Anda di halaman 1dari 6

MEMILIH BENTUK USAHA YAYASAN

Yayasan termasuk organisasi nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis.
Perbedaan

utama yang mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan

berbagai aktivitas operusinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para
anggota dan para

pemyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut.

Yayasan adalah badan hukum yang didirikan oleh beberapa orang atau beberapa badan usaha, yang
lebih sering

tidak bertujuan untuk semata-mata mencari keuntungan (nirlaba). Namun demikian tidak semua
yayasan

berorientasi tidak mencari keuntungan, atau yayasan yang berorientasi tidak mencari keuntungan dapat
juga

dalam realisasinya mendapatkan keuntungan.

Yayasan termasuk subjek pajak penghasi lan badan yang mempunyai kewajiban perpajakan yang sama
dengan

bentuk badan usaha lain. Namun karena sifat yayasan yang tidak semata-mata mencari keuntungan,
maka

perlakuan perpajakannya juga berbeda

Pendirian yayasan yang dikaitkan dengan ketentuan perpajakan dibedakan dani bentuk usaha
yayasannya

Kegiatan usaha yayasan dapat terjadi pada berbagai hal, seperti:

Pendidikan,

Kesehatan,

Agama dan sosial lainnya.

Pertimbangan perpajakan atas pemilihan kegiatan usaha yayasan meliputi:

Pertimbangan Pengakuan Penghasilan dan Biaya,


Pertimbangan Pengenaan PPh dan PPn.

Pertimbangan Perlakuan Penghasilan dan Biaya

Pada perlakuan biaya pada yayasan terdapat beberapa perbedaan pengakuan biaya yang boleh
diperhitungkan

antara bentuk kegiatan usaha yayasan yang satu dengan yayasan lainnya.

Pengakuan Penghasilan dan Biaya pada Kegiatan Usaha Yayasan Pendidikan

Ketentuan pepajakan memperlakukan secara khusus yayasan yang kegiatan usahamya dalam bidang
pendidikan.

Yayasan pendidikan yang mempunyai perlakuan khusus dalam perpajakan adalah yayasan atau
organisasi sejenis

yang bergerak di bidang pendidikun formal mulai dari taman kanak-kanak sampai pergunuan tinggi.

Yayasan pendidikan diperkenankan untuk mengakui dana pembanguran gedung dan prasarana
pendidikan

sebagai biaya untuk mengurangi penghasilan bruto.

Dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah dana yang akan digunakan untuk
membangun

gedung dan prasarana pendidikan yang berasal dari sisa lebih.

Dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan tersebut wajib dipergunakan untuk
pembangunan gedung

dan prasarana pendidikan dalam jangka waktu 4 tahun setelah berakhimya tahun pujak diterimanya
dana.

Yang dimaksud sisa lebih penerimaan yayasan adalah selisih dari seluruh peneriman yang merupakant
objek

pajak penghasilan selain penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan tersendiri, dikurangi dengan
pengeluaran

untuk biaya operasional yayasan sehari-hari.

Pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah termasuk:

Pembelian tanah untuk pembangunan prasarana pendidikan.

Gedung sarana pendidikan


Asrama mahasiswa

Rumah dinas guru, dosen dan karyawan

Peralatan laboratorium, perpustakaan, temasuk buku-buku.

Sarana olahraga

Inventaris kantor

Apabila setelah lewat jangka waktu 4 tahun yayasan tidak mempergunakannya, dana pembangunan
gedung dan

prasarana pendidikan lersebut akan diakui sebagai penghasilan dan dikenakan PPh pada tahun pajak
berikutnya.

Dengan diperkenankannya dana pembungunan tersebut sebagai biaya, dan apabila seluruh sisa lebih
yayasan

dimasukkan sebagai dana pembangunan serta direalisasi pembangunannya dalam 4 tahun, maka
terhadap dana

pendidikan yayasan pendidhkan itu ticdak akan terutang PPh.

Perlakuan Penghasilan dan Biaya pada Kegiatan Usaha Yayasan Kesehatan

Dalam ketentuan perpajakan, yuyasan yang bergerak pada bidang kesehalan diperlakukan seperti badan
usaha

lainnya, di mana sisa lebih dari penerimannya diperlakukan seperti laba, yang dikenakan PPh dengan
tarif yang

sama seperti badan usaha lainnya.

Penerimaan yayasan kesehatan yang harus diakui sebagai penghasilan di antaranya adalah:

Uang pendaftaran untuk pelayanan kesehatan.

Sewa kamarruangan di rumah sakit, poliklinik, pusat pelayaran kesehatan.

Penghasilan dari perawatan kesehatan seperti uang pemeriksaan dokter, operasi, rontgen, scaning

pemeniksaan laboratorium dan lainnya.

Penghasilan dari penyewaan alat alat kesehatan, mobil ambulan, dan sebagaimya

Uang pemeriksaam kesehuatan termasuk general check np.

Penjualan obat.
Penghasilan lain sethubungan dengan penyelenggraan kesehatan.

Penghasilan lain serta biaya-biaya yang dikeluarkan oleh yayasan diperlakukan sama seperti pada
bentuk badan

usaha lain.

Perlakuan Penghasilan dan Biaya pada Kegiatan Usaha Yayasan Agama dan Sosial Lainnya

Yayasan keagamaan dan sosial lain, termasuk yang bukan berorientasi mencari laba, tetap diperlakukan
sebagai

subjek pajak

Nammun demikian penghasilan jasa pada yayasan kecagamaan atau yayasan sosial pada dasarmya
bukan merupakan

objek pajak sehingga apabila penghasilan yayasan semata-mata dari penghasilan yang bukan merupakan
objek

pajak maka atas yayasan keagamaan maupun sosial tidak akan terurang PPh. Nanmun demikian apabila
yayasn

tersebut mempuinyai penghasilan sebagai objek pajak maka akan tetap terutang PPh.

Demikian pula apabila yayasan tersebut melakukan transaksi, seperti pembayaran berbagai jasa,
dividen, royalti,

sewa maupun pembayaran gaji dan sejenisnya, muka setap berkewajiban untuk memotong maupun
memungut

PPh ataupun PPn.

Dari berbagai pertimbangan atas berbagai kewajiban pepajakan dari yayasan, maka disimpulkan bahwa
yayasan

meurut ketentuan perpajakan diperlakukan seperti berikut ini :

Sisa lebih yayasan diperlakukan sebagai laba seperti pada badan usaha lainnya.

Pengakuan penghasi lan maupun biaya pada yayasun sama dengan badan usaha lainnya.

Khusus yuyasan pendidikan diberi fasilitas untuk dapat mengakui dana pembangunan sebagai biaya

Pertimbangan Pengenaan PPh dan PPn

Pada dasamya pengenaan PPh atas sisa lebih dari penerimaan yang didapat dari penerimaan merupakan
objek
pajak yang dikenakan PPh sesuai dengan badan usaha lainnya. Demikian juga kewajiban pemungutan
maupun

pemotongan PPh yang harus dilakukan oleh yayasan, sama dengan bentuk badan usaha lainnya.

Pengenaan PPn pada yayasan juga sama dengan kegiatan usaha lain, tergantung barang atau jasa yang
menjadi

produk yuyasan.

Namun demikan hampir kebanyakan produk yayasan berupa jasa yang tidak dikenakan PPh, seperti jasa

pendidikan, jasa pelayanuan kesehatan, maupun jasa keagamaan.

MEMILIH BENTUK USAHA KERJASAMA OPERASI

Kerjasama Operasi (K.SO) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih di mana masing-masing sepakat
untuk

melakukan suatu usaha bersama dengan mengsgunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki dan
secara bersama

menanggung risiko atas usaha tersebut.

Kerja sama operasi menupakan kerjasama operasi dua badan usaha atau lebih yang sifatnya sementara,
hanya

untuk melaksanakan suatu proyek tertentu, sehingga bukan merupakan subjek pajak.

Pemilihan kegiatan pada kerja sama operasi daput dilakukan dengan mempertimbangkan keteniuan
yang ber-

kaitan dengarn pengenaan PPh dan PPa.

Bentuk KSO dupat dibedakan menjadi 2, yaitur

KSO dengan cntitas hukum yang terpisah (sepurate legal entity) dari entitas hukum para partisipan KSO.

KSO tanpa pembentukan entitas hukum yang terpisah.

KSO dengan Entitas Hukum Terpisah

KSO dengn entitas hukum terpisah dapat berbentuk badan hukum atau persekutuan, termasuk di
antaranya

bentuk Joint Operation.

Contoh KSO dengan entitas hukum terpisah:


KSO pada Telkom

KSO pada KPS

KSO puda Pelayanan Medis

KSO pada Telkom

Telkom, dalam kegiatan pengelolaan dan pengoperasian saranajaringan yang telah ada dan
saranajaringan banu

membentuk KSO dengan mitra usaha.

Mitra usaha yang membentuk KSO dengan Telkom adalah badan usaha patungan Indonesia yang
didirikan dalam

rangka penanaman modal asing

Anda mungkin juga menyukai