Anda di halaman 1dari 12

Suara.

com - Sidang Umum PBB sesi ke-71 yang digelar di New York, Amerika Serikat
(AS) pada 13-26 September 2016 lalu, mencatatkan satu hal menarik terutama bagi
masyarakat Indonesia. Hal itu karena penampilan salah seorang diplomat muda RI di
PBB, Nara Masista Rakhmatia, yang memberikan respon atau jawaban tegas atas kritik
enam negara terhadap Indonesia.

Adapun kritik terhadap Indonesia yang dilontarkan tak lain adalah menyangkut Papua, di
mana para pemimpin negara-negara Pasifik tersebut --antara lain Kepulauan Solomon,
Vanuatu, Nauru, Kepulauan Marshall, Tuvalu dan Tonga-- menuding adanya pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM), serta bahwa Pemerintah RI tidak menanganinya dengan baik.
Keenam negara pun mendesak PBB untuk merespon keadaan yang disebut
mengkhawatirkan itu.

Nara adalah diplomat RI yang kemudian menyuarakan respon Indonesia atas kritik
sekaligus tudingan yang dilontarkan itu. Jawabannya cukup lugas, juga tegas dan telak,
tidak saja dengan menegaskan bahwa Papua adalah bagian dari kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, tapi juga memastikan mekanisme yang dimiliki Indonesia,
posisi kuat Indonesia dalam penegakan HAM, sekaligus juga membalikkan tudingan
bahwa keenam negara justru diduga punya agenda terselubung.
Indonesia Bersiap Jadi Pusat Produk Halal Dunia
Berikut petikan (terjemahan) pidato Nara yang disampaikan dalam Bahasa Inggris di
sidang PBB tersebut, sebagaimana yang antara lain bisa disimak via YouTube:

"Bapak Presiden, Indonesia hendak menggunakan hak jawab kami terhadap penyataan
yang disampaikan Perdana Menteri Kepulauan Solomon dan Vanuatu, juga disuarakan
Nauru, Kepulauan Marshall, Tuvalu dan Tonga, terkait masalah-masalah di Papua,
provinsi di Indonesia.

Indonesia terkejut mendengar di sidang yang penting ini, di mana para pemimpin
bertemu di sini untuk membahas implementasi awal SDGs (The Sustainable Development
Goals), transformasi dari tindakan kolektif kita, dan tantangan global lainnya seperti
perubahan iklim, di mana negara Pasifik yang akan paling terdampak.

Para pemimpin tersebut memilih untuk melanggar Piagam PBB dengan mengintervensi
kedaulatan negara lain dan melanggar integritas teritorialnya.

Kami menolak mentah-mentah sindiran terus-menerus dalam pernyataan mereka.

Itu jelas mencerminkan ketidakpahaman mereka terjadap sejarah situasi saat ini dan
perkembangan progresif di Indonesia, termasuk di Provinsi Papua dan Papua Barat,
serta manuver politik yang tidak bersahabat dan retoris.

Pernyataan bernuansa politik mereka itu dirancang untuk mendukung kelompok-


kelompok separatis di provinsi-provinsi tersebut, yang begitu bersemangat mengganggu
ketertiban umum dan melakukan serangan teroris bersenjata terhadap masyarakat sipil
dan aparat keamanan.
Pernyataan negera-negara itu benar-benar melanggar tujuan dari Piagam HAM PBB
dan melanggar prinsip hukum internasional tentang relasi persahabatan antar-negara
serta kedaulatan dan integritas teritori suatu negara.

Saya ulangi, itu sudah melanggar kedaulatan dan integritas teritori suatu negara.

Hal itu sangat disesalkan dan berbahaya bagi negara-negara untuk menyalahgunakan
PBB, termasuk Sidang Umum ini.

Negara-negara ini sudah menggunakan Majelis Umum PBB untuk mengajukan agenda
domestik mereka, dan bagi beberapa negara, untuk mengalihkan perhatian dari
persoalan politik dan persoalan sosial di negara mereka (sendiri).

Negara-negara itu juga menggunakan informasi yang salah dan mengada-ada, dan
membahayakan kredibilitas forum ini.

Komitmen Indonesia terhadap HAM tak perlu dipertanyakan lagi. Indonesia adalah
pendiri Dewan HAM PBB. Indonesia sudah menjadi anggota dewan tersebut selama tiga
periode, dan saat ini menjadi anggota untuk keempat kalinya.

Indonesia adalah penggagas Komisi HAM antar-pemerintah ASEAN.

Indonesia sudah meratifikasi delapan dari sembilan instrumen utama HAM, semuanya
terintegrasi dalam sistem hukum nasional kami, dibanding hanya empat oleh negara
Kepulauan Solomon, dan lima oleh negara Vanuatu.

Indonesia ada di antara segelintir negara yang memiliki Rencana Aksi Nasional HAM.
Dan saat ini generasi keempat dari rencana tersebut dari 2015 sampai 2019.

Indonesia memiliki Komnas HAM yang aktif dan kuat sejak tahun 1993, masyarakat sipil
yang aktif dan bebas.

Indonesia juga merupakan negara demokrasi yang dewasa di dalam fungsi-fungsinya,


bersama dengan komitmen sangat tinggi terhadap promosi dan perlindungan HAM di
semua level. Hampir-hampir mustahil pelanggaran HAM terjadi tanpa diketahui dan
diperiksa.

Bapak Presiden, kami tegaskan kembali, ada mekanisme domestik di tingkat nasional di
Indonesia, pada pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Ada pepatah di kawasan Asia Pasifik kami, yang mengatakan: 'Ketika seseorang
menunjukkan jari telunjuknya pada orang lain, jari jempolnya otomatis menunjuk pada
wajahnya sendiri.'
Jakarta - Nara MasistaRakhmatia (33) memang hanya bertugas membacakan
pernyataan tegas pemerintah Indonesia di Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa.
Dia membacakan protes keras Indonesia atas tudingan pelanggaran HAM oleh enam
negara di Kepulauan Pasifik yakni; Kepulauan Solomon, Vanuatu, Nauru, Kepulauan
Marshall, Tuvalu dan Tonga.

Namun sikap Nara saat membacakan pernyataan Indonesia itu menuai pujian. Guru
Besar Hukum Internasional dari niversitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana adalah
salah satu yang memuji perempuan yang saat ini menjabat Sekretaris Dua Perwakilan
Tetap Republik Indonesia (PTRI) di PBB. 

Menurut Hikmahanto, Nara menunjukkan kualitasnya menjadi 'juru bicara' pemerintah.


"Harus diakui dengan suara yang tegas 
dan bahasa Inggris yang lancar seolah penutur asli (native speaker)," tutur Hikmahanto
melalui keterangan tertulis, Kamis (29/9/2016). 

Seperti apa profil Nara Masista?

Nara Masista Rakhmatia sejak April 2016 lalu menjabat sebagai Sekretaris Dua
Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di PBB. Sebelumnya selama Januari 2014
sampai Maret 2016 dia menjabat Sekretaris Tiga PTRI. Diplomat berusia 33 tahun itu
adalah lulusan Sekolah Departemen Luar Negeri angkatan 33 tahun. 

Nara menyelesaikan pendidikan S1 di FISIP UI jurusan Hubungan Internasional dan


lulus tahun 2002. Sebelum terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Luar
Negeri, berturut-turut sempat menjadi asisten dosen di FISIP UI dan peneliti di CERIC
(Center for Research on Inter-group Relations and Conflict Resolution) dan juga Center
for East Asia Cooperation Studies. 

Semua lembaga itu berada di bawah naungan FISIP UI. Lulusan SMA 70 Jakarta itu
juga aktif menulis sejumlah jurnal terkait kebijakan luar negeri. Penempatan
pertamanya di Kemlu adalah di Direktorat Kerjasama Antar Kawasan pada Direktorat
Jenderal Urusan Asia Pasifik dan Afrika. 

Hikmahanto mengatakan, Nara telah berhasil menunjukkan bahwa diplomat muda


Indonesia mampu tampil dengan prima di kancah internasional. Sudah selayaknya para
diplomat muda di Kementerian Luar Negeri diberikan kepercayaan untuk mewakili
Indonesia di forum dunia. 

"Nara telah menunjukkan betapa diplomat berusia muda pun mampu tampil dengan
prima mewakili Indonesia. Untuk itu diplomatmuda perlu diberikan porsi untuk lebih
banyak berperan dalam fora internasional. Seperti Nara, para diplomat muda tidak akan
engecewakan saat mereka diberi kepercayaan," kata dia. 
Liputan6.com, Jakarta - Nara Masista Rakhmatia mendapat sorotan internasional saat
perempuan 34 tahun itu tampil dengan "gagah" mewakili Indonesia di Sidang Majelis
Umum PBB beberapa waktu yang lalu.

Ketegasan delegasi muda Indonesia itu dalam menjawab tudingan dari enam kepala
negara dalam pertemuan PBB itu membuktikan bahwa diplomat muda juga mampu
tampil prima mewakili Tanah Air di ranah internasional.

Nara yang merupakan Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB di New


York menyampaikan tanggapan Indonesia terkait tuduhan kepala pemerintah
Kepulauan Solomon dan Vanuatu yang didukung oleh Nauru, Kepulauan Marshall,
Tuvalu, serta Tonga.

Keenam pimpinan negara itu menuding bahwa Indonesia melakukan pelanggaran hak
asasi manusia terhadap penduduk asli di wilayah Papua dan Papua Barat.

Menanggapi hal tersebut, delegasi muda Indonesia yang dulunya merupakan


mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Indonesia itu mengatakan bahwa
tudingan tersebut bermotif politik dan terlalu mencampuri urusan negara lain.

Nara menyebutkan bahwa pernyataan pemimpin negara-negara Pasifik itu


menunjukkan ketidakmengertian mereka terhadap sejarah, perkembangan
pembangunan serta situasi terbaru di Papua dan Papua Barat.

"Ini adalah tindakan tidak bersahabat dan manuver retorika politik," kata Nara dalam
Sidang Majelis Umum PBB tersebut.

Nara, mewakili Indonesia, juga menyebutkan bahwa pernyataan enam kepala negara
itu diduga didesain untuk mendukung kelompok separatis yang berusaha menciptakan
rasa tidak aman dan teror di Papua.

Diplomat lulusan Sekolah Departemen Luar Negeri angkatan 33 tahun 2008 itu juga
menyesalkan pernyataan yang dikeluarkan oleh negara-negara Pasifik tersebut.

Kecerdasan dan ketegasan diplomat cantik Indonesia itu menarik


perhatian netizen dunia maya, terutama di media sosial.

Menanggapi hal tersebut, kala dihubungi oleh tim Liputan6.com, Kamis (29/9/2016


seorang guru besar muda UI yang sekaligus merupakan ahli Hukum Internasional,
Hikmahanto Juwana, mengatakan bahwa Nara merupakan delegasi muda Indonesia
yang menunjukkan kepada dunia bahwa "darah muda" juga bisa tampil maksimal
mewakili Indonesia.

"Terlepas dari usianya yang masih muda, Nara sedang berperan sebagai wakil
Indonesia. Namun harus diakui, suaranya yang tegas dan bahasa Inggrisnya yang
lancar seperti penutur asli menunjukkan betapa diplomat muda pun bisa tampil prima
mewakili Indonesia," kata Hikmahanto.

Perjuangan Diplomasi Kemerdekaan


 Halo kawan,apa kabar? Semoga baik ya, dan salam sejahtera buatmu. Kali
ini,saya akan posting tentang perjuangan diplomasi Indonesia untuk meraih
kemerdekaan. Hal yang pertama dan utama adalah kita harus mengetahui
arti dari diplomasi.

 Diplomasi artinya perundingan/perjanjian yang dibuat untuk disepakati.


Nah, diplomasi ini merupakan salah satu bentuk perjuangan meraih
kemerdekaan Indonesia. Para pejuang diplomasi Indonesia berunding
dengan Belanda untuk membuat perjanjian yang akan dilaksanakan.

 Berikut adalah berbagai perjuangan diplomasi kemerdekaan Indonesia:


A.Perjanjian Linggrajati

 Perjanjian Linggrajati berlangsung di Linggrajati,Cirebon pada 10 November


1946. Dalam perundingan, Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan
Belanda diwakili Van Mook.
 Isi perjanjian Linggrajati adalah:
1.Belanda hanya mengakui kekuasaan RI atas Jawa,Madura, dan Sumatera.

2.RI dan Belanda bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat


dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Indonesia merupakan
salah satu negara bagiannya.

3.Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-


Belanda yang diketuai oleh ratu Belanda.

 Hasil perundingan ini disebut sebagai Perjanjian Linggrajati yang


ditandatangani di Istana Rijswijk (merdeka) pada tanggal 25 Maret 1947.
Sebenarnya, hasil perundingan ini merugikan Indonesia. Bagaimana
tidak,wilayah Indonesia semakin dipersempit dan Belanda pun tidak
menjalankan dengan baik perjanjian ini. Karena Belanda selalu melakukan
penyerangan besar-besaran ke wilayah Indonesia yang disebut sebagai
Agresi Militer Belanda I

B.Perjanjian Renville

 Perjanjian Renville berlangsung di kapal angkatan laut Amerika Serikat USS


Renville. Untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata dan sengketa
Indonesia dengan Belanda. PBB (perserikatan bangsa-bangsa) membentuk
Komite Tiga Negara (KTN) yang anggotanya dipilih Indonesia dan Belanda.

 Anggota KTN adalah Australia yang dipilih Indonesia, Belgia yang dipilih
Belanda dan Amerika Serikat yang dipilih Australia dan Belgia sebagai
penengah. Dalam perjanjian ini Indonesia diwakili Amir Syarifuddin dan
Belanda diwakili R.Abdulkadir Wijoyoatmojo dan sepertinya si R.Abdul Kadir
M. ini orang Indonesia yang memihak Belanda kawan.

 Isi perjanjian Renville adalah:

1.Belanda hanya mengakui Wilayah RI atas Jateng,Jogjakarta, Jatim,


sebagian kecil Jabar dan Sumatera.

2.Tentara Republik Indonesia (TRI) ditarik mundur dari daerah kedudukan


Belanda.

Akibat dari perjanjian Renville sebenarnya semakin merugikan Indonesia


karena wilahnya semakin sempit. Setelah perjanjian ini tejadi peristiwa
penting antara lain pemberontakan PKI di Madiun dan pemindahan ibukota
RI ke Jogjakarta karena Jakarta diduduki Belanda.

 Bahkan pada tanggal 18 Desember 1948 Belanda mengumumkan bahwa


tidak terikat lagi dengan perjanjian Renville lalu melakukan serangan besar-
besaran ke wilayah RI yang disebut sebagai Agresi Militer Belanda II

C.Perundingan Roem-Royen

 Hebatnya perjuangan rakyat dan tekanan Internasional memaksa Belanda


menerima perintah PBB agar menghentikan agresinya dan kembali ke meja
perundingan. Untuk mengawasi jalannya perundingan, PBB membentuk
UNCI (United Nations Comission for Indonesia)

 Perundingan ini berjalan berlarut-larut hingga akhirnya ditandatangani pada


7 Mei 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Moh. Roem dan Belanda
dipimpin dr. Van Royen sebagai penengah adalah UNCI.
 Isi perjanjian Roem-Royen adalah:

1.Pemerintahan RI dikembalikan ke Yogyakarta, penghentian perang dan


pembebasan tahanan politik.

2.Indonesia dan Belanda bekerja sama mengembalikan perdamaian.

3.Belanda menyetujui RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.

4.Akan diselenggarakan KMB setelah pemerintahan RI kembali ke


Jogjakarta.

D.Konferensi Meja Bundar (KMB)

 KMB merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen . KMB


bertempat di Deen Hag,Belanda pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949.

 Delegasi Indonesia dipimpin Moh.Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomst Voor


Federal Overleg) atau Badan Musyawarah negara-negara Federal dipimpin
Sultan Hamid II, delegasi Belanda dipimpin Mr. Van Maarseveen,sedangkan
UNCI dipimpin oleh Chritchley.

 Hasil dari KMB adalah:

1.Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda


menyerahkan kedaulatan pada RIS pada akhir Desember 1949.

2.RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia-Belanda.

3.Masalah Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan


kedaulatan.

D.Tokoh Pejuang Diplomasi Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa pejuang diplomasi Indonesia:

1.Bung Karno

 Bung Karno merupakan pejuang diplomasi sekaligus presiden Indonesia


pertama. Ia lahir di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901.
ditangkap,dipenjara, dan diasingkan merupakan hal biasa baginya. Bung
Karno merupakan ahli diplomasi.Menurutnya,diplomasi adalah cara terbaik
melawan musuhnya.
 Misalnya, pada waktu berdiplomasi dengan Letjen Christison.
Hasilnya,sekutu menyatakan kedatangannya tidak akan melebur
kemerdekaan RI pada tanggal 1 Oktober 1945. Bung Karno wafat tanggal 21
Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar, Jatim.

2.Drs. Moh.Hatta

 Lahir 12 Agustus 1902 di Bukit Tinggi,Sumatera Barat. Bersama Bung Karno


ia   ditangkap,dipenjara, dan diasingkan. Keberhasilan Bung Hatta dalam
diplomasi antara lain:

a.Pemimpin Delegasi Indonesia di KMB, Den Haag Belanda.


b.penggerak ekonomi dengan membuat koperasi (Sebagai Bapak Koperasi
Indonesia)
c.Penggerak pelajar mahasiswa di Belanda.
d.Anggota perundingan di Kaliurang,yang dilakukan oleh KTN.

 Beliau wafat pada tanggal 14 Maret 1980 dan dimakamkan di Pemakaman


Umum Tanah Kusir Jakarta.

3.Sri Sultan Hamuwengkubono IX

 Lahir 13 April 1912 di Jogjakarta. Ia menyatakan Daerah Jogjakarta bersifat


kerajaan sebagai bagian NKRI dan Daerah Istimewa. Keberhasilannya dalam
diplomasi antara lain:

a.Bersama Letkol Suharto mengatur dan menyiapkan serangan umum 1


Maret 1949 dan berhasil menguasai kembali Jogjakarta.

b.Pada tanggal 27 Desember 1949 menandatangani naskah pengakuan


kedaulatan Indonesia dan Belanda di Jakarta.

 Nah kawan,sekian posting saya, semoga bermanfaat dan salam sejahtera


buatmu. Jika ada pertanyaan,kritikan, dll. Silahkan berkomentar.

Haji Agus Salim merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, berdasarkan
Keppres nomor 657 tanggal 27 Desember 1961. Agus Salim mendapatkan anugerah
tersebut atas segala jasa dan perjuangannya dalam kemerdekaan Indonesia. Selain itu,
ia juga termasuk dalam salah satu dari 68 founding father (pendiri) Indonesia. Peran
Agus Salim dalam merebut kemerdekaan sangatlah besar. Agus Salim berbeda dengan
pahlawan lain yang menggunakan runcing bambu dan senjata api untuk berperang. Ia
menggunakan intelektualitas dan kepandaiannya dalam berdiplomasi sebagai
senjata.

Agus Salim lahir dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti
Zainab. Soetan Salim merupakan pejabat pemerintah yang berasal dari kalangan
bangsawan dan agama yang baik. Pola pikir Agus Salim dipengaruhi oleh lingkungan
keluarganya dalam hal sosial-intelektual.

Pendidikan dasarnya ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus


anak-anak Eropa. Di usia muda, ia telah menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing;
Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman. Pada 1903 ia lulus HBS
(Hogere Burger School) atau sekolah menengah atas 5 tahun pada usia 19 tahun
dengan predikat lulusan terbaik di tiga kota, yakni Surabaya, Semarang, dan Jakarta.

Agus Salim pernah bekerja untuk konsulat Belanda di Jeddah pada tahun 1906. Pada
periode inilah Salim berguru pada Syeh Ahmad Khatib, yang masih merupakan
pamannya. Selain belajar agama, ia juga belajar mengenai ilmu diplomasi dan politik.
Perpaduan ketajaman ilmu Agama, ilmu Politik, Kemampuan Bahasa asing dan
kecerdasannya yang tinggi membuatnya menjadi pribadi yang disegani. Saat pulang ke
tanah air, beliau langsung aktif dalam pergerakan nasional dan juga mendirikan
Sekolah HIS (Hollandsche Inlandesche School) dan kemudian masuk dunia pergerakan
nasional.

Karir politik Agus Salim berawal di Sarekat Islam (SI). Ia bergabung dengan HOS
Tjokroaminoto dan Abdul Muis di SI pada 1915. Kedua tokoh tersebut juga merupakan
anggota Volksraad (DPR) sebagai wakil SI. Namun, mereka mengundurkan diri akibat
kekecewaan mereka terhadap pemerintah Belanda. Agus Salim menggantikan mereka
selama empat tahun (1921-1924) di lembaga itu. Sebagaimana pendahulunya, ia
merasa perjuangannya tak membawa manfaat. Akhirnya, ia keluar dari Volksraad dan
berkonsentrasi di SI.

Agus Salim pernah menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
pada akhir kekuasaan Jepang. Setelah Indonesia merdeka, ia diangkat menjadi
anggota Dewan Pertimbangan Agung. Kepiawaiannya berdiplomasi membuat ia
dipercaya sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan II serta
menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta. Sesudah pengakuan kedaulatan
Agus Salim ditunjuk sebagai penasehat Menteri Luar Negeri.

Dengan badannya yang kecil, di kalangan diplomatik Agus Salim dikenal dengan
julukanThe Grand Old Man, sebagai bentuk pengakuan atas prestasinya di bidang
diplomasi. Menurut banyak sumber, Agus Salim adalah sedikit dari orang Indonesia
yang fasih berbicara dalam sembilan bahasa asing. Selain Bahasa Melayu dan Bahasa
Minang yang menjadi bahasa ibunya, Salim juga menguasai Bahasa Belanda, Arab,
Inggris, Jepang, Prancis, Jerman, Mandarin, Latin, Jepang dan Turki. Ia juga
menguasai beberapa bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa dan Sunda.

Karena penguasaan berbahasanya, Salim beberapa kali ditugaskan pemerintah


mewakili Indonesia dalam berbagai perundingan. Pada tahun 1947, ia bersama Sutan
Sjahrir menjadi wakil Indonesia dalam Konferensi Inter-Asia di New Delhi. Selanjutnya
Salim memimpin delegasi Indonesia ke Timur Tengah untuk memperoleh pengakuan
kedaulatan. Hasilnya, Indonesia beroleh dukungan kemerdekaan dari Mesir (10 Juni
1947), Lebanon (29 Juni 1947), dan Suriah (2 Juli 1947). Selanjutnya Agus Salim
kembali mendampingi Sutan Sjahrir, dalam sidang Dewan Keamanan PBB di Lake
Success Amerika Serikat. Dalam Perjanjian Renville, Agus Salim kembali diutus untuk
berunding dengan Belanda. Kali ini ia pergi bersama Perdana Menteri Amir Sjarifuddin,
Ali Sastroamijoyo, Mohammad Roem, dan Ir. Djuanda.

Terdapat kisah ketika Agus Salim mendapatkan pengakuan atas kemerdekaan


Indonesia dari Negara Jerman. Negara Jerman yang merasa keturunan bangsa Arya
berlaku sombong dan menganggap rendah Negara atau orang yang tidak bisa
berbahasa Jerman. Maka, saat kunjungannya sebagai Menteri Luar Negeri, dia
menyusun naskah pidatonya dalam Bahasa Jerman yang sangat fasih dan memukau
petinggi Jerman hingga akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia.

Agus Salim meninggal dunia pada 4 November 1951 di RSU Jakarta dan dimakamkan
di TMP Kalibata, Jakarta. Namanya kini diabadikan untuk stadion sepak bola di
Padang.

*Diambil dari berbagai sumber.

Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (lahir di Karawang, Jawa Barat, 23


Maret 1896 – meninggal 15 Desember1978 pada umur 82 tahun) adalah tokoh pejuang
kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia
adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Achmad Soebardjo memiliki
gelar Meester in de Rechten, yang diperoleh di Universitas Leiden Belanda pada
tahun 1933.

 
1-engusahakan simpati dan dukungan masyarakat 
i n t e r n a s i o n a l # m e n g g a l a n g   s o l i d a r i t a s   t e m a n 2 t e m a n   d i s e g a l a   b i d a n g 
d a n   d e n g a n berbagai ma"am upaya memperoleh dukungan dan pengakuan
ataskemerdekaan Indonesia0-elakukan perundingan dan membuat persetu$uan
C

Persetu$uan Linggar$ati  pengakuan atas RI meliputi a%a dan-
adura

194G Per$an$ian Ren)ille  pengakuan atas RI meliputi a%a 
d a n Sumatera

1949 Per$an$ian *-'  Indonesia dalam bentuk negara
<ederal 195D i p l o m a s i   I n d o n e s i a   b e r h a s i l   m e n g e m b a l i k a n   k e u t u h a n   % i
l a y a h   R I dengan membatalkan Per$an$ian *on(erensi -e$a 'undar 7*-'8 -asa 5 tahun
pertama kemerdekaan Indonesia merupakan masa yangmenentukan dalam
per$uangan penegakan kemerdekaan yang merupakanbagian se$arah yang menentukan
*arakter atau 3atak politik luar
negeriIndonesia S e m a n g a t   D i p l o m a s i   P e r $ u a n g a n   y a n g   m e m u n g k i n k a n  
I n d o n e s i a   p a d a akhirnya meraih dukungan
luas masyarakat internasional di P'' padatahun 195
$%--!$%%' 4
 ugas diplomasi *emlu yang menon$ol antara lain C
 
1Pengakuan Irian
'arat0Pengakuan terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan dal
a m per$uangan hukum laut 2 U&>LOS 7United &ation >on)ention on La%o( the
Sea8H-eningkatkan *er$asama !S@!&4-en"ari Pengakuan internasional
thd
imtim5  * e t u a   / e r a k a n   & o n   ' l o k   u n t u k   m e m p e r $ u a n g k a n   k
e p e n t i n g a n negara2negara berkembangF  * e t u a ! P @ >   d a n   / 2 1 5 6-
eningkatkan ker$asama pembangunan 
$%%' 5 Sekarang 4
 ugas utama *emlu diarahkan untuk C1-emagari potensi disintegrasi
bangsa0Upaya membantu pemulihan ekonomiHUpaya
peningkatan "itra Indonesia4-eningkatkan kualitas pelayanan dan
perlindungan 3&I
6. #e)erhasilan Politik L,ar Negeri Paa Era Ore Lama
 1 Indonesia berhasil merebut kembali Irian 'arat dari 'elanda melalui $alur
diplomasi dan militer
 
0 Indonesia berhasil menginisiasi berdirinya /erakan &on2 'lok
melalui* !sia2 !(rika di 'andung pada tahun 1955H Indonesia berhasil menun$ukkan
eksistensi yang patut diperhitungkanoleh kedua blok raksaksa dunia pada masa itu
H. 3aktor Pengham)at  #e)erlangs,ngan Politik L,ar
N e g e r i Inonesia Paa Era Ore Lama
1 'aru terbentuknya &*RI sehingga masih banyak an"aman disintegrasinasional0
Instabilitas politik dan perekonomian domesti"H Situasi Perang Dingin dan
terbentuknya dua blok raksaksa dunia yangsaling berusaha mendominasi4
In(rastruktur yang baru dibangun tidak sesuai dengan ambisi Soekarnountuk segera
membuat Indonesia men$adi negara adidaya
 
BAB IIIPENU7UPA . # e s i m p , l a n
 
Pembukaan UUD 1945 alinea ke24# yaitu ,Jmelindungi segenapbangsa Indonesia#
mema$ukan kese$ahteraan umum# men"erdaskankehidupan bangsa# dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yangberdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
merupakanlandasan politik luar negri indonesia

keberhasilan politik luar negeri pada era Orde Lama antara lainC

Anda mungkin juga menyukai