PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus
(Sylvia A, Price, 2012). Hal ini dapat terjadi dikarenakan kelainan didalam lumen
usus, dinding usus atau benda asing diluar usus yang menekan, serta kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang dapat menyebabkan nekrosis segmen usus
(Indrayani, 2013).
Berdasarkan data dari World Health Organization tahun 2008, diperkiakan
penyakit saluran cerna tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian didunia.
Indonesia menempati urutan ke 107 dalam jumlah kematian yang disebabkan oleh
penyakit saluran cerna didunia tahun 2004, yaitu 39,3 jiwa per 100.000 jiwa (World
Health Organization, 2008). Setiap tahunnya, 1 dari 1000 penduduk dari segala usia
didiagnosis ileus. Obstruksi usus sering disebut juga ileus obstruksi yang merupakan
kegawatan dalam bedah abdomen yang sering dijumpai. Ileus obstruksi merupakan
60-70% seluruh kasus akut abdomen yang bukan apendiksitis akut
(Sjamsulhidajat dan De Jong, 2008)
Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering
dijumpai. Sekitar 20% pasien datang kerumah sakit datang dengan keluhan nyeri
abdomen karena obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada usus halus.
Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
menghambat proses pencernaan secara normal (Sjamsuhidayat, 2006). Inside dari ileus
obstruksi pada tahun 2011 diketahui mencapai 16% dari populasi dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Obstruksi Illeus?
2. Apa Etiologi Obstruksi Illeus?
3. Apa Klasifikasi Obstruksi Illeus?
4. Apa Manifestasi Obstruksi Illeus?
5. Bagaimana Patofisiologi Obstruksi Illeus?
6. Apa pemeriksaan Penunjang Obstruksi Illeus?
7. Apa Trend dan Issue Perawatan Kritis Pada Kasus Obstruksi Illeus?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Obstruksi Illeus?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Obstruksi Illeus
2. Untuk Mengetahui Etiologi Obstruksi Illeus
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Obstruksi Illeus
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Obstruksi Illeus
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Obstruksi Illeus
6. Untuk Mengetahui pemeriksaan Penunjang Obstruksi Illeus
7. Untuk Mengetahui Trend dan Issue Perawatan Kritis Pada Kasus Obstruksi Illeus
8. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Obstruksi Illeus
BAB II
PEMBAHASAN
Muntah
Defisit Nutrisi
F. Pemeriksaan Penunjang Obstruksi Illeus
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatansigmoid yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatanhitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadarserum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Keluhan utama pasien
Nyeri pada daerah luka post operasi.
3. Riwayat penyakit sekarang (sesuai pola PQRST)
a. P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
b. Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh pasien, apakah hilang, timbul atau terus-
menerus.
c. R : Di daerah mana gejala dirasakan
d. S : Seberapa keparahan yang dirasakan pasien dengan memakai skala numeric 1
s/d 10.
e. T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan
keluhan
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen
harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen.
Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus yang bisa
bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.Penderi
ta tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik (Sabiston, 1995;
Sabara, 2007)
b. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun
atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal (Sabiston, 1995; Sabara, 2007).
c. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran
episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masa
tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas
telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak
ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa
juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata (Sabiston,
1995).
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan
rektum dan pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta
tidak adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif
usus halus. Jika darah makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di
dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas
lesi intrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995). Apabila isi rektum menyemprot;
penyakit Hirdchprung (Anonym, 2007)
B. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d intake yang tidak adequat dan
ketidakefektifan penyerapan usus halus yang d.d adanya mual, muntah, demam dan
diaforesis.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrisi.
3. Gangguan pola eliminasi: konstipasi b.d disfungsi motilitas usus..
4. Nyeri b.d distensi abdomen
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
6. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit
C. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d intake yang tidak adequat dan
ketidakefektifan penyerapan usus halus yang d.d adanya mual, muntah, demam dan
diaforesis.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan tanda – tanda
kekurangan cairan (dehidrasi) dapat berkurang
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ Urine normal, HT
normal
b. Tekanan darah, nadi,suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi
d. Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab
Intervensi:
a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b. Monitor status dehidrasi
c. Monitor tanda – tanda vital
d. Kolaborasi pemberian cairan IV
e. Monitor tingkat HB dan Hematrokrit
f. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
Kriteria Hasil:
a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
b. Serum albumin meningkat
c. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
d. Nyeri abdomen menurun
e. Berat badan semakin mambaik
Intervensi:
a. Tinjau faktor - faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan, mis: status puasa,mual, ileus paralitik setelah selang
dilepas.
b. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen lalu catat
c. Monitor berat badan pasien
d. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
e. Sajikan makanan secara menarik dan masih hangat
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan.
Intervensi:
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis: kompres
hangan / dingin, tarik nafas dalam, terapi bermain, terapi musik)
d. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Kesimpulan
Ileus obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
normal isi usus sedangkan peristaltiknya normal. (Reeves,2005)
Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus pada traktusinte
stinal ( Price & Wilson, 2007). Obstruksi ileus adalah gangang bisa disebabkan oleh adanya
mekanik sehingga terjadi askumuli cairan dan gas di lumen usus. Faktor – faktor penyebab
dari obstruksi illius diantaranya Adhesi ( perlekatan usus halus ), Tumor primer usus halus,
Batu empedu, Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi
akut,dll.
Diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : Obstruksi paralitik (ileus paralitik) adalah
Peristaltik usus di hambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi
kontrol otonom pengerakan usus. Dan yang kedua Obstruksi mekanik yaitu digolongkan
sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup
(paling sedikit 2 obstruksi). Dengan tanda gejala yang di timbulkan yaitu: Nyeri tekan pada
abdomen, Muntah, Konstipasi (sulit BAB), Distensi abdomen, Bising usus tenang,
Pemeriksaan laboratorium sering kali normal, BAB darah dan lendir tetapi tidak ada feces dan
flatus. Pemeriksaan penunjang yang digunakan yaitu Sinar X, Barium enema, Laboratorium.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih bahasa Agung
waluyo, dkk, Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.
Lewis Heitkemper Diksen, (2007). Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis
Missouri:Mosby Elsevier
Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsip Kritis Proses – Proses Penyakit . Edisi 6,
Volume1.Jakarta: EGC
Rahayu Rejeki indrayani, bahar asril. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. Jakarta :
DepartemenPendidikan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jilid III edisi IV ;2007. 1405-1410
Rice A. silvia & wilson M` lorraine, (2007). patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit Edisi 6, Volume 1. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
http://perirusli.blogspot.com/2017/04/asuhan-keperawatan-ileus-obstruksi.html
https://www.academia.edu/36224572/LAPORAN_PENDAHULUAN_ILEUS_OBSTRU
KTIF_docx