Anda di halaman 1dari 10

PAPER

SISTEM EKONOMI INDONESIA

Penilaian Tugas Akhir UAS Semester 1


Dalam Mata Kuliah Sistem Ekonomi Indonesia
Dosen Pembimbing :
Hellatsani Widya Ramadhani, S.IP; M.A

Disusun Oleh :
Sendy Mareta
202010050311193

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SISTEM EKONOMI KAPITALIS
Sendy Mareta

ABSTRAK
Sistem ekonomi kapitalis adalah merupakan sebuah sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh
hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi dan pemanfaatannya untuk mencapai laba
dalam kondisi yang sangat kompetitif. kapitalisme ini hasil dari pemikiran Adam Smith, Smith adalah
tokoh mazhab klasik di mana para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran mazhab klasik
merupakan dasar sistim ekonomi kapitalis. Doktrin yang diajarkan melalui bukunya “The Welth Of
Nation” menerangkan pilar-pilar dari kapitalisme dengan konsep “Laissez faire” dan prinsip “The
Invisible Hand” inilah yang menjadi pijakan dalam kerangka dasar teori system ekonomi kapitalis
yaitu tentang nilai barang dan jasa, struktur harga, yakni harga dalam area produksi, harga dalam
menentukan konsumsi dan harga dalam metode menentukan produksi, dasar pemikiran teori Adam
Smith mampu bertahan sampai terjadinya depresi ekonomi tahun 1929, pada saat itu J.M Keyness
tampil dan berhasil mengungkapkan suatu teori bahwa sistem ekonomi yang baru dan lebih baik
dapat dibangun, pemikiran Keynesian memerlukan adanya intervensi pemerintah dalam
menentukan kebijakan ekonomi, ini merupakan awal jatuhnya system ekonomi kapitalis, akan tetapi
waktu berjalan selama kurang lebih 30 tahun terjadi krisis minyak dunia tahun 1973, system
ekonomi kapitalis kembali tampil dengan nama baru neoliberalisme.

PENDAHULUAN
Para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran ahli-ahli ekonomi klasik yang dimotori
oleh Adam Smith merupakan dasar system ekonomi kapitalis. Tokoh-tokoh mazhab klasik
mengemukakan bahwa segala kegiatan ekonomi yang dilaksanakan secara bebas dinilai akan lebih
banyak mamfaatnya bagi kalangan masyarakat sebagai keseluruhan dari pada kalau segalanya diatur
pemerintah, atau dengan kata lain melalui ikut campur tangan pemerintah. Pandangan tersebut
didasarkan dari berbagai saran atau pendapat yang menyatakan bahwa produksi dan komsumsi
serta pembagian kekayaan pada asasnya sudah ditentukan menurut hukum-hukum ekonomi yang
berlangsung didalam kehidupan masyarakat Para tokoh pemikir dari mazhab klasik mempunyai
banyak pandangan tertentu mengenai sejumlah permasalahan ekonomi yang dianggap paling
penting dalam kehidupan masyarakat yakni yang berkenaan dengan masalah pokok yang ada
hubunganya antara satu dengan lainnya, dan kemudian di bahas dalam kerangka susunan anlisis
teoritis.

