Anda di halaman 1dari 39

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek terjadi ketika
permukaan suatu benda bersentuhan dengan permukaan benda lainnya.
Gesekan dibagi menjadi dua yaitu gesekan statis yang artinya gesekan
yang bekerja pada benda diam setelah diberi sedikit gaya. Gaya gesek
yang kedua adalah gaya gesek kinetik yaitu ketika benda bergerak setelah
diberikan gaya gesek. Dalam gaya gesekan terdapat koefisien gesekan.
Koefisien gesekan statis merupakan rasio besarnya gaya gesekan statis
dan gaya normalnya. Koefisien gesekan kinetis merupakan rasio gaya
gesek yang terjadi dengan besar gaya kinetis dan gaya normalnya.
Gesekan dalam kehidupan sehari-hari memiliki manfaat dan kerugian.
Penentuan koefisien gesek statis terlebih dahulu dilakukan
penimbangan bahan yang akan dicari koefisien geseknya. Masa bahan
(balok) sudah diketahui kemudian bahan diletakkan pada bidang miring
kemudian diperbesar sudut kemiringannya hingga bahan tersebut
terdorong ke bawah. Penentuan koefisien gesek kinetis langkah
pertamayaitu menimbang bahan dan menyusun bahan sehingga sudut
pada koefisien gaya gesek kinetis ditentukan dan kita menghitung waktu
yang dibutuhkan benda bergerak dari dari titik awal ke titik acuan.
Praktikum ini dilakukan dengan cara meluncurkan benda yang sudah
diketahui massanya, untuk koefisien gesek statis dengan meluncurkan
benda dengan memperbesar sudut secara perlahan-lahan. Untuk koefisien
gesek kinetis benda yang diberi beban agar cepat meluncur dan dicatat
waktunya.
Membahas pentingnya gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya manusia berjalan tanpa terpeleset dan mobil bisa berhenti
karena adanya pengereman. Selain itu juga ban mobil dan bansepeda
motor yang diberi bentuk gerigi agar tidak licin dan tetap berjalan.

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksi Umum ( TIU )
1. Kami dapat memahami konsep gaya gesek.
2. Kami dapat melakukan pengamatan gaya gesek.

1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus ( TIK )


1. Kami dapat menjelaskan perbedaan koefisien gesek statis dan
koefisien gesek kinetis.
2. Kami dapat mengamati koefisien gesek dari berbagai macam
benda.
3. Kami dapat menjelaskan kaitan antara koefisien gesek kinetis
dengan percepatan gerak benda dan percepatan gravitasi.

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Gaya Gesek


Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda
atau arah kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul
apabila dua buah benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud
di sini tidak harus berbentukpadat, melainkan dapat pula berbentuk
cair, ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat
misalnya adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya
antara benda padat dan cairan serta gas adalah gaya Stokes.Di
mana suku pertama adalah gaya gesek yang dikenal sebagai gaya
gesek statis dan kinetis.Gaya gesek disimbolkan dengan huruf f
(friction). Jika pada sebuah benda bekerja gaya tertentu sehingga
benda bergerak, maka arah gaya gesek selalu berlawanan dengan
arah gerak benda. Untuk lebih jelasnya, perhatikan diagram gaya
yang bekerja pada benda berikut ini.

Gambar 2.1 (gaya gesek)

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

Dari gambar di atas, F adalah gaya yang menarik balok dan


menyebabkan balok bergerak ke kanan, sedangkan f adalah gaya
gesek yang arahnya berlawanan dengan gaya F dan gerak benda.
Jadi, keberadaan gaya gesek ini akan menghambat laju benda yang
bergerak sehingga menjadi berhenti pada suatu tempat.
Dari penjelasan tersebut tentunya kalian telah paham bahwa
jika kita mendorong almari yang besar dan almari tersebut tidak
bergerak itu karena pada bagian dasar almari dan lantai bekerja
gaya gesek yang arahnya berlawanan dengan arah gaya dorong
kita.
Sedangkan bola yang mula-mula bergerak di lapangan rumput
kemudian berhenti, itu karena antara permukaan bola dan rumput
timbul gaya gesek yang arahnya berlawanan dengan gerak bola
sehingga lama kelamaan menyebabkan bola menjadi berhenti atau
diam.
Gaya gesek dapat merugikan dan juga bermanfaat. Panas pada
porosyang berputar, engsel pintu dan sepatu yang aus adalah
contoh kerugian yang disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi
tanpa gaya gesek manusia tidak dapat berpindah tempat karena
gerakan kakinya hanya akan menggelincir di atas lantai. Tanpa
adanya gaya gesek antara ban mobil dengan jalan, mobil hanya
akan slip dan tidak membuat mobil dapat bergerak. Tanpa adanya
gaya gesek juga tidak dapat tercipta parasut.

2.1.2 Hukum I,II dan III Newton


A. Hukum I Newton
Bunyi hukum newton I : “Jika resultan gaya yang bekerja
pada benda yang sama dengan nol, maka benda yang mula-
mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak
lurus beraturan akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan
tetap”
Dari bunyi hukum newton 1 ini dapat dipahami
bahwasanya suatu benda akan berusaha mempertahankan

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

keadaannya atapun posisi awalany yang ia miliki. Dimana,


benda yang awalnya diam akan berusaha untuk tetap diam.
Begitu juga jika benda yang awalnya bergerak akan berusaha
untuk tetap bergerak.
Dikarenakan benda mempunyai adanya kecenderungan
dalam mempertahankan posisi semula yang dialami oleh suatu
benda tersebut maka, hukum newton 1 ini disebut juga sebagai
hukum inersia atau hukun kelembaman.
Dalam penerapan kesehariannya, hukum newton 1 ini
memiliki contoh penerapan disaat anda berkendara apakah itu
dengan motor, mobil, dan alat yang bergerak seperti lift.
Kemudian, benda tersebut  tiba – tida di rem atau berhenti
secara mendadak. Maka, badan anda cenderung maju kedepan
atau terus melaju kedepan.
Hal yang sama juga terjadi saat anda akan mulai
bergerak dari keadaan diam. Contoh yang paling terasa adalah
saat anda berkendara dengan mobil. Anda cenderung tersentak
kebelakang saat kendaraan mulai melaju.
Dengan demikian, hukum newton I dapat dirumuskan
sebagai berikut.
................................................................................
..........(2.2.1)
∑F =
0 ................
B. Hukum Newton II
Bunyi Hukum Newton II : “Percepatan sebuah benda
berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan
berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama
dengan arah gaya total yang bekerja padanya”.
Berdasarkan dari bunyi hukum newton ke 2 ini, dapat
dipahami bahwasanya suatu gaya benda akan semakin
bertambah besar jika diberikan dorongan daya yang searah
dengan laju arah gaya benda tersebut. Namun, jika diberikan
gaya tolak atau berlawanan arah dari gaya benda tersebut,

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

maka akan memperkecil atau memperlambat dari laju gaya


benda tersebut.
Contoh hukum newton II dapat diamati saat anda
menggelindingkan bola ditanah datar. Jika semula anda
menggelindingkan bola dari kanan menuju kiri lalu
memberikan gaya dari kanan pula dengan cara menendang
bola tersebut, maka bola tersebut akan mendapat gaya searah
dari kanan kekiri yang membuatnya mengalami percepatan.
Contoh lain dari hukum newton 2 adalah ketika anda
melempar batu keatas secara vertikal. Pada awalnya batu
tersebut akan melaju keatas dengan kecepatan yang konstan.
Kemudian, akibat adanya gaya gravitasi akan memperlambat
batu dan menghentikannya. Lalu, batu tersebut akan kembali
ke bumi dengan kecepatan dari massa batu ditambah dengan
adanya gaya gravitasi yang mempercepat batu tersebut.
Rumus Hukum Newton II :
……………………………………..(2.2.2)
F = m.a
dimana :
F = gaya (N)
m = massa (Kg)
a = percepatan (m/s2)
C. Hukum Newton III
Bunyi Hukum Newton III : Setiap aksi akan menimbulkan
reaksi, jika suatu benda memberikan gaya pada benda yang lain
maka benda yang terkena gaya akan memberikan gaya yang
besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama,
tetapi arahnya berlawanan.
Dari bunyi hukum newton ke III ini dimana setiap aksi
akan menimbulkan aksi atau setiap sebab akan menimbulkan
akibat. Dimana, setiap gaya sebab yang diberikan akan
menghasilkan besarnya gaya akibat yang dihasilkan. Pada
contoh penerapan hukum newton ke 3 ini bekerja pada setiap

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

benda yang diberikan gaya aksi akan menghasilkan gaya


reaksi. Namun, gaya aksi reaksi tersebut saling berlawanan
arah dan bekerja pada benda yang berbeda.
Sebagai contoh hukum newton 3, ketika anda memukul
paku dengan paku. Dimana, palu adalah gaya aksi dengan gaya
dari paku adalah gaya reaksi dari palu tersebut. Saat anda
memukul paku dengan palu, begitu palu menyentuh paku, palu
berhenti sesaat atau bahkan memantul. Gaya berhenti sesaat
atau bahkan memantul tersebut merupakan gaya reaksi yang
dihasilkan oleh aksi palu tersebut.

Gambar 2.2 (penerapan hukum newton III)


Rumus Hukum Newton III
1. Pada Gaya Gesek

Fg = μN .......................................................(2.2.3)
dimana :
Fg = gaya gesek
μ = koefisien gesekan
N = gaya normal

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

2. Pada Gaya Berat

W = m.g .......................................................(2.2.4)
dimana :
W = gaya berat (N)
m = massa (kg)
g = gravitasi bumi (m/s2)

3. Pada Berat Sejenis

s = ρx g .....................................................(2.2.5)
atau
…………… ...........................................................(2.2.6)
w
s=
v
dimana :
s = berat jenis (N/m2)
w = berat benda (N)
v = volume benda (m3)
ρ = massa jenis (kg/m3)

2.1.3 Massa
Massa adalah pengukuran berapa banyak materi dalam suatu
objek. Massa adalah kombinasi dari jumlah total atom , kerapatan
atom, dan jenis atom dalam suatu objek. Dan berikut ini adalah
uraian tentang pengertian Massa dalam fisika semoga bermanfaat
bagi yang membacanya.
Massa (berasal dari bahasa Yunani)adalah suatu sifat fisika
dari suatu benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai
perilaku objek yang terpantau. Dalam kegunaan sehari-hari, massa
biasanya disinonimkan dengan berat. Namun menurut pemahaman
ilmiah modern, berat suatu objek diakibatkan oleh interaksi massa
dengan medan gravitasi.

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

Sebagai contoh, seseorang yang mengangkat benda berat di


Bumi dapat mengasosiasi berat benda tersebut dengan massanya.
Asosiasi ini dapat diterima untuk benda-benda yang berada di
Bumi. Namun apabila benda tersebut berada di Bulan, maka berat
benda tersebut akan lebih kecil dan lebih mudah diangkat namun
massanya tetaplah sama.

2.1.4 Berat
Berat benda adalah besarnya gaya gravitasi bumi terhadap
benda itu. Jadi, berat termasuk gayasehingga merupakan besaran
vektor. Berat benda bergantung pada besar gravitasi di tempat
benda itu berada. Arah vektor berat searah dengan gaya gravitasi,
yaitu menuju pusat bumi. Ukuran berat benda dinyatakan dengan
satuan gaya, misalnya newton (N). Pengalaman sehari-hari
menunjukkan bahwa massa yang besar juga mempunyai berat yang
besar. Jadi, massa dan berat berbanding lurus, semakin besar massa
benda beratnya juga semakin besar. Berat benda diukur dengan
menggunakan neraca pegas (dinamometer).
Berat dapat dirumuskan sebagai berikut :

W = m.g ……………………………………………(2.3.7)

dimana :
w = berat benda (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

2.1.5 Trigonometri
A. Pengertian Trigonometri
Trigonometri adalah bagian dari ilmu matematika yang
mempelajari tentang hubungan antara sisi dan sudut suatu
segitiga serta fungsi dasar yang muncul dari relasi tersebut.
Trigonometri merupakan nilai perbandingan yang didefinisikan
pada koordinat kartesius atau segitiga siku-siku. Trigonometri

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

identik dengan fungsi trigonometri yang meliputi sinus (sin),


cosinus (cos), tangen (tan), cosecan (cosec), secan (sec), dan
cotangen (cotan) yang kesemuanya merupakan cara untuk
menentukan suatu sisi sebuah segitiga atau sudut yang
terbentuk dari dua buah sisi dalam sebuah segitiga.
Trigonometri merupakan ilmu matematika yang sangat
penting dalam kehidupan. Aplikasiilmu trigonometri dalam
kehidupan mencangkup segala bidang seperti astronomi,
geografi, teori musik, elektronik, ekonomi, medical, teknik, dan
masih banyak lagi. Dengan trigonometri kita bisa mengukur
jarak suatu bintang diangkasa tanpa harus pergi kesana. Dengan
trigonometri kita bisa mengukur sudut ketinggian tebing tanpa
harus memanjatnya. Bisa mengukur lebar suatu sungai tanpa
harus menyeberanginya. Itulah manfaat dari mempelajari
trigonometri dalam kehidupan sehari-hari.
Trigonometri adalah sebuah konsep. Hal pertama yang
perlu dimengerti dalam memahami konsep dasar trigonometri
adalah mengetahui, mengerti dan memahami bentuk dan
rumus-rumus sebuah segitiga, terutama segitiga siku-siku. Pada
dasarnya sebuah segitiga selalu terdiri dari 3 sisi, yaitu  sisi
miring, sisi samping, dan sisi depan. Dan tiga buah sudut yaitu
sudut tegak lurus, sudut depan dan sudut samping. Dimana jika
di tambahkan jumlah sudut sebuah segitiga haruslah 180
derajat.

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

B. Perbandingan Trigonometri pada Segitiga

Gambar 2.2.2 (perbandingan trigonometri pada segitiga)


a) Sisi AB merupakan sisi miring segitiga
b) Sisi BC merupakan sisi depan sudut \alpha
c) Sisi AC merupakan sisi samping sudut \alpha
Tabel (2.2.3.) Sudut-sudut istimewa

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

2.1.6 Sifat-sifat kayu, karpet dan karet


1. Kayu
Sifat-sifat kayu :
1.Keras dan kuat,
2.Bersifat isolator,
3.Tidak tahan terhadap air, mudah lapuk jika di tempat
basah.
4.Dapat dibentuk.
Di sekeliling kita terdapat benda-benda yang terbuat dari
kayu. Kayu bersifat keras dan kuat sehingga banyak digunakan
sebagai perabot rumah tangga. Contoh perabot rumah tangga
yaitu meja, kursi, dan lemari. Kayu merupakan isolator panas
yang baik. Sifat kayu ini dimanfaatkan untuk membuat
pegangan pada berbagai peralatan masak seperti panci dan
sodet. Meskipun kayu merupakan isolator yang baik, tetapi
tidak tahan terhadap api. Apabila terkena api, kayu mudah
terbakar.
2. Karet
Sifat-sifat karet :
1.Kuat, lentur dan elastis
2.Tidak tahan api (meleleh jika dipanaskan)
3.Bersifat isolator
4.Tidak tembus air
Karet bersifat kuat dan lentur. Karet juga bersifat elastis.
Artinya, karet dapat ditarik memanjang dan jika dilepaskan
akan kembali ke bentuk semula. Oleh karena itu, karet
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya membuat
ban, alas sepatu, dan pembungkus kabel. Meskipun karet
bersifat kuat dan lentur, tetapi tidak tahan api. Ingatlah, jangan
sampai peralatan di rumahmu yang terbuat dari karet terkena
api! Karet yang terkena api akan meleleh.

