Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fitri Yuliyanti

Kelas : B
NPM : 193402057

Keputusan PT Djarum Saat Menghadapi Isu Pembatasan dan


pelanggaran Roko Di Indonesia
Djarum merupakan salah satu perusahaan rokok berskala nasional dan
terbesar di Indonesia. Saat ini Djarum juga mulai merambah skala internasional
dengan memproduksi produk-produk khusus untuk pasar di luar Indonesia. Menurut
majalah Forbes, Budi Hartono sebagai CEO Djarum bahkan berhasil membawa
perusahaannya masuk ke dalam lima perusahaan rokok terbesar di dunia, bersama
Philip Morris, British American Tobacco, Reynolds American, dan Imperial Tobacco
Group PLC. Perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1950-an tersebut terbukti telah
memiliki brand awareness yang cukup tinggi di mata public, khususnya masyarakat
Indonesia. Hal itu terjadi karena selama ini Djarum selalu aktif melancarkan berbagai
kegiatan komunikasi yang terwujud melalui beragam program yang meliputi kegiatan
marketing, kegiatan CSR, atau kegiatan lainnya yang mencerminkan wajah Djarum
sebagai perusahaan yang memberikan efek positif terhadap publik.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan terbesar perusahaan rokok
saat ini adalah gencarnya isu kesehatan mengenai bahaya merokok. Berbagai isu
kesehatan membuat pemerintah mengeluarkan regulasi tentang tembakau dan sigaret.
Isu-isu yang beredar di masyarakat antara lain dampak dari kebiasaan merokok.
Menurut WHO merokok dapat menyebabkan kematian yakni sekitar 80-90% akibat
penyakit kanker paru, sekitar 75% akibat penyakit bronkitis, 40% akibat penyakit
kanker kandung kemih, 25% akibat penyakit jantung iskemik dan 18% penyakit
stroke (WHO: 2013). WHO juga memperkirakan merokok mengakibatkan 5,4 juta
perokok meninggal setiap tahunnya dan akan terus bertambah hingga 8,3 juta pada
tahun 2030. Sebagai turunan dari undang-undang nomor 36 tahun 2009, pada 24
Desember 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono resmi menandatangani
Peraturan Pemerintah No. 109/2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung
zat adiktif berupa produk tembakau bagi Berbagai komunitas yang menentang
keberadaan rokok pun mulai gencar menyuarakan visi dan misinya melalui
serangkaian kegiatan kampanye yang beragam. Smoke Free Agent (SFA) melalui
www.change.org/DukungFCTC mengajak masyarakat untuk mengisi petisi yang
bertujuan untuk mendesak Presiden Joko Widodo untuk segera menerapkan
Framework Convention on Tobbaco Control (FCTC) di Indonesia. Apabila ratifikasi
FCTC di Indonesia terjadi, ada beberapa poin di dalamnya yang dapat merugikan
perusahaan rokok diantaranya yaitu kenaikan harga dan cukai rokok serta pelarangan
terhadap segala bentuk iklan dan sponsor yang semakin diperketat. Media juga
memiliki pengaruh penting terhadap pembentukan citra perusahaan rokok melalui
banyaknya pemberitaan dan iklan layanan masyarakat yang bertujuan untuk
memojokkan perusahaan rokok. Padahal saat ini pemerintah telah memberlakukan
berbagai kebijakan dengan tujuan menekan konsumsi dan peredaran rokok. Bentuk
pembatasan yang diberlakukan antara lain adalah larangan bagi produsen melakukan
visualisasi rokok dalam iklan, keharusan menyebutkan peringatan atas bahaya
merokok terhadap kesehatan dan pembatasan jam tayang iklan rokok di televisi serta
radio (Natalia: 2011). Faktor lain yang sangat memukul industri ini adalah pengenaan
tarif cukai rokok yang meningkat secara progresif dari tahun ke tahun. Apabila petisi
tersebut berhasil, hal itu menunjukkan bahwa masyarakat mendukung gagasan
tentang perusahaan rokok yang tidak memberikan pengaruh positif kepada
masyarakat Indonesia. Kondisi itulah yang membuat eksistensi dari suatu perusahaan
rokok menjadi terancam sehingga diperlukan upaya-upaya untuk menjaga eksistensi
perusahaan. Eksistensi suatu perusahaan dapat tercapai jika perusahaan tersebut
mendapatkan dukungan dari publiknya, baik internal dan eksternal. Begitu pula
dengan konteks perusahaan rokok.
Dalam rangka mempengaruhi proses pembuatan keputusan serta kebijakan
publik, sejumlah perusahaan rokok yang tergabung dalam GAPPRI (Gabungan
Perserikatan Perusahaan Rokok Indonesia) telah dan masih berusaha keras melakukan
serangkaian kegiatan advokasi terhadap proses pembuatan keputusan serta kebijakan
mengenai tembakau dan rokok. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa pemerintah
dapat membuat kebijakan yang tidak merugikan perusahaan rokok dari berbagai
aspek kehidupan, baik secara ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, tetap saja
peraturan yang telah dibuat pemerintah tidak akan berarti apapun apabila tidak
mendapat dukungan dari masyarakat. Di samping proses advokasi terhadap
pemerintah yang saat ini masih terus dilancarkan, masing-masing perusahaan rokok
juga menyadari bahwa masyarakat, selain menjadi bagian stakeholder perusahaan,
secara politik juga memiliki porsi dalam hal partisipasi terhadap proses pembuatan
kebijakan publik. Apabila proses komunikasi tersebut berhasil, akan terbentuk suatu
relasi yang saling menguntungkan antara pemerintah, perusahaan rokok, dan
masyarakat. perusahaan rokok harus dapat menyesuaikan diri dalam banyak hal dari
segi produksi, desain produk, kualitas, minimalisasi dampak produk terhadap
kesehatan, hingga strategi komunikasi yang tepat.
Dukungan publik terhadap organisasi menujukkan adanya kepercayaan publik
yang sekaligus bisa dimaknai bahwa organisasi tersebut memiliki citra dan reputasi
yang baik (corporate image). Namun, untuk mendapatkan suatu dukungan atau citra
positif dari masyarakat dibutuhkan strategi komunikasi yang tepat. Berdasar pada
permasalahan tersebut, maka peneliti ingin melihat lebih jauh bagaimana strategi
komunikasi yang digunakan PT. Djarum untuk mendapat dukungan dari masyarakat
dalam menghadapi isu pembatasan dan pelarangan rokok di Indonesia. Kegiatan
komunikasi yang dilakukan diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada
masyarakat bahwa rokok tidak hanya menimbulkan efek negatif saja, tetapi juga
memiliki berbagai sisi positif dalam berbagai segi kehidupan. Seperti beberapa
keputusan yang di ambil oleh PT Djarum
1. PT. Djarum dalam menanggapi adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) 81/1999 tentang Pengamanan
Rokok Bagi Kesehatan yang kemudian direvisi menjadi PP No. 38/2000
diatur batas maksimum kandungan tar dan nicotine per batang rokok sebesar
20 mg dan 1,5 mg. Tidak hanya itu pemerintah juga mengatur promosi rokok
lewat sederet aturan diantaranya adalah : kewajiban pencantuman peringatan
bahaya merokok di setiap pak rokok dan di setiap iklan rokok, aturan jam
tayang iklan rokok di media elektronik yaitu dimulai dari jam 21.30 sd. 05.00.
Dari alas an tersebut diatas, PT. Djarum melalui Corporate Communications
merancang strategi komunikasinya seperti yang di jelaskan oleh Frank Jefkins
dalam proses tranfer humas yaitu, permusuhan menjadi simpati, prasangka
menjadi penerimaan, apati menjadi minat dan acuh tak acuh menjadikan
pengetahuan. Dianggap tepat dari pada menyiasati PP yang dianggap lebih
riskan bila terjadi pelanggaran-pelanggaran pada pabrik rokok, dimana akhir-
akhir ini banyak lembaga yang mengkampanyekan anti rokok
2. Dalam mengkomunikasikan image corporate baik internal maupun external, di
buat souveneer ataupun barang-barang pecah belah yang menggunakan logo
dan font Djarum, hal ini akan mendukung kegiatan PT. Djarum dalam
meningkatkan citra positif dimata masyarakat melalui cindera mata sebagai
alat untuk mengingatkan kembali para konsumennya. Inipun dianggap perlu
untuk professional public relations dalam pelaksanaan dilapangan melalui
hubungan terhadap para ulama, pondok pesantren dan ormas Islam, MUI serta
hubungan lingkungan dapat dikatakan berhasil dengan adanya. Respons
positif dari berbagai pihak ini akan mampu membentuk opini positif tentang
kepedulian lingkungan PT. Djarum dan ini akan dapat menjaga keberadaan
PT. Djarum sebagai salah satu industri rokok nasional
3. Keberadaan bakti olah raga ini, akan tetapi melalui olahraga bulutangkis nama
Djarum telah identik dengan bulutangkis dikarenakan melalui olahraga ini
nama-nama besar seperti Liem Swie King, Sigit, Joko, Ardi BW, Hastomo
Arbi dan lain-lain turut menyumbangkan citra positif perusahaan, sedangkan
program komunikasinya belum dapat dioptimalkan secara penuh.
4. Bagian dari program public relations yang termasuk didalamnya adalah
hubungan dengan pemerintah (seperti sebagai sponsor dalam event-event
ulangtahun instansi ). PT. Djarum dalam melakukan hubungan baik ini perlu
ditingkatkan terus agar kegiatan ini berhasil dengan baik, walaupun masih ada
pertentangan-pertentangan yang menyudutkan industri rokok secara
keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai