Anda di halaman 1dari 12

KARAKTERISTIK STOMATA BERDASARKAN ESTIMASI WAKTU DAN

PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA PADA DAUN Hibiscus tiliaceus Linn. DI


PANGANDARAN, JAWA BARAT

Tia Setiawati1*, Inneke Febrihardianti Syamsi2


1,2
Prodi Biologi, FMIPA Universitas Padjadjaran, Kab. Sumedang, Jawa Barat
*Corresponding author: tia@unpad.ac.id

Abstract

Hibiscus tiliaceus L. is useful as shade plants, medicinal, and wood carvings. Optimizing utilization of plants
depends on environmental conditions, one of which is sunlight that affects stomatal. Each plant has a different
response to the stress of sunlight such as the ability to open and close the stomatal. This study aims to determine the
differences in the stomatal characteristics of Hibiscus tiliaceus’s leaves based on time estimation and difference of
light intensity were determined using the replica method in Pananjung Pangandaran Nature Reserve, West Java.
The results showed that the lowest and highest average length and width of porous stomatal, the number of open
and closed stomatal, and the density of stomatal in shaded areas were 6 µm (morning and noon), 2.77 µm
(afternoon), 6, respectively. 93 µm (morning), 3.83 µm (afternoon), 43 cells, 8 cells, and 259.86 cells / mm 2,
whereas in the non-shaded area 5.5 µm (morning), 2.97 µm (afternoon ), 7 µm (day and evening), 4.1 µm
(afternoon), 18 cells, 26 cells, and 224.20 cells / mm 2. The opening of stomatal in the non-shaded area is greater
than the shaded. The estimated time, difference light intensity, and physical factors influence the parameters of the
study.

Keywords: Hibiscus tiliaceus L., light intensity, stomatal characteristics, time estimation.

PENDAHULUAN antiinflamasi, dan antimikroba (Shaikh et


Waru (Hibiscus tiliaceus L.) adalah al., 2009; Ramproshad et al., 2012; Tambe
tumbuhan khas iklim tropis yang tumbuh & Bhambar, 2014). Analisis fitokimia dari
berkelompok dan berhabitat di daerah bakau ekstrak daun dan kulit batang H. tiliaceus
atau pinggir pantai. Pada ekosistem hutan menunjukkan adanya berbagai kelompok
pantai Cagar Alam Pananjung Pangandaran, metabolit sekunder seperti tanin, alkaloid,
Jawa Barat, waru merupakan salah satu karbohidrat, dan beberapa jenis gula
tumbuhan yang mendominasi (Rosa et al., pereduksi (Awal et al., 2016). Tumbuhan
2006; BBKSDA Jabar, 2016). Hibiscus waru juga dimanfaatkan oleh masyarakat
tiliaceus memiliki tinggi rata-rata 3-10 m sebagai tumbuhan peneduh karena memiliki
dan batangnya berdiameter maksimum 50 tajuk yang cukup luas dan kayunya banyak
cm. Tumbuhan ini memiliki batang pendek dimanfaatkan sebagai bahan ukiran cindera
dengan banyak cabang yang bengkok dan mata (BBKSDA Jabar, 2016).
saling terjalin satu dengan lainnya (Elevitch Optimalisasi peranan tumbuhan bagi
& Thomson, 2006). Waru telah lama keberlangsungan hidup manusia bergantung
dimanfaatkan sebagai obat tradisional pada faktor internal dan eksternal (kondisi
karena memiliki sejumlah aktivitas lingkungan), salah satunya adalah cahaya
farmakologis seperti antioksidan, matahari. Daun akan menyerap energi dari

148
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 6 Nomor 2, Juli 2019

cahaya matahari dan mengubahnya menjadi membuka, sedangkan malam hari terjadi
energi kimia yang tersimpan dalam bentuk pembebasan ion yang menyebabkan stomata
gula melalui proses fotosintesis. Hal tersebut menutup (Hidayat, 1995; Salisbury & Ross,
dibutuhkan tumbuhan untuk dapat tumbuh 1995; Camargo & Marenco, 2011; Lakna,
dan berkembang, serta melakukan aktivitas 2017; Luomala et al., 2005 dalam Wu el at.,
kehidupan lainnya yang memerlukan energi. 2018).
Bagian tumbuhan yang mekanisme kerjanya Jara-Rojas et al. (2009) dalam
dipengaruhi oleh cahaya matahari salah penelitiannya, memaparkan bahwa daun
satunya adalah stomata (Campbell et al., Vitis vinifera menunjukkan pembukaan
2003). stomata paling tinggi terjadi pada pagi hari
Stomata merupakan kombinasi dari pukul 08.00, kemudian semakin menurun
dua sel penutup yang terdiri dari sel-sel pada siang hari sampai sore hari.
epidermis khusus terletak di epidermis daun, Pembukaan stomata pada daun yang terkena
terdapat pula lubang di antara dua sel sinar matahari lebih besar dibandingkan
penutup yang disebut dengan porus stomata dengan daun yang ternaungi. Jose & Rosy
(Lakna, 2017). Karakteristik stomata pada (2004), mengemukakan bahwa stomata
daun meliputi jumlah stomata total, jumlah Dalbergia miscolobium mulai membuka
stomata yang terbuka dan tertutup, lebar pada saat pagi hari pukul 08.00, tetapi
kerapatan stomata, dan jenis stomata (Izza & pada saat intensitas cahaya meningkat tajam
Laily, 2015). Stomata terlibat dalam proses yaitu pada pukul 12.00 stomata menutup.
pertukaran gas dengan lingkungan seperti Pendekatan secara anatomi penting
mengatur hilangnya air melalui proses dilakukan karena kondisi lingkungan yang
transpirasi dan proses pengambilan CO2 semakin dinamis dan setiap tumbuhan
selama fotosintesis. Pengendalian memiliki respon berbeda terhadap cekaman
kehilangan air sangat penting guna cahaya matahari seperti kemampuan
menghindari dehidrasi daun karena membuka dan menutupnya stomata. Tujuan
transpirasi yang berlebihan. Cahaya dari penelitian ini adalah untuk
matahari memengaruhi kerja stomata dalam mendapatkan informasi mengenai panjang
membuka dan menutupnya stomata. Cahaya dan lebar porus stomata, jumlah stomata
matahari merangsang sel penutup untuk terbuka dan tertutup, serta kerapatan stomata
menyerap ion K+ dan air, sehingga stomata berdasarkan estimasi waktu di daerah
membuka. Selain itu, jam biologis memicu dengan intensitas cahaya berbeda pada daun
serapan ion pada pagi hari sehingga stomata H. tiliaceus L. di Cagar Alam Pananjung

149
ISSN e-journal 2579-7557
Tia Setiawati & Inneke Febrihardianti Syams: Karakteristik Stomata Berdasarkan Estimasi Waktu dan
Perbedaan Intensitas Cahaya Pada Daun Hibiscus tiliaceus Linn. di Pangandaran, Jawa Barat

