Anda di halaman 1dari 3

Nama :Fitri Yuliyanti

NPM :193402057
Kelas :MNJ C

KURANGNYA PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP


INVESTASI SAHAM
Indonesia merupakan negara berkembang. Permasalahan yang sering
dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia adalah pertumbuhan
penduduk yang pesat namun tidak dibarengi dengan peningkatan lapangan kerja,
serta fasilitas umum yang memadai. Namun Indonesia dikenal juga dengan negara
yang kaya akan sumber daya baik itu sumber daya manusia, ekonomi, dan sumber
daya alam. Dengan banyaknya sumber daya dan lahan yang cukup subur,
Indonesia dapat dijadikan tujuan untuk investasi. Kekayaan Indonesia merupakan
aset yang dapat mengundang investor untuk berinvestasi. Tetapi sangat
disayangkan pemahaman akan investasi sangat minim di Indonesia Banyaknya
kasus kegagalan berinvestasi sering terjadi karena kurang nya pemahaman dari
masyarakat terkait investasi itu sendiri. Hal ini dikarenakan banyak masayarakat
Indonesia yang cenderung ingin mendapatkan keuntungan besar dalam waktu
singkat dengan resiko kecil.
Persepsi masyarakat umum terkait investasi saham sangat bevariasi.
Sayangnya persepsi yang timbul cendrung negatif. Ada beberapa alasan mengapa
masyarakat Indonesia menilai negatif terhadap investasi saham.
Pertama, menganggap investasi = Riba. Terkadang, bagi umat muslim,
investasi kerap disamakan dengan riba atau penimbunan yang dikenal sebagai
salah satu kegiatan yang sangat dilarang secara agama. Mungkin yang perlu
dipertegas di sini adalah investasi bukanlah penggandaan uang meski sekilas
terlihat sama karena pemilik modal tidak terlibat secara langsung dalam jalannya
roda perusahaan. Investasi yang masuk dalam sebuah perusahaan merupakan
modal bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatannya mulai dari penyediaan
tempat kerja, pembelian bahan baku, pengadaan penelitian, peluncuran produk,
program tanggung jawab sosial, dan kegiatan perusahaan lainnya dalam rangka
menawarkan produk, menjualnya, dan mendapatkan keuntungan dari hasil
penjualan atau bisnis produk tersebut. Dana investasi tersebut tidak hanya diam di
dalam perusahaan lalu dengan sendirinya menggandakan diri namun digunakan
untuk pembiayaan perusahaan. Keuntungan yang didapat nantinya akan dibagi
sesuai dengan kontrak antara perusahaan dan pemilik modal. Bahkan terkadang
keuntungan ini tidak diberikan dalam bentuk uang tunai namun diberikan dalam
bentuk penambahan lembar saham bagi pemilik modal sesuai dengan proporsi
modal mereka dalam sebuah perusahaan.
Kedua, Lebih Suka Barang yang Terlihat. Faktor kedua adalah masyarakat
Indonesia belum terbiasa untuk berinvestasi pada barang yang tak terlihat.
Kebanyakan masyarakat Indonesia lebih menyukai jenis investasi yang jelas-jelas
terlihat wujud barangnya sehingg mereka lebih bisa merasa aman dan nyaman
karena mereka sendiri yang memegang barang investasi tersebut. Sebut saja emas
sebagai perhiasan, tanah (sertifikat tanah), atau mungkin membangun sebuah
usaha yang jelas-jelas akan memberikan keuntungan dari manfaat yang secara
nyata ditawarkan kepada konsumen (misalnya dengan membangun sebuah rumah
kontrakan, membangun kos di wilayah dekat kampus, dan lain-lain).
Ketiga, menganggap investasi hanya untuk orang kaya. Faktor terakhir
adalah anggapan bahwa investasi hanya dapat dilakukan oleh kaum tertentu, lebih
diperjelas lagi bahwa kaum konglomerat dengan dana yang melimpahlah yang
memiliki hak dan kemampuan untuk melakukan investasi. Padahal sebagai contoh
saja untuk harga selembar saham bank BJB IDX ( BJBR) Rp915,00 dan minimum
pembelian satu Rim=100 selembar kita dapat membayar Rp91500,00 yang
otomatis menjadi pemilik saham di Bank BJB.
Sosialiasi pasar modal yang masih sangat rendah bahkan terkadang hanya
dipusatkan pada beberapa kota besar dan di Pulau Jawa. Padahal pemilik modal
tersebut tidak hanya berada di wilayah Jawa yang terkenal sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi negara. Sosialisasi ini kurang menyebar dan kurang
memberikan informasi dan edukasi secara mendalam. Selain itu pelaksanaannya
terkadang hanya merupakan formalitas dan tidak terjadi kesinambungan.
Infrastruktur pendukung investasi pun hanya berpusat pada beberapa wilayah
tertentu, tidak tersebar secara merata. Informasi yang relevan terkait dengan pasar
modal dan saham pun masih sulit diakses masyarakat luas baik karena konten
yang kurang memberikan informasi secara lengkap atau juga bisa karena
infrastruktur yang belum mencapai daerah-daerah tertentu.
Menurut saya beberapa faktor tersebut merupakan alasan dan faktor yang
menimbulkan bahwa investasi merupakan hal yang negatif. Untuk dapat
menanggulangi hal ini, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah
memperluas pengetahuan mengenai investasi kepada masyarakat secara meluas,
mulai dari pengertian, pengenalan bisnis yang aman dan terdaftar sesuai dengan
hukum, mengenalkan hukum yang melindungi pemilik modal, hingga tata cara
untuk berinvestasi pada sebuah perusahaan yang aman. Sehingga masyarakat
dapar berpersepsi positif terhadap investasi saham yang ada di indonesia.

Anda mungkin juga menyukai