Misalnya mengenai hubungan antara nilai dan harga barang, besarnya upah dan besarnya
laba, yang satu sama lainnya ditentukan oleh kekuata-kekuatan pasar dalam persaingan. Untuk itu
peran pemerintah harus dibatasi hanya pada prasarana pekerjaan umum serta jasa-jasa public
lainnya Adapun titik tolak teori yang diberikan oleh ahli-ahli system ekonomi kapitalis yang bernaung
dibawah mazhab klasik,adalah bahwa kebutuhan manusia akan dapat terpenuhi dengan cara yang
baik sekiranya sumber-sumber daya produksi itu digunakan secara efisien. Disamping itu juga jika
hasil produksi yang berupa barang dan jasa di jual di pasaran melalui persaingan yang benar-benar
bebas.
PENGERTIAN EKONOMI KAPITALIS
Sistem Ekonomi Kapitalis muncul pada abad ke-17 ketika dominasi gereja di Eropa
mulai runtuh. Dominasi gereja, yang mendoktrinkan kepentingan gereja di atas segala
kepentingan, diruntuhkan oleh pandangan yang menekankan pada liberalisme,
individualisme, rasionalisme atau intelektulisme, materialisme dan humanisme. Pemikiran-
pemikiran tersebut menjadi dasar Sistem Ekonomi Kapitalis. Pemikiran liberalisme
meletakkan kebebasan individu sebagai hal yang paling utama. Rasionalisme mengajarkan
bahwa peranan rasio (pikiran) lebih penting daripada perasaan. Materialisme adalah paham
yang menyatakan bahwa hakikat kebenaran adalah sesuatu yang dapat dibuktikan secara
empiris, yaitu diraba, didengar, dan dirasa.
Sementara itu humanisme adalah paham yang menyatakan bahwa bagi manusia
yang penting adalah kehidupan di dunia ini, hidup sesudahnya di luar jangkauan manusia
sehingga tidak perlu dipikirkan (Hudiyanto, 2002). Jika sebelumnya gereja dengan doktrin-
doktrinnya menghalang-halangi umat Kristen untuk mengumpulkan kekayaan karena
kekayaan sepenuhnya milik gereja, maka setelah keruntuhannya masyarakat Eropa pada
zaman itu mulai benar-benar memikirkan penimbunan kekayaan. Pada saat yang sama
terjadi perubahan fokus mendapatkan kekayaan. Jika sebelumnya, mereka sangat
tergantung dengan perdagangan maka setelah kemunculan penemuan teknologi baru
seperti mesin uap, mereka beralih pada industri. Modal yang semula dialokasikan pada
perdagangan dialihkan pada pembangunan industri. Pada masa itulah muncul Adam Smith
(1776) yang menjadi peletak ideologi kapitalisme.

PILAR PILAR SISTEM EKONOMI KAPITALIS


Sistem ekonomi kapitalis merupakan suatu system yang menyandarkan diri sepenuhnya
pada :
1. Hak milik Swasta (Private Property)
lembaga ini merupakan elemen pokok dari kapitalisme, Ia menjamin bahwa setiap
orang mempunyai hak untuk mencapai barang-barang ekonomi dan sumber-sumber
daya melalui cara yang legal, mengadakan perjanjian-perjanjian sehubungan dengan
penggunaannya dan apabila perlu menjualnya. Kekayaan merupakan hak alamiah
terlepas dari kekuasaan Negara.
2. Dibina oleh tangan yang tak terlihat (The Invisible Hand)
prinsif tersebut menyatakan bahwa untuk mencapai hal yang terbaik untuk
masyarakat. Setiap individu dalam sebuah masyarakat kapitalistik dimotivasi oleh
kekuatan-kekuatan ekonomi sehingga ia akan bertindak sedemikian rupa untuk
mencapai kepuasan terbesar dengan pengorbanan atau biaya yang sekecil-
kecilnya.ekonomi sehingga ia akan bertindak sedemikian rupa untuk mencapai
kepuasan terbesar dengan pengorbanan atau biaya yang sekecil-kecilnya.
3. Individualisme ekonomi Laissez- Faire
Pernyataan ini menjadi kata kunci kapitalisme. Dalam arti bahwa tiadanya intervensi
pemerintah akan menyebabkan timbulnya individualism ekonomi dan kebebasan
ekonomi.Intervensi pemerintah dibatasi pada aktivitas-aktivitas tertentu.
4. Persaingan dan pasar-pasar bebas (free market competition).
Prinsip bekerjanya mekanisme pasar menyebabkan terjadinya persaingan.
Persaingan terjadi antara penjual barang-barang yang serupa untuk menarik
pembeli; antara pembeli untuk mencapai barang-barang yang mereka inginkan;
antara pekerja untuk memperoleh pekerjaan, antara pihak majikan untuk
memperoleh pekerja, antara pembeli dan penjual sumber-sumber daya untuk
mencapai syarat yang sebaik-baiknya..

CIRI-CIRI SISTEM EKONOMI KAPITALIS


• Penjaminan atas hak milik perseorangan
Hak milik pribadi adalah hal yang paling penting dalam kapitalisme. Setiap orang berhak
menimbun kekayaan pribadi sebesar-besarnya tanpa mengindahkan posisi orang lain yang
tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang sama.
• Mementingkan diri sendiri (self interest)
Karena menekankan individualisme, maka dalam Sistem Ekonomi Kapitalis setiap individu
sepenuhnya dibebaskan berorientasi pada diri sendiri. Segala aktivitas ekonomi dan sosial
yang dilakukan sepenuhnya untuk kepentingan diri sendiri. Para kapitalis mempercayai
kehadiran “tangan-tangan gaib” (invisible hands) yang akan mempertemukan setiap
kepentingan individu tersebut dalam sebuah titik keseimbangan (equilibrium).
• Pemberian kebebasan penuh
Paham liberalisme yang menjadi dasar pemikiran kapitalisme memungkinkan setiap pihak
memiliki kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas ekonomi. Campur tangan negara
dalam aktivitas ekonomi dibatasi hanya sebagai penyedia fasilitas dan pengatur lalu lintas
sehingga semua orang dapat melakukan aktivitas ekonominya dengan lancar. yang
membawa pada titik keseimbangan.
• Persaingan bebas (free competition)
Dalam sistem kapitalis, persaingan antarpelaku ekonomi di masyarakat dimungkinkan.
Persaingan dapat terjadi antarpenjual yang dapat memberikan kualitas terbaik kepada
pembeli. Sebaliknya beberapa pembeli dapat saling bersaing untuk memberikan harga
terbaik.
• Harga sebagai penentu (price system)
Para kapitalis sangat percaya pada mekanisme pasar yang bekerja menentukan harga
keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang dan jasa. Dalam kondisi apapun
negara tidak boleh melakukan intervensi terhadap pasar. Jika pada satu waktu penawaran
berlebihan sehingga mengakibatkan merosotnya harga, maka negara diminta diam saja
karena mekanisme pasar dengan sendirinya akan menentukan harga keseimbangan baru.
• Peran negara minimal Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada Sistem Ekonomi
kapitalis mekanisme pasarlah yang satu-satunya diyakini baik dan boleh bekerja di pasar.
Oleh karena itu negara memiliki peran yang sangat minim. Negara hanya menjaga keamanan
dan ketertiban, menetapkan hak-hak kekayaan pribadi, menjamin perjanjian kedua belah
pihak ditaati, menjaga persaingan tanpa hambatan, mengeluarkan mata uang, dan
menyelesaikan persengketaan pihak buruh dan pemilik modal.
Sistem Ekonomi Kapitalis memberikan kebebasan individu untuk berusaha mendapatkan
kekayaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Kebebasan tersebut mendorong individu
melakukan berbagai inovasi ekonomi dan teknologi yang mendorong kemajuan. Namun, kapitalisme
membuat pihak yang tidak memiliki posisi tawar (modal) yang sama dengan pihak lain secara
struktural tidak akan dapat bekerja dalam pasar, sehingga ia tidak dapat mencapai kemakmuran.
Padahal posisi tawar yang tidak seimbang inilah yang banyak terjadi dalam kehidupan nyata.
Akibatnya terjadi monopoli, pasar hanya dikuasai oleh sekelompok orang saja. Apabila monopoli
terjadi maka terjadi ketimpangan kemakmuran. Pihak yang dapat bekerja di pasar akan
mendapatkan kemakmuran yang besar sedangkan sebaliknya pihak yang “tersingkir” dari pasar tidak
akan sejahtera.

Jika semua orang berorientasi pada diri mereka sendiri, maka kepentingan publik akan
terabaikan, misalnya pembangunan jembatan umum, rumah sakit, dan jalan raya tidak akan
dilakukan karena dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi. Seperti telah dijelaskan bahwa
kapitalis murni sebagai sebuah sistem yang mengatur perekonomian masyarakat atau bahkan
negara sudah banyak ditinggalkan. Ketidakmampuannya dalam memberikan jaminan berupa
kesejahteraan bagi seluruh pihak menjadi alasan utama. Bahkan yang lebih ekstrem, beberapa
produk sistem kapitalis diharamkan diterapkan seperti monopoli, monopsoni, oligopoli yang
merugikan masyarakat dan lain sebagainya. Negara dengan regulasinya melarang segala praktik-
praktik tersebut diterapkan di pasar.

KASUS SISTEM EKONOMI KAPITALIS


Akar dari Korupsi di Indonesia
Korupsi berasal dari bahasa latin coruptio atau corrputus yang bermakna kerusakan atau
kebobrokan. Korupsi juga sering dimaknai sebagai kerja kotor/oshoku (Jepang), makan
bangsa/ gin moung (Muangthai), dan keserakahan bernoda/ tanwu (Cina) (KPK, 2007:2).
Berdasarkan makna di atas, korupsi dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang bersifat
merusak dimana tindakan tersebut berbentuk keserakahan yang nantinya dapat merusak
suatu kelompok tertentu.

Sering kali, korupsi diidentikan dengan masalah penyelenggaraan negara. Padahal,


korupsi tidak hanya terjadi pada penyelenggaraan negara tetapi, korupsi juga terjadi pada
penyelenggaraan suatu organisasi, termasuk juga korporasi. Ketidakseimbangan dalam
pemberitaan mengenai korupsi menjadikan terjadinya dikotomi dalam memaknai korupsi.
Korupsi mengalami penurunan makna karena dipandang sebagai masalah negara saja.

Untuk memahmi apa penyebab korupsi dapat digunakan konsep fraud triangle. Menurut
konsep tersebut, maka korupsi terjadi disebabkan adanya tiga hal. Korupsi terjadi karena
adanya tekanan (pressure), pembenaran diri (justification), dan kesempatan (opportunities).
Korupsi dapat terjadi karena adanya tekanan baik dari dalam (internal) maupun luar
(eksternal). Tekanan dari dalam berupa gaya hidup yang mewah dan masalah keuangan.
Kebiasaan untuk hidup mewah dan atau adanya masalah keuangan mendorong seseorang
untuk mendapatkan uang dengan cara korupsi. Tekanan dari luar berupa adanya dorongan
dari lingkungan yang mengharuskan seseorang untuk melakukan korupsi. Tekanan dari luar
ini berupa keterpaksaan seseorang untuk melakukan korupsi. Apabila seseorang tidak
melakukan korupsi maka dirinya tidak akan dapat selamat dari lingkungan tersebut. Hal
berikutnya yang menyebabkan korupsi adalah pembenaran sikap. Seseorang melakukan
korupsi karena merasa apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang tidak salah. Selain itu,
pembenaran sikap korupsi terjadi karena dia merasa bahwa orang lain juga melakukan hal
yang sama. Pembenaran sikap ini terjadi karena pemahaman seseorang yang kurang
mengenai korupsi.

Kapitalisme adalah paham ekonomi dari ajaran Klasik-Neoklasik dimana didasarkan pada
ajaran pasar bebas. Saat ini, kapitalisme menjadi suatu sistem ekonomi global yang
diterapkan di berbagai negara. Mengglobalnya kapitalisme ini dikarenakan runtuhnya Rusia
pada tahun 1991 yang meniadakan sistem ekonomi timur (Marxisme-Leninisme). (Mubyarto,
2000:64—65)

Kapitalisme yang mengglobal saat ini menjadi seperti suatu rezim imperialisme.
Kapitalisme mengatur kehidupan bahkan mengatur peradaban masyarakat. Kapitalisme
menjelma menjadi suatu kekuasaan imajiner dalam suatu negara. Bedanya dengan
negara adalah negara mempunyai teritorial yang berdaulat sedangkan kapitalisme tidak. Di
dalam sistem kapitalisme, kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa mereka ikut terlibat
dalam sistem tersebut atau menyadari bahwa mereka terlibat dalam suatu sistem tapi tidak
mampu mendefinisikan bahwa sistem tersebut adalah kapitalisme. (Soros, 2002:132)

Terdapat dua pihak yang berperang penting dalam wilayah kapitalisme global. Pihak yang
berperan dalam kapitalisme global adalah pihak pusat dan pinggir. Pihak pusat merancang
dan mengatur segala aturan yang ditetapkan. Pihak pusat ini merupakan tempat pasar uang
internasional atau tempat modal yang memiliki pergerakan paling aktif. (Soros, 2002:133)

Dalam kapitalisme, perdagangan tidak hanya berhenti pada perdagangan barang dan jasa
tetapi juga melebar dalam perdagangan modal. Perdangan modal ini adalah perdangan atas
faktor produksi. Perdagangan modal yang paling istimewa dalam kapitalisme adalah modal
uang. Hal ini dikarenakan uang yang mempunyai mobilitas paling baik daripada tanah dan
sumber alam lainnya. Pada akhirnya, peranan pasar uang dalam kapitalisme terus mengalami
peningkatan. (Soros, 2002:134—135)

Kapitalisme mengincar keuntungan maksimum dengan cara menjadikan sesuatu menjadi


komoditas. Kebiasaan dalam kapitalisme ini menyebabkan lingkungan yang mendukung
timbulnya korupsi. Dengan menjadikan sesuatu menjadi komoditas maka pasar tidak lagi
hanya memproduksi apa yang diperlukan atau dibutuhkan. Orientasi pasar pun pada saat ini
berubah menjadi apa saja kah yang dapat dijual untuk mendapatkan keuntungan. Dengan
orientasi pasar seperti ini maka akan mendorong masyarakat untuk terus melakukan
konsumsi hingga mencapai suatu masyarakat borjuis. Terciptanya masyarakat borjuis ini
mampu menjadi pendorong timbulnya korupsi yang merupakan faktor tekanan dari dalam
seperti yang telah dijelaskan di atas. Di Indonesia, kondisi masyarakat borjuis ini sudah terjadi
seiring juga berkembangnya teknologi informasi dan bombardir iklan di media. Untuk
mengidentifikasi faktor tekanan dari luar penyebab korupsi dan hubungannya dengan
kapitalisme, perlu diketahui terlebih dahulu bagaimanakah kapitalisme yang ada di Indonesia.
Dengan memahami struktur, sifat, atau tipe kapitalisme yang ada di Indonesia maka tidak lah
sulit untuk menghubungkannya dengan korupsi.

Kapitalisme di Indonesia adalah kapitalisme yang bersifat kapitalisme perkoncoan (crony


capitalism). Disebut kapitalisme perkoncoan karena dapat dilihat hubungan erat antara
pengusaha-pengusaha dengan pejabat-pejabat dalam menjalankan praktik kapitalisme.
Selain itu, kapitalisme perkoncoan nampak dengan banyaknya pejabat maupun anaknya yang
menjadi pengusaha dan banyaknya pengusaha yang menjadi pejabat. (Baswir, 1999:30)
Contoh proyek P3DT adalah contoh korupsi pada waktu orde baru. Akan tetapi, contoh
tersebut masih relevan jika dikaitkan dengan tipe korupsi pada masa reformasi. Baik pada
jaman orde baru maupun reformasi, korupsi pasti disertai dengan adanya kolusi antara
pengusaha dan pejabat negara. Salah satu kasus korupsi di masa reformasi adalah kasus
korupsi di SKK Migas. Dalam kasus tersebut, korupsi dilakukan dalam bentuk suap dimana
dilakukan antara pihak pejabat (SKK Migas) dan pihak pengusaha swasta (Kernel Oil).

