Harapan Akan Kesuksesan Perkawinan Pada Individu Yang Melakukan Perkawinan Semarga Pada Suku Batak
Harapan Akan Kesuksesan Perkawinan Pada Individu Yang Melakukan Perkawinan Semarga Pada Suku Batak
2 Desember 2012
Abstrak
Individu yang melakukan perkawinan semarga khususnya pada suku Batak
menghadapi konflik intrapersonal dan konflik interpersonal dengan keluarga dan masyarakat
Batak. Oleh karena itu, individu perlu mengembangkan harapan akan kesuksesan
perkawinannya sebagai salah satu karakter positif yang membuat individu dapat menjalani
kehidupan perkawinan semarga dengan baik. Harapan merupakan pemikiran yang diarahkan
pada tujuan dimana individu menggunakan pathway thinking dan agency thinking untuk
mencapai tujuannya (Snyder, 2000). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat
gambaran harapan akan kesuksesan perkawinan pada individu yang melakukan perkawinan
semarga pada suku Batak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden 1 dan 3 memiliki
harapan akan kesuksesan perkawinan yang tinggi dilihat dari mampu mengembangkan
pathway thinking dan agency thinking yang tinggi. Sementara responden 2 memiliki agency
thinking yang tinggi tetapi pathway thinking yang rendah. Ketiga responden bertujuan untuk
mencapai kesuksesan perkawinan dengan tolak ukur yang berbeda-beda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kualitas hubungan dengan pasangan membantu responden untuk
mengembangkan pathway thinking. Selain itu, tidak terjadinya mitos perkawinan semarga di
dalam perkawinan ditemukan membantu ketiga responden untuk mengembangkan agency
thinking. Dukungan sosial, kepercayaan religius dan kontrol yang dimiliki oleh ketiga
responden juga membantu mereka dalam mengembangkan harapan akan kesuksesan
perkawinannya.
Kata kunci: harapan akan kesuksesan perkawinan, perkawinan semarga, suku Batak.
Abstract
The individuals who were did the same-clan marriage, especially in Batak ethnic, face
intrapersonal and interpersonal conflicts with their family and society. Therefore, individuals
need to develop a hope of their marital success as one of the positive characters that make the
individual able to live the same-clan marriage well. Hope is a goal-directed thinking in which
the individual use a pathway thinking and agency thinking to achieve the goal (Snyder,
2000). Therefore, the present research aimed to see the description of hope of marital success
in individuals who did the same-clan marriage in Batak ethnic. The results showed that
respondent 1 and 3 have high hope of marital success which can be seen through their ability
to develop high both pathway thinking and agency thinking. While respondent 2 has high
agency thinking but low pathway thinking. The three respondents aimed to achieve a success
marriage with different benchmarks. This result showed that the quality of the relationship
with the spouse helps the respondent to develop pathway thinking. In addition, the absent of
the myth about the same-clan marriage in their marriage is found to be helping the three
respondents to develop agency thinking. The social support, religious belief, and control held
by the three respondents also help them in developing their hope of marital success.
Keywords: hope of marital success, the same-clan marriage, Batak ethnic
PREDICARA Volume.1 Nomor. 2 Desember 2012
menghasilkan jalan mencapai tujuan yang cara untuk mencapai tujuan. Pathway
diinginkan, bersamaan dengan motivasi thinking menunjukkan kemampuan
yang dimiliki untuk menggunakan jalan seseorang untuk mengembangkan suatu
tersebut (Snyder, 2000). Harapan cara untuk mencapai tujuan yang
didasarkan pada harapan positif dalam diinginkan yang ditandai dengan
pencapaian tujuan. Snyder (dalam Snyder pernyataan self-talk seperti “Saya akan
& Lopez, 2007) mengemukakan harapan menemukan cara untuk
sebagai pemikiran yang diarahkan pada menyelesaikannya!” (Snyder, Lapointe,
tujuan (goal) dimana individu Crowson, & Early dalam Lopez, Snyder &
menggunakan pathway thingking Pedrotti, 2003). Beberapa cara yang
(kapasitas yang dirasakan untuk dihasilkan menjadi penting ketika individu
menemukan jalan menuju tujuan-tujuan menghadapi hambatan, dan orang-orang
yang diinginkan) dan agency thinking yang memiliki harapan yang tinggi merasa
(motivasi yang diperlukan untuk bahwa mereka mampu menemukan
menggunakan jalan atau jalan itu). beberapa jalan alternatif dan umumnya
Menurut Snyder (2000) terdapat tiga mereka sangat efektif dalam menghasilkan
komponen dalam teori harapan yaitu goal, jalan alternatif (Irving, Snyder, &
pathway thinking dan agency thinking. Crowson, 1998; Snyder, Harris, et al.,
Goal atau tujuan adalah sasaran dari 1991 dalam Snyder, Rand & Sigmon,
tahapan tindakan mental yang 2002).
menghasilkan komponen kognitif. Tujuan Agency merupakan komponen
harus cukup bernilai bagi individu untuk motivasional pada teori harapan. Agency
menempati pemikiran sadar yang dapat thinking yaitu kapasitas untuk
bervariasi dalam jangka waktu untuk menggunakan suatu jalan untuk mencapai
mencapainya, mulai dari yang dapat tujuan yang diinginkan. Agency thinking
dicapai dalam beberapa menit berikutnya mencerminkan pemikiran self-referential
(jangka pendek) sampai tujuan yang mengenai mulai berjalan melalui jalan dan
memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan terus berkelanjutan sepanjang jalan itu.
bertahun-tahun untuk mencapainya Agency mencerminkan persepsi individu
(jangka panjang). Selain itu, Lopez, bahwa dia mampu mencapai tujuannya
Snyder & Pedroti (2003) menyatakan melalui jalan-jalan yang dipikirkannya,
bahwa tujuan dapat berupa approach- agency juga dapat mencerminkan penilaian
oriented in nature (misalnya sesuatu yang individu mengenai kemampuannya
positif yang diharapkan untuk terjadi) atau bertahan ketika menghadapi hambatan
preventative in nature (misalnya sesuatu dalam mencapai tujuannya. Orang yang
yang negatif yang ingin dihentikan agar memiliki harapan yang tinggi
tidak terjadi lagi). Tujuan harus dapat menggunakan self-talk seperti “Saya bisa
dicapai tetapi juga berada pada tingkat melakukan ini” dan “Saya tidak akan
ketidakpastian. Pada kontinum dari berhenti.” Agency thinking akan lebih
kepastian pencapaian tujuan, kepastian berguna pada saat individu menghadapi
yang absolut yakni tujuan dengan tingkat hambatan. Hal ini karena, ketika individu
kemungkinan pencapaian 100% tidak menghadapi hambatan, agency membantu
memerlukan harapan. Harapan individu menerapkan motivasi pada jalan
berkembang dengan baik pada alternatif yang terbaik (Irving, Snyder, &
kemungkinan pencapaian sedang (Averill Crowson dalam Snyder, Rand & Sigmon,
dkk., dalam Snyder, 2000). 2002).
Pathway thinking merupakan proses Menurut teori harapan, dari ketiga
dimana individu memandang dirinya komponen di atas, komponen pathway
sebagai individu yang memiliki thinking dan agency thinking merupakan
kemampuan untuk mengembangkan suatu dua komponen yang sangat diperlukan.
PREDICARA Volume.1 Nomor. 2 Desember 2012
Mengembangkan harapan akan kesuksesan anak sendiri (Siahaan, 1982). Hal ini
perkawinan menjadi salah satu cara yang menunjukkan bahwa definisi dan konsep
dilakukan oleh ketiga responden untuk kesuksesan perkawinan sarat akan nilai
bisa bertahan dan mengatasi konflik- dan subjektivitas. Budaya dan nilai-nilai
konflik khas yang muncul karena tindakan keluarga memainkan peran yang besar
mereka melakukan perkawinan semarga. dalam menentukan kesuksesan dan
Berdasarkan hasil penelitian kebahagiaan dalam perkawinan seseorang
diperoleh bahwa dari ketiga responden (DeGenova, 2008).
hanya responden 1 dan 3 yang bisa Ketiga responden mampu
dikatakan memiliki harapan yang tinggi, mengembangkan pathway thinking
dilihat dari mereka mampu berkaitan dengan harapan untuk
mengembangkan pathway thinking dan kesuksesan perkawinannya. Kualitas
agency thinking yang tinggi. Sedangkan hubungan dengan pasangan yang baik
responden 2 meskipun memiliki agency membuat responden 1 dan 3
thinking yang tinggi tetapi memiliki mengembangkan pathway thinking yang
pathway thinking yang rendah. Snyder tinggi yang terlihat dengan mereka mampu
(1994) mengungkapkan bahwa individu memikirkan usaha-usaha yang bervariasi
dikatakan memiliki harapan tinggi jika termasuk usaha alternatif. Responden 1
individu memiliki pathway thinking dan memiliki pathway thinking yang berfokus
agency thinking yang tinggi setelah pada cara untuk menjaga hubungan baik
menetapkan tujuan yang ingin dicapai. dengan pasangan dan memperbesar
Kesuksesan perkawinan menjadi tujuan peluang mendapatkan anak terutama anak
yang ingin dicapai oleh ketiga responden. laki-laki. Responden 1 juga bersedia
Dalam hal ini ketiga responden memiliki terbuka meminta saran dari orang lain
pandangan mereka sendiri mengenai apa untuk menemukan usaha mengatasi
kesuksesan perkawinan itu. Pandangan masalah di dalam rumah tangganya.
responden 1 mengenai kesuksesan Responden 3 memiliki pathway thinking
perkawinan menekankan pada kualitas yang berfokus pada usaha untuk
hubungan dengan pasangan dan mempersiapkan masa depan anak-anaknya
kesuksesan anak laki-laki dan perempuan. dengan baik dimulai dari sekarang.
Responden 2 menekankan pada pernikahan Sedangkan responden 2 mengembangkan
yang bisa bertahan dan kesuksesan anak. pathway thinking yang rendah yang
Sedangkan responden 3 hanya terlihat kurang mampu mengembangkan
menekankan kesuksesan anak. Dari banyak usaha termasuk usaha alternatif
pandangan ketiga responden mengenai ketika sedang menghadapi hambatan.
kesuksesan perkawinan ini bisa dilihat Responden 2 memikirkan usaha untuk
terdapat persamaan dalam pandangan menjaga hubungan baik dengan pasangan
ketiganya yakni memandang bahwa tetapi belum memikirkan usaha untuk
kesuksesan anak menjadi salah satu mencapai kesuksesan anak-anaknya.
indikator dari kesuksesan perkawinan. Kualitas hubungan dengan pasangan yang
Ketiga responden memandang bahwa anak tidak begitu baik dan masih terjadinya
merupakan hal yang terpenting dalam konflik interpersonal dengan keluarga
hidup mereka dan sumber motivasi bagi hingga saat ini menjadi hal-hal yang
mereka untuk menjalani kehidupan membuat pemikiran responden mengenai
perkawinan semarga meskipun usaha untuk mencapai kesuksesan
menghadapi konflik dan hambatan. Salah perkawinannnya menjadi terbatas.
satu falsafah hidup masyarakat Batak yang Hasil penelitian juga menunjukkan
berbunyi Ianakhon Hi Do Arta Na bahwa ketiga responden selalu berusaha
Ummarga Di Ahu yang artinya harta yang berpikir positif mengenai masa depan
bernilai paling penting bagi saya adalah perkawinannya meskipun dengan status
PREDICARA Volume.1 Nomor. 2 Desember 2012
memiliki kuasa penuh atas hidup mereka. karakteristik psikologis individu yang
Meskipun begitu, responden 2 tidak begitu memiliki harapan tinggi.
meyakini bahwa usaha religius yang Harapan akan kesuksesan
dilakukannya bisa membantunya perkawinan yang merupakan salah satu
mempertahankan pernikahannya karena ia karakter positif menjadi salah satu hal
tidak melaksanakan aktivitas religius yang bisa membuat individu yang
dengan rutin. Sedangkan responden 1 yang melakukan perkawinan semarga bisa
mengaku selalu beribadah bahkan bertahan untuk menjalani kehidupan
menduduki salah satu posisi pengurus di perkawinannya. Ketiga responden
gereja ini memiliki keyakinan yang besar meyakini bahwa pada akhirnya kesuksesan
pada Tuhan sehingga ia meyakini bahwa perkawinan yang mereka inginkan dalam
masa depan rumah tangganya, kesuksesan kehidupan perkawinannya akan terjadi di
perkawinannya itu berada di tangan Tuhan. masa depan meskipun dengan status
Begitu pula dengan responden 3 yang perkawinan semarga. Hasil penelitian
meyakini kuasa Tuhan meskipun tidak menunjukkan bahwa beberapa dari dua
melakukan aktivitas-aktivitas religius belas karakteristik kesuksesan perkawinan
sepenuhnya. Dengan adanya kepercayaan yang diungkapkan oleh DeGenova (2008)
religius ini membantu responden 1 dan 3 terlihat pada ketiga responden pada saat
dalam mempertahankan harapan mereka ini. Oleh karena itu, pada akhirnya harapan
akan kesuksesan pernikahannya. Hal ini ketiga responden untuk kesuksesan
sesuai dengan yang dikemukakan oleh perkawinannya mendorong munculnya
Santrock (2003) bahwa pemikiran religius perilaku dan energi pada responden untuk
dapat memainkan peranan dalam mampu.
mempertahankan harapan dan Hasil penelitian ini diharapkan bisa
menstimulasi motivasi untuk pemulihan menjadi masukan bagi pasangan
(recovery). perkawinan semarga sehingga diharapkan
Kemampuan individu akan kontrol dapat mengembangkan harapan akan
juga mempengaruhi harapan yang kesuksesan perkawinannya meskipun
terbentuk dalam individu. Responden 1 menyadari terdapatnya mitos yang
melihat bahwa ia tidak memiliki kontrol menyatakan bahwa kehidupan perkawinan
atas masa depan rumah tangganya yang semarga tidak akan berjalan dan berakhir
dipandang bergantung pada kuasa Tuhan dengan baik. Individu yang melakukan
dan kerja sama dengan pasangan. perkawinan semarga dapat mengambil
Sedangkan responden 2 dan 3 memandang manfaat dari mengembangkan harapan
diri sendiri memiliki kontrol atas hidup akan kesuksesan perkawinan yakni dapat
mereka dan tidak terlalu dipengaruhi oleh memiliki pemikiran aktif dan positif dan
orang lain. Responden 2 memandang mampu mengatasi hambatan-hambatan
bahwa ia memiliki tubuh dan jiwa yang dengan memikirkan jalan alternatif dalam
sehat hingga saat ini untuk bisa terus usaha untuk mencapai tujuan. Individu
berusaha mempertahankan perkawinannya. juga sebaiknya bisa meningkatkan kualitas
Responden 3 memandang bahwa dirinya hubungan dengan pasangannya karena
mempunyai kontrol dan tidak bergantung kualitas hubungan yang baik ditemukan
pada orang lain termasuk pasangannya membantu pengembangan pathway
untuk memenuhi segala kebutuhan anak- thinking dalam pencapaian tujuan untuk
anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa kesuksesan perkawinan. Dalam hal ini,
responden 2 dan 3 memiliki sumber penelitian selanjutnya bisa melihat
kontrol internal sedangkan responden 1 pengaruh kualitas hubungan pasangan
memiliki sumber kontrol eksternal. Snyder terhadap harapan ataupun kemampuan
(2000) mengemukakan bahwa sumber pasangan untuk menghadapi konflik
kontrol internal merupakan salah satu khususnya pada perkawinan semarga.
PREDICARA Volume.1 Nomor. 2 Desember 2012
Siahaan, Nalom. (1982). Adat Dalihan Na Snyder, C.R., and Lopez, S.J. (2007).
Tolu: Prinsip dan Pelaksanaannya. Positive psychology: The scientific
Jakarta: Tulus Jaya. and practical exploration of human
strengths. Sage Pulications London.
Sinaga, Richard. (2010). Perkawinan Adat
Dalihan Natolu. Jakarta: Dian Snyder, C. R., Rand, K. L., & Sigmon, D.
Utama & KERABAT (Kerukunan R. (2002). Hope theory a member of
Masyarakat Batak) positive psychology family. Dalam
C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds).
Snyder, C. R. (1994). The psychology of Handbook of positive psychology
hope: You can get there from here. (pp. 257-276). New York: Oxford
New York: The Free Press. University Press.