Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika,
Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut
data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan
sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati
urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000
kematian setiap tahunnya.

Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka
kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh
Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini
banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa.
Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.

Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan
seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan
makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk
pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi
saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.

Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia
kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya
kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa
mengakibatkan kebocoran usus.

Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui asuhan
keperawatan pada klien dengan demam tifoid.

1.2 Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.

Tujuan khusus :
a. Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam tifoid
b. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi
klien
1.3 Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
demam tifoid
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan
gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat
akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat
difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala,
kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya
(Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).

2.2 Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

2.3 Manifestasi Klinis


Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara
lain sebagai berikut :
a. Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama
peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari
dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada
minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali  normal.
b. Nyeri kepala
c. Malaise
d. Letargi
e. Lidah kotor
f. Bibir kering pecah-pecah (regaden)
g. Mual, muntah
h. Nyeri perut
i. Nyeri otot
j. Anoreksia
k. Hepatomegali, splenomegali
l. Konstipasi, diare
m. Penurunan kesadaran
n. Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
o. Epistaksis
p. Bradikardi
2.4 Patway

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1)      Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
2)      Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah
dapat positif kembali.
3)      Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
4)      Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.

d.      Uji Widal


Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
1)      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2)      Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3)      Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).

2.6 Penatalaksanaan
a.       Perawataan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
b.      Diet
1)      Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2)      Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3)      Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4)      Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c.       Obat-obatan

1)      Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau
intravena, sampai 7 hari bebas panas
2)      Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3)      Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimetoprim)
4)      Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5)      Sefalosporin Generasi Ketiga.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali
sehari, selama 3-5 hari
6)      Golongan Fluorokuinolon
a)      Norfloksasin                    : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
b)      Siprofloksasin                  : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
c)      Ofloksasin                       : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
d)     Pefloksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
e)      Fleroksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
f)       Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti:
Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering
ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella
typhi. (Widiastuti S, 2001).

2.7 ASKEP

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien dan Keluarga
a. Identitas Klien
Nama                                       : An. D
Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2008
Nama Ayah/ibu                       : Tn. N/Ny. I
Pekerjaan Ayah                       : TNI-AD
Pekerjaan Ibu                          : IRT
Alamat                                                : Asrama 122, Dolok Masihule
Suku                                        : Mandailing
Agama                                     : Islam
Pendidikan                              : SMA
b. Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Hubungan dengan klien :

2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak
membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.

3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Prenatal                
Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien
memeriksakan kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.
b. Natal                     
Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan
setempat dengan BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.
c. Postnatal               
Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah
lainnya setelah kelahiran An. D

4. Riwayat Masa Lalu


a.     Penyakit waktu kecil        
Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk
dan pilek.
b.     Pernah dirawat dirumah sakit      
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah
Sakit, apabila sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.
c.     Obat-obat yang digunakan           
Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya.
d. Tindakan (operasi)            
Tidak ada
e. Alergi                               
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun
minuman.
f. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.
g. Imunisasi
Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat
penting bagi anak.

5. Riwayat Sosial
a.       Yang mengasuh
Ny. I dan Tn. N
b.     Hubungan dengan anggota keluarga        
Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua
orang tuanya.
c.      Hubungan dengan teman sebaya 
Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar
rumahnya
d.     Pembawaan secara umum            
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang
yang sudah dikenalnya.
e.     Lingkungan rumah                                   
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi
rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga
terjalin dengan sangat baik.

6. Kebutuhan Dasar
a.       Makanan
1. Makanan yang disukai/ tidak disukai
Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D
adalah telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai
telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.
2. Selera
Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan
kecap saja sudah cukup.
3. Alat makan yang dipakai
Piring, sendok, dan cangkir.
4. Pola makan/jam
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan
dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.

b.      Pola tidur


1. Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)
Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada,
terkadang ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit.
3. Tidur siang
Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih
banyak dihabiskan untuk bermain.
c.       Mandi
Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi
kesekolah, dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.
d.      Aktivitas bermain
Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung
bermain bersama teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di
tempat tidur.
e.       Eliminasi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan
BAK tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April
2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat.
7. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a.       Diagnosa  medis                : Susp. Typhoid Fever
b.      Tindakan operasi               : Tidak ada
c.       Status cairan                      : Ringer Laktat
d.      Status nutrisi                     : Diet M2 TKTP
e.       Obat-obatan                      :
 Cotrimoxazole 2 x cth I
 PCT 3 x1 tab
 Lactulosa 3 x cth I
f.       Aktivitas                            : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas
  dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.
g.      Tindakan keperawatan      :
 Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital
 Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat
 Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat
 Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut
h.      Hasil lab                            :      Tanggal 28 April 2013
 Haemoglobin       : 15.6 g/dl
 Hematokrit          : 46,9 %
 Leukosit               : 9.800/ml
 Trombosit            : 189.000/ml
 LED                     : 5 mm
 Widal                   :
 O : 1/80 1/80 1/40 1/80
 H       : 1/40 1/40 1/80 1/80
i.        Foto roentgen                    : Tidak ada
j.        Lain-lain                            : Tidak ada

8. Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum                : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis
b.      TB/BB                              : 118 cm, 27 Kg
c.       Lingkar kepala                 : 49 cm
d.      Kepala                   
Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut,
distribusi rapat, dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.
e.     Mata                      
Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah
muda, ptosis (-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.
f.      Leher                               
Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks
menelan (+).
g.    Telinga                            
Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s,
kelainan bentuk (-)
h.      Hidung    
Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan
tidak ada nyeri tekan.                
i.        Mulut                  
Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan
lidah baik.
j.        Dada                   
Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2),
deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri tekan (-). 
k.      Paru- paru                        
Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan
l.        Jantung                
Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130
x/i.        
m.    Perut                    
Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i,
tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik)
n.      Punggung                        
Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)
o.      Genetalia                         
Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)
p.      Ektremitas
1. Ekstremitas atas         : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas
pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)
2. Ekstremitas bawah      : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)
q.      Tanda vital
1. a.    RR                               : 32      x/menit
2. b.    HR                               : 130    x/menit
3. c.    TD                               : 85/60 mmHg
4. d.   Temp                           : 38,1   0C

9. Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan


a. Kemandirian bergaul       
An. D mudah berinteraksi dengan orang lain
b. Motorik halus                  
An. D sudah bisa menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah
dibuatnya
c. Motorik kasar                  
An. D dapat menangkap bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat
berjalan dengan 1 kaki
d. Kognitif                          
An. D dapat mengingat nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan
yang sederhana (misalnya 1 + 1 = 2)
e.   Bahasa                              :
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D
berbicara dengan sangat jelas dan mudah dimengerti.
10. Pemeriksaan Penunjang      
Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39)

11. Ringkasan Riwayat Keperawatan


Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh
38,1 0C, BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D rewel, muntah (-),
mual (-), tingkat kesadaran : composmentis, ekstremitas bawah (+4), An. D terbaring
lemah di tempat tidur.

12. Masalah Keperawatan


a. Peningkatan suhu tubuh
b. Gangguan pola eliminasi
c. Intoleransi aktivitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella
Typhi.
2. Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Invasi bakteri Peningkatan


  Ibu klien mengatakan demam ± selama 5 salmonela typhi melalui suhu tubuh
hari demam bersifat naik turun, ibu makanan atau minuman (hipertermi)
klien mengatakan sudah memberi obat
penurun panas tetapi tidak membaik
Terjadi peradangan
Do : pada saluran cerna
  Teraba panas
  An.D rewel
  T    : 38.1 0c
  RR : 32 x/i Dilepaskannya zat
  HR : 120 x/i pirogen oleh leukosit
  Pct 3x1 tab pada jaringan yang
meradang
 

Demam tipoid
 
Peningkatan suhu tubuh
(hipertermi)

2 Ds : Terjadi peradangan Gangguan pola


  Ibu klien mengatakan bahwa An. D pada saluran cerna eliminasi (BAB)
sebelum sakit BAB sebanyak 2 x/hari,
sedangkan selama ± 1 minggu sampai
sekarang (29 April 2013) belum ada
BAB
  Ibu klien mengatakan makanan yang
disukai An. D adalah telur, buah apel,
dan jajanan. Sedangkan pisang, pepaya Penurunan kerja
dan ikan An. D kurang suka motilitas usus

Do :
  Makan nasi + telur + kecap
  Makan apel (+)
  Peristaltik usus (8 x/i)
  BAB (-)
  Mual, muntah (-) Konstipasi
  Abdomen : Suepel
  Suara abdomen : Tympani

Gangguan pola
eliminasi (BAB)

3 Ds : Proses infeksi virus Intoleransi akti


  Ibu klien mengatakan badan anaknya Salmonella Typhi
lemas
Do :
  k/u : lemah
  Kekuatan otot (+4)
  Terbaring di tempat tidur
  Terpasang infus
  Aktivitas dibantu Ny. I
Penurunan sistem
metabolisme tubuh
 

Kelemahan fisik

Imobilisasi

Intoleransi aktivitas

C.    INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Peningkatan Setelah 1.      Ukur tanda-tanda 1.      Sebagai dasar untuk


suhu tubuh dilakukan vital setiap 2/4 jam menentukan intervensi
(hipertermi) asuhan 2.      Observasi membran
b/d proses keperawatan mukosa bibir, 2.      Untuk identifikasi tanda-
infeksi selama 1 x 12 pengisian kapiler dan tanda dehidrasi akibat
Salmonella jam, turgor kulit demam
Typhi diharapkan 3.      Anjurkan untuk
suhu klien minum ± 2-2,5
menurun. L/menit 3.      Kebutuhan cairan dalam
4.      Anjurkan kompres tubuh cukup mencegah
KH : hangat pada dahi, terjadinya demam
1.      Suhu tubuh ketiak, dan lipat paha4.      Kompres hangat memberi
dalam batas efek vasodilatasi pembuluh
normal (36-37 darah sehingga
0
C) 5.      Anjurkan untuk tirah mempercepat penguapan
2.      Membran baring/pembatasan panas
mukosa aktivitas selama fase 5.      Menurunkan kebutuhan
lembab akut metabolisme tubuh
3.      Pengisian 6.      Anjurkan untuk sehingga menurunkan panas
kapiler < 2 menggunakan pakaian
detik yang tipis dan 6.      Pakaian tipis memudahkan
4.      An. D tidak menyerap keringat penguapan panas saat
rewel (rileks) penurunan panas klien akan
          7.      Kolaborasi dalam banyak mengeluarkan
pemberian terapi keringat
sesuai indikasi 7.      Untuk menurunkan
panas/mengontrol panas,
untuk mengatasi infeksi dan
mencegah penyebaran
infeksi, dan penggantian
cairan akibat penguapan
8.      Observasi hasil panas tubuh
pemeriksaan darah 8.      Untuk mengetahui
dan feses perkembangan penyakit
typus dan efektifitas terapi
9.      Observasi adanya 9.      Peningkatan suhu terus
peningkatan suhu menerus setelah pemberian
terus menerus, antipiretik dan antibiotik
distensi abdomen, dan kemungkinan terjadinya
nyeri abdomen komplikasi perforasi usus.

2 Gangguan Setelah 1.      Kaji pola eliminasi 1.      Sebagai data dasar
pola eliminasi dilakukan klien gangguan yang dialami
(BAB) b/d asuhan memudahkan intervensi
konstipasi keperawatan selanjutnya
selama 1 x 122.      Asukultasi bunyi usus2.      Penurunan menunjukkan
jam, adanya obstruksi statis
diharapkan akibat inflamasi,
pola eliminasi penumpukan fekalit
klien kembali3.      Kaji adanya keluhan 3.      Menandakan adanya gas di
normal. nyeri abdomen perut sehingga
mengakibatkan terjadinya
KH : distensi abdomen
1.      BAB 1 x/hari4.      Anjurkan makan- 4.      Makanan lunak serta buah-
2.      Konstipasi makanan yang lunak, buahan yang kaya akan
lunak buah-buahan yang serat dapat mengatasi
3.      Warna feces merangsang BAB konstipasi
kuning 5.      Kolaborasi dalam
4.      Tidak pemberian terapi 5.      Dapat merangsang
berlendir sesuai indikasi peristaltik usus secara
perlahan sehingga masalah
konstipasi teratasi

3 Intoleransi Setelah 1.      Kaji tingkat toleransi1.      Sebagai dasar untuk


aktivitas b/d dilakukan klien terhadap menentukan intervensi
kelemahan asuhan aktivitas
fisik, tirah keperawatan 2.      Kaji jumlah makanan2.      Untuk mengidentifikasi
baring selama 1 x 12 yang dikonsumsi klien intake nutrisi klien
jam, setiap hari
diharapkan 3.      Anjurkan klien untuk
klien dapat tidah baring selama 3.      Untuk menurunkan
melakukan fase akut metabolisme tubuh dan
aktivitas 4.      Jelaskan pentingnya mencegah iritasi usus
secara pembatasan aktivitas 4.      Untuk mengurangi
bertahap. selama perawatan peristaltik usus sehingga
5.      Bantu klien mencegah iritasi usus
KH : melakukan aktivitas
1.      TTV dalam sehari-hari sesuai
batas normal kebutuhan 5.      Kebutuhan aktivitas klien
2.      Tidak ada 6.      Libatkan keluarga terpenuhi dengan energi
keluhan lelah dalam pemenuhan minimal, sehinga
3.      Kekuatan otot kebutuhan aktivitas mengurangi peristaltik usus
meningkat sehari-hari 6.      Partisipasi keluarga
7.      Berikan kesempatan meningkatkan kooperatif
pada klien melakukan klien dalam perawatan
aktivitas sesuai
kondisi klien 7.      Meningkatkan partisipasi
klien dapat meningkatkan
harga diri dan
meningkatkan toleransi
aktivitas

D. IMPLEMENTASI

N Hari Diagnosa
Implementasi Evaluasi
o /Tgl Keperawatan
1
S Peningkatan 1.      Mengukur tanda-tanda vital S:
E suhu tubuh An. D   Ibu klien
L (hipertermi) H: mengatakan badan
A b/d proses T : 38,1 0C anaknya masih
S infeksi RR : 28 x/i panas, walaupun
A Salmonella HR : 128 x/i sudah dikompres
Typhi R : An. D rewel (menangis),   Ibu mengatakan An.
30 dan tidak tenang D sudah diberikan
A banyak minum
P 2.     Mengamati membran mukosa   Ibu klien
R bibir, pengisian kapiler dan mengatakan bahwa
I turgor kulit pada An. D An. D tidak banyak
L H: berakivitas hanya
2013        Bibir kering berbaring di tempat
       CRT & turgor kulit < 2 tidur
detik   Ibu klien
mengatakan sudah
3.     Menganjurkan An. D untuk memberikan
banyak minum ± 2-2,5 L/hari pakaian yang tipis
H : Minum (+) dan menyerap
R : An. D tidak sulit minum keringat
  Ibu klien
4.     Menganjurkan ibu untuk mengatakan sudah
melakukan kompres hangat memberikan obat
pada dahi, ketiak, dan lipat penurun panas yang
paha diberikan
H : Ibu melakukan kompres
hangat di dahi O:
R : Ny. I mengambil handuk   Teraba panas di dahi
kecil dan air hangat dan   T : 38 0C, RR : 130
melakukan kompres hangat x/i, HR : 30 x/i
  Kompres (+)
5.     Menjelaskan kepada ibu klien   Minum (+)
tentang pentingnya tirah   Terbaring di tempat
baring/pembatasan aktivitas tidur
selama fase akut   Bibir lembab
H : Ibu memahami manfaat   Memakai baju tipis
tirah baring selama fase akut dan menyerap
(demam) keringat
R : Ibu dan An. D   Abdomen : suepel
memperhatikan penjelasan   Paracetamol
yang diberikan   IVFD RL 30 gtt/i

6.     Menjelaskan kepada Ibu klien A:


tentang pentingnya Masalah peningkatan
menggunakan pakaian yang suhu tubuh teratasi
tipis dan menyerap keringat sebagian
bagi An. D
H : Baju An. D tipis dan P : Intervensi
menyerap keringat dilanjutkan :
R : Ibu sudah memahami   Kaji TTV
pentingnya pakaian tipis dan   Anjurkan banyak
menyerap keringat bagi An. D minum
  Anjurkan untuk
7.     Berkolaborasi dalam kompres hangat
pemberian terapi sesuai   Kolaborasi dalam
indikasi pemberian terapi
H:
        IVFD RL 30 gtt/i
       Cotrimoxazole 2 x cth II
        Paracetamol 3 x 1 tab
R : An. D mau meminum obat
yang telah diberikan dan tidak
ada tanda-tanda alergi

8.      Melihat hasil pemeriksaan


darah dan feses
H:
         Hb : 15,6 g/dl
         Ht : 46,9 %
         Leu : 9.103/ml
         Tromb : 189. 103/ml
         LED : 5 mm
         Widal :
  O : 1/80 1/80 1/40 1/80
  H : 1/40 1/40 1/80 1/80

9.      Mengamati adanya


peningkatan suhu terus
menerus, distensi abdomen,
dan nyeri abdomen
H : Suhu masih 38,1 0C,
distensi abdomen (-), suepel
(+)
R : An. D mengatakan tidak
merasakan sakit dibagian perut

2 Gangguan pola 1.      Menanyakan kepada ibu pola  S :


eliminasi eliminasi An. D   Ibu klien
(BAB) b/d H : ibu klien mengatakan An. mengatakan bahwa
konstipasi D belum BAB ± 1 minggu An. D belum ada
R : An. D mengatakan tidak BAB
sesak BAB, Ibu klien   An. D mengatakan
mengatakan cemas karena AN. tidak merasakan
D tidak BAB selama ± 1 sakit pada perutnya
minggu   An. D mengatakan
2.      Mendengarkan suara tidak ada sesak
peristaltik usus BAB
H : Terdengar peristaltik usus   An. D mengatakan
3.      Mengkaji adanya keluhan tidak suka makan
nyeri abdomen buah pepaya dan
H : abdomen : suepel, nyeri (-) pisang
R : An. D mengatakan tidak   An. D mengatakan
ada sakit dibagian perut sudah minum obat
4.      Menganjurkan ibu klien untuk
memberikan makan-makanan O:
lunak, dan buah-buahan yang   BAB (-)
merangsang BAB (pisang,   Abdomen : suepel
pepaya)   M2 TKTP + telur
H : M2 TKTP (pakek telur), rebus
makan buah apel   Makan apel (+)
R : Ibu klien mengatakan   Lactulosa 3 x cth I
memberikan makanan yang di A:
sediakan oleh RS dan pakek Masalah pola
telur, Ibu klien mengatakan eliminasi belum
An. D hanya mau makan buah teratasi
apel
5.      Berkolaborasi dalam P : Intervensi
pemberian terapi sesuai dilanjutkan :
indikasi   Kaji eliminasi klien
H : Lactulosa 3 x cth I   Auskultasi bunyi
R : An. D mengatakan belum usus
ada BAB   Anjurkan makan-
makanan lunak dan
buah
  Kolaborasi dalam
pemberian terapi

3 Intoleransi 1.      Mengkaji tingkat toleransi S:


aktivitas b/d klien terhadap aktivitas   Ibu klien mengatakan
kelemahan H : Hanya bisa duduk dan bahwa An. D hanya
fisik, tirah terbaring bisa berbaring dan
baring R : An. D mengatakan duduk di tempat tidur
badanya lemah   Ibu klien mengatakan
anaknya sulit
2.      Mengkaji jumlah makanan bergerak karena
yang dikonsumsi klien terpasang infus di
H : Diet M2 TKTP 3x/hari, kaki sebelah kanan
makan roti (+), makan buah
(+) O:
R : Ibu klien mengatakan An.   Berbaring di tempat
D makan 3 x/hari tetapi tidak tidur
dihabiskan   Terpasang infus di
kaki sebelah kanan
3.      Memberi penjelasan kepada   k/u : lemah
ibu untuk menjaga An. D agar
tidak banyak bergerak A:
H : An. D hanya terbaring di Masalah aktivitas
tempat tidur belum teratasi
R : Ibu klien mengatakan akan
membatasi aktivitas An. D P : Intervensi
dilanjutkan :
4.      Membantu klien melakukan   Kaji tingkat toleransi
aktivitas sesuai kebutuhan klien terhadap
H : Membantu An. D duduk aktivitas
R : An. D mengatakan senang   Bantu melakukan
bisa duduk aktivitas sehari-hari
sesuai kebutuhan
5.      Melibatkan keluarga dalam   Anjurkan untuk tiraj
pemenuhan kebutuhan baring selama fase
aktivitas sehari-hari akut
H : Ibu klien bekerja sama   Libatkan keluarga
dengan baik dalam pemenuhan
R : Ibu klien mengatakan mau kebutuhan aktivitas
membantu perawat sehari-hari

6.      Memberikan kesempatan pada


klien melakukan aktivitas
sesuai indikasi
H : Bermain handphone
R : An. D senang bermain bola
di HP

1 R Peningkatan 1.      Mengukur tanda-tanda vital S:


A suhu tubuh An. D   Ibu klien mengatakan
B (hipertermi) H: bahwa anaknya
U b/d proses   T : 36,2 0C sudah tidak demam
infeksi   RR : 28 x/i lagi
O1 Salmonella   HR : 92 x/i
Typhi R : An. D sudah membaik dan   Ibu mengatakan akan
M terlihat lebih segar menjalankan anjuran
E yang telah diberikan
I 2.      Menganjurkan ibu klien untuk apabila anaknya
memberikan banyak minum demam lagi
2013 apabila demam   Ibu klien mengatakan
H : Minum (+) masih memberikan
R : Ibu klien akan memberikan obat penurun panas
banyak minum apabila An. D karena takut
demam demamnya terulang
lagi
3.      Menganjurkan ibu untuk   Ibu klien berterima
melakukan kompres hangat kasih atas penjelasan
apabila demam terulang yang telah diberikan
kembali kepadanya
H : Ibu akan melakukan
kompres hangat apabila O:
demam lagi   Ekspresi wajah ibu
R : Ibu klien mengucapkan klien terlihat senang
terima kasih atas anjuran yang k/u : membaik
diberikan T : 36,5 0C, RR : 28
x/i, HR : 92 x/i
4.      Berkolaborasi dalam Minum (+)
pemberian terapi sesuai   Bibir lembab
indikasi   Paracetamol 3 x 1 tab
H:   IVFD RL 30 gtt/i
         IVFD RL 30 gtt/i
         Cotrimoxazole 2 x cth II A:
         Paracetamol 3 x 1 tab Masalah peningkatan
R : An. D mau meminum obat suhu tubuh sudah
yang telah diberikan teratasi

P : Intervensi
dihentikan.

2 Gangguan pola 1.      Menanyakan eliminasi kepada  S :


eliminasi An. D   Ibu klien mengatakan
(BAB) b/d H : BAB (-) bahwa anaknya
konstipasi R : An. D mengatakan belum sudah BAB tetapi
ada BAB, Ibu klien sedikit
mengatakan anaknya tidak ada   Ibu klien mengatakan
merasakan sesak BAB. feces anaknya keras
dan bau, berwarna
2.      Mendengarkan suara kuning
peristaltik usus   Ibu klien mengatakan
H : Terdengar peristaltik usus anaknya juga makan
R : An. D mengatakan tidak pisang walaupun
ada sesak BAB harus dipaksa
terlebih dahulu
3.      Mengingatkan kembali ibu   Ibu klien mengatakan
klien untuk memberikan siang ini anaknya
makan-makanan lunak, dan makan dengan nasi
buah-buahan yang merangsang yang telah disediakan
BAB (pisang, pepaya) dan pakai telur
H : M2 TKTP (pakek telur),
makan pisang (+) O:
R : Ibu klien mengatakan   Peristaltik usus (+)
anaknya pagi ini makan 12 x/i
dengan nasi, telur, dan sayur   M2 TKTP + telur rebus
bening   Makan pisang (+) ¼
bagian
4.      Berkolaborasi dalam   Lactulosa 3 x cth I
pemberian terapi sesuai
indikasi A:
H : Diet M2 TKTP, Lactulosa Masalah pola eliminasi
3 x cth I teratasi

P : Intervensi dihentikan

3 Intoleransi 1.      Mengevaluasi tingkat toleransi S :


aktivitas b/d klien terhadap aktivitas   Ibu klien mengatakan
kelemahan H : Duduk dan berbaring bahwa infus anaknya
fisik, tirah R : An. D mengatakan sudah dilepas jam
baring badanya sudah tidak lemas lagi 11.00 wib
dan ingin berjalan   Ibu klien mengatakan
anaknya sudah
2.      Membantu klien melakukan membaik karena
aktivitas sesuai kebutuhan sudah bisa berjalan
H : hanya bisa duduk karena dan bermain bersama
terpasang infus di kaki kanan teman 1 ruangan
R : An. D mengatakan minta   Ibu klien mengatakan
dilepaskan infusnya senang karena
anaknya besok sudah
3.      Mengingatkan untuk tirah boleh pulang
baring apabila masih lemah   Ibu klien mengatakan
H : k/u : membaik akan menjaga
R : An. D mengatakan ya anaknya agar tidak
terlalu kecapaian
4.      Melibatkan keluarga dalam karena belum
pemenuhan kebutuhan sembuh betul
aktivitas sehari-hari   Ibu klien
H : Makan dibantu, kencing mengucapkan terima
dibantu, dan duduk mandiri kasih karena sudah
R : Ibu klien mengatakan perduli dengan
aktivitas anaknya masih harus anaknya
dibantu
O:
  Ekspresi ibu klien
senang
  An. D terlihat senang
dan bermain bersama
teman 1 ruangan
k/u : baik
  tampak lebih segar

A:
Masalah aktivitas
teratasi

P:
Intervensi dihentikan
oleh mahasiswa. Terapi
pengobatan dilanjutkan
oleh pegawai ruangan
 BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.
Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella
typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi. 
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet
dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang
belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari
makanan pedas.

4.2. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya
makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI


Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta : Salemba
Medika
Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia
Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai