Anda di halaman 1dari 23

TEORI BILANGAN

“Keterbagian Bilangan Bulat”

      A.    Latar Belakang

Keterbagian (divisibility) merupakan bahan dasar dalam uraian lebih lanjut tentang pembahasan
teori bilangan. Setelah pembahasan tentang FPB dan KPK, sifat-sifat dasar keterbagian dapat
diperluas menjadi lebih lengkap dan mendalam. Demikian pula pembahasan tentang FPB dan
KPK beserta sifat-sifatnya dapat lebih dikembangkan dan dikaitkan dengan keterbagian.
Penerapan algoritma Euclides dalam pembahasan FPB dan KPK merupakan bahan yang
memberikan peluang kemudahan untuk mencari FPB dan kpk dari bilangan-bilangan yang
relative besar, dan untuk menyatakan suatu FPB sebagai kombinasi linier dari bilangan-bilangan
komponennya.

     

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Keterbagian

Sifat-sifat yang berkaitan dengan keterbagian telah dipelajari oleh Euclid 350 SM menurut
Sitriyani (Niven, 1999:4). Pengembangan selanjutnya telah banyak dikembangkan oleh
beberapa ahli matematika yang lain, misalnya yang berkaitan dengan bilangan komposit,
perkalian dalam usaha untuk mengembangkan teori bilangan. Karena pentingnya sifat
keterbagian maka akibatnya konsep tersebut sering muncul dalam Aljabar Modern dan Struktur
Aljabar menurut Sitriyani (Muhsetyo, 1994:18).
Misalkan a dan b adalah dua bilangan bulat dengan syarat b > 0. Jika a dibagi dengan b maka
terdapat dua bilangan tunggal q (quotient) dan r (remainder) sedemikian sehingga:
a = qb + r, 0< r <b
dalam hal ini, q disebut hasil bagi dan r disebut sisa. Jika r = 0, maka dikatakan a habis dibagi b
dan ditulis b|a  . Jika a tidak habis dibagi b ditulis b†a .
Sifat keterbagian
a.       a|b dan b|c , maka a|c
b.      ab|c maka , a|c dan b|c
c.       a|b dan a|c , maka a|(bx+cy)

1.        Teorema Keterbagian


Definisi 2.1
Suatu bilangan bulat x dikatakan habis dibagi oleh suatu bilangan bulat y ≠ 0, jika
terdapat satu bilangan bulat p sedemikian sehingga x = py. Jika hal ini dipenuhi maka
y dikatakan membagi x dan dinotasikan dengan y │ x yang dapat diartikan sebagai y
adalah faktor (pembagi) x, atau x adalah kelipatan y. Jika y tidak membagi x
dinotasikan dengan y ┼ x.
Contoh :
1)      3 │12, sebab ada bilangan bulat 4 sedemikian sehingga 12 = (4) 3.
2)      3 │-30, sebab ada bilangan bulat -10 sedemikian sehingga –30 = (-10)3.
3)      –6 │ 42, karena ada bilangan bulat 7 sedemikian sehingga 42 = (7)-6
4)      –5 │-25, karena ada bilangan bulat 5 sedemikian sehingga –25 = (5)-5
5)      3 ┼ 5 karena tidak ada bilangan bulat x sedemikian sehingga 5 = (x) 3
6)      4 ┼ 9 karena tidak ada bilangan bulat y sedemikian sehingga 9 = (y) 4
7)      –2 ┼ 11 karena tidak ada bilangan bulat z sedemikian sehingga 11 = (z)-2.
8)      7 │7 karena ada bilangan bulat 1 sedemikian sehingga 7 = (1) 7.
Jika y │ x dan 0 < y < x, maka y disebut pembagi murni dari x. Notas ak ║ x tetapi ak+1 ┼ x.
Berdasarkan definisi 1 diatas selanjutnya pembagian dalam Z dapat dilakukan tanpa memperluas
Z menjadi Q. Kemudian jika x,y ϵ Z dan yx = 0, maka x= 0 atau y = 0 dan dikatakan bahwa Z
tidak mempunyai pembagi nol. Akibatnya dengan sifat ini dapat dilakukan suatu penghapusan
(Kanselasi).
Jika x,y Z dan 5x = 5y, maka 5x – 5y = 0
5(x-y) = 0, diperoleh 5 = 0 atau x-y = 0, → x = y
Jadi persamaan 5x = 5y menjadi x = y tidak diperoleh dengan perkalian 1/5 , karena 1/5
bukan bilangan bulat.
Untuk selanjutnya pernyataan y ‌x sudah dianggap bahwa y ≠ 0. Sehingga dari definisi 2.1
dapat ditentukan bahwa:
1)            1 │ x, untuk setiap x ϵ Z, karena ada p ϵ Z sedemikian sehingga x = (p)1, sehingga 1 │ 3, 1│6,
1 │ 11, 1 │-21, 1 │16, 1 │ -10, semuanya bernilai benar.
2)            y │ 0, untuk setiap y ϵ Z dan y ≠ 0 karena ada 0 ϵ Z sehingga 0 =(y)0, sehingga 3 │ 0, 1│0, -1│
0, 12 │0, -191 │0, 4│ 0, semuanya bernilai benar.
3)            x │x untuk setiap x Z dan x ≠ 0, karena ada 0 ϵ Z, sehingga x = (1)x, sehingga pernyataan-
pernyataan 2│2, -2│-2, 42│42, 12│12, -20│-20, 21│21, semuanya bernilai benar.
Jika y │x, maka kemungkinan hubungan antara y dan x adalah y < x, y = x, y>x. Misalnya 2 │ 2
dengan 2 = 2, 2 │4 dengan 2 < 4, dan 2 │ -4 dengan 2 > -4.

Dalil 2.1
Jika a,b,c ϵ Z maka berlaku:
1)      a│ b → a │bc, untuk setiap c ϵ Z.
2)      (a │ b, b │c) → a │ c.
3)      (a │ b, b │a) → a = ± b.
4)      (a │ b, a │c) → a │ (b ± c).
5)      (a │ b, a │c) → a │ (ax + by) untuk setiap x,y ϵ Z Untuk selanjutnya ax + by disebut
kombinasi linear dari b dan c
6)      ( a>0, b > 0 dan a │b) → a ≤ b.
7)      a │b ↔ ma │ mb untuk setiap m ϵ Z dan m ≠ 0
8)      ( a│b dan a │ b+c ) → a │c.
Pernyataan-pernyataan pada dalil 2.1 di atas dapat dibuktikan sebagai berikut:
1.      Karena diketahui a│ b , maka menurut definisi 1 ada suatu bilangan bulat p sedemikian sehingga
b = (p)a. b = pa berarti bc = (pa)c. Hal ini berarti terdapat bilangan bulat q = pc sedemikian
sehingga bc = qa.
Jadi a │bc.
2.      a │b → b = pa, untuk suatu p ϵ Z
b │c → c = qb, untuk suatu q ϵ Z.
( b = pa, c = qb) → c = q(pa) atau c = (qp)a. atau c = wa, untuk suatu w ϵ Z. Jadi a │c.
3.      a │b → b = pa, untuk suatu p ϵ Z
b │a → a = qb, untuk suatu q ϵ Z.
( b = pa, a = qb) → a = q(pa) atau a = (qp)a. Karena a │b, berarati a ≠ 0, sehingga a = (qp)a atau
a(1-qp) = 0 dan dapat disederhanakan menjadi a=0 atau qp = 1. qp = 1 → ( q = 1 dan p =1) atau (
p = -1 dan q = -1)
p = q = 1 maka a = pb = b ....(1)
p = q = -1, maka a = pb = -b ...(2)

Dari (1) dan (2) didapat a = ± b


1.      a │b → b = pa, untuk suatu p ϵ Z
a │c → c = qa, untuk suatu q ϵ Z.
( b = pa, c = qa) → b ± c = pa ± qa atau b ± c = a ( p ± q) b ± c = at dengan t ϵ Z. Jadi a │b ± c.
2.      a │b → b = pa, untuk suatu p ϵ Z
a │c → c = qa, untuk suatu q ϵ Z.
bx + cy = ( pa)x + (qa)y
bx + cy = a (px+qy) dengan (px + qy) ϵ Z.
Jadi a │(bx+cy).
3.      a │b → b = pa, untuk suatu p ϵ Z
karena a > 0, b > 0 dan b = pa maka p > 0. karena p ϵ Z maka p bukan suatu pecahan. Sehingga
nilai kemungkinan x adalah 1,2,3, ..., yaitu : x = 1 atau x >1 b = pa dan p =1 → b = a atau a = b b
= pa dan p > 1 → b > a atau a < b. a = b atau a < b → a = b
4.      (a) a │b → b = pa, untuk suatu p ϵ Z → mb = map → mb = (ma)p → ma │mb
(b) ma │mb → mb = (ma)p untuk suatu p ϵ Z→ ma │mb
mb = m (ap) dan m ≠ 0 → b = ap → a │b
b │c → c = q b, untuk suatu q ϵ Z.
a │b → b = pa, untuk suatu p ϵ Z
a │b + c → b + c = qa, untuk suatu q ϵ Z.
b + c = qa → c = qa – b.

c = qa – b dan b = pa → c = qa - pa atau c = a( q-p)

c = a ( q-p) dengan (q-p) ϵ Z → a │c.

2.      Algoritma pembagian

Jika a > 0, dan a,b ϵ Z, maka ada bilangan-bilangan q, r ϵ Z yang masing-masing


tunggal (unique) sehingga b = qa + r dengan 0 ≤ r < a. Jika a ┼ b maka r memenuhi
ketidaksamaan 0 < r < a.
Bukti.
Misal a, b ϵ Z, maka dapat dibentuk suatu barisan aritmatika b – na, n ϵ Z, yaitu: ..., b –3a, b – 2a,
b-a, b, b + a, b + 2a, ....

Barisan di atas mempunyai bentuk umum b – na.

Selanjutnya, misal S adalah suatu himpunan yang unsur-unsurnya suku yang bernilai positip
dari barisan b – na, sehingga:
S = { (b – na) │n ϵ Z, dan b – na > 0 }
Menurut prinsip urutan, maka S mempunyai unsur terkecil, sebut saja r.
Karena r S, maka r dapat dinyatakan sebagai r = b – qa, dengan q ϵ Z. Dari r = b – qa dapat
diperoleh b = qa + r.
Jadi jika a > 0 dan a,b ϵ Z maka ada q,r ϵ Z sedemikian sehingga b = qa + r.
Untuk menunjukkan bahwa 0 r < a, maka digunakan bukti tidak langsung sebagai berikut:
Anggaplah bahwa 0 r < a tidakbenar, maka r a dan dalam hal ini r tidak mungkin negatip
karena r ϵ S.
Jika r a maka r – a 0.
r = b – qa r – a = b – qa – a
= b – ( q +1) a.
r–a 0 dan r-a = b – ( q + 1 ) a 0.
r–a 0 dan r – a mempunyai bentuk b – na, maka (r – a) ϵ S.
Karena a > 0 maka r – a < r sehingga r – a merupakan unsur terkecil dari S dan lebih kecil dari r.
Hal ini bertentangan dengan pengambilan r sebagai unsur terkecil S. Jadi haruslah 0 r < a.
Untuk menunjukkan ketunggal q dan r, dimisalkan q dan r tidak tunggal yaitu q1, q2, r1, r2 ϵ Z dan
memenuhi hunbungan persamaan
b = q1a + r1
b = q2a + r2
Sehingga berlaku q1a+ r1 = q2a+ r2
( q1 - q2 ) a + ( r1 - r2 ) = 0 .
( r1 - r2 ) = ( q2 – q1 )a
a │ ( r1 - r2 )
a │ ( r1 - r2 ) r1 - r2 = 0 atau r1 - r2 a(a r1 - r 2 )
r1 - r 2 = 0 r1 = r 2 (q1 - q2 ) a = 0 q1 = q2
r1 - r 2 a > 0, r1 > 0 , r2 > 0 r1 a = 0.
Jadi r1 = r2 dan q1 = q2 yaitu q dan r masing-masing adalah tunggal.
Selanjutnya jika a ┼ b, maka tidak ada q ϵ Z sehingga b = qa. Hal ini berarti b qa atau b = qa +
r dengan 0 < r < a. ( r 0, sebab jika r = 0 diperoleh b = qa).
Dalil 2.3
Jika b = qa + r dengan 0 ≤ r < a, maka b disebut bilangan yang dibagi (devidend) a disebut
bilangan pembagi (devisor/faktor) q disebut bilangan hasil bagi (quotient), dan r disebut bilangan
sisa (remainder/residu)
Dalil 2.3 di atas disebut pula dengan dalil algoritma pembagian. Algoaritma adalah prosedur
atau metode matematis untuk memperoleh hasil tertentu yang dilakukan menurut sejumlah
langkah berurutan yang berhingga. Dalil 2 ini sebenarnya lebih bersifat dalil eksistensi
(keujudan) dari adanya bilangan-bilangan bulat q dan r dari suatu algortima. Namun demikian
uraian tentang pembuktiannya dapat memberikan gambaran adanya suatu metode, cara , atau
prosedur matematis untuk memperoleh bilangan-bilangan bulat q dan r sehingga b = qa + r.
Jika a = 2 dan b adalah sebarang bilangan bulat, maka menurut dalil sebelumnya b dapat
dinyatakan dengan b = 2q + r, dengan 0 ≤ r < a. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai b yang
mungkin dapat ditentukan oleh nilai-nilai r yang mungkin yaitu r = 0 dan r = 1.
Untuk r = 0 maka b = 2q + r = 2q + 0. b = 2q, dengan q ϵ Z. b yang dapat dinyatakan dengan 2q
( q ϵ Z ) disebut bilangan bulat genap (even integer).
Untuk r = 1, b = 2q + r = 2q + 1 ( q ϵ Z ) disebut bilangan bulat ganjil. (odd intereger,
gasal).
Ternyata berdasarkan dalil algoritma pembagian, setiap bilangan bulat dapat dinyatakan sebagai
bilangan bulat genap (2q) atau bilangan bulat ganjil ( 2q + 1). Selanjutnya jika diambil a = 3,
maka menurut dalil Algoritma Pembagian, dengan mengambil r= 0, r=l dan r=2. Sehingga
sebarang bilangan bulat b dapat dinyatakan sebagai bentuk dari salah satu persamaan berikut:

b = 3q

b = 3q + 1

b = 3q + 2

Dengan alasan yang sama, setiap bilangan bulat selalu dapat dinyatakan antara lain:

1. Salah satu dari 4q, 4q+1, 4q+2, 4q+3 (q ϵ Z)


2. Salah satu dari 5q, 5q+1, 5q+2, 5q+3, 5q+4 (q ϵ Z)
3. Salah satu dari 6q, 6q+1, 6q+2, 6q+3, 6q+4, 6q+5 (q ϵ Z)
Disinilah sebenarnya letak dari konsep algoritma pembagian, suatu konsep mendasar yang
dapat digunakan untuk membantu pembuktian sifat-sifat tertentu.

Contoh:
1.      Diketahui n adalah bilangan bulat, buktikan bahwa 2 │n3 – n .
Bukti:

Menurut dalil Algoritma pembagian, terdapat bilangan bulat q sedemikian sehingga n


= 2q atau n = 2q + 1, Untuk n = 2q maka :
n3 – n = n (n2 – 1)
= n(n-1)(n+1)
= 2q(2q-1)(2q+1)
= 2{q(2q-1)(2q+1)
n3 – n = 2{q(2q-1)(2q+1)
Sehingga 2 │2{q(2q-1)(2q+1) atau 2 │ n3 – n. Untuk n = 2q+1 maka:
n3 – n = n (n2 – 1)
= n(n-1)(n+1)
= (2q+1)(2q+1-1)(2q+1+1)

= (2q+1)(2q)(2q+2)

n3 – n = (2q+1)(2q)(2q+2)

Sehingga 2 │(2q+1)(2q)(2q+2) atau 2 │ n3 – n


2.      Tunjukkan bahwa 4 ┼ n2 + 2 untuk sebarang n ϵ Z
Jawab:

Dengan bukti tidak langsung, anggaplah 4 │ n2 + 2.


Sesuai dengan dalil algoritma pembagian, untuk n ϵ Z dapat dinyatakan sebagai :

n = 2q atau n = 2q + 1, q ϵ Z.

Untuk n = 2q, maka n2 + 2 = (2q)2 + 2 = 4q2 + 2

4 │n2 + 2

n2 + 2 = 4q2 + 2

4 │4q2 + 2
4 │4q2 , maka 4 │2, hal ini terjadi kontradiksi karena 4 ┼ 2.

Jadi anggapan bahwa 4 │ n2 + 2. adalah salah sehingga 4 ┼ n2 + 2.


Untuk n = 2q + 1, maka n2 + 2 = (2q+1)2 + 2 = 4q2 + 4q + 3= 4(q2+q) + 3, 4 │n2 + 2 n2 + 2 = 4(q2
+q) + 3 4 │4(q2 + q) + 3
4 │4(q2 + q), maka 4 │3, hal ini terjadi kontradiksi karena 4 ┼ 3.

B.     Faktor Persekutuan Terbesar

Sebelum membahas tentang factor persekutuan terbesar (FBI) ada beberapa peragaan yang perlu
diketahui. Apabila ada dua buah bilangan a=6 dan b=8. Jika A adalah himpunan factor dari a,dan
B adalah himpunan semua factor dari b, serta C adalah himpunan factor persekutuan dari a dan b,
maka :
A={-6,-3,-2,-1,1,2,3,6}
B={-8,-4,-ssss2,-1,1,2,4,8}
C=A∩B={-2,-1,1,2}
Anggota dari C yang terbesar adalah 2. Jadi, 2 merupakan factor persekutuan dari a=6 dan b=8.
Demikian juga, 2 merupakan bilangan bulat positif terbesar yang membagi a=6 dan b=8.
Sekarang, jika dimisalkan a=-6 dan b=8. Anggota dari C yang terbesar adalah 2. Jadi, 2
merupakan factor persekutuan dari a=-6 dan b=8. Selanjutnya, 2 juga merupakan bilangan bulat
positif terbesar yang membagi a=-6 dan b=8. Dengan jalan yang sama, jika diambil a=-6 dan
b=-8, maka akan juga diperoleh factor persekutuan terbesar dari a dan b adalah 2.
Jka untuk menyatakan factor persekutuan terbesar dari a dan b digunakan lambang (a,b) maka
dapat ditentukan bahwa (6,8)=2,(-6,8)=2, (-6,-8)=2. Ternyata factor persekutuan terbesar dari
dua bilangan bulat a dan b, apapun tanda masing-masing, selalu diperoleh nilai yang bertanda
positif.
Tetapi, jika a dan b (tidaak keduanya) bernilai nol, misalnya a=0 dan b=6. Jika A adlah
himpunan semua factor a=0 dan b=8 adalah himpunan semua factor b=6, maka:
A={…,-7,-6,-5,-4,-3,-2,-1,1,2,3,4,5,6,7,…}
B={…,-7,-6,-5,-4,-3,-2,-1,1,2,3,4,5,6,7,…}
C=A∩B={…,-7,-6,-5,-4,-3,-2,-1,1,2,3,4,5,6,7,…}
Dengan demikian, (a,b)=(0,0) tidak ada, karena C tidak mempunyai anggota yang terbesar.
Jadi, setiap bilangan bulat a dan b yang tidak keduanya nol hanya memiliki sejumlah terbatass
factor (pembagi). Tetapi, untuk kasus a=b=0, banyaknya factor persekutuan dar a dan b tidak
terbatas. Bilangan 1 akan membagi setiap bilangan, maka 1 merupakan factor persekutuan dua
bilangan bulat sembarang a dan b sehingga setiap pasang bilangan bulat sembarang selalu
memiliki factor persekutuan.
Definisi 5.4 dan Definisi 5.5 bersama-sama dapaat dinyatakan sebagai berikut:
d=(a,b) jika dan hanya jika:
                       i.            d│a dan d│b
                     ii.            jika, c│a dan c│b maka c ≤ d.

syarat i) menyatakan bahwa d factor persekutuan dari a dan b, sedangkan syarat ii) menyatakan bahwa
d fakor persekutuan terbesar dari a dan b.
Notasi:
1.      d=(a,b) dibaca d adalah faktor persekutuan terbesar (FPB)(greatest common divisor) dari a dan
b.
2.      d=(a1, a2,...,an) dibaca d adalah faktor persekuuan terbesar dari a1, a2,...,an.
3.      d=(a,b) didefinisikan untuk setiap a,dan b ϵ Z kecuali a=0 dan b=0.
4.      d=(a,b) adalah bilangan bulat positif yaitu d ϵ Z dan d>0 (atau d≥1)

Teorema 5.13
Diketahui a,b,q, dan r ϵ Z. Jika b=qa+r maka faktorpersekutuan terbesar dari a dan
b sama dengan faktor persekutuan terbesar dari adan r, di mana r merupakan sisa
pembagian.
 

Bukti:
Teorema ini dengan singkat dapat ditulis “Jika b=qa+r maka (b,a)=(a,r)”. Misalkan (b,a)=d,
berarti d│b dan d│a.
Dari ketentuan b=qa+r , karena d│a dan d│qa untuk setiap q ϵ Z sembarang. Jika d│qa dan d│b
maka sesuai teorema d│r. karena d│a dan d│r maka d adalah faktor persekutuan dari a dan r.
Misalkan c adalah sembarang faktor persekutuan dari a dan r, berarti c│a dan c│r. Dari
ketentuan b=qa+r , karena c│a maka c│qa. Dengan c│qa dan c│r maka sesuai dengan teorema
c│b. Demikian pula karena c│a dan c│b maka c adalah faktor persekutuan dari a dan b.
Karena (b,a)=d, c│a dan c│b berarti c≤d. Ini berarti bahwa d adalah faktor persekutuan dari a
dan r, ditulis (a,r)=d, karena (b,a)=d maka (b,a)= (a,r).
Contoh:
Hitung (200,150) dan (150,50)
Penyelesaian:
Diketahui b=200, a=150.
Dengan menggunakan algoratmi pembagian, diperoleh:
200=1(150)+50 (berarti q=1,r=50)
150=3(50)+0 (berarti q=3,r=0)

Teorema 5.14
Jika (a,b)=d maka d adalah bilangan bulat positif terkecil yangmempunyai bentuk
ax+bydengan x,y ϵ Z.
 

Terlihat bahwa (200,150)=50 dan (150,50)=50


Bukti:
Nilai-nilai ax+by dengan x,y ϵ Z. Disusun dalam suatu barisan. Misalkan S adalah himpunan
unsur-unsur barisan yang positif yaitu:
S={ ax+by>0 dan x,y ϵ Z}, maka S ϵ N
Karena N merupakan himpunan yang terurut rapi dan S , maka S mempunyai unsur terkecil.
Misalkan unsur terkecil itu adalah t.
Karena t S, maka tentu ada x,y ϵ Z sehingga t= ax+by. Jadi t adalah bilangan bulat positif
terkecil yang mempunyai bentuk ax+by. Selanjutnya harus dibuktikan bahwa t=d=(a,b), yaitu t
merupakan faktor persekutuan terbesar dari a dan b.
Untuk menunjukkan bahwa t adalah faktor persekutuan terbesar dari a dan b perlu ditunjukkan
bahwa t│a dan t│b.
Bukti tidak langsung digunakan untuk membuktikan t│a.
Misalkan t│-a, maka a≠qt untuk semua q ϵ Z, dan menurut teoema a=qt+r, dengan 0<r<t,
sehingga:
r = a-qt=a-q(ax+by)=a(1-qx)+b(-qy).
Dengan demikian r ϵ Z karena r mempunyai bentuk umum unsur S. Untuk r,t ϵ S, r < t, hal ini
berarti t bukan unsur terkecil S, padahal t dimisalkan sebagai unsur terkecil S, maka terjadi
kontradiksi, berari tidak benar t│-a, dengan kata lain t│a.
Dengan jalan yang sama dapat ditunjukkan bahwa t│b. Karena t│a dan t│b, maka t adalah
faktor persekutuan terbesar dari a dan b, berarti t ≤ d karena d adalah faktor persekutuan terbesar
dari a dan b. Kemudian dapat ditunjukkan d≤t sebagai berikut:
d =(a,b), maka sesuai definisi d│a dan d│b
d│a dan d│b, maka sesuai definisi keterbagian, ada m,n ϵ Z sehingga a= md dan b=nd.
t =ax+by, a= md dan b=nd, maka t=(md)x+(nd)y atau t=d(mx+ny), berarti dot karena (mx+ny) ϵ
Z.
dot,d>0 dan t>0 maka sesuai teorema, d≤t.
t≤d dan d≤t, maka t=d atau d=t.
Jadi:d=(a,b) adalah sama dengan t, yaitu bilangan bulat terkecil yang mempunyai bentuk ax+by
dengan x,y ϵ Z.

Teorema 5.15
Jika m Zdan m>0, maka (ma,mb) = m(a,b)
 

Bukti:
Misalkan
(a,b) = t dan (ma,mb) = g, menurut teorema, ada x,y,v,w ϵ Z sehingga t = ax+by dan g =
mav+mbv
1.      misalkan (ma,mb)=g, sesuai definisi FBP g│ma dan g│mb. Karena g│ma dan g│mb maka
sesuai teorema g│max dan g│mby untuk setiap x,y ϵ Z selanjutnya, g│max dan g│mby maka
g│max+mby atau g│m(ax+by), sehingga g│mt karena t=ax+by (sesuai teorema).
2.      Misalkan (a,b)=t, maka sesuai definisi FPB t│a dan t│b. karena t│a dan t│b maka mt│ma dan
mt│mb untuk setiap m ϵ Z dan m≠0. Dari mt│ma dan mt│mb memberikan mt│mav dan
mt│mbw. Dengan demikian, karena mt│mav dan mt│mbw maka mt│mav +mbw, sehingga
mt│g karena g= mav +mbw.

Dari 1) diperoleh g│mt dan dari 2) diperoleh mt│g, maka sesuai dengan teorema g=mt karena
g>0 dan mt > 0. Karena g = mt, g=(ma,mb) dan mt = m(a,b) maka (ma,mb) = m(a,b).
Contoh:
a)      (6,8)=(2.3,2.4)=2(3,4)=2.1=2
b)      (30,80)=10.3,10.8)=10(3,8)=10.1=10
Teorema 5.16
Jika (a,b) = d maka (a:d,b:d) = 1, d ϵ Z dan d > 0

Teorema 5.15 digunakan untuk mencari FPB dari dua bilangan yang mempunyai factor
persekutuan, sehingga penyelesaiannya dapat disederhanakan dengan jalan mengeluarkan factor
persekutuan kedua bilangan.
Bukti :
Cara 1
Misalkan bahwa (a:d,b:d)=c, maka harus ditunjukkan bahwa c = 1, yaitu dengan memperlihatkan
bahwa c ≤ 1 dan c ≥ 1.
Karena c adalah factor persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat maka c≥1. (berdasarkan
definisi 5.5). selanjutnya kita akan menunjukkan bahwa c≤1.
Karena (a:d,b:d)=c maka c│(a:d) dan c│(b:d)

c│(a:d) a:d=cq.
a:d=cq a=d(cq) (definisi pembagian)
a=(dc).q (sifat asosiatif pada perkalian)

Karena c Z dan d Z maka dc Z, selanjutnya c│(b:d) (b:d)=cr


b:d=cr b=d(cr ) (definisi pembagian)
b=(dc).r (sifat asosiatif pada perkalian)
Karena c Z dan d Z maka dc Z.
Persamaan a=(dc).q dan b=(dc).r menunjukkan bahwa dc adalah factor persekutuan dari a dan b.
karena d adalah factor persekutuan terbesar dari a dan b, maka dc≤d. karena d Z, d>0 maka
c≤1. Karena c≥1 dan c≤1 maka c=1
Cara 2:

Karena (a,b)=d, maka menurut definisi 5.5, d│a dan d│b. Hal ini berarti, dan adalah
bilangan bulat.

Contoh 5.12
a.       Factor persekutuan terbesar dari 35 dan 10 adalah 5 atau dapat ditulis (35,10)=5. Factor
persekutuan terbesar dari 35:5 dan 10:5 adlaha 1 atau dapat di tulis 35:5,10:5)=(7,2)=1.
b.      (8,24)8 (8:8,24:8)=(1,3)=1
c.       (25,80)=5 (25:5,80:5)=(5,16)=1.

Teorema 5.17
Jikaa,b,c Teorema 5.16
Jika (a,b)=dmaka (a:d,b:d)=1, d ϵ Zdand Teorema 5.16
Jika (a,b)=dmaka (a:d,b:d)=1, d ϵ Z dan d ϵ Z,a│bc dan(a,b)=1makaa│c.
  Bukti:
Cara 1
Ambil a bilangan bulat a,b, dan c dan (a,b)=1, sesuai dengan teorema 5.14, ada x dan y dengan
x,y Z sehingga ax+by=1.

ax+by=1 c=( ax+by)=c.1 (kedua ruas dikalikan dengan c)

c(ax)+c(by)=c (sifat distribusi perkalian)

acx)+bcy)=c (sifat asosiatif dan komunitatif)

Karena a│bc maka a│(bc)y untuk y ϵZ.

a│a(cx) karena a(cx) mempunyai factor a

a│(bc)y dan a│a(cx), maka a│(bcy+acx)

Karena a│(bcy+acx) dan (bcy+acx)=c maka a│c.

Cara 2

Dari teorema 5.15, (ca,cb)=c(a,b)=c, dan a│ca, tetapi juga a│bc (diberikan).

Karena c adalah FPB dari ca dan cb sedangkan a│ca dan a│bc maka a│c karena a merrupakan

FPB dari cb dan ca.

Contoh 5.13

a.       6│60 atau 6│5.12 dan (6,5)=1, maka 6│12;

b.      3│45 atau 3│5.9 dan (3,5)=1, maka 3│9;


c.       6│66 atau 6│11.6 dan (6,11)=1, maka 6│6.

Pada teorema 5.17, (a,b)=1 merupakan syarat perlu namun tidak cukup untuk berlakunya

teorema ini. Jika a│bc dan tidak diketahui bahwa (a,b)=1, maka tdak dapat dijamin bahwa a│b

maupun a│c.

Contoh 5.14

a.       6│30 atau 6│3.10, tetapi (6,3)≠1, dan terlihat bahwa 6│- 3 dan 6│-10.

b.      10│40 atau 10│5.8 tetapi (5,10)≠1, terlihat bahwa 10│-5 dan 10│-8.

c.      

Teorema 5.18
Jika(a,m) =1 dan (b,m)=1 maka(ab,m)=1.
 

3│54 atau 3│6.9 tetapi (3,6)≠1, ternyata bahwa 3│6 dan 3│9

Bukti:
Karena (a,m)=1 maka sesuai dengan teorema 5.14, ada x,y Z sehingga ax+my=1, atau ax=1-

my.

Dari (b,m)=1, sesuai dengan teorema 5.14, ada s,t Z sehingga bs+mt=1, atau bs=1-mt.

(ax)(bs)=(1-my)(1-mt)=1-mt-my+m2yt=1-m(t+y-myt)

(ax)(bs)+ m(t+y-myt)=1

(xs)(ab)+ m(t+y-myt)=1 (sifat komunitatif dan asosiatif)

jika u=xs dan v=(t+y-myt) maka u,v Z, sehingga (u) (ab)+mv=1 dan tidak mungkin ada

bilangan bulat positif yang kurang dari 1 dan mempunyai bentuk itu, maka sesuai dengan

Teotema 5.14, (ab,m)=1

contoh 5.15

a.       (5,6)=1 dan (7,6)=1 (5.7,6)=(35,6)=1

b.      (4,11)=1 dan (3,11)=1 (4.3,11)=(12,11).


 
Teorema 5.19
Diketahuisebarang x,y ϵ Z; d=(a,b) jika dan hanya jika d > 0,d│b, dan f│d untuk
setiap factor persekutuan f dari a danb.
 

Bukti :
1)      Akan dibuktikan bahwa jika d=(a,b) maka d>0, d │a, d│b, dan f│d untuk setiap factor

persekutuan f dari adan b.

d =(a,b) maka menurut defenisi, d adalah bilangan bulat positif terbesar yang membagi a dan b

berarti d>0, d│a dan d│b.

d=(a,b) berarti pula d adalah bilangan bulat positif terkecil yang mempunyai bentuk (ax+by)

dengan x,y ϵ Z, yaitu d=ax+by.

Misalkan f adalah sebarang factor persekutuan dari a dan b, maka f│a dan f│b, sehingga f│ax

dan f│by karena f│ax dan f│by maka f│ (ax+by).

f│ (ax+by) dan d=(ax+by) maka f│d.

2)      Akan dibuktikan bahwa jika d>0, d│a, d│b, dan f│d untuk setiap factor persekutuan f dari a dan

b, maka d=(ab).

Karena d>0, d│a, d│b dan f│d (f adalah sebarang factor persekutuan dari a dan b), maka d = kf,
k ϵ Z.

Karena d > 0 dan d=kf maka d ≥ f.

Karena d│a dan d│b maka d adalah factor persekutuan dari a dan b dan d ≥ f (d lebih besar dari

sebarang faktorb persekutuan a dan b) maka d = (a,b). jadi, jika d > 0. d│a, d│b, dan f│d maka

d=(a,b).

Contoh 5.16

a.       Factor-faktor persekutuan dari 6 dan adalah -1, -1, -2,dan 2. Karena (6,8)=2 maka 2│6 dan 2│8

dan juga -1│2, 1│2, -2│2 dan 2│2.

b.     
Teorema 5.20
Untuksetiap a,b,x,y ϵ Z berlaku:
(a,b)=(b,a)=(a,-b)=(-a,b)=(-a,-b)=(a,b+ax)=(a+by,b)
 

Factor-faktor persekutuan dari 12 dan 36 adalah -1,1,-2,2,-3,3,-6,6,-12, dan 12. Karena


(12),36=12 maka 12│12,12│36 dan -1│12,1│12,-2│12, -3│12,3│12,-6│12,6│12,-12│12, dan
12│12.

Bukti:

Pada bagian ini hanyalah diberikan pembuktian untuk (a,b)=(a,b+ax). Sementara bagian yang

lain disilahkan pembaca mencoba sebagai latihan.

Misalkannya d=(a,b) maka menurut defenisi factor persekutuan d│a dan d│b.

d│a → d│ax, (teorema 5.4)

d│b dan d│ax →d│b+ax (teorema 5.3)

d│a dan d│b+ax→ d factor persekutuan dari a dan (b+ax).

Karena e= (a,b+ax) maka e│a dan e│ b+ax (definisi)

e│a → e│ax (teorema 5.4)

e│a dan e│ b+ax → e│b (teorema 5.9)

karena e│a dan e│b maka e adalah factor persekutuan a dan b, berarti e│(a,b) atau e│a. karena

d>0, e>0, d│e dan e│d maka d=e. jadi, (a,b)=(a,b+ax).

Contoh 5.17

a.       (4,8) = 4 maka (8,4) = 4,(4,-8) = 4 dan (-4,-8) = 4

b.      (12,40) = 12,4+3.12) = (12,4) = (81.4,4)=(8,4) = 4(2,1) = 4.

Pada teori selanjutnya akan di jelaskan mengenai Algoritma Euclides.

Contoh 5.18
Carilah (105,60) dengan Algoritma Euclides

Penyelesaian:

105=1×60+45 0≤45<60

60=1×45+15, 0≤15<45

45=3×15+0

Jadi, (105,60)=15.

Contoh 5.19

Tentukan x dan y sehingga (105,60)= x(105)+y(60)!

Penyelesaian:

15=60-1(45)

45=105-1(60), sehingga:

15=60-1(45)

=60-1(105-1(60))

=60-1×105+1(60)

=2.60-1×105

15=(-1)(105)+2×60

Jadi, x=-1 dan y=2.

Contoh 5.20

Carilah (570,1938) dengan Algoritma Euclides

Penyelesaian:

1938=3(570)+228

570=2(228)+114

228=2(114)+0

Jadi, (570,1938)=114.

Contoh 5.21
Carilah nilai a dan b sehingga (570,1938)= 570a+1938b

Penyelesaian:

114=570-2(228)

228=1938-3(570),sehingga:

114=570-2(228)

=570-2(1938-3.570)

=7(570)- 2(1938)

114=7(570)-2(1938)

Jadi, a7 dan b=-2.

C.    Kelipatan Persekutuan Terkecil

pada bagian sebelumnya, kita telah membahass mengenai factor persekutuan terbesar

(FPB) dari dua atau lebih blangan. Pada bagian ini dibahas mengenai kelipatan perrsekutuan

terkesil (KPK). Telah diketahui bahwa jika a│b maka b adalah kelipatan a. himpunan bilangan

bulat positif kelipatan 4 di tulis A={4,8,12,16,…}. Kita mengamati masing-masing anggota

dalam himpunan A yang mempunyai bentuk 4k dengan k adlah bilangan kelipatan bulat positif

dari c adalah kc, dimana k=1,2,3,…

jika B adalah himpunan bilangan bulat positif kelipatan 6, himpunan B dapat ditulis

B={6,12,18,24,30,… }.Irisan dari kedua himpuan A dan B yaituA∩B={12,24,36,…}, adalah

himpunan dari semua kelipatan persekutuan dari 4 dan 6.

Notasi:

KPK dari a1 dan a2 dinyatakan [a1,a2]. KPK a1,a2,a3,…,an. dinyatakan [a1,a2,a3,…,an.]. perhatikan
contoh di atas, [4,6] yaitu KPK dari 4 dan 6 adalah 12, maka setiap kelipatan persekutuan dari 4
dan 6 selalu terbagi oleh 12. Hal ini secara umum dinyatakan alam teorema berikut ini.

 
Teorema 5.22
Jikab suatu kelpatan persekutuan daria1,a2,a3,…,anmaka[a1,a2,a3,…,an.]│b.
 
Dengan kata lain, teorema ini menyatakan bahwa jika h adalah KPK dari a1,a2,a3,…,an yaitu
h=[a1,a2,a3,…,an.] maka 0, ±h, ± 2h, ±3h,… masing-masing merupakan kelipatan dari a1,a2,a3,
…,an. Bilangan b itu adalah salah satu dari kelipatan itu.
Bukti:
Misalkan [a1,a2,a3,…,an]=h, harus ditunjukkan bahwa h│b. Andaikan h┼b, maka ada q dan r
sehingga b=hq+r dengan 0<r<h. karena b suatu kelipatan persekutuan a1,a2,a3,…,an , maka ai│b
untuk setiap i=1,2,3,…..,n

h=[a1,a2,a3,…,an]→ai│h i=1,2,3,…..,n.

Dari b=hq+r dengan 0<r<h, karena ai│h maka ai│hq q Z sembarang.

ai│b dan ai│hq → ai│r berarti r merupakan kelipatan persekutuan dari a1,a2,a3,…,an.
Hal ini bertentangan dengan pernyataan bahwa r<h, karena h kelipatan persekutuan terkecil. Jadi,
pengandaian tersebut salah, berarti h│b yaitu [a1,a2,a3,…,an]│b.

Teorema 5.23
Jikam>0 maka[ma,mb]=m[a,b]
 
Bukti:

Ambil

h1=[ma,mb], dan h2=[a,b]

h1=[ma,mb] → ( ma│h1 dan mb│h1)

h2=[a,b] → (a│h2 dan b│h2 )

a│h2 → ma│mh2

b│h2 → mb│mh2

ma│mh2 dan mb│mh2 adalah kelipatan persekutuan dari ma dan mb.

Karena h1 adalah kelipatan persekutuan terkecil dari ma dan mb sementara mh2 adalah kelipatan

persekutuan kelipatan ma dan mb maka h1│mh2 atau [ma,mb]│m[a,b].

ma│h1 → 1 = x.ma → a│
mb│h1 → 1 = y.mb → b│

a│ dan b│ → adalah kelipatan persekutuan dari a dan b

→[a,b] │ → m[a,b] │ → m[a,b] │h1


→ m[a,b] │[ma,mb]

Dari persamaan 1) dan 2) diperoleh:


m[a,b] │[ma,mb] dan [ma,mb] │m[a,b]→ m[a,b]= [ma,mb]

jadi, m[a,b]= [ma,mb].

Contoh:

Perhatikan bahwa [5,7]=35 dan [2×5,2×7]=70.

Terlihat bahwa 2[5,7]= [2×5,2×7].

Selanjutnya kita akan mempelajari hubungan FPB dan KPK dua bilangan bulat sembarang.

 
Teorema 5.24
Apabilaa dan b bilangan bulat positif maka[a,b](a,b)=ab.
 

Bukti:
Andaikan a dan b adalah dua bilangan bulat positif yang saling prima, yaiitu (a,b)=1, maka
[a,b]=ab. Hal ini ditunjukkan demikian:
[a,b] adalah kelipatan a, misalnya [a,b]=ka.
Karena [a,b]=ka maka b│k, akibatnya b≤k sehingga ab≤ak, karena a positif. Tetapi, tidak
mungkin ab<ak, karena ak adalah KPK dari a dan b, sehingga ab=ak. Karena ak=[a,b] maka
[a,b]=ab. Jadi, jika (a,b)=1 maka [a,b]=ab. Karena [a,b]=ab berarti 1. [a,b]=ab, maka (a,b)
[a,b]=ab (karena (a,b)=1).
Andaikan (a,b)=g dan g>1, maka =1. Hal ini sesuai dengan teorema 5.16.

Jika prima relative terhadap maka

Jika kedua ruas dikalikan dengan g2 diperoleh [a,b](a,b)=ab


Kesimpulan

Misalkan a dan b adalah dua bilangan bulat dengan syarat b > 0. Jika a dibagi dengan b maka
terdapat dua bilangan tunggal q (quotient) dan r (remainder) sedemikian sehingga: a = qb + r, 0<
r <b
dalam hal ini, q disebut hasil bagi dan r disebut sisa. Jika r = 0, maka dikatakan a habis dibagi b
dan ditulis b|a . Jika a tidak habis dibagi b ditulis b†a .
Sifat keterbagian
1.      1.a|b dan b|c , maka a|c
2.      2.ab|c maka , a|c dan b|c
3.      3.a|b dan a|c , maka a|(bx+cy)

DAFTAR PUSTAKA

Tiro, M.Arif, dkk.2008.Pengenalan Teori Bilangan. Makassar : Andira


Publisher
http://sitriyani.wordpress.com/2010/11/25/algoritma-pembagian/ Diakses pada
tanggal 10 November 2014
http://mitacahyadewi.wordpress.com/2010/12/16/algoritma-pembagian/ Diakses pada tanggal
10 November 2014

Asbar salim at Friday, February 06, 2015

Anda mungkin juga menyukai