INVESTASI SAHAM Indonesia merupakan negara berkembang. Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia adalah pertumbuhan penduduk yang pesat namun tidak dibarengi dengan peningkatan lapangan kerja, serta fasilitas umum yang memadai. Namun Indonesia dikenal juga dengan negara yang kaya akan sumber daya baik itu sumber daya manusia, ekonomi, dan sumber daya alam. Dengan banyaknya sumber daya dan lahan yang cukup subur, Indonesia dapat dijadikan tujuan untuk investasi. Kekayaan Indonesia merupakan aset yang dapat mengundang investor untuk berinvestasi. Tetapi sangat disayangkan pemahaman akan investasi sangat minim di Indonesia Banyaknya kasus kegagalan berinvestasi sering terjadi karena kurang nya pemahaman dari masyarakat terkait investasi itu sendiri. Hal ini dikarenakan banyak masayarakat Indonesia yang cenderung ingin mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat dengan resiko kecil. Persepsi masyarakat umum terkait investasi saham sangat bevariasi. Sayangnya persepsi yang timbul cendrung negatif. Ada beberapa alasan mengapa masyarakat Indonesia menilai negatif terhadap investasi saham. Pertama, menganggap investasi = Riba. Terkadang, bagi umat muslim, investasi kerap disamakan dengan riba atau penimbunan yang dikenal sebagai salah satu kegiatan yang sangat dilarang secara agama. Mungkin yang perlu dipertegas di sini adalah investasi bukanlah penggandaan uang meski sekilas terlihat sama karena pemilik modal tidak terlibat secara langsung dalam jalannya roda perusahaan. Investasi yang masuk dalam sebuah perusahaan merupakan modal bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatannya mulai dari penyediaan tempat kerja, pembelian bahan baku, pengadaan penelitian, peluncuran produk, program tanggung jawab sosial, dan kegiatan perusahaan lainnya dalam rangka menawarkan produk, menjualnya, dan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan atau bisnis produk tersebut. Dana investasi tersebut tidak hanya diam di dalam perusahaan lalu dengan sendirinya menggandakan diri namun digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Keuntungan yang didapat nantinya akan dibagi sesuai dengan kontrak antara perusahaan dan pemilik modal. Bahkan terkadang keuntungan ini tidak diberikan dalam bentuk uang tunai namun diberikan dalam bentuk penambahan lembar saham bagi pemilik modal sesuai dengan proporsi modal mereka dalam sebuah perusahaan. Kedua, Lebih Suka Barang yang Terlihat. Faktor kedua adalah masyarakat Indonesia belum terbiasa untuk berinvestasi pada barang yang tak terlihat. Kebanyakan masyarakat Indonesia lebih menyukai jenis investasi yang jelas-jelas terlihat wujud barangnya sehingg mereka lebih bisa merasa aman dan nyaman karena mereka sendiri yang memegang barang investasi tersebut. Sebut saja emas sebagai perhiasan, tanah (sertifikat tanah), atau mungkin membangun sebuah usaha yang jelas-jelas akan memberikan keuntungan dari manfaat yang secara nyata ditawarkan kepada konsumen (misalnya dengan membangun sebuah rumah kontrakan, membangun kos di wilayah dekat kampus, dan lain-lain). Ketiga, menganggap investasi hanya untuk orang kaya. Faktor terakhir adalah anggapan bahwa investasi hanya dapat dilakukan oleh kaum tertentu, lebih diperjelas lagi bahwa kaum konglomerat dengan dana yang melimpahlah yang memiliki hak dan kemampuan untuk melakukan investasi. Padahal sebagai contoh saja untuk harga selembar saham bank BJB IDX ( BJBR) Rp915,00 dan minimum pembelian satu Rim=100 selembar kita dapat membayar Rp91500,00 yang otomatis menjadi pemilik saham di Bank BJB. Sosialiasi pasar modal yang masih sangat rendah bahkan terkadang hanya dipusatkan pada beberapa kota besar dan di Pulau Jawa. Padahal pemilik modal tersebut tidak hanya berada di wilayah Jawa yang terkenal sebagai pusat pertumbuhan ekonomi negara. Sosialisasi ini kurang menyebar dan kurang memberikan informasi dan edukasi secara mendalam. Selain itu pelaksanaannya terkadang hanya merupakan formalitas dan tidak terjadi kesinambungan. Infrastruktur pendukung investasi pun hanya berpusat pada beberapa wilayah tertentu, tidak tersebar secara merata. Informasi yang relevan terkait dengan pasar modal dan saham pun masih sulit diakses masyarakat luas baik karena konten yang kurang memberikan informasi secara lengkap atau juga bisa karena infrastruktur yang belum mencapai daerah-daerah tertentu. Menurut saya beberapa faktor tersebut merupakan alasan dan faktor yang menimbulkan bahwa investasi merupakan hal yang negatif. Untuk dapat menanggulangi hal ini, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memperluas pengetahuan mengenai investasi kepada masyarakat secara meluas, mulai dari pengertian, pengenalan bisnis yang aman dan terdaftar sesuai dengan hukum, mengenalkan hukum yang melindungi pemilik modal, hingga tata cara untuk berinvestasi pada sebuah perusahaan yang aman. Sehingga masyarakat dapar berpersepsi positif terhadap investasi saham yang ada di indonesia.