Anda di halaman 1dari 37

PENULISAN BAB V (TEORI)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Riset Keperawatan

Disusun oleh:

Kelompok 3

Crisis Octaria Mellanda XCIX AK118034


Fitri Setiawati Pratiwi AK118066
Muhamad Heikal Dinulloh AK118109
Putri Agnia Yuniar AK118136
Sephira Flaras Andriaska AK118166
Sylvia Dewi Febriani AK118183
Tiara Dinda Melianti AK118187
Vani Alvianto AK118195

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021
KATA PENGATAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah yang berjudul “Teori dalam Riset Keperawatan”

Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih


kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran, yang bersifat membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita. Akhir kata kami meminta
maaf, apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan yang
mungkin dapat kita maklumi bersama.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB I PEMBAHASAN ..............................................................................

1.1 Teori middle range.............................................................................


1.2 Hainsworth ........................................................................................
1.3 Theory of ilness trajectory (wieneer and dodd).................................
1.4 Teori ramona t. Mercer......................................................................
1.5 Teori model eakes, burke...................................................................
BAB II METODE PENELITIAN ..............................................................

2.1 Jenis penelitian...................................................................................


2.2 Lokasi Penelitian................................................................................
2.3 Populasi dan sampel penelitian..........................................................
2.4 Teknik pengambilan Sampel..............................................................
2.5 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data................................
2.6 Pengolaan Data dan Analisis Data.....................................................
2.7 Penyajian Data...................................................................................
2.8 Etika Penelitian..................................................................................
2.9 Hasil penelitian dan pembahasan ......................................................
2.10 Pembahasan ………………………………………………………...
2.11 Keterbatasan penelitian …………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................


BAB I

PEMBAHASAN

1.1 TEORI MIDDLE RANGE

Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/gagasan yang


saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas
keperawatan (Smith & Liehr, 2008). Teori-teori in terdiri dari beberapa konsep
yang saling berhubungan dan dapat digambarkan dalam suatu model. Middle
Range Theories dapat dikembangkan pada tatanan praktek dan riset untuk
menyediakan pedoman dalam prkatik dan riset/penelitian yang berbasis pada
disiplin ilmu keperawatan.

Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktik dan penelitian. Teori
ini mampu menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari penelitian
serta membimbing dalam pemilihan variable dan pernyataan penelitian. Middle
Range Theory dapat membantu parktik dengan memfasilitasi pemahaman
terhadap perilaku klien dan memungkinkan untuk menjelaskan beberapa
efektifitas dari intervensi. Review terhadap beberapa penelitian yang
dipublikasikan mengungkapkan penggunaan Middle Range Theory dalam
penelitian keperawatan masih cukup luas. Dan sebagian besar Middle Range
Teori berasal dari disiplin ilmu lain. Hal ini sangat jelas ketika kita
membandingkan seberapa sering Middle Range Theory dan Grand Teori dikutip
dalam literatur penelitian keperawatan. Dari 173 penelitian, yang diidentifikasi
menggunakan teori adalah 79 (45%). Dan dari 79 penelitian tersebut diidentifikasi
hanya 25 penelitian yang benar-benar menggunakan teori keperawatan dan 54
lainnya menggunakan mengadopsi dari disiplin ilmu lainnya dan kebanyakan dari
ilmu psikolog.

Liehr & Smith menjelaskan bahwa perkembangan Middle Range Theory


bersumber pada proses intelektual yang meliputi:

a. Teori induktif yang membangun teori melalui riset

b. Teori deduktif yang berasal dari grand theory

c. Kombinasi dari teori keperawatan dan non keperawatan


d. Sintesa teori yang berasal dari penelitian yang telah terpublikasi

e. Mengembangkan teori dari pedoman praktik klinik

Identifikasi Middle Range Teori telah cukup jelas. Disisi lain, Chenitz
seorang penulis utama dari Entry into a Nursing Home as Status Passage,
memasukan teoori ini kedalam praktikal. Sedangkan yang lainnya memasukan ke
dalam Middle Range Teori. Middle Range Teori mengandung nilai abstrak, tidak
terlalu sempit tetapi berada pada kondisi pertengahan. Untuk mencegah salah
penafsiaran dalam pemahaman terhadap teori, para penemu teori harus
memberikan identitas Teori terhadap komponen konsep dalam teori tersebut.
Ketidakakuratan dari Middle Range Teori hanya salah satu dari sekian banyak
kritik terhadap teori ini. Selain hal tersebut, ketidakjealasan definisi Middle Range
Teori telah dikritis untuk membedakannya dengan Grand Teori, karena mampu
untuk menguji ide positif-logis.

1.2 HAINSWORTH

Konsep utama Keperawatan Menurut Hainsworth

a. Keperawatan
Praktik keperawatan memiliki lingkup praktik untuk mendiagnosa adanya
chronic sorrow kemudian melakukan intervensi untuk mengatasinya. Peran
utama perawat adalah bersikap empati, memberi edukasi, serta merawat dan
melakukan tindakan professional lainnya.
b. Manusia
Memiliki presepsi ideal mengenai proses kehidupan dan kesehatan. Manusia
akan membandingkan pengalamnnya dengan idealisnya pribadi dan dengan
orang-orang disekitarnya. Meskipun pengalaman individu terhadap
kehilangan bersifat unik, namun terdapat komponen yang umumnya dapat
diprediksi yang ada terkait pengalaman kehilangan.
c. Kesehatan
Kesehatan seseorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan yang tercipta
setelah kehilangan. Koping yang efektif menghasilkan respon normal terhadp
kehilangan.
d. Lingkungan
Lingkungan pelayanan kesehatan adalah tempat terjadinya interaksi individu
dalam konteks social dengan keluarga dan pekerjaan.
1.3 Theory of Ilness Trajectory (Wieneer and Dodd)

Konsep Utama dan Definisi

Konsepsi diri berdasarkan pada fisik dan dirumuskan berdasarkan kemampuan


yang dirasakan untuk membentuk kegiatan biasa atau yang diharapkan untuk
mencapai tujuan berbagai peran. Interaksi dengan orang lain berpengaruh besar
pada pembentukan konsep diri. Peran yang bervariasi adalah tindakan seseorang
tersebut memonitor reaksi orang lain dan perasaan diri dalam proses pembentukan
yang terintegrasi. Kunci unsur dalam konteks biografi sebagai berikut:

a. Identitas
Konsepsi diri pada waktu tertentu yang menyatukan beberapa aspek pribadi
dan terletak pada tubuh
b. Temporalitas
Waktu biografi yang tercermin dalam aliran berkelanjutan peristiwa kejadian
hidup yang tiada henti, persepsi dari masa lalu, sekarang dan kemungkinan
hubungan di masa depan ke dalam konsepsi diri
c. Tubuh
Aktivitas hidup dan persepsi turunan yang berbasis di dalam tubuh. Penyakit
terutama kanker sangat mengganggu konsepsi diri yang biasa atau sehari-hari
dan diperparah oleh tindakan dan reaksi yang dirasakan orang lain dalam
konteks sosiologis kehidupan. Gangguan ini meresap kedalam unsur biografi
interdependen (identitas, temporalitas, dan tubuh). Gangguan atau perasaan
disekuilibrium ini ditandai oleh rasa kehilangan kendali, sehingga menjadi
keadaan yang ketidak pastian. Seiring konteks kehidupan terus terungkap,
dimensi ketidak pastian terwujud, tidak dalam urutan linier tahap atau fase,
tapi dalam perbedaan yang mengganggu persepsi tentang tubuh yang tidak
menentu, tidak pasti temporalitas, dan identitas yang tidak pasti.
Pengalaman penyakit selalu ditempatkan dalam konteks biografis,
yaitu penyakit yang dialami secara terus-menerus dalam domain kehidupan
yang berhubungan dengan penyakit ketidakpastian bervariasi dalam
dominasi lintas lintasan penyakit melalui arus persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain yang dinamis. Aktivitas hidup dan hidup dengan penyakit
adalah bentuk pekeijaan. Lingkup pekeijaan meliputi orang dan semua orang
lain dengan siapa dia berinteraksi, termasuk keluarga dan penyedia layanan
kesehatan. Ini mempakan jaringan pemain disebut total organisasi. Orang
sakit (atau pasien) adalah pekeija pusat. Namun, semua pekeijaan teijadi di
dalam dan saling mempengaruhi. Disusun oleh total organisasi. Jenis
pekeijaan yang diselenggarakan pada trajectory yang dilakukan oleh pasien
dan keluarga:
a. Pekerjaan terkait penyakit
Diagnostik, manajemen gejala, regimen perawatan, dan pencegahan
krisis
b. Pekerjaan sehari-hari
Aktivitas hidup sehari-hari, menjaga rumah tangga, menjaga sebuah
kependudukan, mempertahankan hubungan, dan rekreasi
c. Pekerjaan biografis
Pertukaran informasi, ekspresi emosional, dan pembagian tugas melalui
interaksi dalam total organisasi
d. Pekerjaan pengurangan ketidakpastian
Kegiatan diundangkan untuk mengurangi dampak temporal, tubuh, dan
ketidakpastian identitas
Keseimbangan jenis pekerjaan ini bersifat dinamis, responsif
berfluktuasi sepanjang waktu, situasi, persepsi, dan beragam pemain dalam
total oiganisasi untuk mendapatkan rasa keseimbangan (control).
Keterkaitan ini di antara jenis pekeijaan tercipta sebuah ketegangan yang
ditandai dengan pergeseran dominasi jenis pekeijaan melintasi lintasan.
Yang penting adalah konteks biografi berakar pada tubuh. Saat tubuh
berubah selama peijalanan sakit dan perawatan, kapasitas untuk melakukan
jenis pekeijaan tertentu dan akhirnya identitas seseorang adalah berubah.
Kontribusi utama dari pekeijaan ini adalah penggambaran jenis pekerjaan
pengurangan ketidakpastian. Kegiatan ini diberlakukan untuk mengurangi
dampak dari berbagai keadaan ketidak pastian yang diinduksi dalam
menjalani kemoterapi kanker. Strategi ini sangat dinamis dan responsif dan
teijadi dikombinasi dan konfigurasi bervariasi di seluruh lintasan penyakit
untuk pemain yang berbeda dalam organisasi. Mereka yang memberlakukan
strategi ini mempengaruhi konsepsi diri saat mereka memantau tanggapan
orang lain terhadap strategi yang mereka coba kelola dalam hidup dengan
penyakit. 
Asumsi Utama
Manusia adalah fokus dari teori Wiener dan Dodd tentang trajektori sakit.
Teori ini menjelaskan asumsi utama yang mencerminkan turunannya dalam
sebuah perspektif sosiologis Teori ini meliputi tidak hanya komponen fisik
dari penyakit, tetapi “total organisasi keija yang dilakukan selama peijalanan
penyakit” (Wiener&Dodd, 1993 dalam Alligood, 2014). Trajektori sakit
secara teoritis berbeda dari peijalanan suatu penyakit. Dalam teori ini,
trajektori sakit tidak terbatas pada orang yang menderita penyakit.
Sebaliknya, organisasi keseluruhan melibatkan orang sakit, keluarga, dan
professional perawatan kesehatan yang memberikan perawatan (Alligood,
2014).
Teori ini menjelaskan penggunaan istilah keija. “Para pemain yang
bervariasi dalam organisasi memiliki berbagai jenis pekeijaan; namun,
pasien adalah pekeija sentral dalam trajektori sakit”. Pekeijaan yang hidup
dengan penyakit menghasilkan konsekuensi tertentu yang menyerap
kehidupan orang¬orang yang terlibat. Pada gilirannya, konsekuensi dan
konsekuensi timbal balik berada diseluruh organisasi, melibatkan organisasi,
melibatkan organisasi keseluruhan dengan pekeija pusat (yaitu, pasien)
melalui trajektori hidup dengan penyakit. Hubungan antara para pekeija di
dalam trajektori adalah sebuah atribut yang “memengaruhi baik manajemen
dari peijalanan penyakit itu, maupun nasib orang yang sakit” (Wiener &
Dodd, 1993, dalam Alligood, 2014).

Penegasan Teori
Konteks untuk pekeijaan dan hubungan sosial yang memengaruhi pekeijaan
hidup dengan penyakit dalam teori trajektori sakit berbasis pada karya yang
dipengaruhi oleh Corbin dan Strauss (1988). Sebagai pekeija pusat,
tindakan-tindakan dilakukan seseorang untuk mengelola dampak hidup
dengan penyakit dalam berbagai konteks, termasuk biografis (konsepsi diri)
dan sosiologis (interkasi dengan orang lain). Dari perspektif ini, mengelola
gangguan (atau koping terhadap ketidakpastian) melibatkan interaksi
pasien dengan berbagai pemain dalam organisasi serta kondisi sosial
eksternal. Mengingat kompleksitas interaksi tersebut di beberapa konteks
dan dengan banyak pemain di seluruh trajektori sakit, koping adalah sebuah
proses yang sangat bervariasi dan dinamis (Alligood, 2014).
Awalnya, diantisipasi bahwa trajektori hidup dengan kanker
memiliki fase-fase yang kelihatan atau tahapan yang dapat diidentifikasi
oleh pergeseran besar masalah, tantangan, dan kegiatan yang dilaporkan.
Ini adalah alasan untuk mengumpulkan data kualitatif di tiga titik selama
pengobatan kemoterapi. Bahkan, gagasan ini tidak berlaku: status fisik
pasien dengan kanker dan konsekuensi sosial-psikologis penyakit dan
pengobatan adalah tema sentral pada semua titik pengukuran sepanjang
trajektori (Alligood, 2014).
Para penulis secara konseptual menyamakan ketidakpastian dengan
hilangnya kontrol, menggambarkan sebagai “aspek yang paling bermasalah
dari hidup dengan kanker”. Penegasan teoritis ini tercermin lebih lanjut
dalam identifikasi proses sosial-psikologis inti dari hidup dengan
kanker, :mentoleransi ketidakpastian yang menyertai penyakit”
(Wiener&Dodd, 1993 dalam Alligood, 2014). Faktor-faktor yang
memengamhi tingkat ketidakpastian diungkapkan oleh pasien dan keluarga
yang berbasis dalam kerangka keija teoritis dari total organisasi dan kondisi
sosiologis eksternal, termasuk sifat dukungan keluarga, sumber daya
keuangan, dan kualitas bantuan dari penyedia layanan kesehatan (Alligood,
2014).

Penggunaan Bukti Empiris


Teori Trajectory sakit diperluas melalui analisis sekunder data
kualitatif yang dikumpulkan selama studi longitudinal prospektif yang
memeriksa koping dan perawatan diri keluarga selama 6 bulan pengobatan
kemoterapi. Sampel untuk studi yang lebih besar termasuk 100 pasien dan
keluarga mereka. Setiap pasien telah didiagnosis menderita kanker
(payudara, paru-paru, kolorektal, ginekologi, atau limfoma) dan sedang
dalam proses menerima kemoterapi untuk pengobatan penyakit awal atau
untuk kekambuhan kembali. Subjek dalam studi ini didesain setidaknya
satu anggota keluarga yang bersedia untuk berpartisipasi dalam studi ini.
Meskipun ukuran kuantitatif maupun kualitatif digunakan dalam
pengumpulan data untuk studi yang lebih besar, teori ini diperoleh melalui
analisis kualitatif data. Wawancara terstruktur seputar koping keluaiga
dilakukan di tiga titik selama pengobatan kemoterapi. Para pasien dan
anggota keluarga diminta untuk mengingat bulan sebelumnya dan
kemudian mendiskusikan masalah paling penting atau tantangan yang harus
mereka hadapi, tingkat kesulitan yang diciptakan oleh masalah itu dalam
keluarga, dan kepuasan mereka dengan manajemen dari masalah itu.
Perhatian yang cermat diberikan untuk konsistensi pengumpulan
data: anggota keluarga konsisten dan hadir untuk setiap wawancara,
panduan wawancara yang terstmktur, dan p er awat-p ew awan cara yang
sama melakukan setiap titik pengumpulan data terhadap sebuah keluaiga
yang diberikan. Proses wawancara direkam, dibuat transkripsi secara kata
perkata, dan kehadiran perawat yang merekam di setiap wawancara untuk
mencatat frase kunci ketika wawancara berlangsung lebih lanjut untuk
meningkatkan ketelitian metodologis. Hasil pengumpulan data terdiri dari
300 wawancara (tiga wawancara untuk masing-masing 100 unit pasien-
keluarga) diperoleh pada titik-titik yang bervariasi dengan tujuan
pengobatan kemoterapi untuk kanker.
Ketika data untuk studi yang lebih besar dianalisis, menjadi jelas
bagi Dodd (peneliti utama) bahwa data wawancara kualitatif memberikan
wawasan yang signifikan yang selanjutnya dapat menginformasikan studi.
Wiener, seorang ahli teori grounded yang bekeija sama dengan Strauss,
salah satu pendiri metode ini, kemudian direkrut untuk melakukan analisis
data wawancara sekunder. Perlu dicatat bahwa metode teori grounded
biasanya melibatkan sebuah proses perulangan bersamaan dalam
pengumpulan dan analisis data (Glaser, 1978; Glaser & Strauss, 1965).
Ketika wawasan teoretis diidentifikasi, pengumpulan data sampling dan
selanjutnya secara teoritis didorong untuk menyempurnakan konsep,
dimensi, variasi, dan kasus negatif yang muncul. Namun, dalam proyek ini,
data telah dikumpulkan sebelumnya menggunakan panduan wawancara
terstruktur; dengan demikian, ini adalah analisis sekunder dari kumpulan
data yang telah ada.
Keahlian Wiener dalam teori grounded menunjukkan adaptasi dari
metode teori ground untuk aplikasi data sekunder yang terbukti berhasil.
Pada dasarnya, prinsip yang mendasari analisis (yaitu, paradigma
coding/pengkodean) diterapkan untuk kumpulan data yang sudah ada
sebelumnya. Penyelidikan analitis melanjutkan secara induktif untuk
mengungkapkan proses sosial-psikologis inti di seputar yang dijelaskan
oleh teori ini. Dimensi ketidakpastian, proses manajemen, dan
konsekuensi- konsekunsi dijelaskan lebih lanjut untuk mengungkapkan
konsistensi internal dari perspektif teoritis dari trajektori sakit.
Ketika mempertimbangkan penggunaan metode teori grounded
yang diadaptasi untuk menganalisis bukti empiris yang sudah ada
sebelumnya, beberapa wawasan mendukung integritas karya ini. Pertama,
Wiener dipersiapkan dengan baik untuk pengembangan aplikasi baru dari
metode ini melalui pelatihan dan pengalamannya sebagai ahli teori
grounded. Kredibilitas metodologis peneliti ini mendukung perluasannya
dari sebuah metode penelitian tradisional menjadi sebuah aplikasi baru
dalam perspektif disiplinnya (sosiologi). Dukungan lebih lanjut adalah dari
ukuran kumpulan data: 100 pasien dan keluarga diwawancarai masing-
masing tiga kali, untuk total 300 wawancara, satu kumpulan data yang
sangat besar untuk penelitian kualitatif Oberst menunjukan bahwa volume
data yang diberikan ini, beberapa kemiripan sampling teoritis (dalam
kumpulan data penuh) kemungkinan akan diizinkan oleh para peneliti
(Oberst, 1993). Tapi ukuran kumpulan data belaka tidak menceritakan
keseluruhan cerita. Sampling pasien yang memiliki kankerkisaran jenis-
jenis yang relatif luas (mulai dari kanker ginekologi sampai kanker paru-
paru) dan baik pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi awal maupun
mereka yang menerima pengobatan untuk kekambuhan berkontribusi
secara signifikan terhadap variasi dalam kumpulan data. Strategi-strategi
pengambilan sampel pada akhirnya memberikan kontribusi untuk
membangun sampel yang sesuai, terutama untuk mengungkapkan
perspektif pembahan trajektori dari waktu ke waktu. Akhirnya, meskipun
fonnat wawancara yang terstruktur, adalah penting untuk dicatat bahwa
pasien dan keluarga berdialog tentang peristiwa- peristiwa bulan
sebelumnya dalam bentuk "brainstorming" (Wiener & Dodd, 1993, hal 18).
Teknik ini memungkinkan subjek untuk memperkenalkan hampir semua
topik yang menjadi perhatian mereka (terlepas dari struktur wawancara
berikutnya). Transkripsi rekaman secara kata per kata dari dialog¬dialog ini
memberikan kontribusi terhadap variasi dan ketepatan kumpulan data yang
dihasilkan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bukti empiris diambil
melalui wawancara yang dilakukan dalam studi yang lebih besar
menyediakan data yang memadai dan sesuai untuk analisis sekunder
menggunakan metode teori ground yang secara tepat disesuaikan.

1.4 Teori Ramona T. Mercer

Teori Mercer Maternal Role Attainment berdasarkan pada


penelitiannya pada awal tahun 1960 an. Profesor dan mentor Mercer yaitu
Reva Rubin dari University of Pittsburg merupakan stimulus utama bagi
kedua penelitian dan teori perkembangan. Rubin terkenal dengan kerjanya
dalam mendefinisikan dan mendeskripsikan pencapaian peran ibu sebagai
suatu proses ikatan yang mendalam, atau yang melekat pada anak dan
mencapai identitas peran ibu atau melihat dirinya sendiri dalam peran dan
mempunyai perasaan nyaman tentang hal tersebut. kerangka kerja Mercer
lebih jelas banyak menggunakan konsep Rubin.
Selain menggunakan kerja Rubin, penelitian Mercer juga
berdasarkan pada kedua teori yaitu teori peran dan perkembangan. Mercer
lebih banyak mengandalkan pada pendekatan interaksionis dari teori peran,
penggunaan teori Mead (1934) yaitu teori role enactment (teori
pengundangan peran) dan teori Turner (1978) Teori Core Self (teori Inti
diri). Selain itu, teori penerimaan peran Thorton dan Nardi (1975) yang juga
membantu bentuk teori Mercer. Teori perkembangan Werner (1957) juga
berkontribusi terhadap teori Mercer ini. Disamping itu, kerja Teori Mercer
dipengaruhi oleh Teori Sistem general Bertalanffy (1968). Model teori
pencapai peran ibu menggunakakan lingkaran sarang burung Bertalanffy
yang berarti sebagai gambaran interaksi lingkungan mempengaruhi peran
ibu.
Pengguanan bukti empiris dari penelitian yang dilakukan oleh
Mercer adalah banyak factor yang mempengaruhi peran seorang ibu. Pada
penelitian Mercer, peran ibu termasuk pada usia pertama melahirkan,
pengalaman melahirkan, awal pemisahan dari bayi, stress sosial, social
support, ciri-ciri kepribadian, konsep diri, sikap membesarkan anak, dan
kesehatan. Mercer juga mengidentifikasi bahwa terdapat kompenen bayi
yang mempengaruhi peran seorang ibu yaitu temperamen bayi, kemampuan
memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum, iresponsiveness
(ketanggapan), dan status kesehatan. Mercer (1995) juga mencatat banyak
temuan pentingnya peran ayah.

1. Asumsi Mayor

Untuk pencapaian peran ibu, Mercer (1981, 1986a, 1995)


menetapkan beberapa asumsi:
a) inti diri yang relative stabil, diperoleh melalui sosialisasi seumur
hidup, menentukan bagaimana ibu mendefiniskan dan merasakan
event-event sebagai seorang ibu, persepsinya terhadap bayinya dan
tanggapan lain terhadap ibunya, dengan situasi hidupnya yang
mana dia berespon (Mercer, 1986a).

b) Disamping pada sosialisasi ibu, tingkat perkembangannya dan


karakteristik kepribadian bawaan juga mempengaruhi
responperilakunya (Mercer, 1986a).
c) Partner peran ibu, bayinya, akan mencerminkan kemampuan ibu
dalam berperan sebagai ibu melalui proses pertumbuhan dan
perkembangan (Mercer, 1986a).
d) Bayi (infant) dianggap sebagai partner aktif dalam proses
pengambilan peran sebagai ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh perannya (Mercer, 1981).
e) Ayah atau partner ibu lainnya yang dekat dapat menyumbangkan
pencapaian peran dalam cara yang tidak dapat diduplikasikan
dengan pendukung lainnya (Mercer 1995).
f) Identitas maternal berkembang bersamaan dengan ikatan keibuan
dan saling ketergantungan satu sama lainnya (Mercer, 1995; Rubin
1977).
Asumsi mayor teori ini meliputi keperawatan, individu, kesehatan
dan lingkungan:
1) Keperawatan

Marcer (1995) menyatakan, keperawatan adalah profesi


kesehatan yang memiliki interaksi yang panjang dan sering dengan
wanita dalam siklus maternitas. Perawat bertanggung jawab dalam
promosi kesehatan terhadap keluarga dan anak. Mercer
mengatakan bahwa perawat merupakan pioner dalam
pengembangan dan strategi pengkajian pada pasien-pasien ibu dan
anak.
Definisi menurut Mercer menunjukkan komunikasi personal
sebagaimana berikut ini: Keperawatan adalah profesi yang dinamis
dengan berfokus pada tiga pokok, yaitu: 1) Promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit, 2) pelaksanaan perawatan bagi mereka
yang membutuhkan tenaga professional untuk mencapai fungsi
kesehatan pada tingkat yang optimal., 3) penelitian untuk
melakukan perubahan, ilmu pengetahuan berdasarkan kepada
asuhan keperawatan yang terbaik. Perawat memberikan asuhan
keperawan untuk individu, keluarga dan komunitas. Melakukan
pengkajian situasi dan lingkungan klien, perawat mengidentifikasi
tujuan bersama klien, memberikan bantuan kepada klien melalui
pembelajaran, dukungan, melaksanakan perawatan klien yang tidak
dapat melakukan perawatan sendiri dalam konteks lingkungan
klien.
Dalam tulisannya Mercer (1995) mengatakan pentingnya
asuhan keperawatan. Walaupun ia tidak menyebutkan secara
spesifik dalam bukunya Becoming a Mother: Research on
Maternal from Rubbin to The Present. Mercer menekankan bahwa
ketiga bantuan atau perawatan yang diterima bagi seorang wanita
selama kehamilan dan tahun pertama kelahiran dapat memberikan
dampak yang penjang terhadap ibu dan bayinya.Perawat dalam
tatanan keperawatan ibu dan anak memegang peranan yang luas di
dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan memberikan
informasi selama periode tersebut (Mercer, 2004 cit Alligood &
Tommey, 2014)
2) Individu (person)

Mercer (1985) tidak mendefinisikan secara spesifik tentang


individu tetapi ia berpusat pada diri sendiri. Ia memandang bahwa
diri sendiri merupakan bagian terpisah dari peran yang
dilaksanakannya. Peran ibu merupakan bagian dari perjalanan
hidup manusia yang berfokus pada interaksi bayi dan ayah, mereka
saling mempengaruhi antara satu dan yang lain. Inti pada diri
sendiri berasal dari konteks budaya sesuai dengan pemahaman
terhadap lingkungan dan pengembangannya. Konsep Harga diri
dan Percaya diri merupakan hal penting dalam melaksanakan peran
seorang ibu. Ibu, ayah dan anak serta anggota keluarga saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu dan lainnya (Mercer,1995)
3) Kesehatan

Dalam teorinya Mercer mengartikan status kesehatan


sebagaimana persepsi Ibu atau ayah mengenai kesehatan masa lalu,
saat ini dan yang akan datang, resisten terhadap kemungkinan
timbulnya penyakit, cemas akan kesehatan, orientasi terhadap
pemulihan penyakit. Status kesehatan Bayi Baru Lahir tergantung
kepada penyakit yang menyertai bayi sejak lahir dan status
kesehatan bayi melalui suatu rentang perawatan kesehatan
seluruhnya. Status kesehatan keluarga mempunyai dampak negatif
terhadap stress antepartum. Status kesehatan dipengaruhi oleh
pemeliharaan bayi oleh keluarga. Kesehatan juga di pandang
sebagai hasil yang dipengaruhi oleh variable ibu dan anak. Mercer
menekankan pentingnya perawatan kesehatan selama proses
melahirkan dan masa kanak-kanak.
4) Lingkungan

Konsep lingkungan berasal dari definisi Bronfrenbrenner yaitu


dari lingkungan ekologi dan didasarkan dalam model pertamanya
(Gambar 2.1) yang menjelaskan tentang interaksi ekologi
lingkungan dimana peran ibu berkembang. Perkembangan dari
peran seseorang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan, ada suatu
akomodasi mutualisme antara perkembangan seseorang dan
perubahan properti tatanan di sekitarnya, hubungan antara tatanan,
dan konteks yang terbesar dimana tatanan dilaksanakan. Stress dan
dukungan lingkungan sosial mempengaruhi peran ibu dan pola
pengasuhan serta peran pengembangan anak.
2. Maternal Role Attainment: Mercer’s Original Model

Maternal Role Attainment yang dikemukakan oleh Mercer


mengikuti kerja Bronfenbrenner (1979) yang dikenal dengan lingkaran
sarang burung yang meliputi sekumpulan siklus mikrosistem,
mesosistem dan makrosistem. Model ini
dikembangkan oleh Mercer sejalan pengertian yang dikemukakan

Bronfenbrenner’s, yaitu :

a. Mikrosistem

Mikrosistem adalah suatu lingkungan dimana peran


pengasuhan ibu terjadi, yang meliputi faktor – faktor: fungsi
keluarga, hubungan ibu dan ayah, lingkungan sosial, status
ekonomi, nilai keluarga dan stressor.
Variabel – variable ini meliputi lingkungan dimana terjadi satu
atau lebih dari satu variable yang berdampak pada transisi menjadi
seorang ibu. Bayi adalah seorang individu yang menyatu dengan
sistem keluarga. Keluarga dipandang sebagai suatu sistem semi
tertutup yang terbatas dan merupakan suatu kontrol terhadap sitem
keluarga dan sistem sosial.
Mikrosistem sangat berpengaruh terhadap peran pengasuhan
seorang ibu. Pada tahun 1995 Mercer mengembangkan konsep dan
modelnya yang paling awal dengan menekankan pada pentingnya
peran pengasuhan seorang ayah. Mercer menyatakan bahwa
seorang ayah akan membantu mengurangi ketegangan yang
terjadi diantara ibu dan ayah. Peran pengasuhan seorang ibu dicapai
melalui interaksi ayah, ibu dan bayi. Lapisan a sampai d
merepresentasikan tahap peran pengasuhan seorang ibu yang
dimulai dari antisipasi terhadap peran individu dan tahap
pertumbuhan serta perkembangan bayi.
b. Mesosistem

Mesosistem meliputi, mempengaruhi dan berinteraksi dengan


individu di mikrosistem. Interaksi mesosistem mempengaruhi apa
yang terjadi terhadan berkembangnya peran ibu dan anak.
Mesosistem mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat
kerja, tempat ibadah dan lingkungan yang umum berada dalam
masyarakat.
c. Makrosistem
Makrosistem merujuk kepada tumbuhnya suatu contoh atau
model yang berasal dari suatu budaya tertentu melalui transisi
kebudayaan yang konsisten. Makrosistem meliputi pengaruh
sosial, politik, budaya dari kedua sistem. Lingkungan perawatan
kesehatan dan kebijakan sistem pelanyanan kesehatan terbaru
berdampak pada peran pengasuhan peran ibu.

1.5 Teori model eakes, Burke

Profil Eakes, Burke & Hainsworth Georgene Gaskill Eakes lahir di New
Bern, North Carolina. Ia seorang Profesor Emeritus di East Carolina
University College of Nursing. Eakes menyelesaikan pendidikan
magister keperawatan dan doktoralnya di University of North Carolina.
Pada awal karirnya, Eakes bekerja di tatanan pelayanan kesehatan jiwa
komunitas. Eakes bergabung di East Carolina University School of
Nursing di Greenville, North Carolina. Eakes tertarik dengan isu
kematian, dying, respon berduka dan kehilangan saat ia mengalami cidera
parah yang mengancam nyawanya karena kecelakaan mobil. Pengalaman
menegangkan tersebut melatarbelakangi pemikirannya untuk
mempersiapkan tenaga kesehatan perawatan pada pasien yang kritis dan
menanggapi reaksi berduka. Mulai sejak saat itu, Eakes melakukan
banyak penelitian dan praktik terkait kondisi pasien terminal, dying,
respon berduka dan respon kehilangan (Coughlin & Sethares, 2017;
Alligood, 2014).

Mary Lermann Burke lahir Sandusky, Ohio. Riwayat pendidikan Burke


di bidang keperawatan anak menjadikannya mendapat penghargaan
Certificate in Parent-Child Nursing and Interdisciplinary Training in
Developmental Disabilities. Pada tahun 1998, ia mendapatkan
penghargaan ia mendapatkan penghargaan atas karyanya dalam
mengembangkan instrumen dalam penelitian chronic sorrow. Pada
awalnya, Burke bekerja di pelayanan keperawatan anak kemudian
bergabung sebagai staf pengajar hingga menjadi profesor pada tahun
1996 di Nursing Faculty Rhode Island College. Inovasinya dalam
penelitian terkait konsep chronic sorrow yang meliputi perawatan pada
anak dengan spina bifida, Burke mengamati respon berduka pada orang
tua. Selanjutnya Burke mengembangkan instrumen Burke Chronic
Sorrow Questionnaire dalam penelitian anak dengan myelomeningocele.
Penelitian Burke juga dilakukan pada pasangan infertil dan pada individu
dewasa dengan orangtua yang memiliki penyakit kronis. Artikelnya yang
berjudul “Middle Range Theory of Chronic Sorrow” mendapatkan
penghargaan Best of Image Award pada tahun 1999 (Alligood, 2014).
Margaret A. Hainsworth lahir di Brockville, Ontario, Kanada. Ia
menyelesaikan studi magister dan doktoralnya di bidang keperawatan
jiwa. Pada tahun 1988, ia menjadi perawat spesialis jiwa. Hainsworth
tertarik pada topik penyakit kronis dan chronic sorrow sejak ia menjadi
fasilitator pada kelompok dukungan untuk pasien wanita dengan multipel
sklerosis. Selanjutnya Hainsworth bergabung dengan Burke dalam
penelitian chronic sorrow NCRCS pada tahun 1989 hingga pada tahun
1999 mereka mendapatkan penghargaan Best of Image Award in Theory
dari Sigma Theta Tau International (Alligood, 2014).

Landasan Teoritis

Konsep chronic sorrow berasal dari karya Olshansky pada tahun


1962 yang selanjutnya dikembangkan oleh tim Eakes, Burke dan
Hainsworth dalam NCRCS. Karya Olshansky terkait chronic sorrow
sebagai hasil observasi pada orangtua yang memiliki anak dengan
retardasi mental dan orangtua tersebut menunjukkan respon kesedihan
yang mendalam dan terus-menerus dan disebut dengan terminologi
chronic sorrow. chronic sorrow digambarkan sebagai respon psikologis
terhadap situasi tragis. Penelitian terkait chronic sorrow berkembang
sekitar tahun 1980 dengan temuan reaksi kesedihan berkepanjangan
pada orangtua dan pengalaman berduka dalam berhubungan dengan
kondisi anak dengan disabilitas fisik dan mental (Eakes, Burke, &
Hainsworth, 1998; Alligood, 2014). Berduka dikonseptualisasikan
sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus dan apabila tidak
terselesaikan maka termasuk dalam kondisi abnormal. Burke dalam
penelitiannya pada orangtua dengan anak spina bifida mendefinisikan
chronic sorrow sebagai kesedihan mendalam yang bersifat permanen,
periodik dan meningkat secara alamiah. Tim NCRCS berfokus pada
respon berduka yang dihubungkan dengan penelitian Lazarus dan
Folkman tentang stres dan adaptasi yang dilakukan pada tahun 1984.
Strategi koping internal meliputi orientasi tindakan, pendekatan aspek
kognitif dan perilaku interpersonal. Middle Range Theory Chronic
Sorrow tidak hanya menjelaskan pengalaman chronic sorrow pada
situasi tertentu melainkan respon koping terhadap fenomena (Alligood,
2014; Vitale & Falco, 2014; Eakes et al., 1998)

Chronic sorrow merupakan respon normal manusia yang berhubungan


dengan disparitas berkelanjutan sebagai akibat dari situasi kehilangan.
Kondisi ini merupakan siklus yang terjadi secara alamiah. Dalam
kondisi tersebut terdapat pencetus yang memperberat respon berduka,
bersifat internal maupun eksternal yang dapat diprediksi. Manusia
memiliki strategi koping yang efektif dalam mencapai keseimbangan
saat mengalami chronic sorrow. Pada dasarnya, chronic sorrow
disebabkan oleh disparitas antara kondisi harapan dan kenyataan (Eakes
et al., 1998; Alligood, 2014).

Konsep Utama dan Definisi Middle Range Theory Chronic Sorrow


merupakan teori yang menjelaskan penerimaan keluarga dalam
disparitas yang terjadi secara terus menerus, teori ini dapat menjadi
panduan bagi tenaga kesehatan dalam menghadapi kondisi tersebut
(Coughlin & Sethares, 2017; Vitale & Falco, 2014). Dalam Middle
Range Theory Chronic Sorrow terdapat beberapa konsep utama dan
definisi yaitu sebagai berikut:
a. Chronic Sorrow
Disparitas secara terus menerus sebagai akibat dari proses
kehilangan, ditandai dengan duka mendalam dan terus menerus.
Gejala dari peristiwa berduka terjadi secara periodik dan gejala ini
mungkin terus berkembang/meningkat.
b. Loss
Kehilangan terjadi sebagai akibat dari disparitas antara situasi
ideal yang diinginkan dengan situasi nyata yang terjadi. Sebagai
contoh orang tua berharap untuk memiliki anak yang sempurna
dan situasi nyata yang dialami adalah orang tua memiliki anak
dengan disabilitas.
c. Trigger Events
Yaitu situasi, kondisi yang berlangsung dan kondisi yang menjadi
fokus dari pengalaman atau perasaan kehilangan dan dapat
mencetuskan atau mengeksaserbasi (memunculkan kembali)
reaksi perasaan berduka.
d. Management Methods
Hal ini berkaitan dengan respon individu untuk berdamai dengan
dukacita yang ia rasakan atau perasaan chronic sorrow yang
dialami. Respon ini dapat bersifat internal yaitu strategi koping
yang individu susun atau bersifat eksternal yaitu dengan
melibatkan intervensi dari tenaga kesehatan profesional.
e. Ineffective Management
Manajemen ini merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan
ketidaknyamanan individual atau yang memperberat perasaan
chronic sorrow yang dialami individu tersebut.
f. Effective Management
Hal ini dihasilkan dari strategi yang meningkatkan kenyamanan
dan mempengaruhi individu.
Asumsi Utama
Dalam Middle Range Theory Chronic Sorrow terdapat beberapa
asumsi utama yaitu sebagai berikut (Alligood, 2014; Eakes,
Burke, & Hainsworth, 1998):
a. Keperawatan
Hal terkait menegakkan diagnosa chronic sorrow dan
menyediakan intervensinya termasuk dalam lingkup praktik
keperawatan. Perawat dapat menyediakan bimbingan antisipatif
(anticipatory guidance) pada individu yang berisiko. Tugas utama
dari perawat adalah menunjukkan empati, keahlian, sikap caring
dan menunjukkan performa sebagai pemberi layanan yang
kompeten.
b. Manusia
Dalam teori ini, manusia memiliki persepsi idealis dari proses
hidup dan kesehatan. Manusia akan membandingkan
pengalamannya dengan pengalaman yang ia harapkan (kondisi
ideal) dan dengan pengalaman orang lain di sekitarnya. Meskipun
pengalaman setiap individu terkait kehilangan merupakan respon
yang unik akan tetapi masih terdapat kesamaan dan respon yang
diperkirakan dari proses kehilangan tersebut.
c. Kesehatan
Menurut teori ini, kesehatan adalah fungsi normal. Kesehatan
individu bergantung pada adaptasi terhadap respon kehilangan.
Koping efektif dihasilkan dari respon normal terhadap peristiwa
kehilangan.
d. Lingkungan

Interaksi yang terjadi berhubungan dengan konteks sosial. Dalam


hal ini termasuk keluarga, sosial, pekerjaan, norma sosial dan
lingkungan pelayanan kesehatan.
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah Cross sectional. Penelitian Cross


sectional dapat diartikan suatu penelitian yang bertujuan untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (poin time approach) artinya subyek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter
atau variabel subyek pada saat pemeriksan. Hal ini tidak berarti bahwa
subyek penelitian diamati pada waktu yang sama (Hidayat, 2007).

2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di SMA Neg 1 Sinjai Timur yang terletak 6,5 km
dari ibu kota Sinjai Timur Kab.Sinjai, berbatasan dengan:

- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Saukang


- Sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Sinjai Selatan
- Sebelah barat berbatasan dengan Kec. Sinjai Tengah
- Sebelah timur berbatasan dengan Kec. Sinjai Tengah
2.3 Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau


subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan, Selain itu populasi juga dapat diartikan sebagai seluruh
subyek atau obyek dengan karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek
atau obyek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan
siswi kelas 1 SMA Negeri I Sinjai Timur yang berjumlah 207orang.
2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau


sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam
penelitian keperawatan kriteria sampel dapat meliputi kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan
tidaknya sampel yang akan digunakan. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas I SMA Negeri 1 Sinjai Timur.

a. Kriteria Inklusi

Merupakan kriteria dimana subyek penelitian dapat mewakili


dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
Kriteria Inklusi dari penelitian ini adalah:

- Bersedia menjadi responden.


- Masih tercatat sebagai siswa di SMA negeri 1 sinjai timur.
b. Kriteria Eksklusi

Merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat


mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1yang
tidak bersedia menjadi responden.

2.4 Teknik pengambilan Sampel

Dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu


suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan / masalah dalam
penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi yamg telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008).
2.5 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

Cara pengumpulan Data:

1. Pengajuan ijin kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sinjai Timur


untuk mengadakan penelitian
2. Peneliti membagikan kuesioner kepada siswa SMA Negeri 1 Sinjai
Timur. Sebelum pengisian kuesioner, peneliti memberikan informasi
singkat tentang tujuan dan manfaat penelitian kepada responden serta
sifat keikutsertaan dalam penelitian. Bagi responden yang setuju
untuk berpartisipasi dalam penelitian dibagikan lembar persetujuan
penelitian (untuk ditandatangani).
3. Responden diminta untuk mengisi seluruh kuesiouner atau pertanyaan
yang ada.
4. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, kuesioner dikumpulkan
dan diperiksa kelengkapannya oleh peneliti kemudian dilakukan
langkah pengolahan dan analisa data.
2.6 Pengolaan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan data
a. Editing

Berfungsi untuk meneliti kembali apakah isian lembar kuesioner


oleh responden lengkap. Editing dilakukan oleh peneliti ditempat
pengumpulan data sehingga apabila terdapat kekurangan dapat
segera dilengkapi oleh responden.

b. Coding

Pada tahap ini dilakukan kegiatan merubah data berbentuk huruf


menjadi data berbentuk angka atau bilangan Kegunaan dari koding
adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat saat entry data.
c. Tabulating

Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel


sesuai dengan kriteria.

d. Cleansing

Yaitu pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan untuk


menentukan ada atau tidaknya kesalahan.

2. Analisa data
a. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menganalisis variabel yang ada


secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan
proporsinya untuk mengetahui karakteristik subyek dari penelitian.
Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel. Dalam penelitian analisis univariat
digunakan untuk mengetahui proporsi dari masing-masing variable
penelitian yaitu pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada
remaja.

b. Analisa bivariat

Untuk mengetahui hubungan dua variabel dilakukan dengan uji


statistiknon parametrik, karena skala data awalnya adalah ordinal
untuk variabel independen dan ordinal untuk variabel dependen,
kategori lebih dari 2 menggunakan tabel > 2 × 2. Maka yang dipilih
adalah uji korelasi Somers’d.

Sedangkan untuk memutuskan apakah terdapat hubungan antara


variabel bebas dengan variabel terikat, maka digunakan p value yang
dibandingkan dengan tingkat kemaknaan (α ) yang digunakan yaitu 5%
atau 0,05. apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha (hipotesa
alternatif) diterima, yang berarti ada korelasi yang bermakna antara
variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan bila p value ≥ 0,05 maka
Ho diterima dan tidak ada hubungan.

2.7 Penyajian Data

Dalam penyajian data menggunakan kuesioner yang terdiri dari sejumlah


pertanyaan untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan dari
responden. Proses penyusunan kuesioner ini dibuat oleh peneliti berdasarkan
pengembangan dari teori yang sudah ada. Dalam penelitian ini pengumpulan
data untuk tiap variabel menggunakan kuesioner penelitian terdiri atas 3
bagian antara lain:

1. Kuesioner pertama untuk mengetahui karakteristik responden berupa


umur, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan orang tua, orang tua per
bulan serta pendidikan orang tua.
2. Kuesioner kedua untuk mengetahui tipe-tipe pola asuh orang tua yang
disusun dan dikembangkan oleh peneliti sebanyak 30 item pertanyaan
yang di berikan kepada orang tua siswa
3. Kuesioner ketiga adalah kuesioner untuk mengukur depresi
menggunakan kuesioner HRS-D (Hamilton Rating Scale for Depression)
dengan 21 item pernyataan yang sudah dibakukan (Aziz, 2008).
2.8 Etika Penelitian

Masalah etika yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah sebagai berikut;

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan


responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadiresponden.

2. Anomity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan


jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun


masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset. (Hidayat,2007)

2.9 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


a. Hasil Penelitian

Dalam setiap penelitian yang kita lakukan, tentunya akan ada hasil
yang akan kita peroleh melalui beragam  teknik pengumpulan data. Pada
bagian hasil kita hanya menuliskan semua temuan penelitian kita (hanya
temuan penelitian), tidak menyertakan interpretasi kita terhadap hasil
temuan tersebut. Panjang halaman bagian hasil ditentukan oleh jumlah dan
jenis data yang akan dilaporkan.Pembahasan hasil penelitian menjadi
salah satu sub-bab dalam laporan penelitian yang paling orisinal.
Pada sub-bab ini, peneliti wajib mengulas hasil penelitian yang
diperolehnya secara panjang lebar dengan menggunakan pandangan
orisinalnya dalam kerangka teori dan kajian empirik yang terdahulu
Hasil penelitian adalah proses pengaturan dan pengelompokan secara
baik tentang informasi suatu kegiatan berdasarkan fakta melalui usaha
pikiran peneliti dalam mengolah dan menganalisis objek atau topik
penelitian secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu
permasalahan atau menguji suatu hipotesis sehingga terbentuk prinsip-
prinsip umum atau teori. Bagian hasil dalam suatu karya ilmiah bukan untuk
menafsirkan hasil penelitian, karena penafsiran tersebut termasuk dalam
bagian diskusi atau pembahasan. Pada bagian hasil harus bertujuan untuk
menceritakan temuan tanpa mencoba menafsirkan atau mengevaluasinya,
selain untuk memberikan tautan ke bagian diskusi. Sangat mudah untuk
memasukkan terlalu banyak informasi ke bagian hasil dan mengaburkan
temuan. Temuan penelitian itu sendiri meliputi:

1. Data yang disajikan dalam tabel, grafik, grafik, dan gambar lain (dapat
ditempatkan di antara teks penelitian atau di halaman terpisah)
2. Analisis kontekstual dari data tersebut yang dijelaskan artinya dalam
bentuk kalimat
3. Laporkan pengumpulan data, rekrutmen, dan / atau partisipan
4. Data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian utama
5. Temuan sekunder (hasil sekunder, analisis sub kelompok, dan lain-
lain.)

Jika ruang lingkup penelitian luas atau memiliki banyak variabel, atau
jika metodologi yang digunakan menghasilkan berbagai hasil yang berbeda,
penulis harus menyatakan hanya hasil yang paling relevan dengan
pertanyaan penelitian yang dinyatakan di bagian pendahuluan. Sebagai
aturan umum, setiap informasi yang tidak menyajikan temuan atau hasil
langsung dari penelitian ini tidak perlu dituliskan di bagian ini. Kecuali
penulis diminta oleh penerbit jurnal atau pembimbing untuk memasukkan
Hasil dan Diskusi secara bersama, penjelasan dan interpretasi dari hasil ini
harus dihilangkan dari Hasil. Jadi yang perlu kita ingat bahwa ketika Hasil
dan Diskusi/Pembahasan disajikan secara terpisah, maka: Hasil = Penyajian
Data (Eksperimen menunjukkan bahwa …), sedangkan Diskusi =
Interpretasi Data (Eksperimen menyarankan bahwa …)

Bagian ini berisi paparan objektif peneliti terhadap hasil-


hasil penelitian, antara lain: penemuan-penemuan penelitian,
penjelasan serta penafsiran dari data dan hubungan yang diperoleh,
serta pembuatan generalisasi dari penemuan. Apabila terdapat
hipotesis, maka pada bagian ini juga dijelaskan proses pengujian
hipotesis serta hasilnya. Hasil penelitian harus disajikan secara jelas
dan sistematis agar mudah dibaca dan dipahami.
Hasil dan pembahasan dalam sebuah laporan penelitian pada
dasarnya merupakan inti dari sebuah tulisan ilmiah.Pada bagian ini
penulis harus menyajikan secara cermat dan jelas mengenai
hasil analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian
pustaka dan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.Setelah memperoleh hasil dari suatu penelitian
maka hasil itu akan dibahas untuk menemukan titik terangnya.
Penyajian hasil penelitian dapat dilakukan dengan cara
deskriptif (naratif), menggunakan tabulasi, tabel atau grafik, atau
dengan menggunakan gabungan dua atau ketiganya secara
sekaligus. Penggunaan ketiga cara tersebut disesuaikan dengan
jenis data dan sejauh mana diskripsi data akan dijelaskan.
Biasanya, untuk memberikan paparan yang jelas, peneliti
menggunakan ketiga cara tersebut secara bersamaan. Misalkan,
pada awalnya peneliti memaparkan narasi temuannya, kemudian
didukung dengan sajian data dalam bentuk tabulasi, tabel atau
grafik. Atau, peneliti menyajikan data-data hasil penelitian,
kemudian didukung grafik dilanjutkan deskrisi naratifnya.
Urutannya: Pengantar umum tentang bab hasil, Penjelasan tentang
karakteristik sampel, Hasil untuk setiap tujuan penelitian: hasil
perhitungan univariat,bivariat,multivariat
Langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk menyusun hasil dari
sebagian besar studi penelitian ilmiah, yaitu sebagai berikut:

1. Sesuaikan dengan pedoman atau instruksi yang disediakan

Pedoman umumnya akan menjabarkan persyaratan khusus untuk bagian


hasil atau temuan, dan artikel yang diterbitkan akan memberikan contoh
yang baik dari pendekatan yang sesuai. Perhatikan batasan panjang
pada pembatasan konten.
2. Pertimbangkan hasil penelitian Anda sehubungan dengan persyaratan
jurnal dan katalogkan hasil Anda

Berfokuslah pada hasil-hasil eksperimen dan temuan-temuan lain yang


secara khusus relevan dengan pertanyaan-pertanyaan dan sasaran-
sasaran penelitian dan sertakan hasil dan temuan bahkan jika itu tidak
terduga atau tidak mendukung gagasan dan hipotesis Buat katalog
temuan gunakan sub bagian untuk mengklarifikasi laporan. Ini akan
membantu menghindari detail yang berlebihan dan periferal saat
menulis dan juga membantu pembaca memahami dan mengingat
temuan. Putuskan bagaimana penyusun hasil, mungkin mencocokkan
urutan pertanyaan penelitian dan hipotesis dengan hasil, atau Anda bisa
mengaturnya sesuai dengan urutan yang disajikan pada bagian Metode.
Tatanan kronologis atau bahkan hierarki kepentingan atau
pengelompokan bermakna tema atau kategori utama mungkin terbukti
efektif. Pertimbangkan audiens Anda, bukti, dan yang paling penting,
tujuan penelitian ketika memilih struktur untuk mempresentasikan
temuan Anda.

3. Rancang gambar dan tabel untuk menyajikan dan mengilustrasikan data

Tabel dan gambar harus diberi nomor sesuai urutan yang disebutkan
dalam teks utama makalah penelitian. Informasi dalam angka harus
relatif jelas (dengan bantuan keterangan), dan desainnya harus
mencakup semua definisi dan informasi lain yang diperlukan bagi
pembaca untuk memahami temuan tanpa membaca semua teks.
Gunakan tabel dan gambar sebagai titik fokus untuk menceritakan kisah
yang jelas dan informatif tentang penelitian Anda dan menghindari
pengulangan informasi. Tetapi ingat bahwa ketika angka
mengklarifikasi teks, itu tidak dapat digantikan.

4. Buat konsep bagian Hasil menggunakan temuan dan angka yang telah
disusun

Tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan informasi yang kompleks


ini sejelas dan setepat mungkin; frasa dan kalimat yang tepat dan
kompak adalah yang paling efektif. Di paragraf pembuka bagian ini,
nyatakan kembali pertanyaan penelitian Anda atau bertujuan untuk
memusatkan perhatian pembaca pada apa yang coba ditunjukkan oleh
hasil. Merupakan ide yang bagus untuk merangkum temuan-temuan
utama pada akhir bagian ini untuk menciptakan transisi logis ke
interpretasi dan diskusi selanjutnya. Cobalah untuk menulis dalam
bentuk lampau dan kalimat aktif untuk menyampaikan temuan karena
penelitian telah dilakukan dan subjek biasanya jelas. Ini akan
memastikan bahwa penjelasan Anda juga jelas dan logis. Pastikan
bahwa terminologi atau singkatan khusus yang digunakan di sini telah
didefinisikan dan diklarifikasi di bagian Pendahuluan.

5. Tinjau konsep : sunting dan revisi hingga melaporkan hasil persis


seperti yang diinginkan Periksa kembali akurasi dan konsistensi semua
data, serta semua elemen visual yang disertakan. Baca draf karya tulis
untuk menangkap kesalahan bahasa (tata bahasa, ejaan, dan mekanika),
dan lain-lainnya. Pastikan bahwa hasil Anda disajikan dalam urutan
terbaik untuk fokus pada tujuan dan mempersiapkan pembaca untuk
interpretasi, penilaian, dan rekomendasi di bagian Diskusi. Lihat
kembali Pengantar dan latar belakang makalah sambil mengantisipasi
bagian Diskusi dan Kesimpulan untuk memastikan bahwa presentasi
hasil Anda konsisten dan efektif.

2.10 PEMBAHASAN

Bagian pembahasan memberikan penjelasan logis untuk hasil dari penelitian.


Penjelasan tersebut dapat dicapai dengan membandingkan dan mengkontraskan
hasil dengan dasar teori yang digunakan maupun temuan penelitian
sebelumnya, sehingga kutipan penelitian yang dibahas dalam tinjauan pustaka
umumnya muncul kembali di sini. Bagian ini juga biasanya membahas
keterbatasan penelitian dan berspekulasi tentang apa yang dikatakan hasil
penelitian tentang masalah yang diidentifikasi dalam rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Bagian pembahasan sangat penting karena bergerak ke
arah argumen peneliti. Karena para peneliti menginterpretasikan hasil mereka
menurut landasan teoritis di bagian ini, ada lebih banyak ruang untuk
perbedaan pendapat. Cara peneliti menafsirkan hasil mereka mungkin sangat
berbeda dari cara kita menafsirkannya atau cara peneliti lain menafsirkannya.
Dalam penulisan pembahasan Seringkali mahasiswa menulis bagian
pembahasan dengan asal-asalan, sehingga menyebabkan pembaca tidak
mengerti maksud dari tulisan tersebut. Oleh sebab itu, kita harus menuliskan
pembahasan semaksimal dan selengkap mungkin agar pembaca bisa
memahami keunggulan atau kebaruan dari penelitian kita, atau apabila ada
kegagalan, pembaca mengetahui penyebab kegagalan tersebut sehingga dapat
menjadi pembelajaran bagi mereka.

2.11 KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ilmiah, tentunya dibatasi dalam banyak hal.


Kekurangan ini meliputi ketersediaan sumber daya dan bahkan proses
penalaran sendiri. Keunggulan sebuah penelitian ilmiah dapat dilakukan sejauh
mana kemampuan menutupi kekurangan, baik berasal dari diri sendiri dan
kekurangan dari pilihan yang dibuat, dan kemudian menyesuaikan cara terbaik,
mungkin dengan menggunakan asumsi dan keterbatasan. Peneliti seringkali
mengalami kebingungan tentang apa yang dimaksud asumsi, keterbatasan, dan
ruang lingkup.

Limitasi atau keterbatasan penelitian adalah potensi kelemahan dalam


penelitian dan berada di luar kendali. Peneliti menemukan keterbatasan dalam
hamper segala sesuatu yang kita lakukan dari penelitian yag dilakukannya
sehingga sangat mungkin untuk menjadi justifikasi atau pembenaran teradap
kelemahan dari penelitiannya. Sehingga dengan demikian keterbatasan
penelitian yang ditampilkannya bukanlah suatu bentuk kelemahan akan tetapi
menjadi sebuah bentuk penegas mengenai point penting yang belum
sepenuhnya terungkap. Keterbatasan pada penelitian yang paling lazim terjadi
adalah waktu.

Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu situasidan kondisi yang tidak


bisa dihindari dalam penelitian dan peneliti tidak dapat berbuat banyak untuk
mengendalikan- nya. Situasi dan kondisi tersebut dapat mempengaruhi
kesimpulan hasil penelitian dan merupakan kelemahan penelitian. Misalnya,
jika penelitian dilakukan di sekolah, tentu ada faktor di luar sekolah yang tidak
dapat dikendalikan oleh peneliti. Meskipun demikian tidak berarti hasil
penelitian menjadi tidak berguna dan keterbatasan penelitian ini perlu
dikemukakan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian tersebut sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.

Sebuah studi yang dilakukan selama selang waktu tertentu adalah tergantung
pada kondisi yang terjadi waktu ini. Hal tersebut setidaknya akan berpengaruh
pada pembuktian hipotesis dalam penelitiannya. Seorang peneliti harus
menyadari keterbatasan agar tidak mempengaruhi hasil penelitian.

Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu situasidan kondisi yang tidak


bisa dihindari dalam penelitian dan peneliti tidak dapat berbuat banyak untuk
mengendalikan- nya. Situasi dan kondisi tersebut dapat mempengaruhi
kesimpulan hasil penelitian dan merupakan kelemahan penelitian. Misalnya,
jika penelitian dilakukan di sekolah, tentu ada faktor di luar sekolah yang tidak
dapat dikendalikan oleh peneliti. Meskipun demikian tidak berarti hasil
penelitian menjadi tidak berguna dan keterbatasan penelitian ini perlu
dikemukakan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian tersebut sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.

Contoh :

 Dampak variabilitas waktu tindakan, tindakan hanya dilakukan dua kali


pertemuan dalam satu siklus dari yang seharusnya minimal tiga kali
pertemuan berdasarkan ijin yang diberikan oleh pihak sekolah tempat
penelitian.

  Kesungguhan belajar siswa saat penelitian dilakukan merupakan hal-hal


yang berada di luar jangkauan peneliti untuk mengontrolnya.

 Kesungguhan observer dalam mengamati proses belajar siswa saat


penelitian dilakukan berada di luar jangkauan peneliti untuk
mengontrolnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. 2018. Teori Model Keperawatan. Malang: Univerisyas Muhammadiyah


Malang.
Alligod, M, R. 20017. Pakar Teori Keperawatan. Edisi ke 8.

Alligood, M.R. (2014). Nursing theories and their work. 8th edition. Singapore.
Elsevier Singapore

Pte Ltd

Alligood, M.T. (2014). Inroduction to nursing theory: Its history significance and
analysis. In

A.M. Tomey & M. R. Alligood (Eds), Nursing theorist and their work (8th ed, pp.
3-15). St. Louis: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai