fungsi dari komponen utama.
f. Metode Sistematis (Elemental Estimates atau Parametric Estimates), dimana
proyek dibagi atas sistem fungsionalnya. Harga satuan ditentukan oleh
penjumlahan tiap harga satuan elemen dalam setiap sistem atau mengalikan
dengan data faktor pengali yang ada.
Estimasi konseptual biasanya digunakan pada bangunan Gedung. Harga satuan
tertinggi rata-rata per-m² bangunan gedung bertingkat adalah didasarkan pada harga
satuan lantai dasar tertinggi per m² untuk bangunan gedung bertingkat, kemudian
dikalikan dengan koefisien atau faktor pengali untuk jumlah lantai gedung tersebut.
Presentase komponen pekerjaan bangunan Gedung untuk pekerjaan standar bangunan
gedung, sebagai pedoman penyusunan anggaran pembangunan yang lebih dari satu tahun
anggaran dan peningkatan mutu dapat berpedoman pada prosentase komponenkomponen
pekerjaan sebagai berikut :
• Pondasi 5% - 10%
• Struktur 25% - 35%
• Lantai 5% - 10%
• Dinding 7% - 10%
• Plafond 6% - 8%
• Atap 8% - 10%
• Utilitas 5% - 8%
• Finishing 10% - 15%
(Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Negara 2002)

D. Tahap – Tahap Menyusun Estimasi Anggaran Biaya


Berikut adalah tahapan dalam menyusun estimasi anggran biaya :
1. Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar
untuk menyediakan bahan/konstruksi secara kontinu
2. Melakukan pengumpulan data tentang upah yang berlaku didaerah lokasi
proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar
daerah lokasi proyek
3. Melakukan perhitungan analisis bahan dan upah dengan menggunakan
analisis yg diyakini baik oleh si pembuat anggaran. Dipasaran terdapat
panduan berupa Jurnal, dan SNI
4. Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil
analisis satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan
5. Membuat Rekapitulasi
Rekapitulasi adalah hasil akhir masing-masing sub pekerjaan. Sub pekerjaan
tersebut dapat diuraikan lagi secara lebih detail. Setiap pekerjaan kemudian
ditotalkan sehingga didapatkan keseluruhan biaya pekerjaan. Dalam
menghitung biaya rekapitulasi ini, juga bisa memasukkan biaya tambahan dan
pajak.

E. Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Estimasi Biaya


Dalam pembuatan estimasi biaya, ada baiknya untuk memperhatikan hal – hal
berikut ini :
• Mempelajari semua dokumen yang berhubungan dengan proyek termasuk
dokumen yg direferensikan dlm dokumen kontrak. Kontraktor perlu memiliki
dokumen kontrak penawaran. Dokumen yang ada perlu dikaji ulang untuk
mengetahui tanggal penawaran, persyaratan kesempatan yang sama untuk
tenaga kerja, persyaratan standar, gaji, jadwal, alternatif, kontrak, dan lainnya.
Informasi umum mengenai proyek umumnya terdiri atas keadaan proyek,
kunjungan ke lapangan, kondisi internal (sumber daya), dan kondisi eksternal
(kondisi luar yang dapat mempengaruhi proyek).
• Melakukan tinjauan ke lokasi proyek sebelum melakukan penawaran.
• Membuat jadwal konstruksi sebelum penawaran
• Menyelidiki kemampuan keuangan dan etika bisnis pemilik proyek
• Memilih sub kontraktor dan supplier yg tepat
• Mengikuti rapat penjelasan pekerjaan. Rapat penjelasan merupakan kesempatan
baik bagi kontraktor untuk meminta klarifikasi mengenai hal-hal yang kurang
jelas, atau alternatif - alternatif pekerjaan.
• Mengidentifikasi reaksi masyarakat terhadap proyek
• Mendapat kepastian bahwa sumber daya tersedia untuk pembangunan proyek
• Membuat daftar hal-hal yg sesungguhnya tentang proyek
• Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan pemerintah
• Mengidentifikasi gangguan lingkungan yang berhubungan dengan proyek
• Mengkaji ulang pola musim daerah lokasi proyek
• Mengidentifikasi lokasi pembuangan
• Mengkaji ulang laporan penyelidikan tanah di lokasi proyek
• Mengkaji ulang proyek dan metoda konstruksi
• Melakukan analisis pekerjaan-pekerjaan yang disubkontakan untuk memastikan
bahwa seluruh pekerjaan telah tercakup
2. Rencana Anggaran Biaya
A. Pengertian Rencana Anggaran Biaya
Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) artinya membuat perkiraan
biaya yang akan dikeluarkan untuk melaksanakan proyek. Dalam
sebuah tender pengadaan barang/jasa, RAB salah satu bagian dari dokumen
yang harus dipersiapkan. Rencana Anggaran Biaya (RAB) bangunan adalah
perhitungan biaya bangunan berdasarkan gambar bangunan dan spesifikasi
pekerjaan konstruksi yang akan di bangun, sehingga dengan adanya RAB dapat
dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan

B. Fungsi RAB
RAB berfungsi sebagai acuan dasar pelaksanaan proyek, mulai dari
pemilihan penyedia/ kontraktor yang sesuai, pembelian barang/jasa, sampai
pengawasan lelang agar berjalan sesuai dengan rancangan dan kesepakatan
awal/kontrak.
Selain itu, fungsi RAB adalah sebagai berikut :
• Menetapkan jumlah total biaya pekerjaan yang menguraikan masing
masing item pekerjaan yang akan dibangun.
• Menetapkan Daftar dan Jumlah Material yang dibutuhkan.
• Menjadi dasar untuk penunjukan/ pemilihan kontraktor pelaksana.
• Peralatan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan akan
diuraikan dalam estiamsi biaya yang ada.

C. Data Yang Diperlukan Dalam Menghitung RAB


• Mempersiapkan Gambar Kerja Detail (DED)
Untuk pekerjaan konstruksi, gambar Kerja Detail Atau Biasa Disebut Detail
Engineering Design (DED) dibutuhkan untuk beberapa keperluan proyek,
termasuk dalam penyusunan RAB. Selain itu, DED ini nantinya juga bisa
digunakan untuk mengurus keperluan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), dan pembuatan Surat Perjanjian Kontrak Kerja (SPK). Penggunaan
gambar kerja pada RAB untuk proyek konstruksi diperlukan untuk
menentukan berbagai jenis pekerjaan, spesifikasi dan ukuran material
bangunan. Berbeda jika pelaksanaan proyek pengadaan barang, tidak
dibutuhkan gambar kerja detail. Dengan mempersiapkan DED pada proyek
konstruksi akan memudahkan untuk menghitung volume pekerjaan. DED
inilah yang menjadi rujukan dalam menentukan item-item pekerjaan yang
akan dihitung dalam penyusunan RAB.
• Spesifikasi Teknis Pekerjaan yang biasa disebut juga sebagai RKS
(Rencana Kerja dan Syarat – Syarat)
Spesifikasi teknis merupakan deskripsi detail tentang
persyaratan kinerja barang, jasa atau pekerjaan dalam memenuhi kebutuhan
yang telah ditetapkan (performance) atau deskripsi detail mengenai
kualitas bahan, metode dan standar kualitas barang, jasa atau pekerjaan yang
harus diberikan oleh penyedia (Conformance).
• Volume masing – masing pekerjaan yang akan di laksanakan.
Setelah semua item yang diperlukan terlist dengan baik, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung volume pekerjaan. Penghitungan ini
dilakukan dengan cara menghitung banyaknya volume pekerjaan dalam satu
satuan, misalkan per m2, m3, atau per unit. Volume pekerjaan nantinya
dikalikan dengan harga satuan pekerjaan, sehingga didapatkan jumlah biaya
pekerjaan.
• Daftar harga bahan bangunan dan upah pekerja saat pekerjaan di laksanakan.
Untuk pekerjaan konstruksi, harga satuan pekerjaan dapat dipisahkan
menjadi harga upah dan material. Kita hanya butuh untuk memasukkan harga
berdasarkan harga survei pasar yang berlaku di daerah.
• Analisa BOW (Burgelijke Openbare Werken) (lama) atau harga satuan
pekerjaan SNI.
Untuk menentukan harga satuan pekerjaan konstruksi diperlukan satuan
acuan dasar, misalnya harga satuan pekerjaan pemasangan batu bata dan
plesteran. Acuan tersebut adalah analisa biaya konstruksi (analisa harga
satuan pekerjaan). Analisa biaya konstruksi yang pertama dikenal yaitu
analisa BOW. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan untuk
menunjang pembangunan nasional dan pendayagunaan sumber daya alam
serta sumber daya manusia, Standar Nasional Indonesia (SNI) juga telah
membuat suatu standar tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan atau
lebih dikenal dengan analisa SNI.

D. Jenis – Jenis Rencana Anggaran Biaya


1. Engineer Estimate (EE), dibuat oleh Konsultan Perencana
Perhitungan anggaran Biaya ini dilakukan setelah gambar rencana
(desain) selesai dibuat oleh konsultan Perencana. Perhitungan anggaran biaya
ini lebih teliti dan cermat sesuai ketentuan dan syarat-syarat penyusunan
anggaran biaya. Penyusunan anggaran biaya ini didasarkan pada :
a. Gambar Bestek
Gunanya untuk menentukan / menghitung besarnya volume masing – masing
pekerjaan.
b. Bestek atau Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Gunanya untuk menetukan spesifikasi bahan dan syarat-syarat teknis.
c. Harga Satuan Pekerjaan
Dihitung dari harga satuan bahan dan harga satuan upah berdasarkan
perhitungan analisa BOW.
2. Owner Estimate (OE), dibuat oleh Owner/ Pemberi Tugas
Owner Estimate adalah seni melakukan perkiraan atas harga
barang/jasa, melalui analisis yang dilakukan secara profesional dan hasilnya
disyahkan oleh eksekutif yang memiliki otoritas untuk melakukan hal tersebut.
Owner Estimate berfungsi sebagai acuan dalam melakukan evaluasi atas harga
penawaran barang dan jasa yang diajukan oleh pemasok, dengan tujuan untuk
mendapatkan harga penawaran yang wajar, dapat dipertanggungjawabkan, dan
dapat dilaksanakan oleh rekanan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
kontrak.
Mengingat bahwa kegiatan penyusunan Owner Estimate memiliki
dampak yang cukup besar terhadap kegiatan Evaluasi Penawaran Pemasok,
maka pemahaman terhadap aspek hukum yang mengikat dengan kegiatan
penyusunan Owner Estimate merupakan hal penting.
3. RAB Penawaran, diajukan oleh kontraktor
Anggaran Biaya ini dibuat oleh kontraktor setelah melihat desain
konsultan perencana (gambar bestek dan RKS), dan pembuatannya lebih
terperinci dan teliti karena sudah memperhitungkan segala kemungkinan (
melihat medan, mempertimbangkan metode-metode pelaksanaan, dsb ).
Rencana Anggaran Biaya ini kemudian dijabarkan dalam bentuk penawaran
oleh kontraktor pada waktu pelelangan, dan menjadi harga yang pasti (fixed
price) bagi pemilik setelah salah satu rekanan ditunjuk sebagi pemenang dan
Surat Perjanjian Kerja (SPK) telah ditanda tangani.
4. RAB Pelaksanaan, nilai kontrak pelaksanaan fisik
RAP adalah detail biaya nyata yang digunakan kontraktor di lapangan
selama berlangsungnya proyek sampai selesainya kegiatan suatu bangunan yang
meliputi kebutuhan material dan tenaga kerja. Bagi pemilik fixed price yang
tercantum dalam kontrak adalah yang terakhir, kecuali dalam pelaksanaan
terjadi tambah dan kurang (meer & minder werk). Bagi kontraktor nilai tersebut
adalah penerimaan yang fixed, sedangkan pengeluaran yang sesungguhnya
(Real cost) yaitu segala yang kontraktor keluarkan untuk menyelesaikan proyek
tersebut. Besarnya real cost tersebut hanya diketahui oleh kontraktor sendiri.
Penerimaan di atas dikurangi Real Cost adalah laba diperoleh oleh kontraktor.

E. Detail Engineering Design (DED)


Detail Engineering Design DED adalah gambar lanjutan dari uraian gambar
Pra Rencana, dan gambar detail dasar dengan skala (PU = Perbandingan ukuran) yg
lebih besar. Gambar besteks merupakan kunci pokok (tolak ukur) baik dalam
menentukan kualitas dan lingkup pekerjaan, maupun dalam menyusun Rencana
Anggaran Biaya.
Detail Engineering Design (DED), meliputi :
• Gambar Arsitektur
• Gambar Struktur
• Gambar Mekanikal dan elektrikal
• Gambar Interior

F. Rekapitulasi Biaya Pekerjaan


1. Pekerjaan Persiapan
• Mobilisasi alat dan bahan
• Pembersihan lahan
• Pemasangan bowplank
• Pagar proyek
• Listrik kerja
• Air kerja
• Bedeng kerja dan Gudang
• Direksi Keet
• Keamanan proyek
2. Pekerjaan Struktur
• Pondasi
✓ Galian dan urugan tanah
✓ Lantai kerja
✓ Urugan pasir
✓ Pasangan batu kali
✓ Bekisting
• Retaining Wall
✓ Pekerjaan galian tanah
✓ Bekisting
✓ Pekerjaan beton
• Sloof
✓ Bekisting
✓ Pekerjaan beton
• Kolom
✓ Bekisting
✓ Beton
✓ Core lift
• Balok
✓ Bekisting
✓ Pekerjaan beton
• Tangga
✓ Bekisting
✓ Pekerjaan beton
3. Pekerjaan Arsitektur
• Dinding
✓ Pasangan bata
✓ Plesteran dan aci
✓ Finishing (pengecatan)
• Pintu dan Jendela
✓ Pasangan kusen
✓ Pasangan daun jendela/pintu
✓ Pasangan kaca
✓ Aksesoris (handle, engsel)
• Plafon
✓ Plafond (gypsum board, dll)
✓ Rangka plafon
✓ Finishing (pengecatan)
• Lantai
✓ Pasangan pasir urug
✓ Pasangan spesi/adukan
✓ Pasangan keramik
4. Pekerjaan Interior
• Furniture
✓ Loose furniture
✓ Built-in furniture
• Finishing
✓ Dinding
✓ Lantai
5. Pekerjaan Lansekap
• Hardscape
✓ Urugan tanah
✓ Pasangan adukan
✓ Paving block/batu
• Softcase
✓ Urugan tanah
✓ Penanaman vegetasi
6. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal
• Mekanikal
✓ Tata udara
✓ Hydrant
✓ Sistem transportasi
✓ Plumbing
• Elektrikal
✓ Penangkal petir
✓ Panel daya
✓ Kabel
✓ Sistem alarm
✓ Lampu
✓ Sistem daya

G. Langkah Menghitung Rencana Anggaran Biaya


1. Menghitung volume pekerjaan dengan Analisa satuan pekerjaan
2. Mencari harga bahan dan upah untuk analisa pekerjaan
3. Mengalikan antara analisa harga satuan dan harga bahan/upah
4. Mengalikannya dengan total volume pekerjaan yang sudah dihitung
sebelumnya
TOPIK 11-12
TIME SCHEDULE, BAR CHART, KURVA ‘S’

1. Time Schedule
A. Definisi Time Schedule
Perencanaan Waktu Pelaksanaan Konstruksi (time schedule) adalah
rencana waktu penyelesaian masing-masing pekerjaan konstruksi secara rinci dan
berurutan. Time schedule (jadwal pelaksana) adalah suatu alat pengendali prestasi
pelaksanaan proyek secara menyeluruh agar dalam pelaksanaan atau pengerjaan
suatu proyek dapat berjalan dengan lancar dan tertata. Di sini menerangkan kapan
waktu selesainya pekerjaan, waktu yang dibutuhkan pekerjaan atau durasi kerja
dan perkiraan waktu selesainya pekerjaan.

B. Manfaat Time Schedule


Pada prinsipnya jadwal pelaksanaan tidak terlalu rumit, berisi item-item
pekerjaan yang telah direncanakan dalam perhitungan volume dan dilengkapi
dengan rencana bulan penyelesaian. Time schedule proyek sangat membantu
dalam menentukan hubungan antara berbagai kegiatan dalam rencana proyek
secara menyeluruh.
Adapun manfaat time schedule adalah sebagai berikut :
1. Pedoman waktu dalam pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam
proyek
2. Waktu mendatangkan material ke lokasi pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan
3. Pedoman saat pengadaan alat-alat pekerjaan lapangan yang sesuai
4. Sebagai alat yang digunakan untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek
5. Sebagai acuan dasar tercapainya waktu pelaksanaan yang telah ditentukan
6. Mengontrol penentuan batas waktu denda akibat terjadinya keterlambatan
pekerjaan
7. Gambaran untuk memperkirakan nilai investasi yang akan digunakan
8. Sebagai gambaran saat akan memulai dan mengakhiri suatu proyek konstruksi
secara menyeluruh
9. Acuan dalam mengamati laju progres suatu konstruksi untuk meminimalisir
kendala apa yang mungkin atau akan terjadi

2. Bar Chart
A. Definisi Bar Chart
Bar Chart / Gant Chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun
dalam kolom arah vertikal. kolom arah horizontal menunjukan skala waktu,
sedangkan durasi pekerjaan digambarkan oleh panjang batang. (Callahan, 1992)
Hal - hal yang ditampilkan dalam bar chart adalah:
• Jenis pekerjaan Durasi waktu pelaksanaan pekerjaan
• Alur pekerjaan
B. Fungsi Bar Chart
Fungsi dari dibuatnya Bar Chart adalah sebagai berikut.
• Untuk mengetahui waktu penyelesaian pekerjaan, sehingga proyek dapat
diselesaikan tepat waktu. pekerjaan proyek terlambat, akan tetapi tidak tahu
mana item pekerjaan yang harus di pantau untuk segera diselesaikan.
• Untuk mengetahui alternatif jalur penyelesaian pekerjaan dan waktu
penyelesaian jika melalui jalur tersebut
C. Keuntungan Bar Chart
Berikut merupakan keuntungan dari penggunaan Bar Chart :
• Mudah dalam pembuatan dan persiapannya
• Memiliki bentuk yang mudah dimengerti
• Bila digabungkan dengan metode lain, seperti kurva ‘S’ dapat dipakai lebih
jauh dalam pengendalian biaya dan waktu
D. Kendala Bar Chart
• Tidak menunjukkan spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan
dan lainnya. sehingga sulit mengetahui dampak yang diakibatkan oleh
keterlambatan satu kegiatan thd jadwal keseluruhan
• Sukar mengadakan perbaikan atau pembaruan karena harus membuat bagan
balok yang baru
• Untuk ukuran proyek besar, menghadapi kesulitan. karena metode ini hanya
digunakan untuk proyek kurang dari 100 kegiatan, jika lebih akan kesulitan
dalam membaca.

E. Langkah Membuat Bar Chart


1. Membuat daftar item pekerjaan yang berisi seluruh jenis pekerjaan dalam
rencana pelaksanaan pembangunan konstruksi.
2. Mengurutkan pekerjaan/kegiatan yang disusun berdasarkan prioritas
pekerjaan yang akan dilaksanakan terlebih dahulu.
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan/kegiatan, jangka waktu tersebut dihitung dari
seluruh kegiatan (awal-akhir)

Mengetahui jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen –


komponen dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu
penyelesaian proyek tercerpat. Jalur kritis ini penting bagi pelaksana proyek karena
pada jalur ini terletak kegiatan – kegiatan yang pelaksanaan dan selesai dengan tepat
waktu. Karena jika terjadi keterlambatan maka menyebabkan proyek akan terlambat
pula.
3. Kurva ‘S’

A. Definisi Kurva ‘S’


Kurva ‘S’ adalah hasil plot dari bar chart, bertujuan untuk mempermudah
melihat kegiatan-kegiatan yang masuk dalam suatu jangka waktu pengamatan progres
pelaksanaan proyek. (CALLAHAN, 1992)
Kurva s adalah grafik dibuat dengan sumbu vertikal sebagai nilai kumulatif
biaya atau penyelesaian (progress) kegiatan dan sumbu horisontal sebagai waktu.
(SOEHARTO,1997)
Kurva S sendiri adalah sebuah jadwal pelaksanaan pekerjaan yang disajikan
dalam bentuk grafis yang dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan pekerjaan
pada sumbu tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu mendatar.
Kurva S ini dapat dipakai untuk pengujian ekonomi dan mengatur pembebanan
sumber daya serta alokasinya, menguji perpaduan kegiatan terhadap rencana kerja,
pembandingan kinerja aktual target rencana atau anggaran biaya untuk keperluan
evaluasi dan analisis penyimpangan. Kriteria kemajuan pekerjaan ditampilkan dalam
bentuk persentase kumulatif bobot prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai uang yang
dibelanjakan, jumlah kuantitas atau volume pekerjaan, kebutuhan berbagai sumber
daya dan masih banyak lagi ukuran lainnya.
Disebut Kurva “S”, karena grafik linier yang terjadi pada skedul tersebut harus
menyerupai huruf s miring hal ini terjadi dari adanya 3 tahapan proses
pelaksanaan dengan akselerasi yang berbeda, yaitu :
1. Pekerjaan persiapan, akselerasi prestasi berjalan lambat
2. Pekerjaan konstruksi, akselerasi prestasi relatif cepat dgn bobot cukup besar
3. Pekerjaan finishing, akselerasi dan bobot pekerjaan kecil, proses lambat
Penyebab membentuk huruf S di dalam kurva S dikarenakan kegiatan proyek
berlangsung sebagai berikut:
1. Kemajuan pada awalnya bergerak lambat
2. Diikuti oleh kegiatan yang bergerak cepat dalam kurun waktu yang lebih lama.
3. Akhirnya kecepatan kemajuan menurun dan berhenti pada titik akhir.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, Kurva S yang baik adalah pelan
disaat awal pekerjaan kemudian cepat di tengah dan santai lagi di akhir jadwal. Bentuk
grafik ini perlu dibuat sebaik mungkin karena akan mempengaruhi arus keuangan
proyek dan penjadwalan pendatangan material serta hal-hal penting lainya.
Fungsi scheduling dengan Kurva S adalah untuk pengendalian dan monitoring
laju kemajuan pekerjaan (biasanya dlm satuan/lingkup perminggu). Dengan demikian,
evaluasi prestasi pekerjaan perminggu adalah dengan membandingkan prestasi rieel
pada minggu ybs. dgn prestasi rencana yg telah ditentukan dlm skedul (time
schedule/kurva s/bar charts).
B. Manfaat dan Kegunaan Kurva S
• Sebagai informasi untuk mengontrol pelaksaan suatu proyek dengan cara
membandingkan deviasi antara kurva rencana dengan kurva realisai.
• Sebagai infomasi untuk pengambilan keputusan berdasarkan perubahan kurva
realisasi terhadap kurva rencana. Perubahan ini bisa dalam bentuk prosentase
pekerjaan lebih cepat atau lebih lembat dari waktu yang sudah ditentukan untuk
menyelesaikan proyek.
• Sebagai informasi kapan waktu yang tepat untuk melakukan tagihan kepada
owner ataupun melakukan pembayaran kepada supplier.

C. Langkah Membuat Kurva ‘S’


Untuk menyusun schedule dgn Kurva S, diperlukan komponenkomponen :
1. Harga & volume total satuan pekerjaan (dari RAB)
2. Nilai bobot satuan pekerjaan
3. Nilai bobot tiap kelompok pekerjaan
Ada dua cara untuk membuat Kurva “S”, yaitu:
1. Perhitungan dengan biaya
• Mencari total biaya per pekerjaan
• Membagi biaya pekerjaan pada durasi
• Menjumlahkan biaya pekerjaan pada setiap lajur waktu
• Membuat kumulatif dari % biaya pekerjaan pada lajur kumulatif bobot
biaya
• Membuat kurva ‘S’ berdasarkan kumulatif biaya.
2. Perhitungan dengan bobot pekerjaan
• Mencari % bobot biaya tiap pekerjaan dengan cara,
VOL × Harga Satuan
Presentasi bobot pekerjaan = Harga Banguna × 100%
• Membagi bobot pekerjaan biaya pada durasi
• Menjumlahkan % bobot biaya pekerjaan pada setiap jalur waktu
• Membuat kumulatif dari % bobot biaya pekerjaan pada lajur 5 kumulatif
bobot biaya.
• Membuat kurva ‘S’ berdasarkan kumulatif bobot biaya.
TOPIK 13-14
NETWORK PLANNING

1. Definisi Network Planning


Salah satu alat (tool) dalam manajemen proyek adalah network planning. Berikut ada
beberapa definisi network planning yang saya dapat dari berbagai pustaka:
a. Network Planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih
luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek. (Soetomo Kajatmo,
1977).
b. Network Planning adalah salah satu model yang digunakan dalam penyelanggaraan proyek
yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network
diagram proyek yang bersangkutan. (Tubagus Haedar Ali, 1995).
c. Network Planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian
pekerjaan (variabel) yang digambarkan/divisualisasikan dalam diagram network. (Sofwan
Badri, 1997).
d. Cara grafis untuk menggambarkan kegiatan-kegiatan dan kejadian yang diperlukan untuk
mencapai tujuan proyek. Jaringan menunjukan susunan yang logis antar kegiatan ,
hubungan timbal balik antara pembiayaan dan waktu penyelesaian proyek dan berguna
dalam merencanakan urutan kegiatan yang saling tergantung dihubungkan dengan waktu
penyelesaian proyek yang diperlukan. (Dipohusodo,1996)

2. Fungsi Network Planning


Secara umum kegunaan network planning adalah untuk mengelola kegiatan.
Berikut poin-poin detail kegunaan tool network planning :
a. Memberikan perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian kegiatan menyeluruh.
b. Dapat memperkerikan waktu, biaya, serta sumber daya yang diperlukan.
c. Sebagai dokumentasi proyek.
d. Mengetahui kegiatan kritis.
e. Sebagai alat komunikasi data, masalah, dan tujuan proyek.
f. Membantu pengguna dalam mengerti alur kerja suatu proyek sehingga sangat
berguna dalam perencanaan dan pengendalian pada penjadwalan.
g. Membantu dan mempermudah koordinasi pekerjaan

3. Hal – Hal Yang Diperhatikan Dalam Membuat Network Planning


• Menentukan aktivitas/kegiatan
• Menentukan durasi aktivitas/kegiatan
• Medeskripsikan aktivitas/kegiatan
• Menentukan hubungan yang logis
3 Kemungkinan Hub. Logis :
✓ Hubungan sebelumnya (predecesor) hubungan sebelumnya terjadi ketika
sebuah aktifitas harus selesai terlebih gahulu sebelum aktivitas berikutnya
dapat dimulai. (Pek pondasi memiliki hub. predesor dengan atap)
✓ Hubungan setelahnya (succesor) hubungan setelahnya terjadi setelah selesai
suatu aktivitas (Pek. Interior memiliki hubungan successor dengan pek atap)
✓ Hubungan tak tergantung (independent) hubungan kegiatan yang tidak
didahului atau mendahului kegiatan lainnya. (Pek. independent)

4. Data – Data Yang Diperlukan Dalam Membuat Network Planning


• Mengetahui jenis-jenis pekerjaannya, dan prasyarat apa yang diperlukan untuk memulai
pekerjaan atau kegiatan tersebut, dan kegiatan apa yang dapat dilakukan setelah pekerjaan
tersebut selesai.
• Taksiran waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan masing-masing pekerjaan. Jika
pekerjaan tersebut tergolong baru, maka dapat dilakukan perkiraan dengan diberikan
waktu lebih (slag).
• Biaya yang diperlukan masing-masing kegiatan dan biaya yang diperlukan untuk
mempercepat pekerjaan tersebut.
• Sumberdaya yang diperlukan pada masing-masing pekerjaan (Tenaga, bahan bakar,
peralatan dan perlengkapan, dll).

5. Hal Penting Yang Perlu Diperhatikan Untuk Pekerjaan Proyek


1. Urutan rangkaian aktivitas untuk setiap pekerjaan
2. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan urutan pekerjaan
menunjukkan pekerjaan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum mengerjakan
pekerjaan berikutnya urutan pekerjaan digambarkan dalam diagram

6. Simbol Arrow Diagram


1. Simpul (node) menggambarkan suatu kejadian (event) – node “i”
2. Panah (arrow) menggambarkan suatu kegiatan (activity) – node “j”

Kegiatan/Aktivitas

Durasi

Jaringan Kerja

7. Hal penting
▪ 1, 2, 3, 4, 5 disebut sebagai event (kejadian)
▪ A, B, C, D, E disebut sebagai aktivitas (activity)
▪ Head event, kejadian yang mengakhiri suatu aktivitas
▪ Tail event, kejadian yang mengawali suatu aktivitas
8. Dummy
Dummy digunakan untuk memperlihatkan ketergantungan dari suatu event
kepada event lain, akan tetapi tidak memerlukan sumber daya maupun waktu.
Simbol dari dummy adalah suatu panah yang terputus-putus.
9. Float atau Slack
Float adalah jangka waktu yang merupakan ukuran batas toleransi
keterlambatan suatu kegiatan.
• Total Float [TF] adalah jangka waktu antara paling lambat peristiwa akhri
[t4] kegiatan berlangsung dengan saat selesainya kegiatan yang
bersangkutan, jika kegiatan itu dimulai pada saat paling awal peristiwa
[t1].
• Free Float [FF] adalah jangka waktu antara saat paling awal peristiwa
akhir [t3] kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan
yang bersangkutan, jika kegiatan tersebut dimulai pada saat awal peristiwa
[t1].
• FLOAT terdapat pada kegiatan yang ES ≠ LS
• Kegiatan kritis tidak mempunyai FLOAT (ES = LS), pekerjaan nya tidak
dapat ditunda, jika ditunda menyebabkan pekerjaan terlambat dan proyek
akan terlambat
Rumus : Total Float [TF] = t4 - d – t1
Free Float [FF] = t3 – d – t1
• Jika suatu kegiatan tidak memiliki float atau dengan kata lain TF ataupun
FF = 0, maka berarti kegiatan tersebut adalah kegiatan kritis.
• Fungsi float-slack
✓ “Mitra”,”cadangan” atau “potensi” yang dapat digunakan dalam
pengelolaan dan keberhasilan pelaksanaan proyeknya.
✓ Makin banyak kegiatan yang mempunyai FLOAT, maka makin banyak
“potensi” dan “kesempatan” kontraktor untuk mencari variasi
perencanaan dan pengendalian yang optimal terhadap sumber daya
(tenaga kerja, dan financial/keuangan)
“Semakin sedikit kegiatan yang mempunyai FLOAT (makin sedikit
kegiatan non kritis), maka kontraktor tidak mempunyai pilihan lain
kecuali melakukan pengendalian yang sangat ketat agar proyek tidak
terlambat → resiko proyek terlambat lebih besar.”
• Float dapat dibedakan/diklasifikasikan:
✓ TOTAL FLOAT (TF), yaitu jumlah waktu tenggang (tunda) maksimum
yang masih mungkin suatu kegiatan dimulai atau diakhiri tanpa menunda
kegiatan dini/awal berikutnya.
✓ FREE FLOAT, yaitu jumlah waktu tenggang (tunda) maksimum antara
kegiatan dini/awal yang masih mungkin tanpa mengakibatkan
terlambatnya waktu start awal kegiatan berikutnya.

✓ INDEPENDENT FLOAT , yaitu jumlah waktu tenggang (tunda)


maksimum mulai suatu kegiatan akhir yang masih mungkin tanpa
mengakibatkan kegiatan dini/awal berikutnya terlambat

Anda mungkin juga menyukai