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

3. Karpet
Sifat-sifat kain :

1 .Kain yang berasal dari serat alami : Kapas, sifat serat kapas
adalah lentur, lembut, dan mudah menyerap air. Serat kapas
digunakan untuk membuat kain katun. Kapuk, serat kapuk
bersifat kuat, lentur, dan mudah menyerap air. tetapi serat
kapuk kurang halus sehingga digunakan untuk membuat
perabot rumah tangga seperti kasur dan bantal. Kulit batang
rami, bersifat kuat, kasar, dan kaku sehingga serat ini
digunakan untuk membuat karung.
2. Karpet yang berasal dari serat sintetis dibuat dari bahan
palstik memiliki sifat tidak mudah kusut, tidak nyaman
dipakai, dan tidak menyerap keringat. Serat sintetis digunakan
untuk membuat bahan nilon dan poliester.
Karpet dan kertas memiliki sifat yang hampir sama. Di
antaranya mudah menyerap air. Akan tetapi, kain tidak mudah
robek, sedangkan kertas mudah robek. Sifat mudah menyerap
air inilah yang menyebabkan kain digunakan sebagai bahan
pembuat pakaian. Bahan kain banyak macamnya, sehingga
tingkat kemudahan dalam menyerap air pun bervariasi.
Di sekitar kita banyak barang yang terbuat dari kertas.
Kertas yang digunakan tentu saja berbeda-beda. Penggunaan
disesuaikan dengan kegunaannya. Misalnya untuk menulis,
orang lebih memilih kertas HVS daripada kertas minyak.
Demikian juga untuk mengelap kotoran atau keringat, orang
akan lebih memilih kertas tisu daripada kertas
2.1.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Gaya Gesek
1) Kekasaran permukaan benda
1. Semakin kasar permukaan benda, semakin besar gaya
geseknya
2. Semakin halus permukaan benda, semakin kecil gaya
geseknya

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

2) Luas permukaan benda


1. Semakin luas permukaan benda, semakin besar gaya
geseknya
2. Semakin kecil permukaan benda, semakin kecil pula gaya
geseknya
3) Massa benda
1.Semakin berat massa bneda, semakin besar gaya geseknya
2.Semakin ringan massa benda, semakin kecil gaya geseknya

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Perangkat bidang miring

2. Benda peluncur (kayu, karpet dan karet)

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

3.Beban pemberat (anak timbangan)

4.Roll meter

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

5.Stopwatch

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

3.2 Prosedur Kerja

3.1.2 Untuk gesekan bidang statis


Menimbang massa benda. Lalu dibuat susunan. Lalu kami
meletakkan anak timbangan di atas piring sedikit demi
sedikit hingga benda A tepat akan bergerak, kemudian kami
catat massa anak timbangan tersebut. Lakukan beberapa
kali. Lalu kami melakukan prosedur (2), dan (3) untuk
macam benda yang lain.

3.1.3 Untuk gesekan statis bidang miring


Kami meletakkan benda A di atas permukaan bidang B.
Lalu kami mengangkat bidang B perlahan-lahan, tepat saat
benda A akan bergerak, lalu kami mengunci bidang B
sehingga sudutu kemiringannya tidak berubah. Catat sudut
kemiringannya dan lakukan beberapa kali. Lakukan
prosedur (1) dan (2) untuk jenis benda yang lain.
1.2.3 Untuk gesekan kinetis
Kami menentukan posisi kemiringan bidang B sesuai dengan
petunjuk asiten, dan letakkan benda A di atas permukaan
bidang miring B. Lalu kami mengukur dan mencatat
kemiringan benda. Lalu kami mengukur jarak mulai posisi
awal yang telah ditentukan oleh asisten. Lalu kami
meletakkan benda A dan mengamati waktu yang diperlukan.
Lalu kami mengulangi prosedur (1) s/d (4) untuk macam
benda lainnya.

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

BAB IV
TABEL PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan Statis bidang datar


No Jenis benda Massa Massa anak timbangan Massa
peluncur benda (kg) piring (kg)
(kg) 1 2 3
1 Kayu 0,165,1 0,033 0,033 0,03 0,25
2 Karpet 0,187,1 0,04 0,041 0,045
3 Karet 0,205,4 0,084 0,085 0,087

4.2 Tabel Pengamatan Statis bidang miring


No Jenis benda Ө1 Ө2 Ө3 keterangan
peluncur
1 Kayu 36o 35o 33o M1 = 0,165,1
2 Karpet 28o 29o 27o M2 = 0,187,1
3 Karet 41o 42o 41o M3 =0,205,4

4.3 Tabel Pengamatan Dinamis bidang miring


No Jenis benda Jarak Sudut Waktu (s)
peluncur (m) kemiringan
(º) T1 T2 T3
1 Kayu 0,77 0,78 0,79
2 Karpet 1,2 45o 0,80 0,80 0,83
3 Karet 0,93 0,94 0,95

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

Hari / Tanggal praktikum : Jum`at 2 November 2018


Kelompok/Frekuensi : IIA/1
Anggota kelompok :
1. Muh.Ashari Fabiansyah (03220180059)
2. Muh.Fakhru Salman (03220180061)
3. Sulaiman (03220180062)
4. Muh.Alief Landu (03220180064)
5. Muh.Fatir Anugrah (03220180063)

Makassar, 2 November 2018


ASISTEN

USMAN HAYA UMAR

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1 Penjelasan Tugas Akhir


1. Apakah besarnya gaya gesek aturan di dua permukaan kering tanpa
pelumas dipengaruhi oleh luas kontak yang bergesekan?
Jawaban :
Tidak, karena gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis antara dua
permukaan yang kering tanpa pelumas dapat memenuhi dua hukum
empiris yaitu gaya tersebut dapat dikatakan tidak tergantung pada luas
kontak pada batas yang cukup lebar dan besar gesekan yang besarnya
sebanding dengan suatu gaya yang normal.
2. Menghitung nilai ms untuk keadaan statis pada bidang datar dan
bidang miring.
a. Keadaan statis bidang datar pada benda peluncur
mp+ mt
μs=
mA
a. Untuk permukaan kayu
mp+ mt 0,025+15
Hs1 = = = 0,115
mA 165,7
mp+ mt 0,025+16
Hs2 = = = 0,121
mA 165,7
mp+ mt 0,025+17
Hs3 = = = 0,127
mA 165,7
Nilai rata-rata
HS1+ HS 2+ HS3 0,115+0,121+ 0,127
HS = =
n 3
0,363
=
3
= 0,121
b. Untuk permukaan karpet
mp+ mt 0,025+38
Hs1 = = = 0,228
mA 186,8
mp+ mt 0,025+39
Hs2 = = = 0,233
mA 186,8

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

mp+ mt 0,025+40
Hs3 = = = 0,239
mA 186,8
Nilai rata-rata
HS1+ HS 2+ HS3 0,228+0,233+0,239
HS = =
n 3
0,7
=
3
= 0,233
c. Untuk permukaan karet
mp+ mt 0,025+120
Hs1 = = = 0,591
mA 211,8
mp+ mt 0,025+121
Hs2 = = = 0,596
mA 211,8
mp+ mt 0,025+122
Hs3 = = = 0,601
mA 211,8
Nilai rata-rata
HS1+ HS 2+ HS3 0,591+ 0,596+601
HS = =
n 3
1,788
=
3
= 0,596
Tabel hasil perhitungan selanjutnya dapat dimulai teori
No.
1. 15 0,115
2. 165,7 16 0,025 0,121 0,121 Kayu
3. 17 0,127
4. 38 0,228
5. 186,8 39 0,025 0,233 0,233 Karpet
6. 40 0,239
7. 120 0,591
8. 211,8 121 0,025 0,596 0,596 Karet
9. 122 0,601

b. Keadaan statis bidang miring pada benda peluncur


a. Untuk permukaan kayu
μs1 = Tan θ 1
= Tan 22
= 0,404

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

μs2 = Tan θ 2
= Tan 23
= 0,424
μs3 = Tan θ 3
= Tan 23
= 0,424
μs 1+ μs 2+ μs 3 0,404+0,344 +0,363
μs = =
n 3
1,111
= = 0,37
3
b. Untuk permukaan karpet
μs1 = Tan θ 1
= Tan 25
= 0,466
μs2 = Tan θ 2
= Tan 26
= 0,487
μs3 = Tan θ 3
= Tan 26
= 0,487
μs 1+ μs 2+ μs 3 0,466+0,487+ 0,487
μs = =
n 3
1,44
= = 0,48
3
c. Untuk permukaan karet
μs1 = Tan θ 1
= Tan 30
= 0,577
μs2 = Tan θ 2
= Tan 30
= 0,577
μs3 = Tan θ 3

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

= Tan 32
= 0,649
μs 1+ μs 2+ μs 3 0,577+0,577+ 0,649 1,803
μs = = = = 0,601
n 3 3
Tabel perhitungan
No. θ µs µs Jenis peluncur
1. 22 0,404
2. 23 0,424 0,37 Kayu
3. 23 0,424
1. 25 0,466
2. 26 0,487 0,48 Karpet
3. 26 0,487
1. 30 0,577
2. 30 0,577 0,601 Karet
3. 32 0,649

3. Bandingkan masing-masing nilai µs dari sebuah keadaan statis bidang


datar dan keadaan statis bidang miring setiap jennis benda peluncur
dari sebuah benda atau seluruh data. Apakah perbedaan dan
persamaanya ?
Jawab :
Yang sama diantara keadaan pengukuran adalah hasil perhitungan μs
pada jenis benda peluncur yang memiliki nilai hampir sama pada kedua
keadaan ini yaitu 0,596 pada keadaan statis bidang miring dan yang
berbeda adalah hasil perhitungan pada jenis peluncur benda yang lain
untuk jenis benda peluncur karet nilai μs nya adalah 0,596 pada saat
keadaan statis bidang datar dan 0,601 pada keadaan statis bidang miring
dan jenis benda peluncur karpet nilai μs adalah 0,233 pada keadaan
statis bidang datar sedangkan pada statis bidang miring adalah 0,48.
Dan untuk jenis benda peluncur kayu nilai μs adalah 0,121 pada
keadaan statis bidang datar dan 0,37 pada keadaan statis bidang miring.

4. Menghitung nilai µk untuk keadaan dinamis pada bidang miring.


a. Untuk jenis benda peluncur kayu pada jarak
X = 1,2 m

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

T 1+T 2+T 3 0,46+0,47+ 0,46


T= =
n 3
1,41
= = 0,47
3
θk = 40 cosθk = cos 40
= 0,766
Tan θk = tan 40
= 0,839
tanθ 2 x 0,839 . 2(1,2)
μk = 2 = 2
g +t . cos θk 9,81+(0,47) . 0,766
0,839 . 2,4
=
9,81+0,2269 .0,766
2,0136 2,0136
= =
9,81+0,169 9,976
= 0,201
b. Untuk jenis benda peluncur karpet pada jarak
X = 1,2 m
T 1+T 2+T 3 0,66+0,67+ 0,67
T= =
n 3
2
= = 0,67
3
θk = 40 cosθk = cos 40
= 0,766
Tan θk = tan 40
= 0,839
tanθ 2 x 0,839 . 2(1,2)
μk = 2 = 2
g +t . cos θk 9,81+(0,66) . 0,766
0,839 . 2,4
=
9,81+0,4536 . 0,766
2,0136 2,0136
= =
9,81+0,333 10,143
= 0,198
c. Untuk jenis benda karet pada jarak
X = 1,2 m
T 1+T 2+T 3 0,77+0,79+0,80
T= =
n 3

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

2,36
= = 0,786 = 0,79
3
θk = 40 cosθk = cos 40
= 0,766
Tan θk = tan 40
= 0,839
tanθ 2 x 0,839 . 2(1,2)
μk = 2 = 2
g +t . cos θk 9,81+(0,79) .0,766
0,839 . 2,4
=
9,81+0,7663 .0,766
2,0136 2,0136
= =
9,81+0,586 10,396
= 0,193
Maka hasilnya dapat ditulis sebagai berikut.
No Jenis X θ Tanθ Cosθ t t2 μk
. Peluncu
r
1. Kayu 0,47 0,226 0,201
9
2. Karpet 1,2m 40 0,839 0,766 0,66 0,453 0,198
° 6
3. Karet 0,79 0,766 0,193
3

5. Perhitungan ketidakpastian pengukuran masing-masing data dengan


tingkat kepercayaan 100 %
a. Teori ketidakpastian pada bidang datar
1. Kayu
mp+ mt
μs=
mb
2 2
δμs 2 mp¿2 δμs δμs
∆ µs =
√( ) δmp
(∆ +
δt ( ) 2
(∆ t ) + ( ) ( ∆ mt )
δmb
2

u' v−v' u
∆ μs = dimana u = mp + mt u’ = 1
v2
v = mb v’ = 0

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

1+ mp. mb−0(mp+mt )
∆ μs =
(mb)2
1+ mp 1+ 0,025 1,025
= = = = 6,18
mb 0,1657 0,1657
1
∆ mp = x skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 5 x 10-4
δμs u' . v −v ' u
= dimana u = mp + mt u’= 1 + mp
δmt v2
v = mb v’ = 0
1+ mp. mb−0.mp+mt 1+ mp 1+ 0,025
= 2 = =
mb mb 0,1657
1,025
= = 6,18
0,1657

mt −mt ) 2+ ( mt 2−mt ) 2+ ( mt 3−mt ) 2



∆ mt = ( 1
n(n−1)
2
( 0,015−0,247 ) +(0,016−0,247)2+(0,017−0,247)2
=
√ 3(3−1)

(−0,607 ) + (−0,0607 ) +(0,0607)


=
√ 6

=
√ −0,7284
6
= √ −0,1214 = 0,348

δμs mp+ mt
= u = mp + mt u’ = 0
δmb mb
v = mb v’ = 1
u' v−v' u 0. mb−1(mp+mt )
= =
v2 mb 2
1
∆ mb = skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 5 x 10-4
−1(0,025+0,015)
=
(0,1657)2

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

0,04 0,04
= 2 = = 1,48
0,1657 0,027

δμs 2 δμs 2 δμs 2


∆ μs =
√( δmp )
(∆ mp)2+
δmt ( )
( ∆ mp)2+
δmb ( )
( ∆ mb)2

=
2 −4
√ ( 0,006 ) ( 5 x 10 ) + ( 0,006 )2 ( 5 x 10−4 ) + ( 0,001 )2 (5 x 10−4)
= √ 2,192 x 10−5

δμs 2 δμs 2 δμs 2


∆ μs =
√( δmp )
(∆ mp)2+
δmt ( )
(∆ mt )2+
δmb ( )
( ∆ mb)2

= √ ( 6,18 )2 ( 5 x 10−4 )+ ( 6,18 )2 (0,348)2+ (1,48 )2( 5 x 10−4 )


= √ ( 38,19 ) ( 0,0005 )+ ( 38,10 )( 0,121 ) +(2,19)(0,0005)
= √ 1,90+4,62+1,095
= √ 7,615
= 2,75

∆ μs
KR = 100%
2(∆ μs+ μs)
2,75
=
2(2,75+6,18)
2,75
=
17,86
= 0,15 x 100% = 15%
KB = 100% - KR
= 100% - 15%
= 85%
2. Karet
mp+ mt
μs =
mb

δμs 2 δμs 2 δμs 2


∆ μs =
√( δmp ) 2
(∆ mp) +
δmt ( ) 2
( ∆ mt ) +
mb ( )
(∆ mb)2

δμs u' v−v' u


= dimana u = mp+mt u’ = 1+mp
δmp v
2

v = mb v’ = 0

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

1+ mp. mb−0(mp+mt )
=
(mb)2
1+ mp 1+ 0,025 1,025
= = = = 5,48
mb 0,1868 0,868
1
∆ mp = x skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 5 x 10-4
δμs u' . v −v ' u
= dimana u = mp + mt u’= 1 + mp
δmt v2
v = mb v’ = 0
1+ mp. mb−0.mp+mt 1+ mp 1+ 0,025
= 2 = = = 5,48
mb mb 0,1868

mt −mt ) 2+ ( mt 2−mt ) 2+ ( mt 3−mt ) 2



∆ mt = ( 1
n(n−1)
2
( 0,038−0,342 ) +( 0,039−0,342)2+(0,04−0,342)2
=
√ 3(3−1)

(−0,114 )+ (−0,115 ) +(0,115)


=
√ 6
0,33
=
√ 6
= √ 0,055 = 0,23

δμs mp+ mt
= u = mp + mt u’ = 0
δmb mb
v = mb v’ = 1
u' v−v' u 0. mb−1(mp+mt )
= =
v2 mb 2
−(mp+mt ) −(0,025+ 0,038)
= =
mb 2 0,1868
0,063
= = 0,33
0,868
1
∆ mb = skala terkecil
2
1
= x 10-3
2

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

= 5 x 10-4

δμs 2 δμs 2 δμs 2


∆ μs =
√( δmp )(∆ mp)2+
δmt ( )
(∆ mt )2+
δmb ( )
( ∆ mb)2

= √ ( 5,58 )2 ( 5 x 10−3 ) + ( 5,48 )2 (0,23)2 + ( 0,33 )2 (0,33)2


= √ 7,50+1,56+0,01
= √ 9,67
= 1,27
∆ μs
KR = 100%
2(∆ μs+ μs)
1,27
=
2(1,27+0,48)
1,27
=
2,54+0,96
= 0,362 x 100% = 36,2%
KB = 100% - KR
= 100% - 36,2%
= 63,8%
3. Karpet
mp+ mt
μs =
mb

δμs 2 δμs 2 δμs 2


∆ μs =
√( δmp )(∆ mp)2+
δmt ( )
( ∆ mt )2+
mb ( )
(∆ mb)2

δμs u' v−v' u


= dimana u = mp+mt u’ = 1+mp
δmp v2
v = mb v’ = 0
1+ mp. mb−0(mp+mt )
=
(mb)2
1+ mp 1+ 0,025 1,025
= = = = 4,839
mb 0,2118 0,2118
1
∆ mp = x skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 5 x 10-4

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

δμs u' . v −v ' u


= dimana u = mp + mt u’= 1 + mp
δmt v2
v = mb v’ = 0
1+ mp. mb−0.mp+mt 1+ mp 1+ 0,025
= = = = 4,839
mb 2 mb 0,2118

mt −mt ) 2+ ( mt 2−mt ) 2+ ( mt 3−mt ) 2


∆ mt = ( 1
√ n(n−1)
2
( 0,12−0,12 ) +(0,121−0,12)2 +(0,122−0,12)2
=
√ 3(3−1)

( 0,0146−0,0149 ) +(0,0146−0,0149)
=
√ 6
= √ 2 x 10−4 + 4 x 10−4 = √ 6 x 10−4 = 0,024
δμs mp+ mt
= u = mp + mt u’ = 0
δmb mb
v = mb v’ = 1
u' v−v' u 0. mb−1(mp+mt )
= =
v2 mb 2
−(mp+mt ) −(0,025+ 0,12)
= =
mb 2 0,21182
−(0,025+ 0,12)
= = 2,159
0,044
1
∆ mb = skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 5 x 10-4

δμs 2 δμs 2 δμs 2


∆ μs =
√( δmp )(∆ mp)2+
δmt ( )
(∆ mt )2+
δmb ( )
( ∆ mb)2

= √ ( 4,839 )2 ( 5 x 10−4 ) + ( 4,839 )2(0,024)2+ (2,15 )2(5 x 10−4 )


= √ 23,16 x (−23,40 ) +¿ ¿
= √ 0,915
= 0,95
∆ μs
KR = 100%
2(∆ μs+ μs)

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

0,95
=
2(0,95+0,592)
0,95
=
3,024
= 0,314 x 100% = 31,4%
KB = 100% - KR
= 100% - 31,4%
= 68,6%
b. Teori ketidakpastian statis bidang miring
1. Kayu

δμs 2
∆ μs =
√( δθ ) ( ∆ θ )2

μs = tanθ
sin θ δμs u' v−v' u
μs = =
cos θ μθ v2
dimana
u = sinθ u’= cosθ
v = cosθ v’= -sinθ
δμs u' v−v' u
=
μθ u2
= cos θ . cos θ ¿ ¿ ¿ ¿
cos2 θ+sin 2 θ
=
cos 2 θ
1
=
cos2 θ
= sec 2 θ = sec2 23 = 0,42
θ1+ θ2 +θ3 22+ 23+23
θ = = = 22,6
n 3

θ −θ 2 + θ −θ 2 + θ −θ 2

∆θ = ( 1 ) ( 2 ) ( 3 )
3(3−1)
2 2 2


= (22−22,6) +(23−22,6) +(23−22,6)
6
26,76+ 18,24+18,24
=
√ 6

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

63,4
=
√ 6
= √ 10,54 = 3,24

δμs 2
∆ μs =
√( δθ ) ( ∆ θ )2

= √ ( 0,42 )2 .(3,24 )2
= √ 1,846 = 1,358
∆ μs
KR = x100%
2(∆ μs+ μs)
1,358
=
2(1,358+0,41)
1,358
= = 0,384 x 100%
3,536
= 38,4%
KB = 100% - KR
= 100% - 38,4%
= 61,8%
2. Karpet

δμs 2
∆ μs =
√( δθ ) ( ∆ θ )2

μs = tanθ
sin θ δμs u' v−v' u
μs = =
cos θ μθ v2
dimana
u = sinθ u’= cosθ
v = cosθ v’= -sinθ
δμs u' v−v' u
=
μθ u2
= cos θ . cos θ ¿ ¿ ¿ ¿
cos2 θ+sin2 θ
=
cos 2 θ
1
=
cos2 θ
= sec 2 θ = sec2 25 = 1,103

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

θ −θ 2 + θ −θ 2 + θ −θ 2

∆θ = ( 1 ) ( 2 ) ( 3 )
3(3−1)
2 2 2


= (25−25,66) +(26−25,66) +(26−25,66)
6
(−29,43 )+ ( 21,57 ) +(21,57)
=
√ 6
18,71
=
√ 6
= √ 3,11 = 1,76

δμs 2
∆ μs =
√( δθ )( ∆ θ )2

= √ ( 1,103 )2 .(1,76)2
= √ 1,941 = 1,393
∆ μs
KR = x100%
2(∆ μs+ μs)
1,393
=
2(1,393+0,48)
1,393
= = 0,371 x 100%
3,746
= 37,1%
KB = 100% - KR
= 100% - 37,1%
= 62,9%
3. Karet

δμs 2
∆ μs =
√( δθ ) ( ∆ θ )2

μs = tanθ
sin θ δμs u' v−v' u
μs = =
cos θ μθ v2
dimana
u = sinθ u’= cosθ
v = cosθ v’= -sinθ
δμs u' v−v' u
=
μθ u2
= cos θ . cos θ ¿ ¿ ¿ ¿

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

cos2 θ+sin 2 θ
=
cos 2 θ
1
=
cos2 θ
= sec 2 θ = sec2 38 = 0,62

θ −θ 2 + θ −θ 2 + θ −θ 2

∆θ = ( 1 ) ( 2 ) ( 3 )
3(3−1)
2 2 2


= (30−30,66) +(30−30,66) +(32−30,66)
6
3,91
=
√ 6
= √ 0,651 = 0,80

δμs 2
∆ μs =
√( δθ ) ( ∆ θ )2

= √ ( 0,64 )2 .(0,38)2
= √ 0,24 = 0,48
∆ μs
KR = x100%
2(∆ μs+ μs)
0,48
= = 0,223 x 100%
2,149
= 22,3%
KB = 100% - KR
= 100% - 22,3%
= 77,62%

c. Teori ketidakpastian kinetis pada bidang miring


1. Kayu
2x
μk = tanθ 2
g t cos θ
δμk
= u – v’ dimana u = tanθ u’ = sec 2 θ
δθ
2x tanθ 2 x
V= 2 v’ =
g t cosθ g t 2 cosθ
δμk tan θ . 2 x
= sec 2 θ - 2
δθ g t cos θ

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

tan 40 .2 .1,2
= sec 2 40 -
9,81(0,47)2 cos 40
0,839 .2.1,2
= 0,76 -
9,81. 0,220 . 0,76
−2,013
= 0,76 = 0,746
1,640
1
∆θ = skala terkecil
2
= 0,5
δμk
= u.v’
δx
u = tanθ
2x 2
v= 2 v’ = 2
g t cos θ g t cos θ
δμk 0−2
= 2
δx g t cos θ
−2
=
9,81.0,220 .cos 40
2
= = 1,21
1,640
1
∆x = x skala terkecil
2
= 5x10-3
δμk
= u – v’
δt
0−(−2)
=
g t 2 cos 40
2
= = 0,34
9,81.0,770.0,76

t −t 2 + t −t 2 + t −t 2

∆t = ( 1 ) ( 2 ) ( 3 )
3(3−1)

( 0,46−0,47 )2+ ( 0,47−0,47 )2+(0,48−0,47)2


=
√ −3
2

= −9 x 10 +0,010
√ 6
= 0,031

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

= 3,1x10-2

δμk 2 δμk 2 δμk 2


∆ μk =
√( δmp ) (∆ mθ )2+ ( )
δx
( ∆ x)2 +
δmt( )(∆ t)2

= √ ( 0,764 )2 (0,5)2 + ( 1,21 )2 (0,5)2+ ( 0,34 )2 (0,03)2


= √ 0,052+0,131+1,034 x 10−4
= √ 0,323
= 0,72
∆ μk
KR = x100%
2(∆ μk + μk )
0,72
= = 0,39 x 100%
1,842
= 39%
KB = 100% - KR
= 100% - 39%
= 61%

BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel hasil pengolahan data


Tabel 3.6.1 Keadaan statis bidang datar
No mA Mt Mp μs μs Jenis
. peluncur
1. 15 0,115
2. 165,7 16 0,025 0,121 0,121 Kayu
3. 17 0,127
1. 38 0,228
2. 186,8 39 0,025 0,233 0,233 Karpet
3. 40 0,239
1. 120 0,591
2. 211,8 121 0,025 0,596 0,596 Karet
3. 122 0,601

Tabel 3.6.2 Keadaan statis bidang miring

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

No. θ µs µs Jenis Peluncur


1. 22 0,404
2. 23 0,424 0,37 Kayu
3. 23 0,424
1. 25 0,466
2. 26 0,487 0,48 Karpet
3. 26 0,487
1. 30 0,577
2. 30 0,577 0,601 Karet
3. 32 0,649

BAB VII

PENUTUP
7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan maka kami dapat
mengambil kesimpulan bahwa :

1 Jika gaya di perbesarlai sehingga di peroleh nilai f=fs maka    gaya


gesek statis bernilai maksimum dan benda tepat bergerak (a=0)
2.Jika gaya di perbesar lagi sehingga diperoleh nilai f>fs, maka fs
berubah menjadi fk dan benda sudah bergerak  (a≠0)  
3.Koefisien gaya gesek yang besar menadakan bahwa permukaan benda
tersebut kasar. Dan sebaliknya jika koefisien gaya gesek yang dimiliki
benda tersebut kecil ,berate permukaan licin.
4.Gaya gesek ada yang menguntungkan (diperlukan) ada juga yang
merugikan (tidak diperlukan )
5.Besar gaya gesek tepat saat akan bergerak (fs max) memiliki gaya
gesek yang lebih besar dibanding dengan saat belum bergerak dan akan
bergerak.
6.  Benda yang bergerak pada permukaan yang lebih kasar gaya geseknya
lebih besar daripada benda yang bergerak pada permukaan halus.Hal ini

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK

terjadi karena pada bidang sentuh tersebut memiliki koefisien gesek yang
lebih besar.
7.2 Saran
1.Saran untuk laboratorium
Kebersihan alat praktikum tolong dijaga kebersihannya demi
kelancaran proses praktikum
2.Saran untuk Asisten
Asisten lebih memperhatikan para praktikannya di setiap pertemuan
dan adanya kordinasi yang baik antara sesama asisten.

USMAN HAYA UMAR MUH.ASHARI FABIANSYAH


03220180059

Anda mungkin juga menyukai