Anda di halaman 1dari 4

PERATURAN TENTANG IKLAN ROKOK 4.

Pasal 30 mengatur iklan/promosi produk


Pembahasan PP No. 109/2012 (Terkait rokok di media teknologi informasi dimana
Iklan/Promosi Rokok) disebutkan bahwa diwajibkan ada proses
Pencantuman peringatan pada iklan rokok (berupa verifikasi untuk membatasi akses hanya
pernyataan dan gambar) untuk iklan di media cetak kepada mereka yang telah berusia 18 tahun
bertambah luas dari PP sebelumnya yang hanya ke atas. Hal ini seharusnya juga berlaku
10% menjadi 15%. Untuk media siar, tetap 10% dari untuk  media-media sosial seperti Facebook,
total durasi iklan (misalnya untuk iklan TV dengan Twitter dan sejenisnya.
total durasi 30 detik, maka peringatan yang berupa 5. Dengan adanya Pasal 35, produsen rokok
pernyataan dan gambar harus ditayangkan selama 3 tidak lagi diperkenankan menjajakan produk-
detik). Berdasarkan pengamatan penulis, produsen produk lain (seperti T-Shirt,
rokok sangat disiplin dalam menerapkan korek-api/pemantik api, asbak, pulpen,
pencantuman peringatan pada iklan-iklan mereka kalender, mug, dan sejenisnya) dalam
yang ditayangkan di media cetak. Tapi kedisiplinan rangka melakukan iklan/promosi produk
tersebut tidak terwujud pada iklan-iklan di media siar rokoknya.
di mana spot peringatan nyaris tidak pernah 6. Pasal 36 dan 37 akan cukup membatasi
ditayangkan sepanjang 10% dari total durasi produsen rokok mensponsori suatu kegiatan
iklannya. (misalnya penayangan langsung/tunda
1. Pada Pasal 27 huruf f. tercantum bahwa pertandingan olah-raga, pertunjukkan musik,
iklan rokok tidak boleh menggunakan kata mensponsori produksi film dan sejenisnya)
atau kalimat yang menyesatkan. Tidak ada dengan menggunakan “brand image” dari
penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini. produk rokoknya (seperti semboyan/slogan
Pasal ini sangat berbahaya karena kata dan warna yang dapat diasosiasikan sebagai
“menyesatkan” mempunyai arti yang sangat ciri khas produk rokok yang bersangkutan).
luas. Apakah suatu iklan (misalnya) yang Sampai dengan saat ini, masih cukup banyak
menyatakan “Pria Rokok X - Pria yang produsen rokok yang “bernakal-ria” di area
Macho” bisa disebut sebagai suatu pesan ini dengan mensponsori berbagai kegiatan
yang menyesatkan (seolah-olah pria yang dengan menggunakan ciri-ciri “brand image”
merokok Rokok X akan memberikan sifat mereka. Padahal, hal ini sudah diatur juga
“macho”)?  Produsen dan biro iklannya harus dalam PP No. 19 tahun 2003 walaupun
sangat berhati-hati di area ini. mungkin terkesan kurang tegas. Terkait
2. Pasal 28 membatasi secara cukup ketat dengan hal ini, sebaiknya pemerintah pusat
penayangan iklan rokok di media cetak. juga melakukan koordinasi dengan
Penayangan iklan rokok di media cetak tidak Kementerian Hukum dan HAM yang
boleh berdampingan dengan iklan produk mengatur mengenai pemberian hak cipta.
makanan dan minuman. Iklan rokok juga Terdapat fakta bahwa beberapa produsen
tidak boleh dipasang di media khusus wanita telah mendapatkan hak cipta atas beberapa
(termasuk bila produknya adalah rokok “merek” seperti “Rokok X Movie”, “Rokok X
khusus wanita). Sport”, “Liga Rokok X”, “Rokok X Music”, dan
3. Pasal 29 berisi pembatasan iklan produk sejenisnya dan “merek-merek” tersebut
rokok di media penyiaran yang isinya tidak didaftarkan dalam kategori “nama kegiatan”,
berbeda dengan peraturan sebelumnya. bukan sebagai suatu produk rokok.
Iklan produk rokok hanya boleh ditayangkan 7. Sejalan dengan program Otonomi Daerah
antara pk. 21.30 s/d 05.00 waktu setempat. (OTDA), peraturan ini juga mendorong peran
DIkarenakan saat ini khusus untuk media Pemerintah Daerah untuk mengatur lebih
televisi swasta nasional mereka masih lanjut iklan dan promosi rokok di media luar
menerapkan tayangan nasional (materi ruang (Pasal 34) dan kegiatan
tayang sama untuk seluruh area Indonesia), sponsorship (Pasal 38). Tentunya ketentuan
maka berarti secara otomatis pembatasan yang akan ditetapkan oleh Pemerintah
waktu tersebut terhitung untuk Waktu Daerah tersebut harus lebih ketat daripada
Indonesia Bagian Barat. Peraturan Pemerintah ini.

Kompas.com -  Untuk mengendalikan dampak iklan rokok terhadap generasi muda, pemerintah melalui Permenkes No 28
Tahun 2013 akan membatasi iklan, promosi, dan sponsorsip rokok. Pembatasan iklan akan dilakukan di seluruh media cetak
maupun elektronik.
"Untuk televisi penayangan iklannya dibatasi hanya pukul 21.30 sampai lima pagi. Sedangkan untuk media teknologi informasi,
aksesnya hanya untuk usia di atas 18 tahun,” kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes,
Tjandra Yoga Aditama pada Puncak Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Jakarta (31/5).
Pembatasan untuk sponsorship dari perusahaan rokok juga berlaku untuk semua kegiatan, baik yang bersifat pendidikan,
kesenian, olahraga, maupun kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Pembatasan iklan rokok secara umum sebenarnya sudah diatur dalam PP 109/2012. Pada peraturan ini dalam bungkus rokok
harus mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan, minimal 10% dari total durasi iklan atau 15% dari
total luas iklan.
Iklan juga tidak boleh menampilkan wujud rokok, mencantumkan nama produk sebagai rokok, menyarankan rokok,
menggunakan kalimat menyesatkan, menampilkan anak, remaja, wanita hamil, atau tokoh kartun. Iklan rokok juga harus
mencantumkan 18+ sebagai usia yang pantas untuk merokok.
Sementara itu untuk iklan luar ruang (billboard) luasnya tidak boleh melebihi 72 meter persegei. iklan juga tidak boleh
ditempatkan di Kawasan Tanpa Rokok (KTR) atau jalan protokol. Papan iklan harus diletakkan sejajar bahu jalan dan tidak
boleh melintang. Sedangkan di media cetak, iklan rokok tidak boleh diletakkan di sampul depan atau belakang surat kabar
dengan luas kolom yang tidak memenuhi halaman. Iklan juga tidak boleh dekat dengan iklan makanan dan minuman, dan tidak
dimuat di media anak, remaja, dan perempuan. “Untuk kegiatan promosi dilarang membagikan rokok gratis, apalagi untuk
remaja. Tidak boleh juga menggunakan simbol produk pada kegiatan perseorangan atau lembaga,” kata Tjandra. Hal yang
sama juga diterapkan pada kegiatan sponsorship yang dibantu rokok. Kementrian Kesehatan tak memungkiri ada beberapa
kegiatan yang disponsori produk rokok baik pendidikan, kesenian, olahraga, atau CSR. Beberapa produk rokok malah sudah
punya sekolah untuk membina bibit terbaik bangsa.
 Mengenai hal tersebut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, penerima beasiswa dari perusahaan rokok kemungkinan
juga akan merokok. “Kita ada penelitiannya. Kalau sudah begini antara produsen rokok dan penerima beasiswa seperti timbal 
balik,” katanya.
Menkes menambahkan, perusahaan rokok masih bisa mensponsori kegiatan, tetapi tanpa menyertakan logo dan produknya.
"Demikian juga dengan sekolah atau beasiswa, perusahaan rokok masih boleh melanjutkan kegiatan tersebut," katanya.
PERATURAN TENTANG IKLAN MINUMAN KERAS ATAU BIR

Dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Presiden Republik c.    Toko pengecer – khusus untuk minuman
Indonesia No. 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian beralkohol golongan A (Pasal 14 ayat (3)
dan Pengawasan Minuman Beralkohol (“Perpres Permendag 20/2014):
74/2013”), diatur bahwa minuman beralkohol yang 1) Minimarket (mulai 16 April 2015 tidak
berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor diperbolehkan lagi menjual minuman
dikelompokkan dalam golongan sebagai berikut: beralkohol di minimarket berdasarkan
a. Minuman Beralkohol golongan A adalah Permendag 6/2015);
minuman yang mengandung etil alkohol atau 2) supermarket, hypermarket; atau
etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai dengan 3) toko pengecer lainnya.
5% (lima persen); Toko pengecer tersebut mempunyai luas lantai
b. Minuman Beralkohol golongan B adalah penjualan paling sedikit 12m².
minuman yang mengandung etil alkohol atau  
etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 5% Pengecer wajib menempatkan Minuman Beralkohol
(lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh pada tempat khusus atau tersendiri dan tidak
persen); dan bersamaan dengan produk lain (Pasal 16 ayat (1)
c. Minuman Beralkohol golongan C adalah Permendag 20/2014). Selain itu, perlu diketahui juga
minuman yang mengandung etil alkohol atau bahwa pengecer atau penjual langsung dilarang
etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 20% memperdagangkan minuman beralkohol di lokasi
(dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima atau tempat yang berdekatan dengan (Pasal 28
puluh lima persen. Permendag 20/2014):
  a. gelanggang remaja, kaki lima, terminal, stasiun,
Minuman beralkohol hanya dapat diperdagangkan kios-kios kecil, penginapan remaja, dan bumi
oleh pelaku usaha yang telah memiliki izin perkemahan;
memperdagangkan minuman beralkohol sesuai b. tempat ibadah, sekolah, rumah sakit; dan
dengan penggolongannya dalam Pasal 3 ayat (1) c. tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh
Perpres 74/2013 menteri yang menyelenggarakan Bupati/ Walikota atau Gubernur Daerah Khusus
urusan pemerintahan di bidang perdagangan (Pasal Ibukota Jakarta untuk Provinsi Daerah Khusus
4 ayat (4) Perpres 74/2013). Ibukota Jakarta, dengan memperhatikan kondisi
  daerah masingmasing.
Berikut adalah beberapa ketentuan dalam penjualan  
minuman beralkohol: Penjualan minuman beralkohol sebagaimana diatur
1. Minuman beralkohol golongan A, golongan B, dalam Pasal 14 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dan golongan C hanya dapat dijual di (Pasal 7 Permendag 20/2014 hanya dapat diberikan kepada
ayat (1) Perpres 74/2013): konsumen yang telah berusia 21 (dua puluh satu)
a. hotel, bar, dan restoran yang memenuhi tahun atau lebih dengan menunjukkan kartu identitas
persyaratan sesuai peraturan perundang- kepada petugas/pramuniaga (Pasal 15 Permendag
undangan di bidang kepariwisataan; 20/2014). Selain itu perlu diketahui juga bahwa
b. toko bebas bea; dan  
c. tempat tertentu selain huruf a dan b yang Ini berarti selama tempat hiburan (misalnya bar) atau
ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan tempat makan (food court) tersebut telah memiliki izin
Gubernur untuk Daerah Khusus Ibukota untuk menjual minuman beralkohol dan menjual
Jakarta, dengan ketentuan tempat tersebut minuman beralkohol sesuai dengan golongan yang
tidak berdekatan dengan tempat diperbolehkan untuk dijual di tempat tersebut, maka
peribadatan, lembaga pendidikan dan hal tersebut dapat saja dilakukan.
rumah sakit.  
2. Minuman beralkohol golongan A juga dapat Promosi Bir
dijual di toko pengecer dalam bentuk kemasan. Terkait dengan promosi bir tersebut, perlu diketahui
3. Penjualan Minuman Beralkohol dilakukan juga bahwa Importir Terdaftar Minuman Beralkohol
terpisah dengan barang-barang jualan lainnya. (IT-MB), Distributor, Sub Distributor, Penjual
  Langsung, dan Pengecer dilarang mengiklankan
Penjualan minuman beralkohol untuk diminum minuman beralkohol dalam media massa apapun
langsung di tempat hanya dapat dijual di (Pasal 14 (Pasal 30 Permendag 20/2014). Ini berarti promosi
ayat (1) Permendag 20/2014): tersebut tidak boleh dilakukan di media massa, akan
a. Hotel, Restoran, Bar sesuai dengan peraturan tetapi selama hanya dipromosikan di tempat hiburan
perundang-undangan di bidang kepariwisataan; atau tempat makan tersebut, maka tidak melanggar
dan ketentuan yang ada.
b. tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh  
Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Provinsi Jika IT-MB, Distributor, Sub Distributor, Penjual
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Langsung, dan Pengecer yang mengiklankan
  Minuman Beralkohol dalam media massa apapun
Penjualan minuman beralkohol secara eceran hanya dikenai sanksi administratif berupa pencabutan
dapat dijual oleh pengecer, pada (Pasal 14 ayat (2) penetapan sebagai IT-MB, Surat Izin Usaha
Permendag 20/2014): Perdagangan Minuman Beralkohol, Surat
a. Toko Bebas Bea (TBB); dan Keterangan Pengecer Minuman Beralkohol golongan
b. tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh A, Surat Keterangan Penjual Langsung Minuman
Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Daerah Beralkohol golongan A dan/atau izin teknis (Pasal 48
Khusus Ibukota Jakarta. Permendag 20/2014).
 

Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel telah beralkohol dengan kadar alkohol di bawah 5% atau jenis
mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan bir.
(Permendag) No. 6/2015 tentang pengendalian dan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian
pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina menjelaskan
penjualan minuman beralkohol. Aturan baru ini merupakan Kemendag hanya merevisi 1 pasal yang ada di dalam
revisiPermendag No 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang hal Permendag No 20 Tahun 2014 dan menambah 1 pasal
yang sama. Salah satu hal yang diatur adalah terkait baru. "Yang berubah hanya 2 pasal," kata Srie di Gedung
dilarangnya minimarket dan pengecer menjual minuman Utama Kemendag, Jalan Ridwan Rais Jakarta, Rabu
(28/01/2015). Ia menuturkan pasal yang direvisi yaitu pasal
14 di dalam Permendag No. 20/2014. Di dalam Permendag 1.    Perletakan reklame di DKI Jakarta harus
lama disebutkan bahwa yang bisa menjual bir adalah memperhatikan etika, estetika, keserasian bangunan
pengecer yang terdiri dari minimarket, supermarket, dan lingkungan sesuai dengan rencana kota[3]
hipermarket, dan pengecer lainnya.  2.    Pola penyebaran perletakan reklame didasarkan pada
Dengan adanya Permendag baru, maka ada revisi kawasan (zoning)[4]
dengan menghilangkan minimarket dan pengecer lainnya. 3.    Setiap penyelenggaraan reklame
Artinya minimarket dan pengecer tak boleh menjual bir. papan/billboard harus memperhatikan rancang bangun
"Pengecer lainnya termasuk warung-warung yang luasnya reklame yang meliputi ukuran (dimensi), konstruksi,
12 meter persegi," imbuhnya. Selain itu, di dalam dan penyajian.[5]
Permendag baru ditambah 1 pasal baru yaitu Pasal 2, yang 4.    Penyelenggara reklame harus menyusun naskah
mengatur pengecer minuman beralkohol seperti reklame dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
minimarket dan pengecer lainnya diberi waktu paling dengan menggunakan huruf latin.[6]
lambat 3 bulan untuk menarik stok bir mereka, terhitung 5.    Papan nama, papan petunjuk, kain rentang dan
sejak 16 Januari 2015. naskah reklame dapat memakai bahasa asing yang
"Yang kedua di dalam Permen ada masa transisi harus ditulis, di bagian bawah bahasa Indonesia,
3 bulan. Hanya itu saja bunyinya. 2 pasal saja," katanya. dengan huruf latin yang kecil.[7]
Di tempat yang sama, Menteri Perdagangan (Mendag) 6.    Penyelenggara reklame wajib menempelkan penning
Rachmat Gobel menyatakan mayoritas aturan Permendag atau tanda lain pada reklame sesuai dengan yang
No. 20/2014 tetap berlaku seperti konsumen tidak boleh ditetapkan oleh Gubernur;[8]
mengambil langsung minuman beralkohol di hipermarket 7.    Penyelenggara reklame wajib mencantumkan nama
dan supermarket, minuman beralkohol jenis bir hanya bisa biro/penyelenggara reklame dan masa berlaku izin
diambil langsung oleh petugas.  penyelenggaraan reklame yang dapat dibaca dengan
Selain itu, untuk pembelian bir di hipermarket dan mudah dan jelas; [9]
supermarket, usia pembeli yang dibolehkan membeli bir di 8.    Penyelenggaraan reklame dilakukan pengendalian
atas usia 21 tahun atau dengan menunjukan kartu identitas berdasarkan aspek tata ruang, lingkungan hidup,
(KTP). Sementara itu, untuk penjualan minuman beralkohol estetika kota dan kelaikan konstruksi[10]
di restoran cafe dan rumah makan, maka harus diminum  
langsung di tempat alias tak boleh dibawa pulang atau Pemasangan Reklame Billboard yang Dilarang (Hal-Hal
keluar. "Aturan ini tetap harus dipertegas menanyakan yang Tidak Bisa Dilakukan)
umur atau kartu identitas," jelas Gobel. 1.    Menyelenggarakan reklame yang bersifat komersial
pada:[11]
Jenis Minuman Keras/Beralkohol : a.    gedung dan atau halaman kantor Pemerintah
1. Golongan pertama : Adalah minuman dengan kadar Pusat/Daerah.
etanol 1—5%. Jenis minuman ini adalah yang paling b.    gedung dan atau halaman tempat
banyak dijual di mini market atau super market. pendidikan/sekolah dan tempat-tempat
Aneka bir adalah yang termasuk di jenis A ini. ibadah.
Biasanya, pada kadar 1—5% seseorang belum akan c.    tempat-tempat lain yang ditetapkan dengan
mengalami mabuk, tetapi tetap memiliki efek kurang keputusan Gubernur.
baik bagi tubuh.  2.    Menyelenggarakan reklame rokok dan produk
2. Golongan kedua : Golongan ke dua atau golongan B tembakau pada kawasan tertentu.[14]
adalah minuman dengan kadar etanol 5—20%.  Perlu Anda ketahui, khusus penyelenggaraan reklame
Jenis minuman yang termasuk di golongan ini pada media luar ruang, reklame rokok dan produk
adalah aneka jenis anggur atau wine. Alkohol pada tembakau ini dilarang di Provinsi DKI Jakarta. Peraturan ini
kadar  ini sudah cukup tinggi dan dapat membuat telah tertuang dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah
mabuk terutama bila diminum dalam jumlah banyak Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2015 tentang
dan bagi yang tidak terbiasa. Larangan Penyelenggaraan Reklame Rokok dan Produk
3. Golongan ketiga : Yaitu C adalah minuman dengan Tembakau Pada Media Luar Ruang (“Pergub DKI Jakarta
kadar alkohol paling tinggi yang boleh dikonsumsi 1/2015”).
oleh manusia. Kadar etanol golongan C adalah 20—  
45%. Jenis minuman yang termasuk Pasal 2 Pergub DKI Jakarta 1/2015:
dalam golongan ini adalah seperti Whisky, Vodka, Setiap penyelenggara reklame dilarang
TKW, Johny Walker, dll. menyelenggarakan reklame rokok dan
produk tembakau pada media luar ruang
Banyaknya minuman alkohol yang boleh dikonsumsi oleh di seluruh wilayah Provinsi Daerah
tubuh setiap golongan juga berbeda-beda. Untuk Bir, Khusus Ibukota Jakarta.
jumlah yang boleh dikonsumsi dalam satu hari adalah tidak  
lebih dari 285 ml, Wine tidak lebih dari 120 ml, 3.    Menyelenggarakan Reklame makanan/minuman
dan golongan C seperti Whisky adalah 30 ml per hari. beralkohol kecuali pada tempat-tempat tertentu yang
diizinkan menjual makanan/minuman beralkohol.[15]
IKLAN DI BALIHO 4.    Menyelenggarakan Reklame Papan/ Billboard
Sebagai contoh, ketentuan pemasangan /Megatron /Videotron/Large Electronic Display (LED) di
reklame billboard di wilayah DKI Jakarta tercantum dalam luar kawasan yang telah ditetapkan oleh Gubernur.[16]
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 5.    Menyelenggarakan reklame perletakannya tidak
Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame sesuai dengan Gambar Tata Letak Bangunan
(“Perda DKI Jakarta 9/2014”). Reklame.[17]
  6.    Menyelenggarakan reklame tidak sesuai lagi dengan
Pemasangan Reklame Billboard yang Diwajibkan rekomendasi konstruksi.[18]

@jitunews http://jitunews.com/read/6250/3-golongan-minuman-alkohohol#ixzz4vNfEwIkz

Mengenai pembelian produk bir yang akan didonasikan sejumlah tertentu ke panti asuhan, misalkan saja panti
asuhan tersebut berbentuk yayasan, maka kita lihat ketentuan mengenai kekayaan yayasan yang terdapat
dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (“UU Yayasan”)sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2001
tentang Yayasan.
 
Dalam Pasal 26 UU Yayasan dijelaskan mengenai kekayaan perseroan sebagai berikut:
 
(1) Kekayaan Yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang.
(2) Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kekayaan Yayasan dapat diperoleh dari:
a.    sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;
b.    wakaf;
c.    hibah;
d.    hibah wasiat; dan
e.    perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Dalam hal kekayaan Yayasan berasal dari wakaf, maka berlaku ketentuan hukum perwakafan.
(4) Kekayaan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dipergunakan untuk mencapai
maksud dan tujuan Yayasan.
 
Dari penjelasan Pasal 26 ayat (2) UU Yayasan diperoleh penjelasan sebagai berikut:
a.    Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat adalah sumbangan atau bantuan sukarela yang diterima
Yayasan, baik dari Negara, masyarakat, maupun dari pihak lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b.    Wakaf adalah wakaf dari orang atau dari badan hukum.
c.    Hibah adalah hibah dari orang atau dari badan hukum.
d.    Besarnya hibah wasiat yang diserahkan kepada Yayasan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan hukum
waris.
e.    Perolehan lain misalnya deviden, bunga tabungan bank, sewa gedung, atau perolehan dari hasil usaha
Yayasan.
 
Oleh karena itu, boleh saja jika sumbangan yang diberikan untuk panti asuhan yang berbentuk yayasan diberikan
dari hasil penjualan bir, selama sumbangan tersebut tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan undang-
undang.
 
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
 
Dasar Hukum:
1.    Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 28
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan;
2.    Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman
Beralkohol;
3.    Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 20/M-Dag/Per/4/2014 Tahun 2014 tentang
Pengendalian Dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, Dan Penjualan Minuman Beralkohol diubah
dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 72/M-Dag/Per/10/2014 Tahun 2014 dan
pada 16 April 2015 akan berlaku Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.06/M-Dag/Per/1/2015
tentang Perubahan Kedua Atas Permendag No.20/M-Dag/Per/4/2014.

Anda mungkin juga menyukai