Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann
Burke, and Margaret A. Hainsworth: Theory of Chronic Sorrow". Makalah ini dibuat dengan tujuan
menambah pengetahuan penulis dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah Keperawatan. Dalam
penulisan makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami, ibu Nelwati, SKp.. MN., PhD yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Manfaat Penulisan...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Middle Range Theory.

2.1.1 Pengertian....

2.1.2 Perbandingan dengan Level Teori yang Lain.

2.1.3 Pengelompokan Teori

2.1.4 Ciri Middle Range Theory

2.1.5 Perkembangan Middle Range Theory

2.1.6 Penggunaan Middle Range Theory...

2.1.7 Kontroversi Tentang Middle Range Teori

2.1.8 Aplikasi dalam Keperawatan.......

2.1.9 Dampak Kehilangan..........

2.1.10 Berduka..

2.1.11 Reaksi Kehilangan & Berduka.

2.2 Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, and Margaret A. Hainsworth: Theory of Chronic
Sorrow...

2.2.1 Riwayat..

2.2.2 Latar Belakang Theory of Chronic Sorrow.

2.2.3 Sumber Teori


2.2.4 Penggunaan Bukti Empiris....

2.2.5 Model Theory Chronic Sorrow.

2.2.6 Konsep Utama Teori...........

2.2.7 Strategi Manajemen

2.2.8 Asumsi Teori

2.2.9 Konsep Utama Keperawatan

2.2.10 Contoh Aplikasi Theory Chronic Sorrow.

2.2.11 Kelebihan dan Kekurangan Theory Chronic Sorrow.

BAB III ANALISIS TEORI

3.1 Analisis Teori Chronic Sorrow

3.1.1 Tingkat Kejelasan (Clarity)

3.1.2 Tingkat Kesederhanaan (SIMPLICITY)

3.1.3 Tingkat Generalitas

3.1.4 Ringkasan Empiris

3.1.5 Konsekuensi Yang Diperoleh

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan....

4.2 Suran.......

DAFTAR PUSTAKA......................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan
professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu
mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu
berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia,
kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang
Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan
pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.

Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat
harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan Konsep adalah
suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang
nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan.

Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang
menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah di observasi
tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung. Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha
untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan
sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan, dan model konsep
keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan. Berikut ini adalah teori
keperawatan menurut Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, dan Margaret A. Hainsworth:
Theory of Chronic Sorrow yang perlu diketahui oleh para perawat profesional sehingga mampu
mengaplikasikan praktek keperawatan yang didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa teori dan model keperawatan menurut Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke?

2. Apa teori dan model keperawatan menurut Margaret A. Hainsworth: Theory of Chronic Sorrow?

3. Apa perbedaan teori keperawatan antara Georgene Gaskill Eakes. Mary Lermann Burke, dan Margaret
A. Hainsworth: Theory of Chronic Sorrow?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui teori dan model keperawatan menurut Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke

2. Mengetahui teori dan model keperawatan menurut Margaret A. Hainsworth: Theory of Chronic
Sorrow

3. Mengetahui perbedaan teori keperawatan antara Georgene Gaskill Eakes. Mary Lermann Burke, dan
Margaret A. Hainsworth: Theory of Chronic Sorrow

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam hal mempelajari tori keperawatan :
Nursing Prosess Theory (Ida Jean Orlando) mulai dari latar belakang hingga aplikasi teori dalam
keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Middle Range Theory

2.1.1 Pengertian

Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang saling berhubungan
dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith dan Lichr. 2008).

Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat digambarkan dalam
suatu model. Middle range theories dapatdikembangakan pada tatanan praktek dan riset untuk
menyediakan pedoman dalam praktik dan riset/penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan.
Teori ini menjelaskan fenomena spesifik dan telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk memandu
praktek keperawatan. Kajian analis teori transendensi diri menjelaskan bagaimana penuaan atau
mendorong kerentanan manusia melampaui batas-batas untuk intra pribadi focus pada makna
kehidupan.

2.1.2 Perbandingan dengan Level Teori yang Lain

Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk
riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai
petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan
dapat diuji dalam pemikiran empiris. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan
penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan
bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik, selain itu Walker and Avant (1995)
mempertahankan bahwa mid-range theories menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara
normal yang nampak dalam grand teori.

Mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup
abstrak secara ilmiah. Teori Middle Range, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif.
diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah variabel terbatas, dapat diuji secara langsung.
Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas
tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin ilmu. Bila
dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit. Merton (1968) yang
berberperan dalam pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang
minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori.

Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan mengemukakan middle range theory jika
dibandingkan dengan grand theory:

a. Ruang lingkupnya lebih sempit

b. Lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik

c. Terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit

d. Merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas

e. Lebih dapat diuji secara empiris

f. Lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik

2.1.3 Pengelompokan Teori

Berdasarkan pengelompokkannya Middle Range Theory dikelompokkan oleh

beberapa penyusun buku menurut

1. Peterson & Bredow (2004) mengklasifikasikan middle range theories ke dalam tipe-tipe fisiologis, tipe
kognitif, tipe emosional, tipe sosial, tipe integrative.

2. Tomey & Alligood (2006), berdasar tema masing-masing teori: Illness trajectory (Wiener & Dodd,
1993), Tidak Model (Phil Barker, 2001), Comfort (Kolcaba, 1992)

3. Peacefull end of life (Ruland & More, 1998) dan sebagainya

2.1.4 Ciri Middle Range Theory

a) Menurut Mc Kenna h.p. (1997):

1. Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi

2. Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori

3. Tanpa indikator pengukuran

4. Masih cukup abstrak


5. Konsep dan proposisi yang terukur

6. Inklusif

7. Memiliki sedikit konsep dan variabel

8. Dalam bentuk yang lebih mudah diuji

9. Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik

10. Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara induktif menggunakan studi
kualitatif

11. Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan hal ilmiah yang menarik

12. Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat. 13. Beberapa di antaranya memiliki dasar
dari grand teori

14. Mid-range theory tumbuh langsung dari praktik.

b. Menurut Meleis, A. I. (1997):

1. Ruang lingkup terbatas

2. Memiliki sedikit abstrak.

3. Membahas fenomena atau konsep yang lebih spesifik, dan

4. Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran)

c. Menurut Whall (1996):

1. Konsep dan proposisi spesifik tentang keperawatan

2. Mudah diterapkan

3. Bisa diterapkan pada berbagai situasi

4. Proposisi bisa berada dalam suatu rentang hubungan sebab akibat

2.1.5 Perkembangan Middle Range Theory Liehr & Smith (1999) menjelaskan bahwa perkembangan
middle range theory bersumber pada proses intelektual yang meliputi:

a. Teori induktif yang membangun teori melalui riset

b. Teori deduktif yang berasal dari grand theory


c. Kombinasi dari teori keperawatan dan non keperawatan

d. Sintesa teori yang berasal dari penelitian yang telah terpublikasi e. Mengembangkan teori dari
pedoman praktik klinik

2.1.6 Penggunaan Middle Range Theory

Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktik dan penelitian. Teori ini mampu
menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari penelitian serta membimbing dalam
pemilihan variable dan pertanyaan penelitian. (Lenz, 1998.p.26) Middle range Teori dapat membantu
praktik dengan memfasilitasi pemahaman terhadap perilaku klien dan memungknkan untuk
menjelaskan beberapa efektifitas dari intervensi

Review terhadap beberapa penelitian yang dipublikasikan mengungkapkan penggunaan Middle Range
Teori dalam penelitian keperawatan masih cukup luas. Dan sebagian besar Middle Range Teori berasal
dari disiplin ilmu lain. Hal ini sangat jelas ketika kita membandingkan seberapa sering Middle Range
Teori dan Grand Teori dikutip dalam literatur penelitian keperawatan. Dari 173 penelitian.
yangdiidentifikasi menggunakan teori adalah 79 (45%). Dan dari 79 penelitian tersebut diidentifikasi
hanya 25 penelitian yang benar-benar menggunakan teori keperawatan dan 54 lainnya menggunakan
mengadopsi dari disiplin ilmu lainnya dan kebanyakan dari ilmu psikologi.

2.1.7 Kontroversi Tentang Middle Range Teori

Identifikasi middle Range Teori telah cukup jelas. Disisi lain .Chenitz, seorang penulis utama dari Entry
into a Nursing Home as Status Passage, memasukan teori ini ke dalam praktikal teori ini, sedangkan yang
lainnya memasukkan ke dalam middle range teori. Dalam analisis dasar Middle Range Teori "Pertanyaan
tentang Middle Range teori bukanlah merupakan sesuatu pernyataan hitam dan putih namun memiliki
definisi yang jelas. Middle Range Teori mengandung nilai abstrak, tidak terlalu luas namun juga tidak
terlalu sempit, tetapi berada pada kondisi dipertengahan. Untuk mencegah salah penafsiran dalam
pemahaman terhadap teori, para penemu teori harus memberikan Identitas Teori terhadap komponen
konsep dalam teori tersebut.

Ketidakakuratan dari middle range teori hanya salah satu dari sekian banyak kritik terhadap teori ini.
Selain hal tersebut, ketidakjelasan definisi middle range teori telah dikritisi untuk membedakannya
dengan Grand Teori,karena mampu untuk diuji meggunakan ide postif-logis

2.1.8 Aplikasi dalam Keperawatan

1. Praktek keperawatan

Membantu perawat dalam menghadapi pasien dan keluarga, perawat secara efektif memenejemen
kejadian-kejadian pemicu kesedihan kronis.
2. Pendidikan

Memberi masukan bagi NANDA dalam diagnosa keperawatan diterima pada tahun 1998. Merupakan
langkah penting dalam mengajarkan praktek berbasis bukti atau fakta

3. Riset

Menjadi dasar pengembangan studi ini terhadap populasi, misalnya pasien dengan HIV/AIDS, ibu dengan
anak anemia sickle cell, asma dan DM

2.1.9 Dampak Kehilangan

1. Masa kanak-kanak

a. Mengancam kemampuan anak untuk berkembang

b. Kadang-kadang regresi

c. Merasa takut ditinggalkan dibiarkan kesepian

2. Remaja dan dewasa muda

a. Disintegrasi dalam keluarga

b. Kematian pada orang tua "wajar"

3. Dewasa tua

a. Kematian pasangan

b. Masalah kesehatan meningkat

2.1.10 Berduka

Berduka adalah reaksi emosi terhadap kehilangan, biasanya akibat perpisahan dimanifestasikan dalam
perilaku, perasaan dan pemikiran.

2.1.11 Reaksi Kehilangan & Berduka

1. KUBLER-ROSS MODEL

Kubler Ross (1969) mengemukakan 5 tahapan pada berduka:

a) Menolak (denial)
b) Marah (anger)

c) Tawar menawar (bargaining)

d) Depresi (depression)

e) Menerima (acceptance)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan dan berduka

a. Sumber personal dan stressor

Setiap orang melalui situasi kehilangan dengan kombinasi khusus pada sumber personal dan stressor
seperti:

1) Keterampilan koping

2) Pengalaman sebelumnya dengan kehilangan

3) Kestabilan emosi

4) Agama

5) Family developmental stage

6) Status sosial ekonomi

b. Sumber sosial kultural dan stressor

Sumber sosial kultural meliputi dukungan sosial yang didapatkan dari keluarga, teman, teman sekerja
dan lembaga formal

2.2 Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke, and Margaret A. Hainsworth: Theary of Chronic
Sorrow

2.2.1 Riwayat

1. Georgene Gaskill Eakes

Georgene Gaskill Eakes lahir di New Bern, North Carolina. Dia menerima Diploma keperawatan dari
sekolah keperawatan rumah sakit Watts di Durham, North Carolina 1966 dan pada tahun 1977 dia lulus
Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina Agricultural dan Technical State University.
Eakes melanjutkan M.S.N pada University or North Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed D
dari North Carolina State University pada tahun 1988. Eakes menerima penghargaan utnuk studi
masternya dan dari North Carolina League untuk studi doktoralnya. Dia dilantiuk dalam Sigma Theta Tau
International Honor Society or Nurses pada 1979 dan Phi Kappa Phi Honor
Society 1988. Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan
penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi mereka, mereka menjadwalkan pertemuan dengan
Burke dan koleganya yaitu Margaret A. Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth.

2. Marry Lermann Burke

Dilahirkan di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah elementary dan secondary. Dia
menerima penghargaan untuk pertama kalinya saat diplima dari Good Samaritan Hospital school of
Nursing di Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti sertifikat post graduate dari Children's Medical Center
di District Columbia. Setelah beberapa tahun bekerja di keperawatan pediatric Burke lulus dengan
Summa Cumlaude dari Rhode island college Providence dengan bachelor degree. Pada tahun 1982 dia
menerima master degree pada parent-child nursing dari Boston University. Dan selama program ini dia
juga menerima penghargaan sertifikat dalam Parent-cild nursing dan Interdisciplinary Training in
Development Center of Rhode Island Hospital and the Section on Reproductive and Developmental
Medicine, Brown university. Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program masternya.
Thesisnya berjudul The Concern of Mothers of preschool Children with Myelomeningocele, yang
mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia
mengembangkan Burke Chronic sorrow Questionaire, 'Chronic sorrow in mothers of school-age with
myelomeningocele.

3. Margaret A Hainsworth

Lahir di Brockville, Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan dasar dan sekundernya di tempat
kelahirannya. Dia masuk diploma sekolah keperawatan di Brockville General Hospital dan lulus tahun
1953. Tahun 1959 dia pindah ke united State dan menerima diploma keperawatan kesehatan
masyarakat. Pada tahun 1974 dia melanjutkan pendidikan di Salve Regina College dan menerima
bacalaurate dalam bidang keperawatan tahun 1973 dan master dibidang keperawatan kesehatan
mental psikiatrik dari Boston College tahun 1974. Dia menerima program doctor dari University
Connecticut tahun 1986. Tahun 1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik dalam keperawatan
kesehatan mental dan psikiatrik. Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan
dengan dukacita dimulai saat dia sebagai fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan
multiple sklerosis

2.2.2 Latar Belakang Theory of Chronic Sorrow

Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan dengan duka cita dimulai saat dia
sebagai fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan multiple sclerosis. Praktik tersebut
menginspirasinya untuk mengambil disertasi dengan judul "An ethnographic study of women with
multiple sclerosis using symbolic interaction approach." Penelitian ini dipresentasikan pada Kongres
Sigma Theta Tau di Taipei, Taiwan pada tahun 1989, pada konferensi ini dia menjadi familiar dengan
penelitian tentang chronic sorrow setelah menghadiri presentasi yang diadakan Burke. Burke tertarik
dengan konsep chronic sorrow selama program masternya. Thesisnya berjudul "The Concern of Mothers
of preschool Children with Myelomeningocele, yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang
mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan Burke Chronic sorrow Questionaire,
'Chronic sorrow in mothers of school-age with myelomeningocele. Setelah konferensi, Eakes
mengkontak Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan penelitian secara kolaboratif Berdasarkan
diskusi mereka, mereka menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu Margaret A.
Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth.

Nursing Concorium Research Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat berdasarkan meddle range teori
keperawatan mengenai kesedihan berduka kronis (chronic sorrow). Kemudian untuk membentuk dasar
konseptualisasi mengenai koping individu terhadap kesedihan kronis digunakan model stress milik
Lazarus dan Folkman (1984). NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar
metode manajemen yang efektif menjadi model yang mereka gunakan. adanya perbedaan atau
inkosistensi dan respon terhadap duka yang berulang merangsang mekanisme koping individu.

2.2.3 Sumber Teori

Nursing Concorcium Reseach Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat berdasarkan middle range teori
keperawatan mengenai kesedihan kronis (chronic sorrow). Kemudian untuk membentuk dasar
konseptualisasi mengenai koping individu terhadap kesedihan kronis digunakanlah model stress dan
adaptasi milik Lazarus dan Folkman (1984). Konsep kesedihan kronis berasal dari teori oleh Olshansky
(1962). Para teoris NCRCS mengintip observasi Olshansky mengenai orang tua dengan anak-anak
retardasi mental yang mengalami kesedihan yang terus berulang. la menyebutkan dengan kesedihan
kronis. Selain itu Bowlby dan Lindemann dalam Lindgsen (1992) membuat konsep berduka sebagai
proses yang akan selesai seiring dengan perjalanan waktu dan jika tidak selesai berduka dikatakan
sebagai abnormal.

Kebalikan dengan teori yang terikat waktu milik Bowlby tersebut, Wilker et all mengatakan bahwa
kesedihan yang berulang merupakan peristiwa normal ( Lindgsen, 1992). Sedangkan Burke dalam
studinya pada anak-anak dengan spina bifida mendefinisikan kesedihan kronis sebagai kesedihan
menetap yang permanent, periodic dan progresif dan bersifat alami (Hainsworth, Eakes, Burke. 1994).

NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar metode manejemen yang efektif
gabi model yang mereka gunakan. Adanya perbedaan atau inkonsistensi dan respon terhadap duka yang
berulang merangsang mekanisme koping individu.

2.2.4 Penggunaan Bukti Empiris

NCRCS mengadakan studi terhadap Individu dengan kanker, infertilitas, mutiple sclerosis, parkinson
Pelaku rawat suami atau istri dengan gangguan mental kronis, mutiple sclerosis dan Parkinson Pelaku
rawat orang tua pada anak dewasa dengan gangguan mental kronis. Berdasarkan kondisi-kondisi diatas
tersebut para teoris menyatakan bahwa kesedihan kronis dapat terjadi pada semua situasi dimana rasa
kehilangan tidak dapat diselesaikan atau tidak dapat dihentikan. Studi kemudian dikembangkan kepada
para individu yang mengalami kehilangan (berduka) pada keadaan diri sendiri. Dinyatakan dalam studi
ini bahwa populasi ini juga terus menerus mengalami kesedihan kronis.
Berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut maka dinyatakan bahwa definisi kesedihan kronis sama
dengan kesedihan menetap yang bersifat periodic dalam waktu permanen, atau perasaan terkait sedih
lainnya secara terus menerus yang terjadi karena pengalaman kehilangan. (Eakes et all, 1998)

2.2.5 Model Theory Chronic Sorrow

Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi kehilangan yang dapat terjadi
secara terus menerus ataupun suatu kejadian. Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan kenyataan. Kejadian tersebut dapat memicu
timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan/ mendalam yang potensial progresif, meresap
dalam diri individu, berulang dan permanen. Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya
akan menggunakan metode manajemen dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal dari
internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang berharga maupun tim
kesehatan). Jika metode manajemen yang digunakan efektif maka individu akan meningkat perasaan
kenyamanannya. Tetapi jika tidak afektif akan terjadi hal sebaliknya.

2.2.6 Konsep Utama Teori

Teori chronic sorrow merupakan middle range teori karena dalam teori ini membahas tentang
fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul akibat dari penyakit kronis
mencakup proses berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode manajemennya. Karena
kespesifikan teori tersebut, maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Banyak
penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait dengan penyakit kronik seperti pada
pasien multiple sclerosis, diabetes melitus pada anak, anemia sickle cell pada anak, epilepsy, sindrom
down, spina bifida dan lain-lain.

1. Duka cita kronis atau chronic sorrow

Penderitaan atau dukacita kronis adalah suatu perbedaan yang berkelanjutan sebagai hasil dari suatu
kehilangan, dengan karakteristik dapat menyebar dan bisa juga menetap. Gejala berduka berulang pada
waktu tertentu dan gejala ini berpotensi progresif. Studi NCRCS (The Nursing Consortium for Research
on Chronic Sorrow) ini meliputi :

a. Individu dengan kanker (Eakes, 1993), infertility (Eakes et al., 1998). Multiple Sclerosis

(Hainsworth, Burke, Lindgren, & Eakes, 1993; Hainsworth, 1994), dan Penyakit Parkinson (Lindgren,
1996)

b. Spouse caregivers individu yang memiliki pasangan hidup dengan penyakit mental kronik
(Hainsworth, Busch. Eakes, & Burke. 1995), Multiple Sclerosis (Hainsworth, 1995), dan Penyakit
Parkinson (Lindgren, 1996)

c. Parent caregivers/ orang tua yangmemiliki anak dewasa dengan penyakit mental kronik (Eakes, 1995)
2. Kehilangan

Kehilangan terjadi akibat dari perbedaan antara suatu "ideal" atau harapan dan situasi nyata atau
pengalaman. Kehilangan (Loss) adalah situasi aktual atau potensial dimana seseorang atau objek yang
dihargai tidak dapat dicapai atau diganti sehingga dirasakan tidak berharga seperti semula.

3. Peristiwa Pencetus

Peristiwa pencetus adalah situasi, keadaan dan kondisi-kondisi berbeda atau perasaan kehilangan yang
berulang (kambuh)atau baru mulai yang memperburuk perasaan berduka. NCRCS membandingkan dan
membedakan pencetus pada individu dengan kondisi kronik, family caregivers, pada orang yang
kehilangan (Burke, Eakes, & Hainsworh, 1999).

4. Metode Manajemen

Metode manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima penderitaan kronis. Bisa secara
internal (strategi koping individu) atau eksternal (bantuan tenaga kesehatan atau intervensi orang lain).
Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah bila efektif dalam mengatur perasaan, bisa
secara internal maupun ekternal. Strategi manajemen perawatan diri diatur melalui strategi koping
internal. NCRCS ditunjuk lebih lanjut untuk mengatur strategi koping internal seperti tindakan, kognitif,
interpersonal dan emosional.

Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu dengan kondisi kronis dan pemberi
perawatannya (Eakes. 1993, 1995, Eakes at al., 1993, 1999; Hainsworth et al., 1995; Lindgren, 1996).
Kognitif koping contohnya berpikir positif, membuat sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak memaksakan
diri bila tidak mampu (Eakes, 1995; Hainsworth, 1994, 1995). Contoh koping interpersonal adalah pergi
memeriksakan diri ke psikiater, masuk dalam suatu kelompok atau group dan bicara atau berkomunikasi
dengan orang lain (Eakes, 1993; Hainsworth, 1994, 1995).

Strategi emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya (Eakes, et al., 1998; Hainsworth,
1995). Manajemen eksternal adalah intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et al.,
1998). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional dapat membantu memberikan rasa
nyaman bagi mereka, caring dan tenaga profesional yang kompeten lainnya.

5. Inefektif Manajemen

Strategi manajemen yang tidak efektif mengakibatkan meningkatnya ketidaknyamanan individu atau
menambah rasa duka yang mendalam.

6. Efektif manajemen

Strategi manajemen yang efektif berperan penting meningkatkan kenyamanan perasaan individu secara
efektif.
2.2.7 Strategi Manajemen

NCRCS (The Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow) menyakinkan bahwa kesedihan kronis
bukan masalah jika para individu dapat melakukan menejemen perasaan secara efektif. Manajemen
strategi terdiri dari internal dan eksternal.

1. Strategi Koping Internal

a. Action (tindakan), mekanisme koping individu baik yang bersangkutan maupun yang memberikan
perawatan. Contohnya metode distraksi yang umum digunakan untuk menghadapi nyeri.

b. Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya berpikir positif, ikhlas menerima
semua ini

c. Interpersonal, mekanisme koping interpersonal misalnya dengan berkonsultasi ahli jiwa, bergabung
dengan kelompok pendukung, melakukan curhat

d. Emosional, mekanisme koping emosional misalnya adalah menangis dan mengekspresikan emosi

Strategi manajemen ini semua dianggap efektif bila individu mengaku terbantu untuk menurunkan
perasaan berduka (re-grief).

2. Strategi Koping Eksternal

Dideskripsikan sebagai intervensi yang dilakukan oleh professional kesehatan dengan cara
meningkatkan rasa nyaman para subyek dengan bersikap empati, memberi edukasi serta merawat dan
melakukan tindakan professional kompeten lainnya

2.2.8 Asumsi Teori

1) Clarity (kejelasan)

Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi pada area klinik ketika terjadi kehilangan.
Konsep Mayor dan hubungan antar konsep juga diartikan secara jelas hingga menghasilkan pemahaman
yang tepat. Sebagai contoh pemahaman bahwa Chronic sorrow memberikan kerangka berpikir dalam
menghadapi dan memahami individu yang sedang mengalami suatu kehilangan atau berduka yang
memanjang. Dalam konsep chronic sorrow terdapat antecenden atau hal-hal yang mendahului, triger
event atau kejadian pemicu, dan metode-metode manajemen baik internal, maupun eksternal. Metode-
metode yang dipakai bisa direspon secara efektif atau tidak efektif yang pada akhimya akan
mempengaruhi kenyamanan. Apabila manajemen efektif, maka individu akan mengalami kenyamanan
dalam kondisi kroniknya dan sebaiknya apabila manajemen tidak efektif, maka individu akan mengalami
ketidaknyamanan jelas bahwa manajemen yang efektif baik internal maupun eksternal akan
menghasilkan kenyamanan dan sebaliknya manajemen yang tidak efektif akan meningkatkan
ketidaknyamanan dan intensitas dari duka cita yang kronis.
Sebagai teori middle range, wilayah teori dibatasi pada penjelasan atau fenomena yakni respon
kehilangan dan hal ini sesuai dengan pengalaman praktik klinik. Seperti yang dinyatakan oleh Eakes,
keunggulan middle range teori ini memberi penjelasan secara benar bagi praktisi perawat.
pelajar/mahasiswa perawat dan pendidik sebagai bukti komunikasi yang berkelanjutan secara nasional
dan internasional (Alligood, 2014).

Satu aspek yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang mengapa tidak semua individu yang
mengalami kehilangan juga akan mengalami berduka kronis. Tidak ada data yang menjelaskan tentang
individu - individu yang tidak mengalami berduka kronis ini apakah mereka memiliki karakteristik
kepribadian yang berbeda, misalnya memiliki ketabahan atau mereka menerima intervensi yang
berdbeda saat mengalami kehilangan? Apa data yang diinginkan dari individu terkait koping dengan
kehilangan yang terus menerus. Konsep lain yang perlu dilakukan klarifikasi adalah progresifitas dari
berduka. Meskipun dikatakan bahwa berduka kronis berpotensi untuk berkembang, bagaimana
perkembangannya dan patologi yang berhubungan tidak jelas dipaparkan.

Perlu klarifikasi strategi menejemen internal. Dalam hal ini belum jelas perbedaan problem oriented
dengan cognitive strategies demikian juga emotive cognitive. Emosional dan strategi interpersonal
belum digambarkan secara jelas. Beberapa overlap yang nyata antara manajemen internal dan eksternal
terjadi ketika kata "interpersonal" digunakan untuk menggambarkan bantuan professional. Teori ini
memiliki kesamaan dengan teori lainnya, yakni memandang bahwa focus dari perawatan adalah
individu, keluarga (caregiver), kelompok (peer group), hanya kurang memandang masyarakat yang
dalam kondisi berduka kronis ini bisa dijadikan sebagai support system (manajemen eksternal), teori ini
hanya memandang profesi kesehatan sebangai sumber manajemen eksternal untuk meningkatkan
kenyamanan melalui peran empatik, pengajaran, caring dan memberikan asuhan yang professional.

Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi kehilangan yang dapat terjadi
secara terus menerus ataupun satu kejadian. Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan dengan kenyataan kejadian tersebut dapat memicu
timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan/ mendalam yang potensial progersif, meresap
dalam diri individu, berulang dan permanen. Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya
akan menggunakan metode manajemen dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal dari
internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang berharga maupun tim
kesehatan). Jika metode manajemen yang digunakan efektif, maka individu akan meningkat perasaan
Kenyamanannya. Tetapi jika tidak efektif akan terjadi hal sebaliknya.

2) Simplicity (kesederahaan)

Kesederhanaan teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang berorientasi pada fase berduka kronis. Teori
berduka kronis (chronic sorrow) memperjelas pemahaman hubungan antara variable dari konsep mayor
yang dipaparkan. Melalui model ini, jelas bahwa berduka kronis adalah siklus alami, menyebar dan
berpotensi berkembang. Teori ini juga secara sederhana menjelaskan subkonsep metode manajemen
internal versus metode manajemen eksternal. Selain itu teori ini secaa sederhana juga menjelaskan
bahwa respon metode manajemen yang dilakukan oleh pasien dan keluarga (primary caregiver)
menghasilkan respon manajemen inefektif versus manajemen efektif.

Teori secara sederhana menjelaskan bahwa perawat harus mampu mengidentifikasi dan memfasilitasi
metode manajemen internal dan eksternal pasien. Perawat dan kelompok pendukung lainnya lebih
banyak berperan pada metode menejemen yang efektif untuk mencegah chronic sorrow menjadi
progrsif. Dengan jumlah variable yang terbatas, teori ini lebih mudah dimengerti. sebagai kelompok
middle rang teori ini berguna untuk panduan praktik dan penelitian selanjutnya.

3) Generality (Koumuman / generalisasi)

Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua dengan anak yang mengalami gangguan
fisik atau kognitif melalui pembuktian secara empiris, teori diperluas untuk memasukan berbagai
paengaruh aman dari kehilangan teori ini menerapkan secara jelas bagaimana rentang kehilangan dan
dapat diaplikasikan untuk mempengaruhi individu seperti halnya pemberian perawatan, Sebagai
tambahan, teori ini berguna untuk berbagai praktisi pelayanan kesehatan dengan konsep ini, keunikan
yang alami dari pengalaman digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu pemicu dan
manajemennunik pada setiap situasi individu dan bisa diaplikasikan pada situasi yang lebih beragam.

Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan keperawatan pasien yang
berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara umum kesedihan atau berduka merupakan fase
fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia
kehidupan.

4) Empirical Precision (Presisi Empiris)

Karakteristik dari middle range teori, wilayahnya yang terbatas akan lebih mudah bagi peneliti untuk
mempelajari fenomena dengan jumlah variable yang terbatas, peneliti dapat melakukan generalisasi
hipotesa berhubungan dengan studi pada intervensi keperawatan yang meingkatkan efektivitas strategi
menejemen pada berduka kronis. Hasil dari studi ini dapat menambah kekuatan dasar pada praktik
berdasarkan hasil pembuktian (evidence based practice).

Karena teori ini berasal dari pembuktian secara empiris, maka kegunaannya jelas untuk penelitian lebih
lanjut. Definisi yang jelas bukan dari berduka kronis membuat hal ini dapat dipelajari pada individu
dengan kehilangan yang beragam dan situasi yang umumnya menghasilkan berduka kronis. Melalui
penelitian yang lebih lanjut, peneliti dapat memikirkan alat pengkajian untuk perawat klinik.
5) Derivable Consequence (Konsekuensi yang Didapat)

Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa dialamı seseorang Karena adanya factor
pencetus. Teori ini sangat penting dalam aplikasi terutama pada kasus-kasus penyakit kronis dan
terminal Aplikasi teori ini sangat membantu seseorang untuk mengatasi kesedihan atau berduka yang
dialami sehingga mencegah chronic sorrow yang berkelanjutan.

Teori ini bermanfaat dalam menganalisis respon individu dengan pengalaman yang berbeda berkaitan
dengan penyakit kronis, tanggung jawab pemberi pelayanan, hilangnya kesempurnaan dari anak atau
kesedihan

2.2.9 Konsep Utama Keperawatan

1. Keperawatan

Diagnosis penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai dengan lingkup praktik keperawatan,
perawat dapat memberikan antisipasi berduka pada individu yang beresiko. Peran utama perawat
meliputi menunjukan rasa empati, ahli profesional, caring dan pemberi asuhan keperawatan yang
kompeten

2. Manusia

Manusia mempunyai persepsi yang idealis pada proses kehidupan dan kesehatan. Orang
membandingkan pengalamannya dengan kedua kenyataan tadi sepanjang kehidupannya. Walaupun
setiap orang pengalaman dengan kehilangan adalah unik dan umumnya kehilangan dapat diramalkan
atau diketahui sehingga dapat diantisipasi reaksi dari kehilangan tersebut.

3. Kesehatan

Kesehatan adalah bila seseorang berfungsi normal, kesehatan seseorang tergantung atas bagaimana
seseorang beradaptasi terhadap kehilangan. Koping yang efektif akan menghasilkan respon yang normal
akibat dari kehilangan

4. Lingkungan

Interaksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana meliputi lingkungan keluarga, sosial,
lingkungan kerja dan lingkungan perawatan kesehatan. Respon individu di kaji berdasarkan hasil
interaksi individu terhadap norma-norma sosial. (Eakes, Burke, & Hainsworth, 1998).

2.2.10 Contoh Aplikasi Theory Chronic Sorrow Kasus :

Nn. Z. seorang perempuan usia 14 vtahun mengalami osteosarcoma stadium III terdiagnosis sejak 2
tahun yang lalu. Nn. Z adalah putri tunggal dari Ny. Y. Ny. Y berperan sebagai pemberi asuhan utama
(primary cargever) bagi Nn. Z di rumah. Nn. Z adalah anak yang sudah lama dirndukan kehadirannya di
dunia ini. Banyak informasi dari pihak atau keluarha atau tetangga yang membuat orang tua semakin
takut dan cemas tentang kehidupan dan keselamatan putri tercinta nya. Semenjak sakit anaknya tidak
mampu beraktivitas, lebih banyak mengurung diri dalam rumah serta tidak sekolah.

Analisis :

Orang tua dengan anak yang didiagnosa dengan ketidakmampuan/disabilitas mengalami penyakit
kronis, mulai belajar proses yang disebut dengan kehilangan "loss" anak yang normal dan peran orang
tua dan peran serta aktivitas anak yang normal yang mereka harapkan.

Profesional perawatan kesehatan primer membutuhkan pemahaman terhadap kehilangan alamiah ini
dan dampaknya terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap kehidupan keluarga dan
masa depan orang tua. Saat di diagnose adalah merupakan waktu penuh emosional dan kebingungan
yang sering juga adalah kecemasan atau ketakutan yang berlebihan. Orangtua tidak akan pernah siap
untuk mendengar berita yang traumatic tentang anak mereka dan pendapat anggota keluarga, teman,
para kenalan dan laporan media yang menambah kebingungan mereka.

Menurut teori yang dikembangkan oleh Gergene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke dan Margaret A.
Hainsworth.

⚫ Chronic sorrow : Kesedihan mendalam dirasakan ole keluarga Ny. Y Karena Nn. Z adalah putri tunggal
yang telah lama mereka harapkan. Tetapi saat ini sang anak mengalami penyakit kronis osteosarcoma
(kanker tulang)

⚫ Loss: Kedua orangtua Nn. Z menghadapi "Loss" atau kehilangan anak normal / sempurna. Orangtua
mengharapkan (idealnya) anak mereka bisa hidup dan beraktivtas dengan normal seperti anak yang lain,
tetapi kenyatan pada usia remaja anak mereka terdiagnosa mengalami osteosarcoma (kanker tulang)
sehingga saat ini mempunyai keterbatasan dan gangguan pada tumbuh kembangnya.

⚫ Triger events: Nn. Z sebagai anak tunggal yang mengalami penyakit kronis oestesarcoma dan
kehidupan remajanya tidak sesuai harapan (kondisi ideal). Nn. Z tidak mampu beraktivitas seperti
remaja umumnya dan lebih banyak mengurung diri dirumah.

Management Method: Secara internal kedua orang tua dan anak berusaha menggunakan strategi
koping untuk mengidentifikasi proses berduka. Secara eksternal didapat dari dukungan keluarga lain
atau perawat serta tetangga Perawat sebaiknya juga dapat membantu mengidentifikasi strategi koping
secara personal.

2.2.11 Kelebihan dan Kekurangan Theory Chronic Sorrow

a. Kelebihan
Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan keperawatan pasien yang
berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara umum kesedihan atau berduka merupakan fase
fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia
kehidupan.

b. Kekurangan

Terdapat hal yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang mengapa tidak semua individu
yang mengalami kehilangan juga akan mengalami berduka kronis.
BAB III

ANALISIS TEORI

3.1 Analisis Teori Chronic Sorrow

Teori ini menghubungkan konsep dasar chronic sorrow yang murni dari Olshansky dengan dengan model
stress adaptasi dari Lazarus dan Folkman

3.1.1. Tingkat Kejelasan (Clarity)

Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi pada area klinik ketika terjadi kehilangan.
Diagnosa keperawatan Chronic sorrow juga terdapat pada nursing textbook yang diartikan sebagai
sesuatu yang berkelanjutan, berulang (kambuh) dan potensial menjadi progresif. Kondisi yang muncul
pada teori ini konsisten dengan apa yang ada pada teori. Konsep kunci dan hubungan antar konsep juga
diartikan secara jelas. Hubungan antar konsep juga berdasarkan intuisi. Sebagai contoh, jelas bahwa
manajemen yang efektif baik internal maupun eksternal, akan menghasilkan kenyamanan dan
sebaliknya manajemen yang tidak efektif akan meningkatkan ketidaknyamanan dan intensitas dari duka
cita yang kronis. Sebagai kelompok middle range, wilayah teori dibatasi pada penjelasan satu fenomena,
respon kehilangan dan hal ini sesuai dengan pengalaman praktik klinik. Seperti yang dinyatakan oleh
Eakes, keunggulan dari middle range teori ini memberi penjelasan secara benar bagi praktisi perawat,
pelajar/ mahasiswa perawat dan pendidik sebagai bukti komunikasi yang berkelanjutan secara nasional
dan internasional

Satu aspek yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang mengapa tidak semua Individu
dengan ketidakmampuan mengatasi kehilangan mengalami chronic sorrow. Beberapa, sekalipun
pandangan, wawancara NCRCS tidak berpengalaman dalam menjelaskan gejala chronic sorrow. Tidak
ada data lebih jauh yang bisa membuktikan tentang individu yang tidak mengalami kronik sorrow ini,
apakah mereka memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda, misalnya memiliki ketabahan, atau
mereka menerima intervensi yang berbeda saat mengalami kehilangan? Apa data yang diinginkan dari
individu terkait koping dengan kehilangan yang terus menerus.

Konsep lain yang perlu dilakukan klarifikasi adalah perkembangan (progress) dari chronic sorrow,
Meskipun digambarkan bahwa chronic sorrow potensial berkembang, apa perkembangannya dan
apakah perkembangannya secara alami menjadi patologis?
Perlu klarifikasi strategi manajemen internal, Dalam hal ini belum jelas perbedaan problem oriented
dengan cognitive strategies. Demikian juga emotive-cognitive, emotional dan strategi interpersonal
belum digambarkan secara jelas. Beberapa overlap yang nyata antara manajemen inte mal dan
eksternal terjadi ketika kata "interpersonal" digunakan untuk menggambarkan bantuan professional

Teori ini memiliki kesamaan dengan teori lainnya, yakni memandang bahwa fokus dari perawatan
adalah individu, keluarga (caregiver), kelompok (peer group), hanya kurang memandang masyarakat
yang dalam kondisi chonic sorrow ini bisa dijadikan sebagai support system (manajemen eksternal).
teori ini hanya memandang profesi kesehatan sebagai sumber manajemen eksternal untuk
meningkatkan kenyamanan melalui peran empatik, pengajaran, caring dan memberikan asuhan yang
profesional

3.1.2. Tingkat Kesederhanaan (SIMPLICITY)

Model teori Chronic Sorrow memperjelas pemahaman hubungan antara variabel. Melalui model ini,
jelas bahwa chronic sorrow terjadi terus menerus secara alami, menyebar dan potensial berkembang.
Lebih jauh dengan subkonsep internal versus manajemen eksternal dan manajemen inefektif versus
manajemen efektif, ini jelas apa tipe pengkajian dan intervensi yang tepat oleh perawat dan pemberi
pelayanan kesehatan lainnya, apa yang terbaik untuk mencegah chronic sorrow menjadi progressif,
Dengan jumlah variabel yang terbatas, teori ini lebih mudah dimengerti. Sebagai kelompok middle
range, teori ini berguna untuk panduan praktik dan desain penelitian selanjutnya.

3.1.3. Tingkat Generalitas

Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua dengan anak yang mengalami gangguan
fisik atau kognitif. Melalui pembuktian secara empiris, teori diperluas untuk memasukkan berbagai
pengalaman dari kehilangan. Teori ini menerapkan secara jelas bagaimana rentang kehilangan dan
dapat diaplikasikan untuk mempengaruhi individu seperti halnya pemberi perawatan. Sebagai
tambahan, teori ini berguna untuk berbagai praktisi pelayanan kesehatan. Dengan konsep ini keunikan
yang alami dari pengalaman digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu. Pemicu dan strategi
manajemen unik pada setiap situasi individu dan bisa diaplikasikan pada situasi yang lebih beragam.

3.1.4. Ringkasan Empiris

Karakteristik dari middle range teori, wilayahnya yang terbatas akan lebih mudah bagi peneliti untuk
mempelajari fenomena. Dengan jumlah variabel yang terbatas, peneliti dapat melakukan generalisasi
hipotesa berhubungan dengan studi pada intervensi keperawatan yang meningkatkan efektivitas
strategi manajemen pada chronic sorrow. Hasil dari studi ini dapat menambah kekuatan dasar pada
praktik berdasarkan hasil pembuktian (evidence based practice)
Karena teori ini berasal dari pembuktian secara empiris, maka kegunaannya jelas untuk penelitian lebih
lanjut. Definisi yang jelas dari chronic sorrow membuat hal ini dapat dipelajari pada individu dengan
kehilangan yang beragam dan situasi yang umumnya menghasilkan chronic sorrow. Melalui penelitian
yang lebih lanjut, peneliti dapat memikirkan alat pengkajian untuk perawat klinik

3.1.5. Konsekuensi Yang Diperoleh

Sebagai konsekuensi dari penelitian, penomena dari chronic sorrow dapat diterima lebih luas dapat
dibuktikan pada diagnosa NANDA. Perawat dan pemberi pelayanan kesehatan profesional lain
menemukan validitas pada pengalaman kehilangan pada area klinik. Eakes menyatakan "chronic sorrow
sama halnya dengan pengalaman hamil ini merupakan proses normal dimana klien mendapatkan
keuntungan bantuan dan support dari tenaga kesehatan profesional (G.Eakes, personal communication,
December 2004). Secara lebih jauh Eakes bahwa pengalaman ini unik pada masing-masing individu dan
pada masing-masing situasi.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Teori keperawatan merupakan suatu teori yang berkembang atas dasar ilmu keperawatan bukan
berdasarkan pengetahuan ilmu lain. Perkembangan teori muncul sebagai produk dari ilmu professional
dan proses pertumbuhan dari pemimpin keperawatan, administrator, pendidik, dan praktisioner yang
telah mendapat pendidikan tinggi dan melihat keterbatasan dari disiplin ilmu lain. Salah satu Middle
Range Theory antara lain Teori Eakes, Burke & Hainsworth: Theory of Chronic Sorrow yang menekankan
pada fenomena yang holistic pada manusia dan keperawatan yaitu tentang masalah-masalah yang
timbul dari penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan, faktor pencetus dan metoda
manajemennya. Peran utama perawat dalam aplikasi teori ini antara lain memberikan empati, caring,
educator.dan kompetensi dalam perawatan. Sehingga perawat mampu memberikan pedoman untuk
mencegah kejadian dari kesedihan kronis.

4.2 Saran

Teori chronic sorrow merupakan middle range teori Karena dalam teori ini membahas tentang
fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul akibat dari penyakit kronis
mencakup proses berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode manajemennya. Karena
kespesifikan teori tersebut, maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Banyak
penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait dengan penyakit kronik

1. Bagi Pelayanan

Bagi perawat yang melakukan asuhan keperawatan di pelayanan klinik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit kronik maupun akut ataupun pada pasien gangguann jiwa,
hendaknya melakukan pengkajian secara lengkap dan lebih difokuskan pada kebutuhan fisiologis, koping
dan support system pasien.

2. Bagi Penelitian

Perawat dapat mengembangkan penelitian-penilitian yang mendukung aplikasi dari Teori Chronic
sorrow misalnya peran perawat atau tenaga kesehatan dalam membantu mengatasi masalah pasien
yang berkaitan dengan Teori middle-range of.

DAFTAR PUSTAKA
Alligood, Martha Raile. (2014). Nursing Theories and Their Work (8 edition ed.): Elsevier.

Alligood, M. R. (2014). Introduction to nursing theory: Its history, significance and analysis. In A. M.
Tomey & M. R. Alligood (Eds.), Nursing theorists and their work (8th ed., pp. 3-15). St. Louis: Elsevier.

Blais, kathleen koening dkk. 2006. Praktik keperawatan profesional. Jakarta: Kedokteran ECG

Basford, lynn dkk. 2006. Teori dan praktik keperawatan Jakarta: Kedokteran ECG Bermeh, audrey dkk,
2008. Fundamental of nursing. New Jersey: Pearson education

Kasron, Sahran dan Ohorella B Usman. 2016 Teori Keperawatan dan Tokohnya. Jakarta: CV. Trans Info
Medika

Kelly, T. K., & Jones, P. A. (2010). Epigenetics in cancer. Carcinogenesis, 31(1), 27-36.

Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: A vision for holistic health care and

Kozier, B & Erd. (2002). Fundamental Of Nursing. St Louis Toronto: Mosby Company

McKenna, Hugh. 1997, Nursing Theories and Models. New York: Routledge.

Meleis, Afaf Ibrahim. 2010. Transitionstheory: middle-range and situation specific theories in

nursing research and practice. New York: Springer Publishing Company.

Parker, Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing practice. 3rd ed.
Philadelphia: F. A. Davis Company.

Peterson, Sandra J. & Bredow, Timothy S 2009, Middle Range Theories, Application to Nursing Research.
Second edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai