Keterbagian (divisibility) merupakan bahan dasar dalam uraian lebih lanjut tentang pembahasan
teori bilangan. Setelah pembahasan tentang FPB dan KPK, sifat-sifat dasar keterbagian dapat
diperluas menjadi lebih lengkap dan mendalam. Demikian pula pembahasan tentang FPB dan
KPK beserta sifat-sifatnya dapat lebih dikembangkan dan dikaitkan dengan keterbagian.
Penerapan algoritma Euclides dalam pembahasan FPB dan KPK merupakan bahan yang
memberikan peluang kemudahan untuk mencari FPB dan kpk dari bilangan-bilangan yang
relative besar, dan untuk menyatakan suatu FPB sebagai kombinasi linier dari bilangan-bilangan
komponennya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterbagian
Sifat-sifat yang berkaitan dengan keterbagian telah dipelajari oleh Euclid 350 SM menurut
Sitriyani (Niven, 1999:4). Pengembangan selanjutnya telah banyak dikembangkan oleh
beberapa ahli matematika yang lain, misalnya yang berkaitan dengan bilangan komposit,
perkalian dalam usaha untuk mengembangkan teori bilangan. Karena pentingnya sifat
keterbagian maka akibatnya konsep tersebut sering muncul dalam Aljabar Modern dan Struktur
Aljabar menurut Sitriyani (Muhsetyo, 1994:18).
Misalkan a dan b adalah dua bilangan bulat dengan syarat b > 0. Jika a dibagi dengan b maka
terdapat dua bilangan tunggal q (quotient) dan r (remainder) sedemikian sehingga:
a = qb + r, 0< r <b
dalam hal ini, q disebut hasil bagi dan r disebut sisa. Jika r = 0, maka dikatakan a habis dibagi b
dan ditulis b|a . Jika a tidak habis dibagi b ditulis b†a .
Sifat keterbagian
a. a|b dan b|c , maka a|c
b. ab|c maka , a|c dan b|c
c. a|b dan a|c , maka a|(bx+cy)
Dalil 2.1
Jika a,b,c ϵ Z maka berlaku:
1) a│ b → a │bc, untuk setiap c ϵ Z.
2) (a │ b, b │c) → a │ c.
3) (a │ b, b │a) → a = ± b.
4) (a │ b, a │c) → a │ (b ± c).
5) (a │ b, a │c) → a │ (ax + by) untuk setiap x,y ϵ Z Untuk selanjutnya ax + by disebut
kombinasi linear dari b dan c
6) ( a>0, b > 0 dan a │b) → a ≤ b.
7) a │b ↔ ma │ mb untuk setiap m ϵ Z dan m ≠ 0
8) ( a│b dan a │ b+c ) → a │c.
Pernyataan-pernyataan pada dalil 2.1 di atas dapat dibuktikan sebagai berikut:
1. Karena diketahui a│ b , maka menurut definisi 1 ada suatu bilangan bulat p sedemikian sehingga
b = (p)a. b = pa berarti bc = (pa)c. Hal ini berarti terdapat bilangan bulat q = pc sedemikian
sehingga bc = qa.
Jadi a │bc.
2. a │b → b = pa, untuk suatu p ϵ Z
b │c → c = qb, untuk suatu q ϵ Z.
( b = pa, c = qb) → c = q(pa) atau c = (qp)a. atau c = wa, untuk suatu w ϵ Z. Jadi a │c.
3. a │b → b = pa, untuk suatu p ϵ Z
b │a → a = qb, untuk suatu q ϵ Z.
( b = pa, a = qb) → a = q(pa) atau a = (qp)a. Karena a │b, berarati a ≠ 0, sehingga a = (qp)a atau
a(1-qp) = 0 dan dapat disederhanakan menjadi a=0 atau qp = 1. qp = 1 → ( q = 1 dan p =1) atau (
p = -1 dan q = -1)
p = q = 1 maka a = pb = b ....(1)
p = q = -1, maka a = pb = -b ...(2)
Selanjutnya, misal S adalah suatu himpunan yang unsur-unsurnya suku yang bernilai positip
dari barisan b – na, sehingga:
S = { (b – na) │n ϵ Z, dan b – na > 0 }
Menurut prinsip urutan, maka S mempunyai unsur terkecil, sebut saja r.
