Anda di halaman 1dari 4

MODUL IV

PENULISAN BAB V

PENGARUH SENAM DISMINORE TERHADAP NYERI DISMINORE

BERDASARKAN WALLID SCORE PADA REMAJA PUTRI

Disusun oleh:
Ai Riska Nurhamidah

AK118006

4C Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021/202
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa salah satu intervensi untuk mengurangi nyeri
disminorea yaitu dengan cara senam disminore. Menurut jurnal kesehatan tambusai (2020)
Senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk menangani nyeri
haid yang terjadi (Harry, 2007 dalam Solihatunisa, 2012). Ramaiah (2006) dalam
Solihatunisa (2012) juga menyatakan bahwa salah satu cara efektif untuk menangani nyeri
haid adalah olahraga, salah satu olahraga yang bisa dilakukan adalah senam.

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing


variabel penelitian, yaitu gambaran hasil pengaruh senam dysmenorrhea sebelum dan
sesudah intervensi di SMAN 6 Kota Cimahi. Tabel 4.1 Karakteristik Putri Senam
Dysemnorrhea Di SMAN 6 Kota Cimahi Berasarkan tabel di atas di dapatkan data
karakteristik responden dengan dominan usia 13 tahun, siklus haid sebagian besar teratur,
lama siklus haid sebagian bear 28 hari, dan hari datang nyeri sebagian besar pada hari
kedua. Karakteristik Remaja Putri No Variabel Frekuensi Persentase 1. Umur remaja putri
16 tahun 17 tahun 18 tahun 5 10 8 21,7 43,5 38,4 2. Siklus haid Teratur Tidak teratur 21 2
91,3 8,7 3. Lama siklus haid 28 29 30 21 1 1 91,3 4,3 4,3 4. Hari datang nyeri haid Hari ke-
1 Hari ke-2 Hari ke-3 9 12 2 39,1 52,2 8,7 52 Tabel 4.2 Rata-rata Nyeri Haid Sebelum dan
Sesudah dilakukan Senam Dysmernorrhea Variabel Pengetahuan N Mean SD Min-Max
Sebelum 23 4,56 1.036 3-6 Sesudah 23 3.08 0,949 2-5 Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan
data bahwa rata—rata nyeri haid responden sebelum intervensi 4,56 dan rerata sesudah
dilakukan intervensi 3,08. Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh
senam dysmenorrhea terhadap nyeri haid sebelum dan sesudah diberikan intervensi,
Sebelum melakukan uji bivariat dilakukan terlebih dahulu uji normalitas menggunakan uji
saphiro wilk dan didapatkan bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga analisis
bivariat pada penelitian ini menggunakan uji wilcoxson signed rank test yang bertujuan
untuk menguji pengaruh senam dysmenorrhea terhadap nyeri haid remaja putri di SMAN
6 Kota Cimahi. Hasil pengolahan data disajikan sebagai berikut : 53 Tabel 4.3 Pengaruh
Senam Dysmenorea Terhadap Nyeri Haid Variabel N Sebelum Sesudah Mean Difference
Mean rank P Value Mean SD Mean SD Nyeri Haid 23 4,56 1.036 3.08 0,94 9 -1.48 12.00
0,00 Hasil uji data menggunakan uji wilcoxson signed rank test diperoleh nilai p=0,00
lebih kecil dari 0,05 dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% maka H0 ditolak
berarti ada pengaruh senam dysmenorrhea terhadap nyeri haid remaja putri di SMAN 6
Kota Cimahi.

B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Remaja Putri Hasil penelitian ini bahwa sebagian besar Remaja Putri
berusia 13 tahun. dysmenorrhea primer pada umumnya terjadi setelah 2-3 tahun dari usia
menarche. Secara nasional, rata-rata usia menarche anak di Indonesia adalah 13-14 tahun
(Riskesdas 2013). Hal ini ditunjukkan pada penelitian Andriana (2018) yang melakukan
penelitian terhadap kebugaran fisik dan dysmenorrhea primer bahwa remaja putri yang
sudah menstruasi paling sering mengalami gangguan menstruasi dysmenorrhea primer
yaitu sebanyak 75% remaja putri yang tersiksa oleh dysmenorrhea. Sebagian besar
dysmenorrhea primer timbul pada masa remaja, yaitu 12 bulan atau lebih setelah menarche
(menstruasi pertama kali). Dengan menarche yaitu antara 10-16 tahun, tetapi ratarata pada
usia 13 tahun. Terjadinya haid pertama kali ini adalah salah 54 satu tanda bahwa remaja
tersebut telah mengalami perubahan di dalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai
masalah dan perubahanperubahan baik fisik, biologi, psikologi maupun sosial, harus
dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting karena merupakan
masa peralihan ke masa dewasa. Berdasarkan karakteristik remaja putri dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri memiliki siklus haid teratur yaitu
sebanyak 21 remaja putri dengan persentase 91,3%, kemudian sebagian besar lama siklus
haid remaja putri yaitu 28 hari yaitu sebanyak 21 remaja putri dengan persentase 91,3%.
Hal ini ditunjukkan oleh penelitian Serly Tudoho (2014) bahwa siklus mentruasi
merupakan waktu mulai dari hari pertama menstruasi sampai datangnya mentruasi periode
berikutnya sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulai
mentrsuasi pada wanita normal yaitu berkisar antara 21-35 hari, dan hari datang nyeri haid
sebagian besar remaja putri mengalami pada hari kedua yaitu sebanyak 12 orang dengan
persentase 52,2%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulastin (2013) yaitu faktor
yang mengalami perubahan siklus menstruasi yaitu memiliki siklus teratur sebanyak 86,7%
ini dipengaruhi oleh beberapa orang yang memiliki siklus menstruasi normal, faktor siklus
menstruasi diantaranya adalah faktor hormone, psikis atau stress, gizi, aktivitas, dan pola
makan. Begitu 55 juga menurut Isnaeni (2010), bahwa panjangnya siklus menstruasi ini
dipengarugi oleh berat badan, tingkat stress,gizi, dan genetik. 2. Nyeri Haid Pada Remaja
Putri Hasil dari rata-rata skala nyeri yang didapatkan sebelum dilakukan senam
dysmenorrhea di SMAN 6 Kota Cimahi adalah 4,56 dan sesudah dilakukan senam
dysmenorrhea terjadi penurunan rerata skala nyeri menjadi 3,08 yang artinya terdapat
perbedaan rerata hasil pengukuran sebesar 1,48. Berdasarkan hasil penelitian Solihatunisa
(2012) didapatkan adanya pengaruh senam terhadap penurunan intensitas nyeri pada saat
dismenore. Rerata nyeri haid sebelum intervensi adalah 7,19. Dan ratarata setelah
intervensi adalah 4,09. Hal ini terjadi mengingat nyeri merupakan hal yang bersifat
subjektif dan hanya seseorang yang mengalami kondisi tersebut yang dapat
mendeskripsikan seberapa besarnya nyeri yang dirasakan. Sehingga akan berpengaruh
terhadap penurunan skor intensitas nyeri pada masing - masing responden. Spasme otot
karna dapat menimbulkan rasa nyeri pada saat menstruasi.Rasa nyeri disebabkan oleh
pengaruh spasme otot yang menekan pembuluh darah dan menyebabkan iskemik.Nyeri
akibat iskemik jaringan terjadi bila aliran darah yang menuju jaringan terhambat. 56
Berdasarkan hasil penelitian Ika Ratnawati (2019) menunjukkan sebelum melakukan
senam disminore sebagian besar responden mengalami nyeri berat sejumlah 15 (75%)
nyeri ringan 1 (5,0) dan nyeri hebat 4 (20,0) sedangkan setelah dilakukan senam disminore
menjadi nyeri sedang 12 (60,0) dan nyeri berat 8 (40,0). Berdasarkan uji wilcoxon
didapatkan p= 0,000

Anda mungkin juga menyukai