Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN

BAB XII – BAB XIII – BAB XIV


Di Buat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial

Di Susun Oleh :

1. Nindia Salsabila Mia Dewi NIS : 12137027


2. Santi Febrianti NIS : 12137033
3. Tania Dita Agustina NIS : 12137039
4. Yusuf Bahtiar Fauzi NIS : 12137044
5. Gilang Ramadhan NIS : 13148469
6. Annisa Fitriani NIS : 12137359

IX – A

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 BANJARAN


2014/2015
BAB XII

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT


Oleh : Annisa Fitriani

A. Latar Belakang
Belanda tidak mau membicarakan masalah Irian Barat dengan Indonesia.
Berdasarkan keputusan KMB pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag
Belanda, “Bahwa masalah Irian Barat akan dibicarakan antara Indonesia dengan
Belanda satu tahun setelah Pengakuan Kedaulatan”

B. Perjuangan Diplomasi
- Bilateral : Perundingan 2 negara
- Multilateral : Perundingan banyak negara
Walaupun dilakukan perundingan lewat siding di PBB, tahun 1954 mengalami
kegagalan.

C. Perjuangan Konfrontasi (Peperangan)


Diawali dengan pengambil alihan perusahaan milik Belanda dan pemutusan
hubungan diplomatik.

D. TRIKORA (Tiga Komando Rakyat)


Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno dalam suatu rapat raksasa
di Yogyakarta mengeluarkan komando yang terkenal sebagai Tiga Komanda
Rakyat (TRIKORA).
Adapun Isi TRIKORA adalah sebagai berikut :
1. Gagalkan pembentukan “Negara Papua” bikinan Belanda colonial
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia
3. Berpisah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan tanah air dan bangsa.

Dampak dikeluarkannya Trikora :


1. Januari 1962 dibentuk Komando Mandala dengan panglimanya Mayor
Jendral Soeharto, kantornya di Makassar Sulawesi Selatan
2. Operasi pembebasan Irian Barat, dilakukan bertahap :
 Fase Infiltrasi (penyusupan) akhir 1962
 Fase Eksploitasi ( penyerangan pos – pos Belanda) awal 1963
 Fase Konsolidasi ( penggabungan) awal 1964

E. Perundingan New York


Pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani suatu perjanjian antara
Indonesia dengan pemerintah Belanda di New York, bertempat di Markas Besar
PBB.

Isi Perundingan New York:


1. Irian Barat sementara diawasi PBB yaitu oleh UNTEA (United Nations
Temporary Executive Authority = Pengawas sementara PBB)
2. Pada tanggal 31 Desember 1962 bendera Belanda yang ada di Irian Barat di
turunkan.
3. Pada tanggal 1 Mei 1963 tugas PBB berakhir, Irian Barat diserahkan ke
Indonesia. Namanya diganti menjadi Irian (Provinsi ke 26)
4. Pada tahun 1969 harus diadakan PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat)
seperti pemilu diadakan di Irian Jaya saja.
BAB XIII

STRATEGI NASIONAL DALAM MENGHADAPI PERISTIWA


MADIUN/PKI, DI/TII, G 30 S/PKI, DAN KONFLIK – KONFLIK INTERNAL
LAINNYA
Oleh : Santi Febrianti, Nindia Salsabila dan Gilang Ramadhan

A. Peristiwa Madiun/PKI dan Cara yang Dilakukan Pemerintah


dalam Penanngulannya
Pada waktu bangsa Indonesia sedang berjuang melawan Belanda dengan
perjuangan bersenjata maupun diplomasi setelah kemerdekaan, bangsa kita harus
menghadapi pemberontakan PKI Madiun.

Pemberontakan yang terjadi pada 18 September 1948 ini merupakan


pengkhianatan yang di lakukan oleh Musso dan Amir Syarifudin. Mereka
mendirikan FDR (Front Demokrasi Rakyat) dengan alasan ingin mendirikan Negara
Komunis. Beberapa tindakan yang mereka lakukan seperti :

 Anti terhadap Pemerintah


 Pemogokan kerja
 Pembunuhan

Pada tanggal 30 September 1948, seluruh kota Madiun dapat di rebut kembali
oleh TNI yang dipimpin oleh Kol. A.H. Nasution. Musso melarikan diri ke luar kota
dan dapat di kejar yang akhirnya di tembak oleh TNI. Sedangkan Amir Syarifudin
tertangkap di hutan Ngrambe, Grobogan, Purwadadi dan akhirnya di hukum mati.
B. Peristiwa DI/TII dan Cara yang Dilakukan Oleh Pemerintah
dalam Penanggulangannya

1. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

Pada tanggal 7 Agustus 1949, di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya Jawa


Barat, Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamasikan berdirinya Negara
Islam Indonesia. Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI) dan nama tentanranya
adalah Tentara Islam Indonesia (TII).

Tindakan yang dilakukan oleh DI/TII ini antara lain, membakar rumah – rumah
rakyat, membongkar sel kereta api, dan merampok harta benda penduduk.

Selanjutnya, dalam rangka menghadapi aksi DI/TII, pemerintah mengerahkan


pasukan TNI untuk menumpas gerombolan ini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi
bersama rakyat melakukan operasi “Pagar Betis” dan operasi “Bratayudha”. Dan
pada tanggal 4 Juni 1962, SM Kartosuwirjo beserta para pengawalnya dapat di
tangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi “Bratayudha” di Gunung Geber,
Majalaya, Jawa Barat. Dan SM Kartosuwirjo di jatuhi hukuman mati oleh
Mahkamah Angkatan Darat.

2. Pemberontakan DII/TII di Jawa Tengah

Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah di bawah pimpinan Amir Fatah yang


bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Dan Moh. Mahfudz Abdul
Rachman (Kiai Sumolangu). Mereka sama – sama menginginkan berdirinya Negara
Islam di Indonesia.

Untuk menumpas pemberontakan ini, pada bulan Januari 1950 pemerintah


melakukan operasi “Gerakan Banteng Negara” (GBN) di bawah Let. Kol. Sabirin.
Gerakan operasi ini dengan pasukan “Banteng Raiders”

Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan


sebagian dari DI/TII yang di lakukan oleh “Angkatan Umat Islam” yang di pimpin
oleh Kyai Moh. Mahfudz Abdul Rachman.

Untuk menumpas pemberontakan ini pemerintah melakukan “Operasi


Merdeka Timur” yang dipimpin oleh Let. Kol. Soeharto, Komandaan Brigade
Pragolo.

3. Pemberontakan DI/TII di Aceh

Gerombolan DI/TII juga melakukan pemberontakan di Aceh yang di pimpin


oleh Teuku Daud Beureuh. Adapun penyebab timbulnya pemberontakan DI/TII di
Aceh adalah kekecewaan Daud Beureuh karena status Aceh pada tahun 1950 di
turunkan dari Daerah Istimewa menjadi karesidenan di bawah Provinsi Sumatera
Utara. Pada tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh menyatakan bahwa Aceh
merupakan bagian dari Negara Islam Indonesia di bawah pimpinan SM.
Kartosuwirjo.

Dalam menghadapi pemberontakan DI/TII di Aceh, atas prakarsa Kol. M. Yasin,


pada tanggal 17 – 21 Desember 1962 di selengarakan “Musyawarah Rakyat Aceh”
yang mendapat dukungan tokoh – tokoh masyarakat Aceh, sehingga
pemberontakan dapay di padamkan.

4. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan

Di Sulawesi Selatan juga timbul pemberontakan DI//TII yang di pimpin oleh


Kahar Muzakar. Pada 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah
agar pasukannya yang bergabung dalam komando Gerilya Sulawesi Selatan
dimasukkan ke dalam Angkatan Perang RIS (APRIS). Namun, tuntutan ini di tolak.

Pada tanggal 17 Agustus 1951, Kahar Muzakar beserta anak buahnya


melarikan dirinya ke hutan dan melakukan aksi terror terhadap rakyat. Untuk
menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan, pemerintah melakukan
operasi militer. Baru pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil di tangkap
dan di tembak mati.

5. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan

Pada bulan Oktober 1950 DI/TII juga melakukan pemberontakan di Kalimantan


Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Para pemberontak melakukan pengacauan
dengan menyerang pos – pos kesatuan TNI.

Untuk memadamkan pemberontakan, pada mulanya pemerintah memberi


kesempatan Ibnu Hajar untuk menyerah dan akan di terima sebagai anggota TNI.
Pada akhirnya Ibnu Hajar pun menyerah. Akan tetapi, setelah menyerah dia
melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi. Selanjutnya pemerintah
mengerahkab pasukan TNI sehingga pada akhir 1959 Ibnu HAjar beserta seluruh
anggota gerombolannya tertangkap dan di musnahkan.

C. Keadaan Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya Sebelum


Terjadinya Peristiwa G 30 S/PKI

1. Keadaan Politik

Kondisi politik menjadi panas saat masa berlangsunngnya Demokrasi


Terpimpin (masa Orde Lama). Karena antar partai politik saling mencurigai, antara
partai politik dengan ABRI serta antara keduanya dengan Presiden. Mereka saling
bersaing untuk saling berebut pengaruh atau mendominasi.
2. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi sangat memperihatinkan hingga muncul krisis ekonomi


nasionaal. Prinsip NASAKOM yang di terapkan waktu itu memberi peluang kepada
PKI dan organisasi pendukungnya untuk memperluas pengaruhnya. Apalagi
dengan adanya proyek Mercusuar yang semakin memperburuk keadaan ekonomi
bangsa. Sebagai contohnya adalah sebagai berikut :

 Sebagai tuan rumah pelaksanaan Ganefo, yang di ikuti oleh Negara –


Negara Komunis
 Membangun “Monumen Nasional”
 Membangun Gedung Cowefo
 Lebih banyak mengimpor barang di bandingkan dengan mengekspor
barang

Layaknya Mercusuar, yang terang di atas namun gelap di bawah. Terus


menerus membanggakan Indonesia ke luar Negeri, namun di dalamnya sangat
buruk dan memprihatinkan, tidak tahu arah dan tujuan.

3. Keadaan Budaya

Kondisi politik dan ekonomi yang semakin tegang, berdampak pada social
budaya masyarakat. Budaya yang berbau bangsa barat di larang keras untuk
masuk ke Indonesia.

D. Beberapa Penyimpangan Jelang G 30 S/PKI

1. Penyimpangan Politik Luar Negeri “Bebas – Aktif”

Terjadi penyimpangan politik luar negeri “Bebas – Aktif”, dimana Indonesia


membagi kekuatan Dunia menjadi 2, yaitu :

1) NEPO (New Emerging Forces)


Kelompok Negara – Negara yang anti penjajahan dan Kapitalisme, atau
anti barat
2) OLDEFO (Old Estabilicshed Forces)
Kelompok Negara – Negara penjajah dan Kapitalisme, atau negara barat

2. Indonesia Berkonfrontasi Dengan Malayasia

Konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, akhirnya melahirkan “Dwikora”


(Dua Komando Rakyat). Adapun isi Dwikora adalah sebagai berikut :

1) Gagalkan Negara Malaysia


2) Perhebat pertahanan kita
3. Keluarnya Indonesia dari Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB)

Indonesia memutuskan keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965. Penyebab
utamanya adalah

4. Membentuk Poros Jakarta – Peting

Pengaruh PKI yang besar dalam bidang politik sehingga memengaruhi terhadap
kebijaka pemerintah. Semua organisasi yang anti komunis dituduh sebagai anti
pemerintah. Manifesto Kebudayaan (Manikebu), sebagai organisasi para seniman
dibubarkan pemerintah pada bulan Mei 1964. Kebijakan politik luar negeri RI pada
waktu itu lebih condong ke Blok Timur yaitu dengan terbentuknya poros Jakarta –
Peting (Sekarang Beijing). Dan kemudian bergabung dengan Pyong Young dan
Hanoi.

E. Masa Persiapan G 30 S/PKI

1. Aksi Sepihak

Pada akhir tahun1965 PKI melakukan “Aksi – Sepihak” terutama di daerah


Jawa, Bali, dan Sumatera Utara. Yaitu dengan melakukan penyerobotan tanah
milik orang lain khususnya orang asing.

2. Mengahancurkan Lawan Politik

PKI mengancurkan lawan – lawan politiknya karena di anggap sebagai


penghalang bagi PKI. Adapun partai yang yang di hancurkan oleh PKI adalah :

 MASYUMI
 MURBA
 PSI

3. Mengusulkan Angkatan Ke – 5

Mengusulkan angkatan ke – 5 yang terdiri dari para Buruh dan Petani dengan
memberikan mereka senjata.

4. Melatih 3000 Kader

PKI melatih 3000 kader yang terdiri dari pemuda, rakyat, dan Gerwani di
Lubang Buaya, Jakarta Timur tanpa sepengetahuan pemerintah.
5. Memfitnah TNI – AD

PKI memfitnah TNI – AD dengan isu adanya “Dewan Jenderal” berdasarkan


dokumen Grilehirst.

F. Pelaksanaan G 30 S/PKI
Puncak ketegangan politik terjadi pada dini hari tepatnya pukul 04.00 tanggal
30 September 1965 (memasuki 1 Oktober 1965) aksi ini di pimpin oleh Let. Kol
Untung Sutopo, komandan Batalyon I Cakrabirawa. Para pimpinan TNI – AD di
culik dan di bunuh oleh kelompok G 30 S/PKI yang di sebut dengan Pasukan
Pasupati. Target dari penculikan tersebut adalah :

 Jend. A. H Nasution (Menko Hankam / KA Staf AD)


 Let. Jend. Ahmad Yani (Menteri Panglima AD)
 May. Jend. R. Suprapto (Deputi II Panglima AD)
 May. Jend. M. T. Harjono (Deputi III Panglima AD)
 May. Jend S. Parman (Asisten I Panglima AD)
 Brig. Jend. Soetojo ( Asisten II Panglima AD)
 Brig. Jend. D. I. Panjaitan (Asisten IV Panglima AD)

Dalam peristiwa tersebut Jend. H. Nasution berhasil melarikan diri dari


pembunuhan akan tetapi putri beliau, Irma Suryani Nasution dan Lettu. Pierre
Andreas Tendean anjudannya tewas karena terkena tembakan para penculik.

PKI memaksa para pimpinan TNI – AD untuk mendatangani surat


pembentukan Dewan Jenderal. Namun, para pimpinan TNI – AD tersebut tidak
menyetujuinya dan akhirnya mereka di aniayaya hingga meninggal.

Jasadnya di masukkan kedalam sebuah sumur tua yang telah kering dan di
kubur oleh tanah, di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur.

G. Penumpasan Pemberontakan G 30 S/PKI


Mengahadapi situasi politik yang panas, Presiden Soekarno segera
mengeluarkan perintah agar May. Jend Soeharto selaku Panglima Komando
Strategis Angkatan Darat (KOSTARD) mengambil alih komando Angkatan Darat.

Dengan menghimpun pasukan lain termasuk Divisi Siliwangi dan Resimen Para
Komando Angkatan Darat (RPKAD), kecuali Ali yang mendukung G 30 S/PKI. Di
pimpin oleh Kol. Inf. Sarwo Edhi Wibowo mulai melakukan penumpasan terhadap
G 30 S/PKI.

Pada tanggal 1 Oktober 1965, pasukan RPKAD berhasil merebut kembali kantor
Telkom dan RRI pada pukul 19.20. Selanjutnya menjelang sore hari pada 2 Oktober
1965, pasukan RPKAD dapat mengambil kembali Bandar Udara Halim
Perdanakusumah yang menjadi pusat kegiatan G 30 S/PKI.
Dalam operasi pembersihan yang di lakukan pada 3 Oktober 1965 atas
petunjuk Brig. Pol. Sukitman, di temukannya sumur tua tempat jenazah para
pimpinan TNI – AD di kubur. Pada 4 Oktober 1965, di lakukan pengambilan jenazah
oleh pasukan Amphibi KKO AL (Marinir) sampai pukul 15.00. Dan keesokan harinya
para jenazah tersebut di makamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Mereka yang menjadi korban kebiadaban PKI tersebut mendapat penghargaan


sebagai Pahlawan Revolusi.

Kekuatan G 30 S/PKI dapat di lumpuhkan dalam waktu 2 hari, dan tokoh –


tokoh PKI yang tertangkap adalah :

 Nyono
 Utomo Ramelan
 Zamkamara Zaman
 Kol. Sahirman
 Mayor Mulyono
BAB XIV

BERAKHIRNYA ORDE BARU DAN LAHIRNYA REFORMASI


Oleh : Tania Dita dan Yusuf Bahtiar

A. Peristwa – Peristiwa Politik Penting Pada Masa Orde Baru)

1. TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat)


Pada tanggal 25 Oktober 1965 terbentuklah Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI). Selanjutnya di ikuti oleh kesatuan – kesatuan aksi yang lain,
diantaranya :
 Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI)
 Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI)
 Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI)
 Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI)
 Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI)
 Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI)
Ketika gelombang demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI semakin
keras, namun Pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Oleh karena itu, pada
tanggal 10 Januari 19666 KAMI dan KAPPI mempelopori kesatuan – kesatuan aksi
yang tergabung dalam Front Pancasila, mendatangi DPR – GR menuntut tiga
tuntutan hati nurani rakyat yang terkenal dengan Tiga Tuntutan Rakyat (TRITURA).
Adapun isinya adalah sebagai berikut :
 Pembubaran PKI
 Pembersihan Kabinet dari unsur G 30 S/PKI
 Penurunan harga atau perbaikan ekonomi
Ketiga tuntutan di atas menginginkan perubahan di bidang politik, yakni
pembubaran PKI beserta Ormas – Ormasnya dan pembersihan Kabinet dari unsur
G 30 S/PKI. Selain itu juga, keinginan adanya perubahan ekonomi yaitu penurunan
harga.
2. Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR)
Aksi untuk menentang G 30 S/PKI semakin meluas menyebabkan Pemerintah
merasa tertekan. Oleh karena itu setelah melakukan pembicaraan dengan
beberapa anggota kabinet dan perwira ABRI di Istana Bogor pada tanggal 11
Maret 1966 pukul 19.00, Presiden Soekarno akhirnya menyetujui memberikan
perintah kepada Let. Jend. Soeharto sebagai panglima Angkatan Darat dan
Pangkopkamtib untuk memulihkan keadaan dan wibawa Presiden.
Sebagai tindak lanjut, pada tanggal 12 Maret 1966, Soeharto membubarkan
PKI dan mengamankan 15 menteri kabinet DWIKORA yang terlibat G 30 S/PKI.

3. Sidang Umum MPRS


Sidang Umum IV MPRS yang diselenggarakan pada tanggal 17 Juni 1966 telah
menghasilkan beberapa ketetapan yang dapat memperkokoh tegaknya Orde Baru
antara lain :
1) Ketetapan MPRS No. IX tentang Pengukuhan Surat Perintah Sebelas
Maret
2) Ketetapan MPRS No. XXV tentang pembubaran PKI dan Ormas –
Ormasnya serta larangan penyebaran ajaran Marxisme – Komunisme di
Indonesia
3) Ketetapan MPRS No. XXIII tentang pembaruan Landasan Kebijakan
Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan
4) Ketetapan MPRS No. XIII tentang Pembentukan Kabinet Ampera yang di
tugaskan kepada pengembangan Tap MPRS No. IX

4. NAWAKSARA
MPRS memninta pertanggung jawaban terhadap Presiden Soekarno dalam
Sidang Umum MPRS 1966 atas terjadinya pemberontakan G 30 S/PKI, Presiden
Soekarno menyampaikan amanatnya pada tanggal 22 Juni 1966 yang berjudul
NAWAKSARA.
Pada tanggal 10 Januari 1967 Presiden Soekarno memberikan pelengkap
NAWAKSARA. Akan tetapi, isinya tidak dapat memuaskan banyak pihak. Oleh
karena itu DPR – GR mengajukan Resolusi dan memorandum tanggal 9 Februari
1967, menolak NAWAKSARA. Pada tanggal 22 Februari 1967, Presiden Soekarno
menyerahkan kekuasaaan kepada pengemban ketetapan MPRS No. IX, Jendral
Soeharto.

5. Politik Luar Negeri


Politik luar negeri Indonesia pada masa yang condong kepada salah satu Blok
pada masa Demokrasi Terpimpin, merupakan pengalaman pahit bagi bangsa
Indonesia. Sebagai landasan kebijakan Politik Luar Negeri Orde Baru telah
ditetapkan dalam Tap No. XII/MPRS/1966. Menurut rumusan yang telah di
tetapkan MPRS.
Sebagai wujud dari pelaksanaan Politik Luar Negeri “BEBAS – AKTIF” pada masa
Orde Baru melaksanakan langkah – langkah sebagai berikut :
1) Menghentikan politik Konfrontasi dengan Malaysia setelah di tanda –
tanganinya persetujuan untuk menormalisasi hubungan Bilateral
Indonesia – Malaysia pada tanggal 11 Agustus 1966. Selanjutnya sejak
31 Agustus 1967 kedua Pemerintah telah membuka hubungan
Diplomatik pada tingkat Kedutaan Besar
2) Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB)
pada tanggal 28 September 1966 setelah meninggalkan PBB sejak 1
Januari 1965 dengan tetap menjadi anggota ke – 60
3) Indonesia ikut memprakarsai terbentuknya sebuah organisasi kerja
sama Regional di kawasan Asia Tenggara yang di sebut ASEAN pada
tanggal 8 Agustuss 1967 di Bangkok, Thailand

6. Pemilihan Umum (PEMILU)


Fungsi dan tujuan Pemilu adalah sebagai sarana menegakkan Demokrasi dan
memilih wakil – wakil rakyat. Pemilihan Umum pada masa Orde Baru pertama kali
dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971 yang diikuti oleh 10 Partai Politik. Pemilu
tahun 1977 s/d tahun 1997 diikuti oleh 3 Partai Politik.
Adapun asas Pemilu yaitu asas “LUBER”, yang sebagai berikut :
 Langsung
Memberikan hak suara tanpa di wakilkan
 Umum
Berlaku untuk seluruh WNI dengan syarat telah berusia 17 tahun atau
sudah menikah
 Bebas
Bebas memilih tanpa ada paksaan
 Rahasia
Hak pilih di jamin kerahasiaannya

7. Sidang MPR Tahun 1973


Dengan Pemilu I 1971, maka untuk pertama kali RI mempunyai MPR tetap,
yakni bukan MPRS lagi. Selanjutnya MPR mengadaan sidang pada bulan Maret
1973 yang menghasilkan beberapa keputusan, diantaranya adalah sebagai
berikut :
 Tap IV/MPR/73 tentang Garis – Garis Besar Haluan Negara sebagai
pengganti Manipol
 Tap IX/MPR/73 tentang pemilihan Jenderal Soeharto sebagai Presiden
RI
 Tap XI/MPR/73 tentang pemilihan Sri Sultan Hamengkubuono IX
sebagai Wakil Presiden RI
B. Data Statistik Ekonomi Orde Baru
Perkembangan ekonomi pada masa orde baru :

1. Tujuan pembangunan Nasional : “Mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur


yang Merata”.
2. Landasannya : 1. Pancasila (Idiil)

2. UUD 1945 (Konstitusional)

3. GBHN (Operasional)

3. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan berencana yang disebut


pelita (pembangunan)
4. Prioritas pembangunan : Bidang ekonomi, terutama dalam bidang pertanian

C. Berakhirnya Orde Baru


1. Juli 1997 terdiri krisis moneter (keuangan) nilai rupiah turun terhadap dollar AS
2. Perekonomian rusak, pengangguran meluas, harga – harga melonjak
3. Timbul krisis kepercayaan
4. Meningkatnya KKN (Korupsi – Kolusi – Nepotisme)
5. Menurunnya supremasi hukum, HAM dan Demokrasi
6. Hasil pemilu 1997 memilih kembali soeharto sebagai Presiden untuk ke – 7
7. 21 mei 1998 Presiden Soeharto lengser

Anda mungkin juga menyukai