Karena r S, maka r dapat dinyatakan sebagai r = b – qa, dengan q ϵ Z. Dari r = b – qa dapat
diperoleh b = qa + r.
Jadi jika a > 0 dan a,b ϵ Z maka ada q,r ϵ Z sedemikian sehingga b = qa + r.
Untuk menunjukkan bahwa 0 r < a, maka digunakan bukti tidak langsung sebagai berikut:
Anggaplah bahwa 0 r < a tidakbenar, maka r a dan dalam hal ini r tidak mungkin negatip
karena r ϵ S.
Jika r a maka r – a 0.
r = b – qa r – a = b – qa – a
= b – ( q +1) a.
r–a 0 dan r-a = b – ( q + 1 ) a 0.
r–a 0 dan r – a mempunyai bentuk b – na, maka (r – a) ϵ S.
Karena a > 0 maka r – a < r sehingga r – a merupakan unsur terkecil dari S dan lebih kecil dari r.
Hal ini bertentangan dengan pengambilan r sebagai unsur terkecil S. Jadi haruslah 0 r < a.
Untuk menunjukkan ketunggal q dan r, dimisalkan q dan r tidak tunggal yaitu q1, q2, r1, r2 ϵ Z dan
memenuhi hunbungan persamaan
b = q1a + r1
b = q2a + r2
Sehingga berlaku q1a+ r1 = q2a+ r2
( q1 - q2 ) a + ( r1 - r2 ) = 0 .
( r1 - r2 ) = ( q2 – q1 )a
a │ ( r1 - r2 )
a │ ( r1 - r2 ) r1 - r2 = 0 atau r1 - r2 a(a r1 - r 2 )
r1 - r 2 = 0 r1 = r 2 (q1 - q2 ) a = 0 q1 = q2
r1 - r 2 a > 0, r1 > 0 , r2 > 0 r1 a = 0.
Jadi r1 = r2 dan q1 = q2 yaitu q dan r masing-masing adalah tunggal.
Selanjutnya jika a ┼ b, maka tidak ada q ϵ Z sehingga b = qa. Hal ini berarti b qa atau b = qa +
r dengan 0 < r < a. ( r 0, sebab jika r = 0 diperoleh b = qa).
Dalil 2.3
Jika b = qa + r dengan 0 ≤ r < a, maka b disebut bilangan yang dibagi (devidend) a disebut
bilangan pembagi (devisor/faktor) q disebut bilangan hasil bagi (quotient), dan r disebut bilangan
sisa (remainder/residu)
Dalil 2.3 di atas disebut pula dengan dalil algoritma pembagian. Algoaritma adalah prosedur
atau metode matematis untuk memperoleh hasil tertentu yang dilakukan menurut sejumlah
langkah berurutan yang berhingga. Dalil 2 ini sebenarnya lebih bersifat dalil eksistensi
(keujudan) dari adanya bilangan-bilangan bulat q dan r dari suatu algortima. Namun demikian
uraian tentang pembuktiannya dapat memberikan gambaran adanya suatu metode, cara , atau
prosedur matematis untuk memperoleh bilangan-bilangan bulat q dan r sehingga b = qa + r.
Jika a = 2 dan b adalah sebarang bilangan bulat, maka menurut dalil sebelumnya b dapat
dinyatakan dengan b = 2q + r, dengan 0 ≤ r < a. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai b yang
mungkin dapat ditentukan oleh nilai-nilai r yang mungkin yaitu r = 0 dan r = 1.
Untuk r = 0 maka b = 2q + r = 2q + 0. b = 2q, dengan q ϵ Z. b yang dapat dinyatakan dengan 2q
( q ϵ Z ) disebut bilangan bulat genap (even integer).
Untuk r = 1, b = 2q + r = 2q + 1 ( q ϵ Z ) disebut bilangan bulat ganjil. (odd intereger,
gasal).
Ternyata berdasarkan dalil algoritma pembagian, setiap bilangan bulat dapat dinyatakan sebagai
bilangan bulat genap (2q) atau bilangan bulat ganjil ( 2q + 1). Selanjutnya jika diambil a = 3,
maka menurut dalil Algoritma Pembagian, dengan mengambil r= 0, r=l dan r=2. Sehingga
sebarang bilangan bulat b dapat dinyatakan sebagai bentuk dari salah satu persamaan berikut:
b = 3q
b = 3q + 1
b = 3q + 2
Dengan alasan yang sama, setiap bilangan bulat selalu dapat dinyatakan antara lain:
Contoh:
1. Diketahui n adalah bilangan bulat, buktikan bahwa 2 │n3 – n .
Bukti:
= (2q+1)(2q)(2q+2)
n3 – n = (2q+1)(2q)(2q+2)
n = 2q atau n = 2q + 1, q ϵ Z.
4 │n2 + 2
n2 + 2 = 4q2 + 2
4 │4q2 + 2
4 │4q2 , maka 4 │2, hal ini terjadi kontradiksi karena 4 ┼ 2.
Sebelum membahas tentang factor persekutuan terbesar (FBI) ada beberapa peragaan yang perlu
diketahui. Apabila ada dua buah bilangan a=6 dan b=8. Jika A adalah himpunan factor dari a,dan
B adalah himpunan semua factor dari b, serta C adalah himpunan factor persekutuan dari a dan b,
maka :
A={-6,-3,-2,-1,1,2,3,6}
B={-8,-4,-ssss2,-1,1,2,4,8}
C=A∩B={-2,-1,1,2}
Anggota dari C yang terbesar adalah 2. Jadi, 2 merupakan factor persekutuan dari a=6 dan b=8.
Demikian juga, 2 merupakan bilangan bulat positif terbesar yang membagi a=6 dan b=8.
Sekarang, jika dimisalkan a=-6 dan b=8. Anggota dari C yang terbesar adalah 2. Jadi, 2
merupakan factor persekutuan dari a=-6 dan b=8. Selanjutnya, 2 juga merupakan bilangan bulat
positif terbesar yang membagi a=-6 dan b=8. Dengan jalan yang sama, jika diambil a=-6 dan
b=-8, maka akan juga diperoleh factor persekutuan terbesar dari a dan b adalah 2.
Jka untuk menyatakan factor persekutuan terbesar dari a dan b digunakan lambang (a,b) maka
dapat ditentukan bahwa (6,8)=2,(-6,8)=2, (-6,-8)=2. Ternyata factor persekutuan terbesar dari
dua bilangan bulat a dan b, apapun tanda masing-masing, selalu diperoleh nilai yang bertanda
positif.
Tetapi, jika a dan b (tidaak keduanya) bernilai nol, misalnya a=0 dan b=6. Jika A adlah
himpunan semua factor a=0 dan b=8 adalah himpunan semua factor b=6, maka:
A={…,-7,-6,-5,-4,-3,-2,-1,1,2,3,4,5,6,7,…}
B={…,-7,-6,-5,-4,-3,-2,-1,1,2,3,4,5,6,7,…}
C=A∩B={…,-7,-6,-5,-4,-3,-2,-1,1,2,3,4,5,6,7,…}
Dengan demikian, (a,b)=(0,0) tidak ada, karena C tidak mempunyai anggota yang terbesar.
Jadi, setiap bilangan bulat a dan b yang tidak keduanya nol hanya memiliki sejumlah terbatass
factor (pembagi). Tetapi, untuk kasus a=b=0, banyaknya factor persekutuan dar a dan b tidak
terbatas. Bilangan 1 akan membagi setiap bilangan, maka 1 merupakan factor persekutuan dua
bilangan bulat sembarang a dan b sehingga setiap pasang bilangan bulat sembarang selalu
memiliki factor persekutuan.
Definisi 5.4 dan Definisi 5.5 bersama-sama dapaat dinyatakan sebagai berikut:
d=(a,b) jika dan hanya jika:
i. d│a dan d│b
ii. jika, c│a dan c│b maka c ≤ d.
syarat i) menyatakan bahwa d factor persekutuan dari a dan b, sedangkan syarat ii) menyatakan bahwa
d fakor persekutuan terbesar dari a dan b.
Notasi:
1. d=(a,b) dibaca d adalah faktor persekutuan terbesar (FPB)(greatest common divisor) dari a dan
b.
2. d=(a1, a2,...,an) dibaca d adalah faktor persekuuan terbesar dari a1, a2,...,an.
3. d=(a,b) didefinisikan untuk setiap a,dan b ϵ Z kecuali a=0 dan b=0.
4. d=(a,b) adalah bilangan bulat positif yaitu d ϵ Z dan d>0 (atau d≥1)
Teorema 5.13
Diketahui a,b,q, dan r ϵ Z. Jika b=qa+r maka faktorpersekutuan terbesar dari a dan
b sama dengan faktor persekutuan terbesar dari adan r, di mana r merupakan sisa
pembagian.
Bukti:
Teorema ini dengan singkat dapat ditulis “Jika b=qa+r maka (b,a)=(a,r)”. Misalkan (b,a)=d,
berarti d│b dan d│a.
Dari ketentuan b=qa+r , karena d│a dan d│qa untuk setiap q ϵ Z sembarang. Jika d│qa dan d│b
maka sesuai teorema d│r. karena d│a dan d│r maka d adalah faktor persekutuan dari a dan r.
Misalkan c adalah sembarang faktor persekutuan dari a dan r, berarti c│a dan c│r. Dari
ketentuan b=qa+r , karena c│a maka c│qa. Dengan c│qa dan c│r maka sesuai dengan teorema
c│b. Demikian pula karena c│a dan c│b maka c adalah faktor persekutuan dari a dan b.
Karena (b,a)=d, c│a dan c│b berarti c≤d. Ini berarti bahwa d adalah faktor persekutuan dari a
dan r, ditulis (a,r)=d, karena (b,a)=d maka (b,a)= (a,r).
Contoh:
Hitung (200,150) dan (150,50)
Penyelesaian:
Diketahui b=200, a=150.
Dengan menggunakan algoratmi pembagian, diperoleh:
200=1(150)+50 (berarti q=1,r=50)
150=3(50)+0 (berarti q=3,r=0)
Teorema 5.14
Jika (a,b)=d maka d adalah bilangan bulat positif terkecil yangmempunyai bentuk
ax+bydengan x,y ϵ Z.
Teorema 5.15
Jika m Zdan m>0, maka (ma,mb) = m(a,b)
Bukti:
Misalkan
(a,b) = t dan (ma,mb) = g, menurut teorema, ada x,y,v,w ϵ Z sehingga t = ax+by dan g =
mav+mbv
1. misalkan (ma,mb)=g, sesuai definisi FBP g│ma dan g│mb. Karena g│ma dan g│mb maka
sesuai teorema g│max dan g│mby untuk setiap x,y ϵ Z selanjutnya, g│max dan g│mby maka
g│max+mby atau g│m(ax+by), sehingga g│mt karena t=ax+by (sesuai teorema).
2. Misalkan (a,b)=t, maka sesuai definisi FPB t│a dan t│b. karena t│a dan t│b maka mt│ma dan
mt│mb untuk setiap m ϵ Z dan m≠0. Dari mt│ma dan mt│mb memberikan mt│mav dan
mt│mbw. Dengan demikian, karena mt│mav dan mt│mbw maka mt│mav +mbw, sehingga
mt│g karena g= mav +mbw.
Dari 1) diperoleh g│mt dan dari 2) diperoleh mt│g, maka sesuai dengan teorema g=mt karena
g>0 dan mt > 0. Karena g = mt, g=(ma,mb) dan mt = m(a,b) maka (ma,mb) = m(a,b).
Contoh:
a) (6,8)=(2.3,2.4)=2(3,4)=2.1=2
b) (30,80)=10.3,10.8)=10(3,8)=10.1=10
Teorema 5.16
Jika (a,b) = d maka (a:d,b:d) = 1, d ϵ Z dan d > 0
Teorema 5.15 digunakan untuk mencari FPB dari dua bilangan yang mempunyai factor
persekutuan, sehingga penyelesaiannya dapat disederhanakan dengan jalan mengeluarkan factor
persekutuan kedua bilangan.
Bukti :
Cara 1
Misalkan bahwa (a:d,b:d)=c, maka harus ditunjukkan bahwa c = 1, yaitu dengan memperlihatkan
bahwa c ≤ 1 dan c ≥ 1.
Karena c adalah factor persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat maka c≥1. (berdasarkan
definisi 5.5). selanjutnya kita akan menunjukkan bahwa c≤1.
Karena (a:d,b:d)=c maka c│(a:d) dan c│(b:d)
c│(a:d) a:d=cq.
a:d=cq a=d(cq) (definisi pembagian)
a=(dc).q (sifat asosiatif pada perkalian)
Karena (a,b)=d, maka menurut definisi 5.5, d│a dan d│b. Hal ini berarti, dan adalah
bilangan bulat.
Contoh 5.12
a. Factor persekutuan terbesar dari 35 dan 10 adalah 5 atau dapat ditulis (35,10)=5. Factor
persekutuan terbesar dari 35:5 dan 10:5 adlaha 1 atau dapat di tulis 35:5,10:5)=(7,2)=1.
b. (8,24)8 (8:8,24:8)=(1,3)=1
c. (25,80)=5 (25:5,80:5)=(5,16)=1.
Teorema 5.17
Jikaa,b,c Teorema 5.16
Jika (a,b)=dmaka (a:d,b:d)=1, d ϵ Zdand Teorema 5.16
Jika (a,b)=dmaka (a:d,b:d)=1, d ϵ Z dan d ϵ Z,a│bc dan(a,b)=1makaa│c.
Bukti:
Cara 1
Ambil a bilangan bulat a,b, dan c dan (a,b)=1, sesuai dengan teorema 5.14, ada x dan y dengan
x,y Z sehingga ax+by=1.
Cara 2
Dari teorema 5.15, (ca,cb)=c(a,b)=c, dan a│ca, tetapi juga a│bc (diberikan).
Karena c adalah FPB dari ca dan cb sedangkan a│ca dan a│bc maka a│c karena a merrupakan
Contoh 5.13
Pada teorema 5.17, (a,b)=1 merupakan syarat perlu namun tidak cukup untuk berlakunya
teorema ini. Jika a│bc dan tidak diketahui bahwa (a,b)=1, maka tdak dapat dijamin bahwa a│b
maupun a│c.
Contoh 5.14
a. 6│30 atau 6│3.10, tetapi (6,3)≠1, dan terlihat bahwa 6│- 3 dan 6│-10.
b. 10│40 atau 10│5.8 tetapi (5,10)≠1, terlihat bahwa 10│-5 dan 10│-8.
c.
Teorema 5.18
Jika(a,m) =1 dan (b,m)=1 maka(ab,m)=1.
3│54 atau 3│6.9 tetapi (3,6)≠1, ternyata bahwa 3│6 dan 3│9
Bukti:
Karena (a,m)=1 maka sesuai dengan teorema 5.14, ada x,y Z sehingga ax+my=1, atau ax=1-
my.
Dari (b,m)=1, sesuai dengan teorema 5.14, ada s,t Z sehingga bs+mt=1, atau bs=1-mt.
(ax)(bs)=(1-my)(1-mt)=1-mt-my+m2yt=1-m(t+y-myt)
(ax)(bs)+ m(t+y-myt)=1
jika u=xs dan v=(t+y-myt) maka u,v Z, sehingga (u) (ab)+mv=1 dan tidak mungkin ada
bilangan bulat positif yang kurang dari 1 dan mempunyai bentuk itu, maka sesuai dengan
contoh 5.15
Bukti :
1) Akan dibuktikan bahwa jika d=(a,b) maka d>0, d │a, d│b, dan f│d untuk setiap factor
d =(a,b) maka menurut defenisi, d adalah bilangan bulat positif terbesar yang membagi a dan b
d=(a,b) berarti pula d adalah bilangan bulat positif terkecil yang mempunyai bentuk (ax+by)
Misalkan f adalah sebarang factor persekutuan dari a dan b, maka f│a dan f│b, sehingga f│ax
2) Akan dibuktikan bahwa jika d>0, d│a, d│b, dan f│d untuk setiap factor persekutuan f dari a dan
b, maka d=(ab).
Karena d>0, d│a, d│b dan f│d (f adalah sebarang factor persekutuan dari a dan b), maka d = kf,
k ϵ Z.
Karena d│a dan d│b maka d adalah factor persekutuan dari a dan b dan d ≥ f (d lebih besar dari
sebarang faktorb persekutuan a dan b) maka d = (a,b). jadi, jika d > 0. d│a, d│b, dan f│d maka
d=(a,b).
Contoh 5.16
a. Factor-faktor persekutuan dari 6 dan adalah -1, -1, -2,dan 2. Karena (6,8)=2 maka 2│6 dan 2│8
b.
Teorema 5.20
Untuksetiap a,b,x,y ϵ Z berlaku:
(a,b)=(b,a)=(a,-b)=(-a,b)=(-a,-b)=(a,b+ax)=(a+by,b)
Bukti:
Pada bagian ini hanyalah diberikan pembuktian untuk (a,b)=(a,b+ax). Sementara bagian yang
Misalkannya d=(a,b) maka menurut defenisi factor persekutuan d│a dan d│b.
karena e│a dan e│b maka e adalah factor persekutuan a dan b, berarti e│(a,b) atau e│a. karena
Contoh 5.17
Contoh 5.18
Carilah (105,60) dengan Algoritma Euclides
Penyelesaian:
105=1×60+45 0≤45<60
60=1×45+15, 0≤15<45
45=3×15+0
Jadi, (105,60)=15.
Contoh 5.19
Penyelesaian:
15=60-1(45)
45=105-1(60), sehingga:
15=60-1(45)
=60-1(105-1(60))
=60-1×105+1(60)
=2.60-1×105
15=(-1)(105)+2×60
Contoh 5.20
Penyelesaian:
1938=3(570)+228
570=2(228)+114
228=2(114)+0
Jadi, (570,1938)=114.
Contoh 5.21
Carilah nilai a dan b sehingga (570,1938)= 570a+1938b
Penyelesaian:
114=570-2(228)
228=1938-3(570),sehingga:
114=570-2(228)
=570-2(1938-3.570)
=7(570)- 2(1938)
114=7(570)-2(1938)
pada bagian sebelumnya, kita telah membahass mengenai factor persekutuan terbesar
(FPB) dari dua atau lebih blangan. Pada bagian ini dibahas mengenai kelipatan perrsekutuan
terkesil (KPK). Telah diketahui bahwa jika a│b maka b adalah kelipatan a. himpunan bilangan
dalam himpunan A yang mempunyai bentuk 4k dengan k adlah bilangan kelipatan bulat positif
jika B adalah himpunan bilangan bulat positif kelipatan 6, himpunan B dapat ditulis
Notasi:
KPK dari a1 dan a2 dinyatakan [a1,a2]. KPK a1,a2,a3,…,an. dinyatakan [a1,a2,a3,…,an.]. perhatikan
contoh di atas, [4,6] yaitu KPK dari 4 dan 6 adalah 12, maka setiap kelipatan persekutuan dari 4
dan 6 selalu terbagi oleh 12. Hal ini secara umum dinyatakan alam teorema berikut ini.
Teorema 5.22
Jikab suatu kelpatan persekutuan daria1,a2,a3,…,anmaka[a1,a2,a3,…,an.]│b.
Dengan kata lain, teorema ini menyatakan bahwa jika h adalah KPK dari a1,a2,a3,…,an yaitu
h=[a1,a2,a3,…,an.] maka 0, ±h, ± 2h, ±3h,… masing-masing merupakan kelipatan dari a1,a2,a3,
…,an. Bilangan b itu adalah salah satu dari kelipatan itu.
Bukti:
Misalkan [a1,a2,a3,…,an]=h, harus ditunjukkan bahwa h│b. Andaikan h┼b, maka ada q dan r
sehingga b=hq+r dengan 0<r<h. karena b suatu kelipatan persekutuan a1,a2,a3,…,an , maka ai│b
untuk setiap i=1,2,3,…..,n
h=[a1,a2,a3,…,an]→ai│h i=1,2,3,…..,n.
ai│b dan ai│hq → ai│r berarti r merupakan kelipatan persekutuan dari a1,a2,a3,…,an.
Hal ini bertentangan dengan pernyataan bahwa r<h, karena h kelipatan persekutuan terkecil. Jadi,
pengandaian tersebut salah, berarti h│b yaitu [a1,a2,a3,…,an]│b.
Teorema 5.23
Jikam>0 maka[ma,mb]=m[a,b]
Bukti:
Ambil
a│h2 → ma│mh2
b│h2 → mb│mh2
Karena h1 adalah kelipatan persekutuan terkecil dari ma dan mb sementara mh2 adalah kelipatan
ma│h1 → 1 = x.ma → a│
mb│h1 → 1 = y.mb → b│
Contoh:
Selanjutnya kita akan mempelajari hubungan FPB dan KPK dua bilangan bulat sembarang.
Teorema 5.24
Apabilaa dan b bilangan bulat positif maka[a,b](a,b)=ab.
Bukti:
Andaikan a dan b adalah dua bilangan bulat positif yang saling prima, yaiitu (a,b)=1, maka
[a,b]=ab. Hal ini ditunjukkan demikian:
[a,b] adalah kelipatan a, misalnya [a,b]=ka.
Karena [a,b]=ka maka b│k, akibatnya b≤k sehingga ab≤ak, karena a positif. Tetapi, tidak
mungkin ab<ak, karena ak adalah KPK dari a dan b, sehingga ab=ak. Karena ak=[a,b] maka
[a,b]=ab. Jadi, jika (a,b)=1 maka [a,b]=ab. Karena [a,b]=ab berarti 1. [a,b]=ab, maka (a,b)
[a,b]=ab (karena (a,b)=1).
Andaikan (a,b)=g dan g>1, maka =1. Hal ini sesuai dengan teorema 5.16.
Misalkan a dan b adalah dua bilangan bulat dengan syarat b > 0. Jika a dibagi dengan b maka
terdapat dua bilangan tunggal q (quotient) dan r (remainder) sedemikian sehingga: a = qb + r, 0<
r <b
dalam hal ini, q disebut hasil bagi dan r disebut sisa. Jika r = 0, maka dikatakan a habis dibagi b
dan ditulis b|a . Jika a tidak habis dibagi b ditulis b†a .
Sifat keterbagian
1. 1.a|b dan b|c , maka a|c
2. 2.ab|c maka , a|c dan b|c
3. 3.a|b dan a|c , maka a|(bx+cy)
DAFTAR PUSTAKA