Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN

TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMINOREA

(Ditujukan Untuk Menyelesaikan Tugas Riset Keperawatan )

Disusun Oleh :

Nama : Ai Riska Nurhamidah


NIM : AK118006
Kelas : 4C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas Rahmat
dan Kerunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap
Pengetahuan Siswa Remaja Putri tentang Disminore” yang merupakan salah satu
syarat Tugas Akhir. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal
penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari
terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk
perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia yang mau maju adalah orang
yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu kesalahan.
Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang
berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Siswa Remaja
Putri tentang Disminore” mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Aamiin.

Penyusun

Cimahi, 13 Januari 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
2.1 Pendidikan Kesehatan...................................................................................8
2.2 Pengetahuan..............................................................................................15
2.3 Dismenorea...................................................................................................24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................34
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................34
3.2 Variable Penelitian.......................................................................................34
3.3 Populasi dan Sample ...................................................................................35
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................39
A. HASIL.........................................................................................................37
B. PEMBAHASAN.........................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak yang

meliputi perubahan biologik, psikologik dan sosial. Disebagian besar masyarakat

dan budaya masa remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia

18-22 tahun. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) remaja

merupakan individu yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual,

mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif

mandiri.

Pada masa ini remaja pasti akan mengalami suatu keadaan yang

dinamakan menstruasi. Menstruasi atau datang bulan merupakan salah satu ciri

dari perempuan yang sudah mengalami transisi dari kanak-kanak ke dewasa

dengan ditandai dari menarche (menstruasi pertama) sampai dengan menopause

(berakhirnya masa menstruasi) (Pieter dkk. 2011 dalam Yuniyanti dkk. 2014).

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh remaja adalah dismenorea.

Disminore adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat

menimbulkan gangguan sehari-hari. Derajat nyerinya bervariasi mencakup ringan,

sedang dan berat.

4
Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dismenorea di

dunia cukup tinggi. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara

mengalami dismenorea dalam sebuah siklus menstruasi. Dismenorea mengacu

pada nyeri haid dan itu adalah umum di kalangan remaja dan wanita muda.

Insiden ini dilaporkan berkisar antara 40 sampai 80% di berbagai negara termasuk

Malaysia, Nigeria, dan Ghana. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat

diperlukan oleh masyarakat, khususnya penduduk remaja. Survei World Health

Organization (WHO) tahun 2010, kelompok usia remaja (10-19 tahun)

menempati seperlima jumlah penduduk dunia, dan 83% di antaranya hidup di

negara-negara berkembang. Dengan adanya pendidikan, diharapkan masalah-

masalah tersebut dapat dicegah khususnya tentang masalah dismenorea.

Di Indonesia, pendidikan kesehatan reproduksi belum banyak dilakukan.

Pendidikan kesehatan reproduksi tidak tercakup di dalam kurikulum sekolah

seperti yang direkomendasikan oleh WHO, karena adanya konflik antara nilai

tradisi Indonesia dengan globalisasi kebarat-baratan yang dianggap muncul

seiring adanya pendidikan kesehatan reproduksi. Di sisi lain, kasus-kasus yang

berhubungan dengan kesehatan reproduksi di Indonesia masih tinggi.4 Data dari

Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa angka remaja wanita usia 15-19

tahun yang melahirkan pada tahun 2002- 2007 mencapai 52 per 1000 orang, dan

sejak April hingga Juni 2011, jumlah kasus Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS) baru yang dilaporkan adalah 2.001 kasus dari 59

5
kabupaten/kota di 19 propinsi, 4 Kota Semarang sendiri menjadi kota dengan

jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak di seluruh Jawa Tengah selama lima tahun

terakhir. Wanita mengalami dismenorea 10-15% di Indonesia diantaranya

mengalami dismenorea berat yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan

kegiatan atau aktivitas apapun. Angka kejadian disminorea 64,25% terdiri dari

54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenorea sekunder. Wanita yang

mengalami dismenorea mengalami keluhan seperti kram, sakit, dan tidak dapat

bekerja mengurus keperluan sendiri6 . Penelitian Irdayani dan Heriyani tentang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswi Tentang

Dismenorea menunjukkan hasil dari 30 esponden sebelum dilakukan penelitian

terdapat 22 responden yang memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan setelah

diberikan pendidikan kesehatan terdapat 28 siswi yang memiliki pengetahuan

baik. Dari hasil analisis bivariate dengan mengguanakan uji t dependen

didapatkan nilai p value 0,001.

Banyak remaja yang beranggapan, nyeri haid merupakan hal yang sangat

wajar dan dapat terjadi pada perempuan yang mengalami mentruasi khususnya

pada remaja putri, namun tidak sedikit remaja yang mengalami nyeri yang

berkepanjangan dan terus menerus hingga mengalami rasa sakit bahkan tidak

dapat melakukan aktifitas selama menstruasi karena rasa nyeri yang tidak

tertahankan. Dismenorea juga memiliki hubungan dengan keadaan psikologis

yang tidak nyaman pada remaja yang menstruasi seperti, cepat tersinggung,

6
suasana hati yang buruk, mudah marah dan lain–lain. Kurangnya pengetahuan

turut menjadi faktor penyebab remaja putri mengalami derajat desmenorea berat.

Kebanyakan remaja putri memperoleh informasi mengenai dismenore lewat

media elektronik seperti internet. Jarang remaja putri yang pergi ke petugas

kesehatan untuk memeriksa ketika mengalami dismenore. remaja putri ketika

mereka mengalami dismenore lebih baik beristirahat ke ruang unit kesehatan

sekolah. Oleh karena itu remaja putri sering meminta izin pada saat jam pelejaran

untuk beristirahat ke ruang unit kesehatan sekolah bahkan ada yang minta izin

untuk beristirahat pulang ke rumah. Padahal, pentingnya memperoleh informasi

dari tenaga kesehatan mengenai cara penanganan dismenore dengan baik agar

aktivitas remaja putri tidak terganggu ketika mengalami dismenore.

Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

“Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja putri tentang

dismenorea ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah ”Apakah terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan remaja putri tentang dismenorea”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

7
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan remaja tentang dismenorea.

1.3.2 Tujuan Khusus

2. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan remaja tentang dismenore

sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

3. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan remaja tentang dismenorea

setelah dilakukan pendidikan kesehatan

4. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan remaja tentang dismenorea

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai kejadian

dismenore pada remaja wanita dan sebagai bahan informasi untuk upaya

ketika dismenorea terjadi.

1.4.2 Manfaat Secara Peraktis

1. Bagi Tempat Penelitian

Memberikan informasi tentang kejadian dismenorea pada remaja putri

sehingga sebagai bahan acuan ketika remaja mengalami dismenorea

bisa melakukan hal yang telah peneliti sampaikan

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menjadi bahan pembelajaran dan sumber referensi mengenai kejadian

8
dismenorea pada remaja dan sebagai bahan bacaan di pustakaan.

3. Bagi Perawat

Penelitian ini berguna dalam memberikan masukan dan informasi untuk

lebih memahami tentang kejadian dismenorea pada remaja.

4. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman tersendiri dalam penerapan ilmu yang diperoleh

selama menjadi mahasiswa keperawatan, sebagai bahan dasar untuk

peneliti selanjutnya sehingga penelitian bisa lebih baik lagi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup bisa diartikan secara lebih khusus pada materi atau hal
tertentu. Dalam sebuah penelitian ruang lingkup bisa berarti pembatasan
variable yang digunakan, berapa banyak subjek yang akan diteliti, luas
lokasi penelitian, materi yang dikaji, dan sebagainya.pada judul “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Siswa Remaja Putri tentang
Disminore” . Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
atau desain Quasi Eksperimen, dan variable dependen pengetahuan Remaja
Putri dan variable independent yaitu pendidikan kesehatan . Dengan jumlah
populasi 30 responden.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses yang menyambungkan


kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek kesehatan, yang
memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat
sesuatu sehingga dapat membuat dirinya menjadi lebih sehat dan
menghindari kebiasaan buruk dalam membentuk kebiasaan yang
menguntungkan kesehatan (Notoatmodjo, 2014) Pendidikan kesehatan
adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan
peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar memperbaiki
kesadaran (literacy) serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya (life skills) demi kepentingan kesehatannya
(Nursalam, 2014). Menurut Craven dan Hirnle (1996) yang dikutip
oleh Suliha (2012) pendidikan kesehatan adalah penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar
dan instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata,
dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self
direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide-ide baru
(Suliha, 2012).

Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat diambil


sebuah kesimpulan pendidikan kesehatan merupakan proses belajar
pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai
kesehatan menjadi tahu, dan tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dalam keperawatan, pendidikan

10
kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan yang
mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat
pendidik (Suliha, 2012).

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan adalah suatu perubahan sikap dan


tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat
dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat juga berperan
aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam
dkk, 2014). Menurut Suliha (2012), secara umum tujuan dari
pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu/ masyarakat
dalam bidang kesehatan. Sedangkan secara operasional tujuan
pendidikan kesehatan adalah:

1. Agar melakukan langkah positif dalam melakukan pencegahan


terhadap penyakit
2. Agar memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi
perubahan system dan cara memanfaatkannya dengan efektif dan
efisien.
3. Agar mempelajari apa yang dapat dilakukannya secara mandiri.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2018), ada beberapa faktor yang


mempengaruhi keberhasilan promosi kesehatan dalam melakukan
pendidikan kesehatan diantaranya yaitu:

1. Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi Promosi kesehatan


bertujuan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau

11
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun
masyarakatnya. Disamping itu dalam konteks promosi kesehatan
juga memberikan pegertian tentang tradisi kepercayaan masyarakat
dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang
menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan
penyuluhan, pameran, iklan layanan kesehatan, dan sebagainya.
2. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat) Bentuk
promosi kesehatan dilakukan agar dapat memberdayakan
masyarakat dan mampu mengadakan sarana dan prasarana
kesehatan dengan cara bantuan teknik, memberikan arahan, dan
cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.
3. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin) promosi
kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan bagi tokoh
agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan
tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan,
contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

2.1.4 Metode dan Teknik Pendidikan Kesehatan

Menurut Suliha (2012), metode pendidikan kesehatan pada


dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan dalam proses
pendidikan untuk menyampaikan pesan kepada sasaran pendidikan
kesehatan yaitu individu, keluarga/ kelompok dan masyarakat. Metode
pembelajaran dapat berupa metode pendidikan individu, kelompok/
keluarga dan metode pendidikan massa.

Menurut Notoadmodjo (2018), metode dan teknik pendidikan


kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara atau metode dan
alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan

12
promosi kesehatan. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik
pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Metode pendidikan kesehatan individual


Metode ini digunakan apabila antara promoter kesehatan dan sasaran
atau kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka
(face to face) maupun melalui sarana komunikasi lainnya, misal
telepon. Cara ini paling efektif, karena antara petugas kesehatan
dengan klien dapat saling berdialog, saling merespon dalam waktu
yang bersamaan. Dalam menjelaskan masalah kesehatan bagi
kliennya petugas kesehatan dapat menggunakan alat bantu atau
peraga yang relevan dengan masalahnya. Metode dan teknik
pendidikan kesehatan yang individual ini yang terkenal adalah
“councelling”.
2. Metode pendidikan kesehatan kelompok
Teknik dan metode pendidikan kesehatan kelompok ini digunakan
untuk sasaran kelompok. Sasaran kelompok dibedakan menjadi 2
yaitu: kelompok kecil kalau kelompok sasaran terdiri antara 6-15
orang dan kelompok besar, jika sasaran tersebut diatas 15 sampai
dengan 50 orang. Oleh karena itu metode pendidikan kesehatan
kelompok juga dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok
kecil, misalnya diskusi kelompok, metode curah pendapat
(brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran (role
play), metode permainan simulasi (simulation game), dan
sebagainya. Untuk mengefektifkan metode ini perlu dibantu
dengan alat bantu atau media, misalnya lembar balik (flip
chart), alat peraga, slide, dan sebagainya.

13
2) Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok
besar, misalnya metode ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti
dengan tanya jawab, seminar, loka karya, dan sebagainya.
Untuk memperkuat metode ini perlu dibantu pula dengan alat
bantu misalnya, overhead projector, slide projector, film, sound
system, dan sebagainya.
3. Metode pendidikan kesehatan massa, apabila sasaran pendidikan
kesehatan misal atau publik, maka metode-metode dan teknik
pendidikan kesehatan tersebut tidak akan efektif, karena itu harus
digunakan metode pendidikan kesehatan massa. Metode dan teknik
pendidikan kesehatan untuk massa yang sering digunakan adalah:
1) Ceramah umum, misalnya dilapangan terbuka dan
tempattempat umum
2) Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televise.
Penyampaian pesan melalui radio atau TV ini dapat dirancang
dengan berbagai bentuk, misalnya talk show, dialog interaktif,
simulasi, dan sebagainya.
3) Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet,
selebaran poster, dan sebagainya. Bentuk sajian 17 dalam
media cetak ini juga bermacam-macam, antara lain artikel
tanya jawab, komik, dan sebagainya.
4) Penggunaan media di luar ruang, misalnya billboard, spanduk,
umbul-umbul, dan sebagainya.

2.1.5 Metode Ceramah

2.1.5.1 Pengertian

Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau


penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu.

14
Metode ceramah ini hanya mengandalkan indera pendengaran sebagai
alat belajar yang paling dominan. Dengan kata lain metode ini adalah
sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif (Hisyam, 2012). Dalam metode ini, yang perlu
diperhatikan adalah, hendaknya ceramah yang diberikan mudah
dimengerti oleh siswanya, mudah diterima serta mampu menstimulasi
pendengar (peserta didik) untuk melakukan hal-hal yang baik dan
benar dari isi ceramah yang diberikan tadi (Hisyam, 2012).

2.1.5.2 Tujuan Metode Ceramah

Menurut Abdul Majid (2012) secara spesifik metode ceramah


bertujuan untuk:

1. Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui


produkceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga
pesertadidik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil
ceramah.
2. Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan
permasalahanyang terdapat dalam isi pelajaran
3. Merangsang peserta didik untuk belajar mendiri dan
menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar
4. Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan
secara gamblang.
5. Sebagi langkah awal untuk metode yang lain dalam
upayamenjelaskan prosedur-prosedur yang harus ditempuh
pesertadidik.Alasan guru menggunakan metode ceramah
harus benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

2.1.5.3 Pertimbangan dalam Penggunaan Metode Ceramah

15
Menurut Abdul Majid (2012) metode ceramah
digunakan berdasarkan pertimbangan:

1. Anak benar-benar memerlukan penjelasan, misalnya karena


baru atau guna menghindari kesalah pahaman.
2. Benar-benar tidak ada sumber bahan pelajaran bagi para
peserta didik.
3. Menghadapi peserta didik yang banyak jumlahnya dan bila
menggunakan metode lain sukar untuk diterapkan.

2.1.5.4 Kelebihan dari Metode Ceramah

Menurut Abdul Majid (2012) kelebihan-kelebihan dari metode


ceramah, adalah:

1. Praktis dari sisi persiapan


2. Efisien dari sisi waktu dan biaya.
3. Dapat menyampaikan materi yang banyak
4. Mendorong pemateri untuk menguasai materi
5. Lebih mudah mengontrol kelas
6. Peserta didik tidak perlu persiapan
7. Peserta didik langsung menerima ilmu pengetahuan.

2.1.5.5 Kelemahan Metode Ceramah

Menurut Abdul Majid (2012) kelemahan-kelemahan


dari metode ceramah, adalah :

1. Guru atau pemateri lebih aktif sedangkan murid pasif


karena perhatian hanya terpusat pada guru / pemateri.
2. Siswa seakan diharuskan mengikuti segala apa yang
disampaikan oleh guru / pemateri, meskipun murid ada

16
yang bersifat kritis karena guru / pemateri dianggap selalu
benar.
3. Siswa akan lebih bosan dan merasa mengantuk, karena
dalam metode ini, hanya guru / pemateri yang aktif dalam
proses belajar mengajar, sedangkan para peserta didik
hanya duduk diam mendengarkan penjelasan yang telah
diberikan oleh guru / pemateri.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari


manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya
apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya, melainkan
akan menjawab pertanyaan “why” dan “how”. Pengetahuan
hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu.
(Notoatmodjo, 2018)

Pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia,


atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang di
miliki (Mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan
sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan
pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek sebagian besar pengetahuan
diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan
(Notoatmodjo, 2014)

Pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas


rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui
objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang

17
terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek
tertentu (Suliha, 2012).

Pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan


yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang
mengingat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal
yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan
menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai (Mubarak,
2014).

Apabila pengetahuan mempunyai sasaran tertentu,


mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek
tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara
sistematis dan diakui secara umum, maka terbentuklah disiplin
ilmu. (Notoatmodjo, 2018)

Dari pengalaman penelitian terbukti bahwa perilaku


yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian rogers
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
prilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
beruntun yakni :

1. Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari


dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya). Hal itu berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba prilaku baru.

18
5. Adoption, sunjek telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
(Notoatmodjo, 2018)

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan Di Dalam Domain Kognitif

Menurut pendapat Notoatmodjo (2018) tingkat


pengetahuan dapat dibagi menjadi 6, meliputi :

1. Tahu (Know) /C1


Kemampuan mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima.
2. Memahami (Comprehention) /C2
Kemampuan untuk memperjelaskan objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication) /C3
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi
sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi penggunaan hukum- hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip- prinsip pemecahan masalah
(problem salving cycle) di dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis) /C4
Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih dalam struktur

19
organisasi tersebut
5. Sintesis (Synthesis) /C5
Kemampuan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baruuntuk menyusun suatu
formulasiformulasi.
6. Evaluasi (Evaluation) /C6
Kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian ini berdasarkan
pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau criteria-
kriteria yang telah ada.
2.2.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan


wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo,2018) pertanyaan (test) yang didapatkan
dipergunakan untuk mengukur pengetahuan secara umum
dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaittu :

1. Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay


2. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda
(multipel choice), betul salah dan pertanyaan menjodohkan.
Pertanyaan pilihan ganda, betul salah merupakan sebgai
pertanyaan obyektif, karena pertanyaan dapat menilai
secara pasti oleh penilaianya tanpa melibatnya faktor
subyektifitas. Penilai dari kedua jenis pertanyaan tersebut,
pertanyaan obyektif khususnya pertanyaan ganda lebih
disukai dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran ilmu
pengetahuan karena lebih mudah diselesaikan dengan
pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai.

20
Menurut skinner seperti yang dikutip notoatmodjo bila
seseorang dapat menjawab pertanyaa-pertanyaan mengenai
suatu bidang tertentu dengan lancar, baik lisan maupun
tulisan maka dia dikatakan menguasai bidang tersebut.
Penafsiran hasil penelitian dapat dipergunakan dan
pendekatan penilaian acuan patokan dan pendekatan
penilaian acuan norma,yaitu :
1. Penilaian acuan patokan
Merupakan proses penilaian yang membandingkan
perolehan nilai,skor dengan suatu ukuran atau kriteria
tertentu yang ditetapkan sebelum proses penilaian
berlangsung.
2. Penilaian acuan norma
Merupakan pendekatan yang membandingkan hasil
yang dicapai kelompoknya dengan cara membandingkan
hasil yang didapat dengan hasil responden lainnya.
2.2.4 Cara memperoleh pengetahuan

Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih


langgeng daripada perilaku yang didasari oleh pengetahuan

1. Cara tradisional atau alamiah


1) Cara Coba-coba
Dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka
dicoba kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,

21
otoritas pimpinan agama, mapun ahli
pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang


kembali pengalamanyang diperoleh dengan
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa lalu.

4) Melalui jalan pikir


Induksi dan dedukasi merupakan cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui
penyataan-pernyataan yang dikemukakan,
kemudian dicari hubungannya sehingga dapat
dibuat suatu kesimpulan.
5) Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh
pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian Ilmiah atau lebih populer disebut
metodologi penelitian.
2.2.5 Faktor-Faktor Pembentukan Pengetahuan

Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang


terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai, dan variabel demografi sepeerti status ekonomi,
umur, gender, dan jumlah anggota yang penting sebagai faktor
predisposisi.

Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang


terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya

22
fasilitas-fasilitas atau saransaran kesehatan, mislanya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan
sebagainya.

Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam setiap


dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang
merupakan kelompok refernsi dari prilaku masyarakat.
(Notoatmodjo,2018)

2.2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang
mempengaruhi pengetahuan meliputi:

1. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok dan merupakan usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
2. Informasi/ Media Massa
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu. Informasi diperoleh dari pendidikan formal
maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan. pengetahuan seseorang jika sering
mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka
akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan
seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan

23
menambah pengetahuan dan wawasannya.
3. Sosial, Budaya dan Ekonomi Tradisi atau budaya seseorang
yang dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan
baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan
tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan
tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Seseorang yang mempunyai sosial
budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika
sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan
kurang baik.
4. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya


pengetahuan kedalam individu karena adanya interaksi
timbal balik ataupun tidak yang akan direspons sebagai
pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan
pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika
lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang didapat
juga akan kurang baik.

5. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang


lain maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah
diperoleh dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
Pengalaman seseorang tentang suatu permasalahan akan
membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara
menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya
yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa

24
dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan
masalah yang sama.

6. Usia
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik
dan bertambah.
2.2.7 Tingkat Pengeta huan

Menurut Arikunto (2014), tingkat pengetahuan dibagi menjadi


3, yaitu:

1. Tingkat pengetahuan baik

Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan


dimana seseorang mampu mengetahui, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mengsintesis dan
mengevaluasi. Tingkat pengetahuan baik jika seseorang
mempunyai ≥76-100% pengetahuan.

2. Tingkat pengetahuan cukup

Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan


dimana seseorang mengetahui, memahami tetapi kurang
mengaplikasi, menganalisa, mensintesis dan mengevaluasi.
Tingkat pengetahuan dikatakan cukup apabila seseorang
mempunyai 56-75% pengetahuan.

3. Tingkat pengetahuan kurang Tingkat pengetahuan kurang


adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang kurang
mampu dalam mengetahui, memahami, mengaplikasi,

25
menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Tingkat
pengetahuan dikatakan kurang apabila seseorang
mempunyai <56% pengetahuan.
2.3 Dismenorea
2.3.1 Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah meluruhnya dinding rahim


(endometrium) yang mengandung pembuluh darah karena sel
telur (ovum) tidak dibuahi (Pudiastuti, 2012). Menstruasi
adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara
rutin setiap bulan selama masa suburnya (Laila, 2011).
Sementara menurut Prawirohardjo (2011) pendarahan haid
merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan sistem
hormon dengan organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofise,
ovarium, dan uterus serta faktor lain di luar organ reproduksi.

2.3.2 Definisi Dismenore

Istilah dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata


dalam bahasa yunani kono (Greek) kata tersebut berasal dari
dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang bearrti
bulan: dan rrhea yang berarti aliran atau urus. Secara singkat
dismenore dapat di definisikan sebagai aliran menstruasi yang
sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo,2011).
Dismenore merupakan salah satu keluhan ginekologi yang
paling umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau
dokter. Hampir semua perempuan mengalami rasa tidak
nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di perut bagian
bawah dan biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan pingsan
(Anurogo, 2011).

26
Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak
enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering
kali disertai mual (Sastrawinata,2008). Dismenore adalah nyeri
haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita
untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya
sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari
(Simanjuntak,2008). Nyeri ini berlangsung selama satu sampai
beberapa hari selama menstruasi. Dismenore merupakan nyeri
menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat
sebelum awitan atau selama menstruasi yang merupakan
permasalahan ginekologikal utama yang sering dikeluhkan
wanita (Lowdermik et al, 2011)

2.3.3 Klasifikasi dismenorea

Calis (2011) menjelaskan bahwa nyeri haid dapat


dibagi menjadi dua berdasarkan jenis nyerinya, yaitu

1. Nyeri spasmodic

Nyeri spasmodik dirasakan pada perut bagian bawah


dan berawal sebelum masa haid atau setelah masa haid di
mulai. Karena menderita nyeri haid banyak perempuan
yang terpaksa harus berbaring sehingga mereka tidak dapat
mengerjakan apapun. Pada saat nyeri haid ada beberapa
dari mereka yang pingsan, merasa mual, bahkan ada yang
muntah.

2. Nyeri kongestif
Penderita dismenorea kongestif biasanya akan
mengetahui sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa

27
haidnya akan segera datang. Mereka biasanya akan
mengalami pegal pada paha, payudara terasa sakit, sakit
punggung, sakit kepala, mudah lelah, mudah tersinggung.
Gejala tersebut akan berlangsung 2 atau 3 hari. Perempuan
yang menderita dismenorea kongestif akan merasa lebih
baik setelah hari pertama haid.
Sarwono (2011) menjelaskan bahwa nyeri haid dapat
dibagi menjadi dua yaitu:

1. Dismenorea Primer

Menurut Surwono (2011), dismenorea primer adalah


nyeri haid tanpa ditemukan kelainan yang terjadi pada
panggul. Dismenorea primer adalah suatu kondisi yang
dihubungkan dengan siklus ovulasi yang disebabkan
oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi kekurangan
suplai darah ke jaringan akibat adanya prostaglandin
yang diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi.
Wanita yang mengalami dismenorea primer kadar
prostaglandin lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
yang tidak mengalami dismenorea.

2. Dismenorea Sekunder

Menurut Sarwono (2011), dismenorea sekunder


adalah nyeri haid yang yang diakibatkan karena
berbagai keadaan patologis di organ genitalia, misalnya
endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis
serviks, penyakit radang panggul.

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi dismenorea

28
Menurut Astarto, et all (2011) penyebab pasti dari
dismenorea belum diketahui, pada dismenorea primer nyeri 12
timbul akibat tingginya kadar prostaglandin. Sedangkan pada
dismenorea sekunder diduga penyebab terbanyak karena
endometriosis. Menurut Andriani (2015) faktor- faktor risiko
dari dismenorea primer yaitu :

1. Indeks Massa Tubuh


Seorang wanita dengan tubuh tidak ideal memiliki
resiko lebih besar terhadap kejadian dismenore. Tubuh
yang ideal bukanlah tubuh yang terlalu kurus ataupun yang
terlalu gemuk. Seorang wanita dengan tubuh terlalu kurus
ataupun terlalu gemuk sangat berpotensi mengalami
dismenorea, karena semakin rendah Indeks massa tubuh
maka tingkat dismenorea akan semakin berat karena saat
wanita semakin gemuk, timbunan lemak memicu
pembuatan hormon terutama estrogen.
2. Aktifitas Fisik
Kejadian dismenorea akan meningkat karena kurangnya
aktifitas fisik selama menstruasi, sehingga uterus tidak
mendapat sirkulasi oksigen yang cukup dan menyebabkan
timbulnya nyeri menstruasi.
3. Stres
Stres seringkali terjadi secara tiba-tiba karena persoalan
yang harus dihadapi dalam kehidupan. Peningkatan tingkat
stres menyebabkan pengaruh negative pada kesehatan
tubuh. Stres dapat menimbulkan penekanan sensasi saraf-
saraf pinggul dan otot-otot punggung bawah sehingga
dapat menyebabkan dismenorea.

29
4. Wanita yang belum menikah
Wanita yang sudah menikah mempunyai resiko lebih
kecil untuk mengalami nyeri saat menstruasi, karena
keberadaan sperma suami dalam organ reproduksi yang
memiliki manfaat alami untuk mengurangi produksi
prostaglandin atau zat seperti hormon yang menyebabkan
otot rahim berkontraksi dan merangsang nyeri saat
menstruasi. Selain itu pada saat wanita melakukan
hubungan seksual otot rahim mengalami kontraksi yang
mengakibatkan leher rahim menjadi lebar (Novia, 2008).
2.3.5 Tanda dan gejala dismenorea
1. Dismenorea Primer
Menurut Sari (2012) gejala dismenorea primer adalah
nyeri berupa kram dan tengang pada perut bagian bawah,
nyeri pinggang, pegal-pegal pada paha, Pada sebagian
orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan diare.
2. Dismenorea Sekunder
Menurut Sari (2012) gejala dismenorea sekunder adalah
darah yang keluar dalam jumlah yang banyak, nyeri saat
berhubungan seksual, nyeri pada perut bagian bawah yang
muncul di luar waktu terjadinya menstruasi, nyeri tekan
pada panggul, teraba adanya benjolan pada rahim atau
rongga panggul.
2.3.6 Patofisiologi Dismenorea

Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya


dari endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi
uterus tidak teratur sehingga menimbulkan nyeri. Selama
periode menstruasi, wanita yang mempunyai riwayat

30
dismenorea memiliki tekanan intrauteri yang lebih tinggi dan
memiliki kadar prostaglandin yang lebih banyak dalam darah
(menstruasi) dibandingkan wanita yang tidak mengalami nyeri.
Akibat peningkatan aktivitas uterus yang abnormal, aliran
darah menjadi berkurang sehingga terjadi hipoksia uterus yang
menyebabkan timbulnya nyeri. Mekanisme nyeri lainnya dapat
disebabkan oleh prostaglandin dan hormon lain yang membuat
saraf sensori nyeri di uterus menjadi hipersensitif terhadap
kerja bradikinin serta stimulus nyeri fisik dan kimiawi lainnya
(Reeder, 2013).

Selain peranan dari hormon, stres juga dapat


memperburuk keadaan dismenorea. Pada saat stres, tubuh akan
memproduksi hormon prostaglandin berlebih. Prostaglandin ini
dapat menyebabkan peningkatan kontraksi miometrium secara
berlebihan sehingga mengakibatkan rasa nyeri saat menstruasi.
Stres juga memicu peningkatan kelenjar adrenalin dalam
mensekresi kortisol sehingga menyebabkan otot-otot tubuh
menjadi tegang, dan menyebabkan otot rahim berkontraksi
secara berlebihan. Kontraksi otot rahim yang berlebihan dapat
menimbulkan rasa nyeri yang berlebih pada saat menstruasi.
Meningkatnya stres dapat menyebabkan meningkatnya
aktivitas saraf simpatis yang mengakibatkan peningkatan skala
nyeri menstruasi dengan peningkatan kontraksi uterus (Sari,
Nurdin, & Defrin, 2015: 567-570).

Peningkatan kadar prostaglandin juga ditemui pada


dismenorea sekunder, tetapi harus ditemui adanya kelainan
patologis pada panggul yang jelas untuk menegakkan diagnosa
dismenorea sekunder. Faktor yang ditemukan dalam

31
patogenesis dismenorea sekunder adalah endometriosis, pelvic
inflammatory disease, kista dan tumor ovarium, adenomiosis,
fibroid, polip uteri, adanya kelainan kongenital (Karim,2013).

2.3.7 Derajat Dismenorea

Menurut Novia (2008) Disminorea dapat dibagi


menjadi 4 tingkatan menurut keparahannya, yaitu :

a. Derajat 0 : tidak ada nyeri, tidak mengggu aktivitas


seharihari
b. Derajat 1 : nyeri ringan, jarang memerlukan
analgetik, jarang mengganggu aktivitas sehari-
sehari
c. Derajat 2 : nyeri sedang, memerlukan analgetik,
mengganggu aktivitas sehari-hari.
d. Derajat 3 : nyeri berat, nyeri tidak berkurang
dengan analgetik biasanya timbul keluhan lain
seperti nyeri kepala, mual, muntah.
Derajat dismenorea dapat diukur menggunakan
skala ukur Numeral Rating Scale (NRS), yaitu suatu
alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa
nyerinya sesuai dengan level intensitas nyeri pada
skala antara angka 0 sampai 10.
Ningsih (2011) menjelaskan kategori nyeri dismenorea
yaitu sebagai berikut :
0 : tidak ada keluhan nyeri menstruasi atau kram
pada perut bagian bawah

1-3 : nyeri ringan (terasa kram pada perut bagian


bawah tetapi masih dapat ditahan, tidak

32
mengganggu aktivitas dan masih bisa
berkonsentrasi saat belajar)
4-6 : nyeri sedang (terasa kram pada perut bagian
bawah, nyeri menyebar ke pinggang, tidak nafsu
makan, mengganggu aktivitas dan sulit
berkonsentrasi saat belajar)
7-9 : nyeri berat (terasa kram pada perut bagian
bawah, nyeri menyebar ke pinggang,paha, atau
punggung, tidak nafsu makan, mual, badan
lemas, tidak kuat beraktivitas)
10 : nyeri sangat berat (terasa kram pada perut
bagian bawah yang sangat berat, nyeri
menyebar ke pinggang, kaki, punggung, tidak
nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, lemas,
tidak dapat berdiri atau bangun dari tempat
tidur, tidak dapat beraktivitas, terkadang sampai
pingsan).
2.3.8 Pencegahan Dismenorea

Menurut Anugroho (2011) cara mencegah terjadinya


dismenorea yaitu :

a. Menghindari stres
b. Pola makan yang teratur
c. Hindari makanan yang pedas saat menjelang menstruasi
d. Istirahat yang cukup
e. Lakukan olahraga ringan secara teratur
2.3.9 Penatalaksanaan Dismenorea

33
Menurut Herri (2011) penatalaksanaan untuk
dismenorea adalah sebagai berikut :

a. Keperawatan
a) Kompres menggunakan botol berisi air hangat pada
bagian yang terasa kram
penelitian yang dilakukan oleh Mitha (2015)
menyatakan bahwa kompres hangat dapat menurunkan
nyeri haid (dismenorea) yang dirasakan.
b) Minum banyak air, hindari konsumsi garam dan
minuman yang berkafein untuk mencegah
pembengkakan dan retensi air
c) Olahraga secara teratur bermanfaat untuk mengurangi
dismenorea karena akan memicu keluarnya hormon
endorfin sebagai pembunuh alamiah untuk rasa nyeri
penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah
(2009) menyatakan bahwa olahraga secara teratur
seperti jogging, senam dapat mengatasi dan
mengurangi dismenorea.
penelitian yang dilakukan oleh Salbiah (2012)
menyatakan bahwa latihan abdominal stretching dapat
mengurangi ketegangan otot (kram) dan dapat
mengurangi nyerir haid (dismenorea).
d) Konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, kalsium,
dan vitamin B kompleks
e) Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan
nyeri

34
Penelitian yang dilakukan oleh Itamegawati
(2012) menyatakan bahwa relaksasi dengan
aromaterapi dapat mengurangi intensitas dismenorea.

f) Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres seperti


pijat, yoga, atau meditasi
penelitian yang dilakukan oleh Oktariani (2017)
menyatakan bahwa yoga dapat mengurangi nyeri
dismenorea.
g) Tinggikan posisi pinggul melebihi posisi bahu saat
berbaring terlentang
b. Medis
a) Pemberian analgesik antiinflamasi nonsteroid (AINS)
b) Pemberian antispasmodik
c) Pemberian estrogen dan progesteron
d) Pemberian suplemen

35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah upaya seorang peneliti menemukan pengetahuan
menyuguhkan data dalam bentuk angka. Angka-angka yang
diperoleh inilah yang digunakan untuk melakukan analisa
keterangan. Dalam bahasa lebih sederhana lagi, penelitian kuantitatif
adalah penelitian ilmiah yang disusun secara tersistematis terhadap
bagian-bagian dan mencoba untuk menemukan kausalitas untuk
mengetahui keterkaitan (Kasiran,2018).

3.2 Variable Penelitian


Variabel adalah suatu atribut atau nilai orang objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang di terapkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Notoatmodjo, 2018). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

dibagi menjadi dua, yaitu :

3.2.1 Variabel Independent

Menurut Sugiyono (2018) variable independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau timbul variabel dependen (terikat). Yang menjadi

variabel independen pada penelitian ini adalah Pendidikan Kesehatan.

3.2.2 Variabel Dependent

36
Menurut Sugiyono (2018) variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel

independent. Yang menjadi variabel dependen pada penelitian ini adalah

pengetahuan Remaja .

3.3 Populasi dan Sample

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2018) Populasi adalah wilayah generalis yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Remaja

Putri yang mengalami Dismenorea .

3.3.2 Sample

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).

Sample yang digunakan yaitu seluruh siswi kelas 12 yang dilakukan

secara Random sehingga terdapat 135 responden yang akan diteliti.

3.4 Kriteria Retriksi

Inklusi adalah karakter umum subyek dalam populasinya, yaitu :

Dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas 12 SMAN 6 Cimahi yang

sering mengalami dismenorea.

37
3.5 Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi harus disebutkan secara jelas dimana penelitian tersebut akan


dilakukan dan juga dijelaskan alas an memilih lokasi tersebut.

Waktu penelitian harus disebutkan secara jelas kapan penelitian


tersebut akan dilakukan dan disertai matriks jadwal penelitiannya.

Berdasarkan dengan judul penelitian yang penulis lakukan dengan judul


”Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Remaja Putri tentang
Dismenorea” Maka kegiatan penelitian ini diselenggarakan di SMAN 6 Cimahi yang
berada di Kel. Melong Kec. Cimahi Selatan Kota Cimahi. Pemilihan lokasi ini sangat
membantu peneliti saat melakukan kajian data, karena di sekolah tersebut terdapat
banyak siswa yang belum mengetahui mengenai dismenorea, mereka hanya
mengetahui gejala PMS nya saja. Sementara, rentan waktu yang diperukan oleh
penulis dalam mengkaji penelitian ini, sekitar 2 bulan dan di dalamnya telah
mencakup observasi lapangan, proses pengumpulan dan pengolahan data, hingga
dibentuk sebagai sebuah laporan.

38
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan pengambilan data yang dilaksanakan di SMAN 6 Cimahi,
data yang dikumpulkan berjumlah 135 responden. Hasil penelitiannya yaitu
sebagai berikut :

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Program Studi Program


Studi n % Komputer 70 51,9 Administrasi 42 31,1 Tata Boga 23 17,0 Jumlah
135 100.0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden penelitian merupakan mahasiswi program studi komputer yaitu
sebanyak 70 orang (51,9%) dari 135 responden. Berdasarkan tabel 2
pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan
skor minimum 3 dan maksimum 9, dengan Mean 6,19, Median 6 dan SD 1,21
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan skor minimum 6 dan

maksimum 9, dengan Mean 7,59, Median 8 dan SD 0,74.

Pengetahuan Responden tentang Dismenorhea Perbedaan


Pengetahuan Responden tentang Dismenorea Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan Pengetahuan Pretest Postest n P Median Min-Max
Median Min-Max 8 3 - 9 8 6 - 9 135 0.000 Dari data di atas dapat dilihat
peningkatan pengetahuan responden sebelum dilakukan dan sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan didapatkan nilai minimum yang meningkat
dari 3 menjadi 6. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon
didapatkan nilai significancy 0,000 (p value < 0,05) maka dapat disimpulkan
terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan.

39
4.2 Pembahsan
Dari hasil penelitian dapat dilihat peningkatan nilai minimum sebelum
diberi pendidikan kesehatan dan setelah diberi pendidikan kesehatan yakni
dari 3 meningkat menjadi 6. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
wilcoxon menghasilkan nilai significancy 0,000 (p value< 0,05) maka dapat
disimpulkan terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum
dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Pengetahuan (knowledge)
adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan
seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan.7 Pendidikan kesehatan tentang dismenorea pada hakikatnya
adalah usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada mahasiswi dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut mahasiswi dapat memperoleh
pengetahuan tentang dismenorea yang lebih baik dan mempunyai kesiapan
dalam menghadapi dismenorea. Salah satu strategi untuk memperoleh
perubahan pengetahuan adalah dengan pemberian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran yang pada
akhirnya orang itu Pengetahuan Mean SD Median Min Max Pretest 6,19 1,21
6 3 9 Postest 7,59 0,74 8 6.

40
DAFTAR PUSTAKA

Februanti, S.(2017). Pengetahuan Remaja Putri Tentang Penanganan


Dismenore Di SMPN 9 Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada,
157-165.

Lestari, H., Metusala, J., & Suryanto, D., Y. (2012). Gambaran


dismenore pada remaja putri sekolah menengah pertama di manado. Sari
Pediatri. 99-102.

Nugroho, T. & Utama, B. I.. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi


Wanita. Yogyakarta:Nuha Medika.

Yulifah, R. & Agus, Y. T. J.(2012). Asuhan Kebidanan Komunitas.


Jakarta:Salemba Medika.

Yuniyanti, B., Masini, & Salim, H. H. (2014). Hubungan tingkat stress


dengan tingkat dysmenorrhoea pada siswa kelas x dan xi smk bhakti karya
kota magelang tahun 2014. Jurnal Kebidanan, 24-30

41

Anda mungkin juga menyukai