Anda di halaman 1dari 7

Psikostudia: Jurnal Psikologi ISSN: 2302-2582

Vol 9, No 1, Maret 2020, hlm. 31-37 E-ISSN: 2657-0963

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI KETIDAKAMANAN


KERJA PADA KARYAWAN KONTRAK PT. BANK RAKYAT INDONESIA,
Tbk CABANG MEDAN THAMRIN

1)Ramalisa, 2) Winida Marpaung, 3) Yulinda Manurung


1)
Fakultas Psikologi, Universitas Prima Indonesia, Medan, Sumatera Utara
ramalisa94@yahoo.com
2)
Fakultas Psikologi, Universitas Prima Indonesia, Medan, Sumatera Utara
winidamarpaung@gmail.com
3)
Fakultas Psikologi, Universitas Prima Indonesia, Medan, Sumatera Utara
lindayu109@hotmail.com

Abstract
Psychological well-being is a major part of the company because it is an individual's ability to optimize his psychological
functions that can be seen from self-acceptance, being able to develop self potential, have independence, have targets in
life, are capable in managing social areas and build healthy interactions with others. In addition, employees also need a
sense of security to be able to work optimally. This research is motivated by the fact that there is uncertainty in the
psychological well-being of contract employees. The research sample of 100 contract employees of Bank Rakyat
Indonesia (BRI) Medan Thamrin Branch. The collection of material in this research uses a scale of job insecurity and a
scale of psychological well-being. The results show a correlation coefficient of r = -0.858. It can be concluded, companies
need to reduce the appearance of job insecurity in order to better psychological well-being for contract employees.

Keywords : Job Insecurity, Psychological Well-Being, Contract Employee

Abstrak
Kesejahteraan psikologis adalah bagian utama dalam perusahaan karena ini merupakan kemampuan induvidu untuk
mengoptimalkan fungsi psikologisnya yang dapat dilihat dari penerimaan diri, mampu mengembangkan potensi diri,
memiliki kemandirian, memiliki target dalam hidup, cakap dalam mengatur area sosial dan membangun interaksi yang
sehat dengan orang lain. Selain itu, karyawan juga membutuhkan rasa aman untuk dapat bekerja dengan optimal.
Penelitian ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa terdapat ketidakpastian pada kesejahteraan psikologis karyawan kontrak.
Sampel penelitian berjumlah 100 orang karyawan kontrak Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Medan Thamrin.
Pengumpulan bahan dalam riset ini menggunakan skala ketidakamanan kerja dan skala kesejahteraan psikologis. Hasilnya
menunjukkan koefisien korelasi sebesar r = -0,858. Dapat disimpulkan, perusahaan perlu mengurangi munculnya
ketidakamanan kerja guna untuk mewujudkan kesejahteraan psikologis yang lebih baik pada karyawan kontrak.

Kata kunci : Ketidakaman Kerja, Kesejahteraan Psikologis, Karyawan Kontrak

Submitted: 16 Januari 2020 Revision: 27 Januari 2020 Accepted: 20 Februari 2020

31
Psikostudia: Jurnal Psikologi ISSN: 2302-2582
Vol 9, No 1, Maret 2020, hlm. 31-37 E-ISSN: 2657-0963

terpenuhi sejahtera secara psikologis maka ia


1 PENDAHULUAN akan memiliki kooperatif yang tinggi, lebih
mudah untuk menolong , tepat waktu dan akan
Era globalisasi ini, persaingan antara
bertahan lebih lama diperusahaan tempat ia
perusahaan dalam dunia kerja sangatlah kuat,
bekerja.
dimana negara berkembang harus berhadapan
Di satu sisi pula, dengan tujuan untuk
langsung dengan negara maju yang dapat
mengurangi biaya, banyak di negara industri
dikatakan unggul hampir di segala aspek. Dapat
yang memberlakukan pemecatan terhadap para
dilihat dari sisi teknologinya, modalnya hingga
karyawannya secara menyeluruh dan membuat
sumber daya manusia yang mereka miliki. Bisa
pengerucutan dengan dalih untuk mencapai
dikatakan aspek tersebut memiliki peranan
efektifitas yang lebih tinggi. Selain itu
yang begitu penting demi keberlangsungan
organisasi juga melakukan downsizing,
persuahaan. Secara garis besar, teknologi
restrukturisasi, dan integrasi dengan jumlah
sendiri merupakan jaminan kualitas produk,
yang mengalami peningkatan dalam beberapa
modal merupakan jaminan untuk
tahun belakangan ini (Kinnunen, dkk., dalam
mengembangkan usaha, namun dari ketiganya
De Witte, 2005).
yang paling vital adalah sumber daya manusia.
Kebijakan yang diambil oleh kebanyakan
Sumber daya manusia yang unggul sangat
perusahaan dalam mempertahankan kondisi
terkait dengan kemampuan untuk merajai
perusahaan, yaitu dengan cara melakukan
segala bidang misalnya teknologi, mengakses
pengerucutan beban biaya (cost efficiency), dan
permodalan, merebut, serta mengelola peluang
cost efficiency yang dapat dilakukan adalah
yang ada, dan pada akhirnya menciptakan
dengan melakukan pengerucutan struktur
output yang mempunyai value yang lebih baik,
organisasi atau yang sering disebut dengan
produk yang kompetitif dalam pasar dunia
downsizing ialah merupakan kebijakan yang
(Hasibuan, 2010).
diangkat oleh kebanyakan perusahaan dalam
Namun dibalik itu, individu yang bekerja,
melindungi stabilitas perusahaan (Bosman,
banyak menghabiskan waktunya untuk
dkk., 2005). Di tengah kondisi keuangan yang
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan
tidak stabil, downsizing dapat dijadikan solusi
pekerjaannya (Harter, Schmidt, & Keyes,
yang dilakukan perusahaan untuk dapat
2003). Individu akan berpaling ke perusahaan
menjaga daya guna pengeluaran dengan cara
lain karena sudah tidak memiliki gairah kerja di
mengurangi beban biaya dari gaji karyawannya
perusahaan lama tempat ia bekerja sehingga
(reducing cost labour) sehingga perusahaan
karyawan akan mencari perusahaan baru
akan terus dapat berdiri. Namun, efek yang
dengan nuansa kerja yang lebih menyenangkan
timbul dari downsizing ialah dapat
dan membuat karyawan merasa aman. Inilah
menyebabkan timbulnya perasaan tidak aman
yang menjadi persoalan yang sering muncul
dalam melakukan aktifitas kerja (job insecurity)
dalam persaingan dunia kerja, perusahaan akan
pada karyawan yang tetap bertahan (survivor),
mencari peluang untuk mencuri karyawan di
di mana para karyawan yang bertahan telah
satu perusahaan lain karena alasan tersebut.
mengalami suatu kondisi yang berpotensi
Gaji juga bukanlah salah satu faktor yang utama
hampir merenggut pekerjaannya, sehingga
bagi karyawan berpindah dari satu perusahaan
tercipta suatu persepsi dan intepretasi yang
ke perusahaan lainnya, namun beragam
buruk terhadap lingkungan tempat mereka
keadaan yang mencetuskan karyawan
bekerja (Bosman, Buitendach & Rothman,
melakukan pekerjaannya secara ideal, jika satu
2005).
perusahaan gagal menjalin hubungan
Fakta menarik ditemukan peneliti pada
emosional, dan sesama karyawan tidak
observasi yang dilakukan pada karyawan
memiliki keterlibatan kerja yang sehat,
kontrak PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk
akibatnya berdampak pada karyawan itu
(Bank BRI) Cabang Medan Thamrin. Lebih
sendiri. Spector (dalam Harter, Schmidt &
dari setengah karyawan di Bank Rakyat
Keyes, 2003) mengungkapkan jika karyawan
32
Psikostudia: Jurnal Psikologi ISSN: 2302-2582
Vol 9, No 1, Maret 2020, hlm. 31-37 E-ISSN: 2657-0963

Indonesia, Tbk masih merupakan karyawan serta tunjangan-tunjangan yang tidak bisa
kontrak dan outsourcing diantaranya adalah didapatkan oleh karyawan berstatus kontrak,
bagian frontliner dan pramubakti. Setiap nantinya juga hanya karyawan kontrak yang
tahun, karyawan kontrak melakukan berhak atas tunjangan pensiun. Kenaikan
perpanjangan kontrak oleh pihak SDM. jabatan juga akan mempengaruhi posisi
Namun, semakin berkembangnya zaman dan karyawan kontrak sebab hanya yang menjadi
bertambah canggihnya sistem informasi dan karyawan tetaplah yang bisa mengikuti Job
teknologi sehingga terjadi perubahan- Opening untuk jabatan tertentu seperti
perubahan sistem di Bank BRI sehingga supervisor, kepala unit, assistant manager,
karyawan-karyawan kontrak akan auditor, manager bisnis, pemimpin cabang
mengalami pengerucutan dan digantikan oleh dan posisi lainnya. Hal ini juga menjadi
mesin-mesin seperti mesin setor tunai kesenjangan sosial, sebab karyawan akan
(CDM), Anjungan Tunai Mandiri (ATM). merasa berkecil hati dan iri terhadap fasilitas
Pekerjaan-pekerjaan frontliner dan yang didapatkan oleh karyawan organik.
pramubakti seperti membuka buku tabungan Ketakutan akan kehilangan pekerjaan
nasabah, menerima setoran tunai dari membuat karyawan menuntut keadilan
nasabah baik untuk transfer, menabung, dan kepada perusahaan agar tetap memberikan
mengambil uang nantinya hal tersebut akan hak-hak mereka dan meminta agar
digantikan dengan mesin-mesin sehingga perusahaan mempekerjakan karyawan
fungsi dari frontliner tidak dibutuhkan lagi. dengan status dirumahkan. Keadaan inilah
Bahkan kedepannya dalam urusan yang menjadi pemicu pekerja menjadi
perkreditan, baik untuk kredit mikro, makro, merasa tidak sejahtera secara psikologis.
dan retail sudah dirancang program untuk Padahal untuk melahirkan mutu SDM yang
mempermudah para nasabah agar tidak perlu unggul, perusahaan seharusnya dapat
mendatangi unit kerja Bank BRI dan tidak memberikan hak-hak karyawan sesuai
perlu tanda tangan untuk akad kredit dengan ketentuannya sehingga karyawan itu
melainkan dari sistem yang sudah dirancang sendiri tidak merasa terancam akan status
melalui telepon genggam. Fungsi frontliner pekerjaannya dan kehidupannya. Karyawan
akan jauh berkurang apabila program kredit yang sudah merasa terpenuhi hak-haknya
tanpa kantor tersebut sudah dijalankan. maka secara otomatis kesejahteran
Efek dari hal inilah yang menyebabkan psikologisnya akan meningkat.
karyawan kontrak harus memilih untuk tetap Keadaan tercapainya kebahagiaan tanpa
bertahan sebagai karyawan kontrak dan tetap adanya gangguan psikologis yang ditandai
menjadi frontliner atau memilih keluar dari dengan kesanggupan individu mengoptimalkan
zona aman dan memilih untuk menjadi segala fungsi psikologisnya itulah
bagian dari bisnis. Sebab, di dalam Kesejahteraan psikologis (psychological well-
perbankan saat ini, hanya orang yang masuk being) yang sebenarnya. Ryff dan Singer
di dalam bagian bisnislah yang dapat menjadi (dalam Snyder & Lopez, 2002), mengutarakan
karyawan organik atau sebagai pegawai tetap bahwa kesejahteraan psikologis ialah peranan
di BRI. Namun hal itu tidaklah mudah, sebab optimal dari fungsi psikologis seseorang.
akan banyak target-target dan tekanan- Sedangkan Robertson dan Cooper (2011),
tekanan dari manajemen untuk melampaui menguraikan pengertian tentang kesejahteraan
target yang diberikan oleh perusahaan. Selain psikologis yang dirasakan seseorang di tempat
dari perbedaan status tentunya terdapat juga mereka bekerja. Taraf kesejahteraan psikologis
perbedaan fasilitas yang diterima oleh bisa terlihat dari kondisi indikator
karyawan berstatus kontrak diantaranya kesejahteraan psikologis seseorang.
adalah hak guna kendaraan dinas, jumlah Para ahli telah banyak mengemukakan
kenaikan gaji setiap tahunnya, perhitungan pendapatnya salah satunya Snyder & Lopez
insentif tahunan, bonus tahunan, fasilitas (2002), yang menguraikan bahwa acceptance
kesehatan baik untuk pribadi dan keluarga (penerimaan), affection (kasih sayang), dan
33
Psikostudia: Jurnal Psikologi ISSN: 2302-2582
Vol 9, No 1, Maret 2020, hlm. 31-37 E-ISSN: 2657-0963

achivement (pencapaian) adalah tiga bagian Berdasarkan uraian tersebut, peneliti


kebahagiaan sebagai suatu kebutuhan agar memiliki ketertarikan untuk melakukan riset
terpenuhinya kesejahteraan psikologis. Lain tentang “Hubungan antara ketidakamanan kerja
halnya dengan Ryff (1989) ia mengemukakan dengan kesejahteraan psikologis pada
kesejahteraan psikologis sebagai kompetensi karyawan kontrak”.
seseorang dalam menerima dirinya apa adanya
(self-acceptance), menjalin hubungan yang
hangat dengan orang lain (positive relationship 2 METODE PENELITIAN
with others), memiliki kemandirian dalam
Peneliti mengambil karyawan kontrak
menghadapi tekanan sosial (autonomi),
PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) Cabang
mengontrol lingkungan eksternal
Medan Thamrin sebagai populasi penelitian.
(environmental mastery), memiliki pandangan
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
di masa yang akan datang (purpose in life),
peneliti ini yaitu purposive sampling dengan
serta mampu merealisasikan kapasitas dirinya
melibatkan 140 orang karyawan sehingga
secara berkelanjutan.
didapatilah sampel penelitian sebanyak 100
Dalam penelitiannya, Malidina dan
orang karyawan dengan taraf kesalahan
Nurtjahjanti (2016) menemukan pengaruh
sebanyak 5%. Dalam hal ini peneliti
ketidakamanan kerja terhadap kesejahteraan
menggunakan tabel penentuan jumlah sampel
psikologis. Pekerja kontrak pada Rumah Sakit
menurut Isaac dan Michael (dalam Sugiyono,
Islam Sultan Agung Semarang menunjukkan
2010).
tingginya taraf ketidakamanan kerja disana dan
Penelitian ini menggunakan instrumen
menurunkan kesejahteraan psikologis mereka.
pengambilan data berupa skala (dalam Azwar,
Sehingga hasil pada penelitian ditempat
2006), yang terdiri dari skala pengukuran untuk
tersebut ialah negatif.
mengukur kesejahteraan psikologis dan skala
Penurunan tingkat kesejahteraan
ketidakamanan kerja.
psikologis berasal dari ketidakamanan kerja
Skala kesejahteraan psikologis peneliti
yang dapat menyebabkan stres dilingkungan
kembangkan berdasarkan dimensi-dimensi
tempat seseorang bekerja (Wichert dalam
kesejahteraan psikologis yang dikemukakakn
Burchell, dkk., 2005). Keadaan psikologis
oleh Ryff (1989), dijelaskan bahwa orang
dimana seorang karyawan merasa terancam
dengan memiliki kesejahteraan psikologis
atau dihantui kekhawatiran akan
karena adanya hal-hal sebagai berikut yaitu
keberlangsungan pekerjaannya dimasa yang
mampu menerima dirinya (self-acceptance),
akan datang merupakan salah satu ciri
menjalin ikatan yang sehat terhadap orang lain
ketidakamanan kerja. Ahli lain yang mengkaji
(positive relationship with others), otonomi
ketidakamanan kerja adalah Svergke, dkk.,
(Autonomy), mampu menciptakan lingkungan
(2004) yang menyatakan ketidakamanan kerja
yang baik (environmental mastery), memiliki
akibat ketakutan atau rasa khawatir dalam
tujuan hidup (purpose in life), pertumbuhan
hubungannya dengan persepsi subjektif terkait
pribadi (personal growth). Pada skala
dengan kemungkinan kehilangan pekerjaan
kesejateraaan psikologis yang disusun oleh
dikemudian hari. Ketidakamanan kerja pada
peneliti terdapat total 48 item. Dari setiap
diri karyawan dapat menimbulkan masalah
dimensi tersebut disusun dengan 8 item yang
terhadap psikologis karyawan yang merupakan
memiliki 4 item favourable dan 4 item
efek dari gagalnya karyawan tersebut
unfavourable.
memperoleh rasa aman. Ketidakamanan kerja
Sedangkan skala ketidakamanan kerja
merupakan suatu persepsi subjektif akan
peneliti kembangkan berdasarkan dimensi-
ketakutan atau kekhawatiran yang berhubungan
dimensi yang dipaparkan oleh O’neill dan
dengan hilangnya pekerjaan pada masa yang
Sevastos (2013) dengan menggunakan Job
akan datang (Sverke, Hellgren dan Khatarina,
Insecurity Measure (JIM) yang terdiri dari
2006).
empat faktor yaitu Job Loss Insecurity, Job
Changes Insecurity, Marginalization Insecurity
34
Psikostudia: Jurnal Psikologi ISSN: 2302-2582
Vol 9, No 1, Maret 2020, hlm. 31-37 E-ISSN: 2657-0963

dan Organizational Insecurity. Pada skala Tabel 2.


kesejateraaan psikologis yang disusun oleh Hasil Uji Linieritas Hubungan
peneliti terdapat total 40 item. Dari setiap
Variabel F Sig. Ket.
dimensi tersebut disusun dengan 10 item yang KK 358,234 0,000 Linear
memiliki 5 item favourable dan 5 item KP
unfavourable.
Dalam pembuatan skala, peneliti KP = Kesejahteraan Psikologis; KK = Ketidakamanan
memakai empat alternatif jawaban yaitu SS Kerja
(sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju),
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
dan STS (sangat tidak setuju), yang mana
hubungan yang negatif antara kesejahteraan
pernyataan favourable maka mengandung
psikologis dengan ketidakamanan kerja pada
nilai-nilai yang positif, SS (sangat setuju)
karyawan kontrak PT. Bank Rakyat Indonesia,
diberikan bobot 4 (empat), S (setuju) dengan
Tbk (BRI) Cabang Medan Thamrin. Hasil uji
bobot 3 (tiga), TS (tidak setuju) dengan bobot 2
hipotesis dapat dilihat pada Tabel 3 yaitu
(dua), dan STS (sangat tidak setuju) dengan
sebagai berikut.
bobot 1 (satu). Sistem penilaian sebaliknya, jika
pernyataan unfavourable yaitu SS (sangat Tabel 3.
setuju) diberikan bobot 1 (satu), S (setuju) Korelasi Antara Kesejahteraan Psikologis dengan
dengan bobot 2 (dua), TS (tidak setuju) dengan Ketidakamanan Kerja
bobot 3 (tiga), dan STS (sangat tidak setuju)
dengan bobot 4 (empat). Variabel Pearson Signifikansi
Adapun untuk proses analisis data yang Correlation
KP -0,858 0,000
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini KK
menggunakan korelasi Product Moment
(Pearson Correlation) dengan bantuan SPSS KP = Kesejahteraan Psikologis; KK = Ketidakamanan
17 for windows. Kerja

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji hipotesis korelasi


antara kesejahteraan psikologis dengan
Sebelum data-data yang terkumpul ketidakamanan kerja yang dianalisa
dianalisis lebih jauh, peneliti melakukan uji menggunakan teknik Pearson Product Moment
asumsi yang berupa uji normalitas data serta uji sebagaimana ada pada tabel 3, dapat
linearitas. Untuk mengetahui apakah setiap disimpulkan negatif yang kuat dan signifikan
variabel penelitian sudah memiliki penyebaran antara kesejahteraan psikologis dengan
nilai yang normal atau tidak, maka peneliti ketidakamanan kerja ( r = -0,858, p = 0,000 <
melakukan uji normalitas sebaran ini 0.05). Hasil uji hipotesis menunjukkan korelasi
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Test. yang negatif dan signifikan sehingga korelasi
Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika tersebut dikategorikan memiliki hubungan
nilai signifikansi di atas dari nilai 0.05 dan yang kuat (Priyatno, 2011).
sebaliknya data dikatakan tidak berdistribusi Selanjutnya peneliti menguji besarnya
secara normal jika nilai signifikansi di bawah hasil sumbangan efektif dalam penelitian ini,
dari nilai 0.05 (Priyatno, 2011). berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa
adanya sumbangan efektif sebesar 73,6 persen
Tabel 1. ketidakmanan kerja mempengaruhi
Hasil Uji Normalitas kesejahteraan psikologis dengan determinasi
Nilai (R²) sebesar 0,736 dan variabel lain yang tidak
Variabel KS-Z Ket.
Signifikansi (p)
KP 0,1665* 0,945 Normal
dikaji pada penelitian ini memengaruhi sebesar
KK 0,1185* 1,032 Normal 26,4 persen misalnya rasa syukur, perilaku
KP =Kesejahteraan Psikologis; KK = Ketidakamanan sosial, penyesuaian diri, prophetic parenting,
Kerja * p < 0,05. mindfulness dan perfeksionisme.

35
Psikostudia: Jurnal Psikologi ISSN: 2302-2582
Vol 9, No 1, Maret 2020, hlm. 31-37 E-ISSN: 2657-0963

penyesuaian diri, prophetic parenting,


Tabel 4. mindfulness dan perfeksionisme.
Model Summary Sumbangan Efektif
Std. Error
Adjusted 4.2 Saran
Model R R2 2 of the
R
Estimate Peneliti memberikan saran agar para
1 0,858a 0,736 0,733 3,515 karyawan dapat meningkatkan komunikasi
terhadap sesama rekan kerja. Tujuannya adalah
agar dapat terjalin hubungan interpersonal yang
Peneliti melihat adanya hasil penelitian lebih baik, sehingga dapat menciptakan suasana
yang berbanding lurus dengan penelitian yang kerja yang lebih menyenangkan. Hubungan
dilakukan sebelumnya oleh Nopiando (2012) interpersonal yang baik antar sesama karyawan
pada karyawan outsourcing. Penelitiannya juga dapat membantu proses pengungkapan isi
menunjukkan adanya hubungan negatif dan hati atau keluh-kesah, yang dapat membuat
signifikan antara ketidakamanan kerja dengan seseorang lebih lega sehingga mampu bekerja
kesejahteraan psikologis dengan nilai koefisien lebih optimal. Kepada Pemimpin Cabang Bank
korelasi Pearson Product Moment r = -0,440 BRI Medan Thamrin, peneliti memberikan
dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. masukan agar dapat menjelaskan setiap
Berdasarkan hasil dari penelitiannya, dapat perubahan yang terjadi secara jelas terhadap
ditarik kesimpulan semakin tinggi tingkat para karyawan. Pentingnya transparansi dalam
ketidakamanan kerja maka akan semakin bekerja merupakan kunci agar tidak timbul
rendah tingkat kesejahteraan psikologis pada spekulasi yang dapat meningkatkan
karywan outsourcing. Sebaliknya apabila ketidakkondusifan dalam bekerja. Selain itu,
tingkat ketidakamanan kerja rendah maka peneliti juga sangat menyarankan agar
tingkat kesejahteraan psikologis karyawan akan menciptakan suasana atau budaya kerja yang
semakin tinggi. suportif dan menyenangkan agar para karyawan
dapat merasa tidak tertekan saat bekerja.
Serta bagi peneliti selanjutnya peneliti
4 KESIMPULAN DAN SARAN
berharap peneliti selanjutnya dapat mencari
4.1 Simpulan faktor lain yang memengaruhi ketidakamanan
kerja maupun kesejahteraan psikologis
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan karyawan seperti rasa syukur, perilaku sosial,
peneliti dapat ditarik kesimpulan yaitu adanya penyesuaian diri, prophetic parenting,
hubungan negatif antara ketidakamanan kerja mindfulness dan perfeksionisme.
dengan kesejahteraan psikologis pada
karyawan Bank BRI Cabang Thamrin dengan 5 DAFTAR PUSTAKA
korelasi Product Moment (r) sebesar –0,858.
Hal ini merujuk pada tingginya ketidakamanan Azwar, S. 2006. Penyusunan Skala Psikologi.
kerja yang menyebabkan rendahnya Yogyakarta: Pustaka Belajar.
kesejahteraan psikologis, begitu pula Bosman, R & Buittendach. 2005. Job
sebaliknya jika rendahnya ketidakamanan kerja Insecurity, Burnout and Work
akan meningkatkan kesejahteraan psikologis Engagement: The Impact of Positive and
pada karyawan Bank BRI Cabang Medan Negative Afectivity. SA Journal of
Thamrin. industrial Psychology: 31 (4).
Berdasarkan hasil yang didapat, peneliti Burchell, B., Ladipo, D., dan Wilkinson, F.
juga mengetahui bahwa adanya sumbangan 2005. Job insecurity and Work
73,6 persen dari variabel ketidakamanan kerja Intensification. New York: Routledge.
terhadap variabel kesejahteraan psikologis De Witte, H. (2005). Job Insecurity : review of
yaitu sebesar 73,6 persen, selebihnya 26,4 international literature on defenitions,
persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak prevalence, antecendents and
diteliti, seperti rasa syukur, perilaku sosial,
36
Psikostudia: Jurnal Psikologi ISSN: 2302-2582
Vol 9, No 1, Maret 2020, hlm. 31-37 E-ISSN: 2657-0963

consequences. Journal of Industrial 4BBAEED67A4616B4?doi=10.1.1.1029


Psychology, 31(4), 1-6. .4536&rep=rep1&type=pdf
Hasibuan, M.S.P. 2010. Manajemen Sumber Ryff & Keyes. 1995. The structure of
Daya Manusia. Jakarta: Bumi. psychological well-being revisited.
Harter, J.K., Schmidt, F.L & Keyes, C.M.L Journal of Personality and Social
2003. Well-being in the workplace and its Pshychology, 69(4), 719-727.
releationship to business outcomes. Snyder, C. R., & Lopes, S. J. 2002. Handbook
Flourishing: The Positive Person and of positive psychology. New York:
The Good Life, 205-224 Oxford University Press.
Maulidina, N.R, & Nurtjahjanti, H. 2016. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
Hubungan Ketidakamanan Kerja Dengan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Psychological Well Being pada Sverke, M. Helgren, J. & Katharina, N. 2006.
Karyawan Kontrak Rumah sakit Islam Job Insecurity a Literature Review.
Sultan Agung Semarang. Jurnal Empati, Sweden. National institute for woking life
5(2), 189-194 and authors.
Nopiando, B. 2012. Hubungan antara Job
Insecurity dengan Kesejahteraan
Psikologis pada Karyawan Outsourcing.
Journal of Social and Industrial
Psychology, 94-100
O’Neill, P., & Sevastos, P. 2013. The
Development and Validation of a New
Multidimensional Job Insecurity Measure
(JIM): An Inductive Methodology.
Journal of Occupational Health
Psychology, 18 (3), 78-86
Pienaar, J., De Witte, H., Hellgren J., &Sverke,
M., 2013. The Cognitive/Affective
Distinction of Job Insecurity: Validation
and Differential Relations. Southern
African Business Review Volume 17
Number 2 2013. Diakses pada tanggal 22
Juli 2019 dari
https://www.researchgate.net/publication
/257749177_The_cognitive
affective_distinction_of_job_insecurity_
Validation_and_differential_relations
Priyatno, D. 2011. Buku Saku Analisis Statistik
Data SPSS. Yogyakarta : MediaKom
Robertson, I., Cooper, C,. 2011. Well-Being:
Productivity and Happiness at Work. UK
: Palgrave Macmillan
Ryff, C.D. 1989. Happiness is Everything, or is
it? Exploration on the meaning of
Psychological Well-being.Journal
Personality and Social Psychology. 57,
1069-1081. Diakses dari
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/dow
nload;jsessionid=A9FA156CD73E5A44

37

Anda mungkin juga menyukai