Kasus korupsi di Indonesia yang sering ditemui adalah kasus suap dan gratifikasi. Dengan
meninjau kasus korupsi tersebut dengan faktor eksternal penyebab korupsi maka dapat
dipahami korelasinya dengan kapitalisme. Dalam kapitalisme, yang dipentingkan adalah
mendapatkan keuntungan. Sedangkan cara yang paling mudah mendapatkan keuntungan
adalah dengan memberikan suap atau gratifikasi kepada pejabat sehingga suatu korporasi
memenangkan suatu proyek. Mendapatkan suatu proyek berarti mendapakan keuntungan.
Dalam sistem kapitalisme, terdapat dorongan dari sistem untuk terjadinya korupsi karena
korporasi didorong untuk mencari keuntungan. Sistem pemerintahan di Indonesia belumlah
baik. Proses penyusunan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban anggaran
belum sepenuhnya dilakukan dengan baik. Proses dalam pemerintahan yang tidak kuat akan
memberikan celah kesempatan bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Dalam kapitalisme
perkoncoan di Indonesia, kolusi pengusaha dan pejabat dapat juga dilakukan untuk mengakali
sistem pemerintahan yang belum kuat ini. Dengan mengakali peraturan maka pengusaha
akan bebas dalam mencari keuntungan melalui proyek pemerintah. Hubungan antara faktor
kesempatan dan kapitalisme tidak hanya dalam bentuk untuk mendapatkan proyek. Yang
paling celaka adalah ketika melakukan penyusunan UU. Dalam penyusunan UU, korporasi
akan melakukan suap kepada pihak pembuat UU sehingga korporasi dapat bebas mencari
keuntungan.

Faktor terakhir yang menyebabkan adanya korupsi adalah pembenaran sikap. Akibat dari
sistem yang tidak benar yang berakumulasi bertahun-tahun akan menyebabkan faktor ini
menjadi nyata. Celakanya, di Indonesia faktor pembenaran sikap ini sudah nampak. Terdapat
kecenderungan untuk melakukan korupsi dikarenakan seseorang tersebut menganggap
bahwa tidak hanya dirinya saja yang melakukuan. Kecenderungan ini sayangnya tidak hanya
dialami oleh satu orang saja sehingga menyebabkan efek berganda yang menyebabkan
pembenaran untuk melakukan korupsi di suatu lingkungan. Dalam kapitalime, korporasi-
korporasi juga berpikiran demikian. Mereka menganggap bahwa tidak hanya dirinya saja yang
melakukan suap kepada pejabat. Sehingga, lama-kelamaan akan terbentuk suatu pemikiran
bahwa menyuap pejabat untuk mendapatkan proyek adalah hal yang wajar.

Untuk memahami bagaimanakah korupsi telah merasuk dalam kehidupan di Indonesia


perlu dilakukan telaah terhadap kasus-kasus korupsi yang ada. Di Indonesia, sistem
pemerintahan masih sangat lemah dan buruk. Hal ini menyebabkan orang baik yang masuk
dalam sistem akan dapat ikut melakukan korupsi. Di Indonesia, korupsi sudah menjalar ke
berbagai institusi. Korupsi tidak hanya dilakukan dari pemerintah daerah tetapi juga sampai
ke pemerintah pusat. Korupsi tidak hanya terjadi pada eksekutif dan legislatif tapi juga pada
yudikatif. Selain itu, bahkan korupsi pun juga ada di dalam dunia pendidikan.

Salah satu korupsi yang paling menyedihkan bagi penulis adalah korupsi dalam dunia
pendidikan. Korupsi ini terjadi dalam bentuk komisi dalam pembiayaan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dari perguruan tinggi. Ironisnya, korupsi dalam dunia pendidikan juga
dilakukan oleh pelajar. Korupsi yang dilakukan pelajar sering kali dilakukan dalam
melakukan mark up dalam anggaran Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Korupsi dalam
dunia pendidikan juga sering kali dilakukan dengan pola kuitansi fiktif. Dalam
menyelenggarakan suatu acara, sering kali dibutuhkan kuitansi sebagai bukti untuk
pertanggungjawaban. Sayangnya, tidak sedikit dari kuitansi tersebut dipalsukan. Bahkan,
celakanya lagi pihak yang mengurus pun menganjurkan pelajar untuk mencari kuitansi fiktif.

Contoh di atas memang tidak langsung terhubung dengan kapitalisme. Akan tetapi,
kapitalisme juga mempengaruhi perilaku korupsi di dunia pendidikan. Sejak masuk sekolah,
tidak sedikit pihak orang tua yang melakukan suap kepada pihak sekolah agar anaknya dapat
diterima di suatu sekolah. Motif orang tua tersebut adalah agar anaknya dapat bersekolah di
sekolah yang prestis dan agar kelak mendapat pekerjaan yang bagus sehingga menjadi orang
kaya. Disinilah peran kapitalisme menimbulkan korupsi di dunia pendidikan. Kapitalisme
secara tidak langsung (atau bahkan langsung) mengajarkan bahwa kekayaan adalah
segalanya. Kekayaan tersebut akan dapat diperoleh dengan cara bekerja di perusahaan yang
bergengsi (multinasional). Sayangnya, pola pikir ini diterima oleh banyak orang tua dan orang
tua akan melakukan apa pun agar anaknya kelak mendapat kekayaan, termasuk melakkan
suap sejak masuk sekolah dasar.

Berdasarkan penjelasan dan contoh di atas, korupsi di Indonesia dapat dikategorikan


sebagai korupsi yang sistemik. Korupsi di Indonesia telah dilakukan oleh berbagai instansi dan
bidang. Di Indonesia, keseluruhan proses apa pun baik dari awal hingga akhir dapat
ditemukan adanya tindakan korupsi. Korupsi sistemik ini juga ditandai dengan adanya suatu
pembenaran sikap bahwa dirinya bukanlah satu-satunya orang yang korupsi. Hal ini
menandakan bahwa korupsi telah terjadi dimana-mana.

Faktor penyebab korupsi terdiri dari dua dimensi. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan
korupsi di Indonesia maka dibuthkan perbaikan dari dimensi lingkungan atau sistem dan juga
dari dimensi perseorangan.

Untuk melakukan perbaikan dari dimensi perorangan bukanlah hal yang mudah.
Perbaikan perseorangan dapat dilakukan melalui jalur pendidikan yang benar. Pendidikan di
Indonesia haruslah dilakukan pendidikan berdasarkan Pancasila. Pancasila sebagai dasar
kehidupan bernegara haruslah muncul juga dalam dunia pendidikan. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan sebagai dasar dalam proses pendidikan adalah Ketuhanan Yang Maha Esa (sila
ke 1). Hal ini diperlukan agar sistem pendidikan menghasilkan orang yang tidak hanya
memikirkan materialitas/duniawi tetapi juga memikirkan akhirat. Pola pikir yang seimbang
antara akhirat dan duniawi ini diharapkan dapat menolak mentah-mentah pemikiran
kapitalisme yang hanya menuntut keuntungan. Sehingga, orang tidak lagi berorientasi pada
keuntungan tetapi beralih orientasi kepada kebenaran dan kebaikan.

Perbaikan yang selanjutnya adalah perbaikan dalam sistem. Perbaikan dalam sistem ini
mencangkup dua macam. Perbaikan yang pertama adalah perbaikan dari keseluruhan proses
pemerintahan. Proses penyusunan hingga pertanggungjawaban serta proses pengawasan
dalam anggaran perlu dilakukan adanya perombakan dan perbaikan secara besar-besaran.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi adanya kesempatan atau celah untuk melakukan korupsi.
Perbaikan yang kedua adalah perbaikan dari sistem pereonomian yang ada.

Perbaikan dalam sistem yang kedua ini lebih tepatnya adalah mengadopsi sistem
perekonomian yang berbeda. Sistem perekonomia di Indonesia seharusnya tidak berdasarkan
kapitalisme. Sejatinya Indonesia memiliki sistem perekonomian yang berdasarkan nilai-nilai
luhur yang dimilikinya. Sistem perekonomian di Indonesia seharusnya sistem perekonomian
yang berlandaskan Pancasila. Oleh karena itu, sistem kapitalisme di Indonesia seharusnya
digantikan dengan sistem Ekonomi Pancasila/ Ekonomi Kerakyatan. Menurut Mubyarto
(1998:20), Ekonomi Kerakyatan adalah ekonomi yang bersumber pada ideologi pancasila
sebagaimana tercantum pada sila ke empat yaitu, ekonomi kekeluargaan dan kerakyatan.
Proyek IDT yang berdasarkan prinsip Ekonomi Kerakyatan dapat terhindar dari korupsi
sedangkan, proyek P3DT yang berdasarkan prinsip kapitalisme terbukti tidak dapat terhindar
dari korupsi. Hal ini menandakan bahwa lingkungan/ sistem dalam Ekonomi Kerakyatan dapat
menghindari terjadinya korupsi. Dengan implementasi Ekonomi Kerakyatan maka faktor dari
luar/ faktor dari sistem/lingkungan yang menyebabkan korupsi akan dapat dihindari.

KESIMPULAN
Sistem ekonomi kapitalis adalah produk dari teori Adam Smith lahir pada abad ke17,
teorinya menghendaki setiap orang diberi kebebasan untuk berusaha dalam persaingan
sempurna ,dengan meniadakan sama sekali intervensi pemerintah, teori Adam Smith ini
bertahan sampai pada tahun 1930. Setelah terjadi depressi ekonomi dunia, para pemikir
ekonomi beranggapan bahwa perlu adanya intervensi pemerintah dalam menata
perekonomian dunia melalui kebijakan pembelanjaanya, konsep ini diungkapkan oleh
keyness, dalam konsep ini setor swasta dipersilahkan berkembang namun intervensi
pemerintah tetap diperlukan untuk menstabilkan perekonomian.Sejak tahun 1944 konsep
keyness inilah yang dianut oleh kebanyakan Negara angora PBB, namun dengan terjadinya
krisis minyak dunia pada tahun 1973, mengilhami kembali munculnya system ekonomi
kapitalis dengan nama baru system ekonomi neoliberalime.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor peyebab korupsi di Indonesia
terdiri dari dua dimensi. Dimensi pertama adalah dimensi perseorangan dan dimensi kedua
adalah dimensi lingkungan atau sistem. Dimensi perseorangan meliputi tekanan dari dalam
dan pembenaran sikap. Sedangkan, dimensi sistem terdiri dari faktor dari luar dan peluang.
Untuk mengatasi korupsi di Indonesia diperlukan pebaikan dari dua dimensi tersebut.
Perbaikan pendidikan akan mempengaruhi perseorangan dan akan mengatasi faktor
tekanan dari dalam. Perbaikan sistem pemerintahan akan mengatasi masalah adanya
peluang untuk korupsi dan Perbaikan sistem perekonomian akan mengurangi tekanan dari
luar (dari sistem) untuk melakukan korupsi. Apabila ketiga perbaikan ini telah dilakukan
dengan baik maka otomatis pembenaran sikap korupsi akan menghilang dengan sendirinya.
Dan dapat disimpulkan pula bahwa, munculnya korupsi di Indonesia dikarenakan
mengadosinya kapitalisme dari luar yang tidak sesuai dengan nilai - nilai luhur yang
terkandung dalam Pancasila yang lebih condong pada kerakyatan.

DAFTAR PUSTAKA
Mareta,Sendy, 2021, Sisitem Ekonomi Kapitalis, PT Rineka Cipta, Jakarta Winardi, 2000, Kapitalisme
versus Sosialisme, Remaja Karya, Bandung www.ekonomikapitalis.com Neoliberalisme dan
kebangkitan ideology kapitalisme, September 2008 www.ekonomikapitalis.com Peran ekonomi
kapitalis dan ekonomi Islam dan menjalankan sebuah Sistem perekonomian September 2008
www.ekonomikapitalis.com Kerangka dasar system ekonomi kapitalis makalah Hidyatullah Muttqin,
Desember 2008 Brewer, A. (2016). Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx. Yogyakarta: Narasi. Deliarnov.
(2015). Perkembangan pemikiran ekonomi (edisi ke-3). Jakarta: Raja Grafindo Persada. Habermas, J.
(1990). Ilmu dan Teknologi Sebagai Ideologi. Jakarta: LP3ES. Hatta, M. (2015). Politik Kebangsaan dan
Ekonomi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Kristeva, N. S. S. (2015). Zakiyuddin (2007). Islam
Melawan Kapitalisme.

Anda mungkin juga menyukai