26
COPING STRES KARYAWAN DALAM MENGHADAPI STRES KERJA
Oleh:
Wiari Utaminingtias, Ishartono, & Eva Nuriyah Hidayat
E-mail:
wiariutm@gmail.com
ABSTRAK
Kemajuan era globalisasi menimbulkan berkembangnya industrialisasi di Indonesia. Banyak
perusahaan-perusahaan berdiri di Indonesia bak perusahaan dalam negeri maupun perusahaan swasta.
Semakin banyaknya perusahaan yang berdiri akan memicu persaingan antar perusahaan yang
semakin ketat. Perusahaan bersaing untuk menjadi yang terbaik. Karyawan merupakan ujung tombak
dari sebuah perusahaan, karena karyawan merupakan aset bagi perusahaan untuk dapat menjalankan
aktivitas perusahaan untuk mencapai kepentingan bisnis perusahaan. Karyawan dituntut unuk bekerja
lebih giat, cepat, dan ulet untuk mencapai target bisnis perusahaan. Tidak jarang banyak perusahaan
tidak sadar bahwa beban kerja yang diberikan kepada karyawan terlalu berat sehingga membuat
karyawan mengalami stres kerja. Stres kerja akan menurunkan produktivitas karyawan sehingga akan
merusak kinerja alam perusahaan itu sendiri. Coping merupakan upaya dalam menghadapi
masalahnya, coping yang dilakukan setiap orang akan berbeda-beda. Dalam stres dikenal dengan
coping stres, coping stres sendiri adalah upaya seseorang untuk mengatsi masalahnya yang dianggap
sebagai stressor (sumber stres) untuk mengurangi atau menghilangkan rasa stres yang dirasakannya.
Pekerja sosial Industri merupakan profesi yang dapat mengatasi masalah tersebut. Pada peneitian ini
pekerja sosial dapat menjembatani antara kepentingan karyawan dengan perusahaan agar kegiatan
perusahaan dapat berjalan dengan baik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dipilih dengan berbagai pertimbangan
yang akan terjadi pada saat dilapangan.
Kata kunci: Coping Stres, Stres Kerja, Pekerja Sosial Industri
ABSTRACT
The progress of globalization cause the growth of industrialization in Indonesia. Many companies
established in Indonesia tub domestic enterprises and private companies. Increasing number of
companies that stand will trigger competition between companies is getting tougher. Companies
compete to be the best. Employees are the spearhead of a company, because the employee is an asset
for the company to be able to run the activities of the company to achieve the company's business
interests. Employees required to transform and work harder, faster, and resilient to reach the target
company's business. Not infrequently many companies are not aware that the work load is too heavy
given to employees so that employees experience work stress. Work stress will reduce the productivity
of the employees that will damage the natural performance of the company itself. Coping is an effort
in the face of problems, coping is done everyone will be different. In a known stress coping with
stress, coping with stress itself is a person attempts to override the problem is regarded as a stressor
(a source of stress) to reduce or eliminate the stress he felt. Industry is a professional social worker
190
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
who can resolve the issue. At this peneitian social workers can mediate between the interests of
employees with the company so that the company's activities can be run well. The method used in this
research is quantitative research methods. Quantitative research methods have been a number of
considerations that will occur at the time of the field.
Key words: Coping Stress, Work Stress, Social Work In Workplace
191
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
192
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
dikaitan dengan apa yang sangat menyebabkan stres kerja yaitu sebagai berikut
diinginkannya dan yang hasilnya :
dipersepsikan sebagai tidak pasti dan tidak 1. Tekanan hidup instrinsik dalam kerja.
penting (dalam Jurnal Penelitian Psikologi, Karyawan akan mengalami stres jika
Pengaruhi Pelatihan Shalat Terhadap mempunyai terlalu banyak beban kerja.
Prokrastinasi dan Stres Kerja Pekerja Muslim Stres dikarenakan beban kerja dibagi
dan Muslimah). menjadi :
Stres kerja merupakan salah satu a. Kelebihan kerja secara kuantitatif:
masalah yang dihadapi oleh karyawan dalam yaitu suatu kejadian dimana
lingkungan kerjanya, sumber stres dapat seseorang diberikan terlalu banyak
terjadi karena pengaruh internal perusahaan pekerjaan atau tanggung jawab
maupun ekstrenal perusahaan. Stres kerja yang dalam waktu yang terbatas.
dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan
tertekan, cemas dan tegang yang dialami oleh b. Kelebihan kerja kualitatif : yaitu
karyawan karena beberapa sumber stres yang melakukan pekerjaan yang sukar dan
dipengaruhi oleh tuntutan pekerjaan, relasi rumit untuk dilaksanakan.
antar karyawan, dan tuntutan eksternal (seperti c. Kekurangan waktu dalam
masalah rumah tangga) yang dipengaruhi oleh melaksanakan suatu pekerjaan.
lingkungan pekerjaannya (lingkungan
perusahaan). Terdapat banyak sumber yang 2. Peranan dalam organisasi yang
membuat para karyawan sehingga mengalami dikelompokan dalam dua bagian, yaitu:
stres kerja. Dalam masalah stres kerja ini, a. Konflik dalam peranan, ini muncul
bukan hanya individu (karyawan) yang harus bila terdapat tuntutan yang berbeda
berusaha menyelesaikan namun lingkungan dalam pekerjaannya, perbeedaan
yang mempengaruhinya pun juga harus antara tuntutan pekerjaan dengan ciri-
berperan dalam upaya mengatasi rasa stres ciri pribadi dan kecakapan sendiri.
kerja tersebut. Sebagaimana yang dikatakan Atau bisa dikatakan stres ini muncul
oleh Rice stres kerja adalah stres yang dialami bila karyawan ini tidak tahu hasil yang
oleh individu dimana melibatkan juga pihak diharapkan dari pekerjaan yang
organisasi atau perusahaan tempat individu didapatkannya
bekerja (Dalam Skripsi yang berjudul Stres
Kerja Pada Karyawan). b. Kekaburan dalam peran, ini akan
timbul bila peranannya dalam bekerja
Menurut Robbins (1998) sumber stres dari segi ruang lingkup, tanggung
kerja (Work Stressor) yang paling berpotensial jawab dan apa yang diharapkan
adalah yang pertama faktor lingkungan yaitu darinya tidak jelas karena pekerjaan
ketidakpastian ekonomis, ketidakpastian itu mempunyai struktur dan definisi
politis, ketidakpastian teknologi. Kedua, faktor yang lemah.
organisasi yaitu tuntutan tugas, tuntutan peran,
tuntutan antra pribadi, struktur organisasi, 3. Pekembangan karier dalam organisasi.
kepemipinan organisasi, dan tahap organisasi. Tekanan hidup atau stress ini muncul bila
Ketiga, faktor individual yaitu masalah seseorang itu dinaikkan pangkatnya tapi
kelurga, masalah ekonomi, dan kepribadian. tidak selaras dengan kemampuan atau
(dalam Jurnal Penelitian Psikologi, Pengaruhi tidak mendapatkan pangkat yang sesuai
Pelatihan Shalat Terhadap Prokrastinasi dan dengan kontribusinya dalam bekerja.
Stres Kerja Pekerja Muslim dan Muslimah). Reaksi dalam stress ini adalah rasa
Selain itu, Terdapat penyebab tekanan kerja gemetar dan kurang yakin bila ia hendak
(dalam Panji dan Ninik, 1993) yang mengambil berbagai tindakan dalam
menjalankan tugasnya.
193
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
4. Kurang jaminan dalam bekerja. Stress juga melepaskan teanan yang dihadapinya
dapat timbul jika pekerja takut ketinggalan dalam bekerja.
zaman dalam bekerja atau merasa dirinya 10. Kehendak intrinsik individu. Kehendak
out of date. intrinsik ini ialah keadaan pribadi
5. Hubungan dalam organisasi. Stres ini seseorang pekerja, dari segi toleransi
muncul jika seorang pekerja memiliki terhadap kesangsian, kestabilan dan
hubungan yang tidak baik, apakah itu konsep diri pekerja itu sendiri. Atau dapat
dengan pemimpinnya, teman sejawatnya dikatakan stres ini muncul bila ada suatu
ataupun para bawahannya. Hal ini juga kejadian yang bertentangan dengan
berkaitan erat dengan kesulitan di dalam kehendaknya sendiri.
mendelegasikan tanggung jawabnya
kepada para bawahannya.
Cox mengidentifikasi lima jenis konsekuensi
6. Keadaan pekerja dalam organisasi. Stres dari dampak stress kerja, meliputi: (a)
ini akan muncul jika seorang pekerja di Subjective effect; (b) Behavioral effect; (c)
dalam rangkaian komunikasi yang ada Cognitive effect; (d) Phsiological effect; (e)
tidak mendapatkan suatu kejelasan atau Organozational effect. (Dalam Jurnal
tidak ada tempat untuk mengadu atau Penelitian Psikologi)
meminta nasihat tentang pekerjaannya,
lebih-lebih jika ia begitu tahu akan apa Subjective effect yaitu karyawan
yang akan terjadi di sekitar situasi merasa cemas, agresi, acuh, depresi, keletihan,
kerjanya. Pekerja ini akan kehilangan frustasi, kehilangan kesabaran, rendah diri,
identitas. gugup, dan merasa kesepian.
7. Perubahan yang sering dalam organisasi. Behavioral effect yaitu karyawan
Perubahan yang dimaksudkan di sini cenderung akan mengalami kecelakaan,
adalah berkaitan dengan orang, seperti mengkonsumsi alcohol, penyalahgunaan obat-
mendapat penyelia baru, mutasi, dan obatan, emsi yang tiba-tiba meledak, makan
dalam kelompok kerja atau penggabungan berlebihan, merokok berlebihan, tidur
dengan kelompok kerja lain, atau terpaksa berlebihan, perilaku yang lebih mengikuti kata
berpisah dengan kelompok kerja ketika hati, dan tertawa gugup.
itu. Cognitive effect yaitu
8. Suasana di tempat kerja. Keadaan kerja ketidakmampuan karyawan dalam mengambil
yang tidak memuaskan akan bisa merusak keputusan yang jelas, konsentrasi buruk,
mutu pekerjaan seseorang. Lama rentang perhatian yang pendek, sangat peka
kelamaan kesukaran yang berasal dari terhadap kritik, dan rintangan mental.
tempat kerja ini akan menimbulkan stress Phsiological effect yaitu hal-hal yang
dalam dirinya, sebagai contoh; suhu, berhubungan dengan kondisi tubuh atau
tingkat kebisingan dan sebagainya. kesehatan karyawan seperti meningkatnya
9. Organisasi dan faktor lain. Kesetiaan yang kadar gula, meningkatkan denyut jantung dan
terbagi antara kehendak organisasi dan tekanan darah, kekeringan mulut, berkeringat
kehendak sendiri bisa juga menimbulkan berlebihan, membesarnya pupil mata, dan
konflik antara tuntutan perusahaan dan tubuh panas dingin.
keluarga tekanan ini akan membuatnya Organizational effect yaitu
tidak simpati pada bawahannya atau meningkatnya ketidakhadiran kerja,
sengaja mencari kesalahan orang lain pergantian karyawan, rendahnya
dalam suasana kerjanya, atau anggota produktivitas, keterasingan dari rekan kerja,
keluarga sendiri menjadi korban untuk ketidakpuasan kerja, menurunnya kesetiaan
terhadap perusahaan.
194
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
195
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
196
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
a. Instrumental action (tindakan secara tetapi wanita lebih lemah atau lebih sering
langsung) menggunakan penyaluran emosi daripada pria.
b. Cautiousness (kehati-hatian) Coping juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
c. Negotiation (Negosiasi)
seesorang akan semakin tinggi pula
kompleksitas kognitifnya, demikian pula
Instrumental action adalah upaya karyawan sebaliknya. Oleh karenanya seseorang yang
untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara berpendidikan tinggi akan lebih realistis dan
melakukan usaha dan merencanakan langkah- aktif dalam memecahkan masalah.
langkah yang mengarah pada penyelesaian Perkembangan usia juga mempengaruhi
masalah secara langsung serta menyusun seseorang dalam melakukan coping. Struktur
rencana untuk bertindak dan psikologis seseorang dan sumber-sumber
melaksanakannya. untuk melakukan coping akan berubah
Cautiouness adalah upaya karyawan menurut perkembangan usia dan akan
ynag cenderung berhati-hati dalam membedakan seseorang dalam merespons
mempertimbangkan alternatif pemecahan tekanan. Pada usia muda akan menggunakan
masalah serta dalam merumuskan masalah, problem focus coping sedangkan pada usia
meminta pendapat orang lain, dan yang lebih tua akan menggunakan emotion
mengevaluasi tindakan yang pernah dilakukan focus coping. Hal ini disebabkan pada orang
sebelumnya. yang lebih tua memiliki anggapan bahwa
dirinya tidak mampu melakukan perubahan
Negotiation adalah sebuah usaha karyawan terhadap masalah yang dihadapi sehingga akan
untuk membicarakan serta mencari bereaksi dengan mengatur emosinya daripada
penyelesaian masalah dengan orang lain yang pemecahan masalah.
terlibat dengan masalah tersebut dengan
harapan masalah akan dapat terselesaikan. Terakhir, coping seseorang dipengaruhi oleh
Usaha yang dilakukan juga dapat bertujuan status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi
untuk mengubah pendapat atau pikiran orang yang rendah akan menampilkan coping yang
lain demi mendapatkan situasi yang positif. kurang aktif, kurang realistis, dan lebih fatal
atau menampilkan respon menolak,
Coping stres ternyata dipengaruhi oleh dibandingkan dengan seseorang yang status
beberapa faktor. Berikut faktor-faktor yang ekonominya lebih tinggi.
mempengaruhi coping stres (Dalam Journal
Personality and Social Psychology)
a. Jenis Kelamin C. Perspektif Pekerjaan Sosial Industri dalam
Coping Stres
b. Tingkat Pendidikan
Sebagaimana yang diketahui bahwa fokus
c. Perkembangan Usia utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan
d. Status Sosial Ekonomi keberfungsian sosial. Setiap menghadapi
berbagai masalah, klien tidak hanya berfokus
Jenis Kelamin ternyata menentukan coping kepada klien saja, melainkan kepada
yang dilakukan seseorang. Pada dasarnya laki- lingkungan, situasi sosial, dan orang-orang
laki dan perempuan sama-sama menggunakan penting didalamnya (significant other) yang
kedua bentuk coping yaitu problem focus dapat mempengaruhinya (Dalam Suharto,
coping dan emotion focus coping. Namun 2009). Stres kerja yang dihadapi oleh
wanita ternyata lebih cenderung berorientasi karyawan dipengaruhi oleh lingkungan
pada emosi sedangkan pria lebih berorientasi pekerjaannya mulai dari interaksi antar
pada masalah. Secara umum respon coping karyawan, tuntutan tugas (beban kerja, atau
stres antara pria dan wanita hampir sama, masalah yang berasal dari lingkunga eksternal
197
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
yaitu masalah rumah tangga. Stres kerja akan penempatan dan relokasi kerja, perencanaan
menurunkan performan karyawan sehingga pensiun, dan tanggungjawab sosial
dapat menghambat karyawan dalam perusahaan.
menyelesaikan tugas-tugasnya. Seseorang Pekerjaan sosial industri sendiri terbagi
dikatakan berfungsi sosial jika dapat menjadi dua yaitu pelayanan sosial internal
menjalankan tugas-tugasnya atau peran- dan pelayanan sosial eksternal. Pelayanan
perannya, sedangkan seseorang dikatakan sosial internal meliputi terapi individu, terapi
disfungsi sosial jika tidak dapat menjalankan kelompok, dan pengembangan sumber daya
perannya (dalam Suharto, 2009). manusia. Sedangkan pelayanan sosial
Coping stres merupakan sebutan untuk upaya eksternal meliputi tanggungjawab sosial
dalam mengatasi stres. Coping yang salah perusahaan, pengembangan masyarakat,
dilakukan oleh karyawan akan berdampak pengembangan kebijakan sosial, dan advokasi
buruk terhadap karyawan maupun perusahaan. sosial.
Pekerja sosial memiliki peran dalam Dijelaskan bahwa terdapat beberapa
meningkatkan kapasitas orang dalam permasalahan sosial yang umumnya ditangani
mengatasi masalah yang dihadapinya dan juga pekerja sosial industri adalah masalah yang
menghubungkan sumber-sumber yang ada terkait dengan dampak negative industrialisasi
disekitar klien untuk membantu klien yang oleh Johnson disingkat menjadi 5A
mengatasi masalahnya. Perusahaan merupakan (Dalam Suharto, 2009) :
salah satu yang memiliki peran besar dalam
coping stres, karena bagaimanapun coping 1. Alienation : perasaan keterasingan dari
yang negatif akan merugikan perusahaan diri, keluarga, dan kelompok sosial yang
sendiri. dapat menimbulkan apatis, marah, dan
kecemasan.
Terdapat beberapa bidang garapan
pekerjaan sosial, salah satunya pelayanan 2. Addiction Alcoholism : ketergantungan
sosial di tempat bekerja (social work in the terhadap alkohol, obat-obat terlarang atau
workplace) atau sering disebut sebagai rokok yang dapat menurunkan
pekerjaan sosial industri. Pekerjaan Sosial produktivitas , merusak kesehatan fisik
Industri dapat didefinisikan sebagai lapangan dan psikis, dam kehidupan sosial
praktik pekerjaan sosial yang secara khusus seseorang.
menangani kebutuhan-kebutuhan 3. Absenteeism : kemangkiran kerja atau
kemanusiaan dan sosial di dunia kerja melalui perilaku membolos kerja dikarenakan
berbagai intervensi dan penerapan metoda rendahnya motivasi kerja, perasaan-
pertolongan yang bertujuan untuk memelihara perasaan malas, tidajk berguna, tidak
adaptasi optimal antara individu dan merasa memiliki perusahaan, atau sakit
lingkungannya, terutama lingkungan kerja. fisik dan psikis.
Dalam konteks ini, Pekerjaan sosial industri 4. Accidents : kecelakaan kerja diakibatkan
dapat menangani beragam kebutuhan individu oleh menurunnya konsentrasi pegawai
dan keluarga, relasi dalam perusahaan, serta atau oleh lemahnya sistem keselamatan
relasi yang lebih luas antara tempat kerja dan dan kesehatan lingkungan kerja.
masyarakat yang dikenal dengan istilah
tanggung jawab sosial perusahan atau 5. Abuse : bentuk-bentuk perlakuan salah
corporate social responsibility (CSR) (dalam terhadap anak-anak atau pasangan dalam
Suharto, 2009). keluarga, seperti memukul dan
menghardik secara berlebihan yang
Bidang garapan pekerjaan sosial ditumbulkan oelh frustasi, kebosanan dan
industri sendiri adalah program bantuan kelelahan ditempat pekerjaan.
pegawai, penanganan stres dan burn-out,
198
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
PENUTUP Buku
Pemaparan diatas menjelaskan Edi Suharto. 2009. Pekerjaan Sosial di Dunia
bagaimana permasalahan-permasalah tersebut Industri. Bandung: Alfabeta
dapat menurunkan produktivitas karyawan Budhi Wibhawa, Santoso T. Raharjo &
yang berdampak buruk terhadap pekerjaannya Meilany Budiarti. 2010. Dasar-dasar
sehingga pencapaian bisnis perusahaan tidak Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya
terpenuhi. Stres kerja juga dapat Padjadjaran.
mengakibatkan meningkatnya kemangkiran
kerja (absenteeism), keterlambatan, rendahnya Burhan Bungin. 2011. Metodologi Penelitian
produktivitas dan menurunnya kemampuan Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
melakukan tugas-tugas, untuk sebagian orang Media Group
alkohol, narkotika dan obat-obatan terlarang Panji Anogoro dan Ninik Widiyanti. Psikologi
(addiction alcoholism) tidak jarang digunakan dalam Perusahaan. Jakarta : PT.
sebagai pelarian atau sarana untuk membantu Rineka Cipta
menghadapi situasi-situasi yang semakin
kompleks. Richard S. Lazarus dan Alan Monat. 1991.
Stress and Coping an Anthology Third
Sebagaimana yang telah dijelaskan Edition. Newyork: Columbia
bahwa pelarian merupakan bentuk dari University Press
emotion-focused coping, jika banyak dari
karyawan yang melakukan bentuk coping Buku Elektronik
dengan cara mengkonsumsi alkohol dan Richard S. Lazarus dan Susan Folkman. 1984.
narkotika, maka damapk negatif akan teadi Stress, Appraisal, and Coping.
juga terhadap perusahaan. Newyork: Spinger Public Company,
Dalam penelitian ini bermaksud Inc.
pekerja sosial menjembatani antar kepentingan Jurnal Cetak
karyawan dengan perusahaan, dimana
keduanya akan merasakan kenyamanan. Aldwin, C.M. & Revenson, T.A. 1987. Does
Dalam pekerjaan sosial terdapat model Coping Help? A Reexamination of the
pelayanan sosial, model pelayanan sosial pada Relation Between Coping and Mental
penelitian ini adalah model pelayanan sosial Healty. Journal of Personality and
bagi pegawai. Social Psychology, Vol. 53, No. 2, 337-
348.
Model pelayanan sosial bagi pegawai ini
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para Herson Yogi & Niken Widiastuti. Coping Stres
pegawai suatu perusahaan secara individual. Ibu yang Anak Tunggalnya Meninggal.
Manfaat yang diperoleh bukan hanya untuk Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 15, No. 2,
karyawan tetapi bermanfaat bagi perusahaan 132-143
juga karena dapat meningkatkan kepuasan Mierrina. 2011. Pengaruh Pelatihan Shalat
kerja, produktivitas dan kesetiaan pegawai Terhadap Prokrastinasi dan Stres Kerja
terhadap perusahaannya (Dalam Suharto, Pekerja Muslim dan Muslimah. Jurnal
2009). Pekerja sosial berperan sebagai Penelitian Psikologi. Vol. 2, No. 01,
mediator yang menjembatani antara pihak 149-164
perusahaan dan pihak karyawan agar
Jurnal Elektronik
menemukan titik tengah yang dapat
memberikan kenyamanan bagi karyawan. Effendi, R, W., Tjahjono, E. 1999. Hubungan
Perilaku Coping dan Dukungan Sosial
Dengan Kecemasan Pada Ibu Hamil
DAFTAR PUSTAKA Anak Pertama. Jurnal: Anima. Vol 14,
No. 54, Hal 214-228
199
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480
Susan Folkman, Richard S. Lazarus, Christine Eingrit Permaitiyas. Stres Kerja dan Strategi
Dunkel-Schetter, Anita Delongis, and Coping Karyawan Frontliner (Teller)
Rand J. Gruen. 1986. Bank. Melalui,
http://ejournal.umm.ac.id diunduh pada
Dynamics of Stressful Encounter: Cognitive
tanggal 10 April 2015
Appraisal, Coping, and Encounter
Outcomes. Journal of Personality http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makin
do_26.htm diunduh pada tanggal 2 april
and Social Psychology. Vol 50, No.5, Hal.
2015
992-1003.
Jacinta F. Rini. “Stres Kerja”. Melalui
Internet
http://www.e-psikologi.com/artikel/
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/ organisasi-industri/stress-kerja diunduh
02/16/070700526/Stres.Karyawan.dan. pada tanggal 10 April 2015
Perusahaan diunduh pada tanggal 2 April
2015
200