Pangandaran, Jawa Barat. Mengingat belum masing-masing diambil tiga helai daun.
tersedianya informasi mengenai hal tersebut, Pengambilan sampel dilakukan sebanyak
maka penelitian ini perlu dilakukan. empat kali yaitu, pada pukul 07.00 WIB,
METODE PENELITIAN 09.00 WIB, 11.00 WIB, 13.00 WIB dan
Metode 15.00 WIB di dua lokasi dengan intensitas
Metode yang digunakan dalam cahaya berbeda yaitu area tertutup dan area
penelitian ini adalah metode eksploratif terbuka (terpapar cahaya matahari penuh).
yakni untuk mendapatkan sampel daun H. Kemudian, sampel daun dimasukan ke
tiliaceus yang berlokasi di Cagar Alam dalam ziplock atau plastik pembungkus
Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. untuk selanjutnya dilakukan pengamatan.
Penentuan lokasi penelitian berdasarkan Replika stomata langsung dibuat di lokasi
ditemukannya Hibiscus tiliaceus di area pada waktu setiap pengambilan sampel baik
tertutup (ternaungi) dan area terbuka (tidak di area terbuka maupun tertutup. Pembuatan
ternaungi atau terkena cahaya matahari replika stomata diawali dengan sampel daun
secara langsung). dibersihkan menggunakan tissue, lalu olesi
Teknik Pengumpulan Data cat kuku bening pada bagian permukaan
a. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian bawah daun dan biarkan 5-10 menit hingga
Alat yang digunakan dalam penelitian mengering. Selanjutnya, olesan yang sudah
ini adalah alat tulis, buku catatan, gunting, kering ditempeli isolasi bening dan ratakan.
jam tangan, kaca objek, kaca penutup, label, Lalu, isolasi dilepas perlahan dan hasil
luxmeter, mikroskop cahaya, dan cetakan ditempel pada kaca objek. Replika
thermohigrometer, sedangkan bahan yang stomata selanjutnya diamati di bawah
digunakan pada penelitian ini adalah mikroskop cahaya (Haryani, 2010). Pada
aquades, cat kuku bening, daun Hibiscus setiap pengambilan sampel daun dilakukan
tiliaceus L., selotip bening, dan ziplock atau pula pengukuran parameter fisik.
plastik pembungkus. Pengamatan karakteristik stomata
b. Prosedur Kerja yang meliputi panjang dan lebar porus,
Pengukuran parameter fisik dalam jumlah stomata terbuka dan tertutup, serta
penelitian ini terdiri dari intensitas cahaya kerapatan stomata dilakukan menggunakan
menggunakan lux meter serta suhu dan metode replika, sedangkan kerapatan
kelembaban udara menggunakan stomata dihitung dengan rumus (Suhaimi,
thermohigrometer. Pengambilan sampel 2017):
daun dilakukan pada nodus ke-3 yang

150
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 6 Nomor 2, Juli 2019

pukul 15.00 WIB dengan interval waktu dua


jam sekali pada kedua area dengan intensitas
Keterangan:
cahaya berbeda. Pada kedua area tertutup
Luas bidang pandang perbesaran 400x = ¼ π
dan terbuka, waktu pengamatan pukul 13.00
2
d
WIB menunjukkan intensitas cahaya paling
= ¼ x 3.14 x (0.5)2
tinggi, berturut-turut sebesar 1187 lux dan
= 0.19625 mm2
sebesar 46900 lux. Pada waktu yang sama
Data hasil pengamatan dilakukan secara
pula terjadi peningkatan suhu, yaitu sebesar
deskriptif.
31,4o C di area tertutup dan 32,95o C di area
HASIL DAN PEMBAHASAN
terbuka. Kelembaban udara pada pukul
Pengamatan Umum
13.00 WIB memiliki titik terendah yaitu
Pengambilan sampel daun H. tiliaceus
76,2% di area tertutup dan 66,3% di area
dilakukan pada dua area dengan intensitas
terbuka.
cahaya berbeda, yaitu di area tertutup (dekat
Hasil pengamatan menunjukkan
pos penjagaan kantor Cagar Alam
bahwa perbedaan waktu mempengaruhi
Pananjung Pangandaran) dan di area terbuka
perubahan lebar porus stomata dan tidak
(dekat gerbang masuk kantor Cagar Alam
berpengaruh terhadap panjang porus
Pananjung Pangandaran). Pengambilan
stomata. Hasil pengukuran terhadap
sampel daun dan pengukuran parameter fisik
perubahan rata-rata panjang dan lebar porus
lingkungan dilakukan bersamaan pada
stomata daun H. tiliacues pada setiap waktu
waktu yang telah ditentukan. Pengamatan
pengamatan dapat dilihat pada gambar 2.
dilakukan pada pukul 07.00 WIB sampai

Gambar 1. Peta Administratif Kabupaten Pangandaran


Sumber: https://bapenda.jabarprov.go.id/peta-ktmdu-cabang-kabupaten-ciamis-ii-pangandaran/

151
ISSN e-journal 2579-7557
Tia Setiawati & Inneke Febrihardianti Syams: Karakteristik Stomata Berdasarkan Estimasi Waktu dan
Perbedaan Intensitas Cahaya Pada Daun Hibiscus tiliaceus Linn. di Pangandaran, Jawa Barat

Panjang dan Lebar Porus Stomata

Gambar 2. Grafik perubahan panjang (a) dan lebar stomata (b) pada berbagai waktu pengamatan.

Pada gambar 2a menunjukkan bahwa sehingga menyebabkan sel penutup tidak


rata-rata panjang porus stomata tertinggi di memanjang melainkan melebar, dengan
area tertutup terjadi pada pukul 15.00 WIB demikian saat stomata membuka, panjang
yaitu sebesar 6,93 µm, sedangkan di area stomata relatif tetap.
terbuka terjadi pada pukul 13.00 WIB dan Gambar 2b menunjukkan bahwa lebar
15.00 WIB yaitu sebesar 7 µm. Rata-rata porus stomata paling tinggi terjadi baik di
panjang porus terendah di area tertutup area tertutup maupun area terbuka pada
terjadi pada pukul 07.00 WIB dan 11.00 pukul 07.00 WIB, berturut-turut sebesar
WIB yaitu sebesar 6 µm, sedangkan di area 3,83 µm dan 4,1 µm, demikian pula rerata
terbuka terjadi pada pukul 07.00 WIB yaitu lebar porus stomata terendah di kedua area
sebesar 5,5 µm. Rata-rata panjang porus terjadi pada waktu yang sama yaitu pada
stomata tidak memiliki perbedaan yang pukul 13.00 WIB berturut-terut sebesar 2,77
cukup signifikan terhadap berbagai waktu µm dan 2,97 µm. Daun yang diambil di
pengamatan. Haryanti & Meirina (2009), kedua area pada pukul 07.00 WIB, stomata
menjelaskan bahwa adanya kekhasan pada mulai membuka. Pada pukul 09.00 WIB
sel penutup yaitu serat halus selulosa pada sampai 11.00 WIB di kedua area, lebar
dinding selnya yang bersifat tidak elastis, porus stomata semakin mengecil, tetapi
152
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 6 Nomor 2, Juli 2019

masih dalam keadaan porus membuka. kelembaban udara akan menurun, sehingga
Hopkins (2004), menuturkan bahwa pada proses transpirasi berlangsung lebih cepat
pagi hari peningkatan intensitas cahaya (Treshow, 1970). Lakitan (1996)
berpengaruh terhadap peningkatan suhu, menjelaskan bahwa hubungan antara suhu
namun kelembaban udara masih tinggi. dan kelembaban udara adalah berbanding
Kelembaban udara yang tetap tinggi akan terbalik, semakin tinggi suhu udara maka
meningkatkan gradien tekanan uap antara kelembaban udaranya semakin kecil karena
daun dengan udara. Kondisi ini memicu tingginya suhu udara akan memicu
terjadinya transpirasi yang ditunjukkan oleh presipitasi (pengembunan) molekul air pada
masih terbukanya stomata. Pada pukul 13.00 udara, sehingga muatan air dalam udara
WIB di kedua area, lebar porus stomata menurun dan berpengaruh terhadap
semakin menurun. Penutupan stomata pembukaan stomata. Pembukaan dan
bertujuan untuk mengurangi kehilangan air penutupan porus stomata disebabkan oleh
yang berlebihan (Taiz & Zeiger, 2002). Pada pembengkakan dan penyusutan sel penutup
pukul 15.00 WIB di kedua area, intensitas yang digerakkan oleh pertukaran ion dan
cahaya dan suhu mulai menurun, serta perubahan sitoskeleton (Golec & Szarejko,
kelembaban udara mulai meningkat, 2013). Pembukaan stomata juga dapat diatur
sehingga terjadi peningkatan gradien oleh faktor fisiologis dan lingkungan,
tekanan uap antara daun dengan udara yang khususnya CO2, asam absisat (ABA),
kemudian memicu terjadinya transpirasi, kelembaban, kekeringan, patogen, dan ozon
maka stomata mulai terbuka kembali. Proses (Shemer, 2015). Zhou et al. (2010),
pengendalian kehilangan air sangat penting menambahkan bahwa tumbuhan dapat
untuk menghindari dehidrasi daun karena merespon dengan cepat perubahan suhu
transpirasi yang berlebihan (Camargo & dengan cara menyesuaikan fisiologi salah
Marenco, 2011). satunya pembukaan dan penutupan pori-pori
Gambar 2b. menunjukkan bahwa di stomata.
area tertutup rerata lebar porus stomata lebih Lakitan (1996), memaparkan bahwa
rendah dibandingkan dengan di area mekanisme menutup dan membukanya
terbuka. Hal tersebut diakibatkan oleh stomata tergantung dari tekanan turgor sel
adanya perbedaan fisik lingkungan. Pada tanaman, perubahan konsentrasi
area terbuka, intensitas cahaya dan suhu karbondioksida, berkurangnya cahaya, atau
yang lebih tinggi daripada di area tertutup. hormon asam absisat. Saat pagi hari,
Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan stomata masih mengandung amilum di

153
ISSN e-journal 2579-7557
Tia Setiawati & Inneke Febrihardianti Syams: Karakteristik Stomata Berdasarkan Estimasi Waktu dan
Perbedaan Intensitas Cahaya Pada Daun Hibiscus tiliaceus Linn. di Pangandaran, Jawa Barat

dalam sel-sel penutupnya. Adanya pengaruh menimbulkan turgor, sehingga dinding-


cahaya matahari membangkitkan klorofil dinding sel penutup mengembang dan
dalam kloroplas sel-sel palisade, parenkim, stomata terbuka (Dwijoseputro, l989 dalam
dan spon untuk mengadakan reaksi Haryani dan Meilina, 2009). Hal serupa
fotosintesis. Adanya proses fotosintesis didukung oleh Fahn (1991), bahwa
menyebabkan kadar CO2 di dalam sel-sel bertambah dan berkurangnya ukuran celah
tersebut menurun karena sebagian dari pada sel penutup adalah akibat dari
molekul CO2 mengalami reduksi menjadi perubahan tekanan turgor pada sel penutup.
CH2O. Akibat peristiwa reduksi ini, maka Perubahan tekanan turgor ini disebabkan
ion-ion H+ berkurang dan menyebabkan pH oleh masuknya air dari sel tetangga ke
lingkungan menjadi bertambah menuju ke dalam sel penutup stomata, selanjutnya sel
basa. Kenaikan pH ini sangat baik bagi penutup mengalami kelebihan air (turgid)
kegiatan enzim posporilase guna mengubah dan sel penutup mendorong dinding sel
amilum yang ada di dalam sel-sel penutup tetangga yang menyebabkan stomata
menjadi glukosa 1-fosfat. Terbentuknya membuka. Stomata menutup apabila sel
glukosa menyebabkan kenaikan nilai tetangga mengalami kelebihan air, dan sel
osmosis sel-sel penutup stomata yang penutup mengalami kekurangan air sehingga
kemudian menyebabkan masuknya air dari sel tetangga mendorong dinding sel penutup
sel-sel tetangganya. Pertambahan volume ini ke arah depan.

a c

b d

Gambar 3. Penampang replika stomata pada waktu pengamatan pukul 07.00 WIB pada kondisi
ternaungi (a), pukul 07.00 WIB pada kondisi tidak ternaungi (b), pukul 13.00 WIB pada
kondisi ternaungi (c), dan pukul 13.00 WIB pada kondisi tidak ternaungi (d) dengan
perbesaran 400x
Sumber: Dokumen Pribadi

154
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 6 Nomor 2, Juli 2019

Taluta et al. (2017), menuturkan mengandung amilum, dimana


bahwa derajat pembukaan dan penutupan konsentrasinya lebih tinggi pada malam hari
stomata berpengaruh terhadap pengaturan karena telah berubah menjadi glukosa.
aktivitas fotosintesis (gambar 3). Besarnya Adanya cahaya mengaktifkan klorofil untuk
bukaan porus stomata menunjukkan bahwa berfotosintesis, sehingga kadar CO2 dalam
telah terjadi peningkatan laju transpirasi. sel menurun (direduksi menjadi CH2O).
Transpirasi dapat menurunkan potensial air Faktor-faktor lingkungan mengalami
di dalam sel sehingga tekanan turgor dapat perubahan harian (diurnal) seiring dengan
diminimalisir. Penutupan stomata penting bergantinya waktu pagi, siang dan sore hari.
dilakukan guna mencegah kehilangan air Pada pagi hari stomata akan mulai membuka
ketika waktu persediaan air terbatas serta lebar karena intensitas cahaya dan
membatasi pengambilan CO2 untuk temperatur relatif rendah serta kelembaban
fotosintesis (Gardner et al., 1985). Peran yang optimal menyebabkan tekanan turgor
transpirasi pada tumbuhan adalah untuk pada sel penutup meningkat. Namun pada
melepas energi yang diterima dari radiasi saat siang hari, stomata menutup karena
matahari. Energi matahari yang digunakan tingginya intensitas cahaya dan temperatur
untuk fotosintesis kurang lebih hanya 2%, serta penguapan air yang berlebihan (Taiz
sehingga selebihnya harus dilepaskan ke and Zeiger, 2002; Hopkins, 2004).
lingkungan, baik melalui pancaran, hantaran Gambar 4, menunjukkan bahwa rerata
secara fisik, dan sebagian besar untuk jumlah total stomata daun H. tiliaceus di
menguapkan air. Ion K+ sangat berpengaruh area tertutup dengan intensitas cahaya 825
terhadap kemungkinan keluar masuknya lux yaitu sebanyak 51 sel, sedangkan di area
bahan terlarut ke dalam sel penutup, terbuka dengan intensitas cahaya 13500 lux
sehingga menyebabkan perubahan Kerapatan dan Jenis Stomata
permeabilitas pada membran sel penutup a b
(Santosa, 1990).
Sel epidermis pada sel tetangga tidak
mempunyai klorofil, sedangkan sel penutup
stomata mengandung klorofil, fosfat
organik, enzim posporilase, dan waktu pagi Gambar 4. Penampang replika stomata daun
Hibiscus tiliaceus L. di area
hari terdapat sedikit amilum di dalamnya. tertutup (a) dan di area terbuka (b)
Proses membuka dan menutupnya stomata dengan perbesaran 400x
Sumber: Dokumen Pribadi
sangat dipengaruhi oleh cahaya. Sel penutup

155
ISSN e-journal 2579-7557
Tia Setiawati & Inneke Febrihardianti Syams: Karakteristik Stomata Berdasarkan Estimasi Waktu dan
Perbedaan Intensitas Cahaya Pada Daun Hibiscus tiliaceus Linn. di Pangandaran, Jawa Barat

jumlahnya lebih rendah yaitu sebanyak 44 terbuka. Widiastuti et al. (2004),


sel. Intensitas cahaya yang rendah (area memaparkan bahwa semakin besar tingkat
tertutup) menyebabkan tanaman beradaptasi naung, maka kelembaban udara semakin
dengan menghasilkan daun lebih lebar, lebih tinggi yang menyebabkan stomata terbuka
tipis dengan lapisan epidermis tipis, jaringan lebih banyak di area tertutup. Campbell et
palisade sedikit, ruang antar sel lebih lebar al., (2003) menambahkan bahwa
dan jumlah stomata lebih banyak. terbentuknya celah stomata disebabkan oleh
Sebaliknya, pada tanaman yang menerima dua faktor yaitu struktural sel penutup yang
intensitas cahaya tinggi (area terbuka) mendukung dengan kedua ujung dari sel
menghasilkan daun yang lebih kecil, lebih penutup saling menempel, sehingga pada
tebal, lebih kompak dengan jumlah stomata saat turgor meningkat, sel penutup akan
lebih sedikit, lapisan kutikula dan dinding melengkung dan membentuk celah yang
sel lebih tebal dengan ruang antar sel lebih dibatasi oleh kedua dinding sel penutup.
kecil dan tekstur daun keras (Widiastuti et Faktor kedua adalah miselasi radial yang
al., 2004). memengaruhi panjang dan lebar stomata
Pada pukul 08.00 WIB di kedua area, yang apabila tekanan turgor meningkat,
suhu relatif rendah yaitu berturut-turut maka akan menyebabkan sel penutup
sebesar 27,3o C dan 30,7o C, sedangkan melengkung dan stomata terbuka.
kelembaban udaranya cukup tinggi yaitu Mekanisme pengaturan stomata melalui
berturut-turut sebesar 80,0% dan 81,2%, sinyal diwakili oleh arus ion serta aktivasi
dengan demikian memicu terbukanya kinase. Pensinyalan lipid oleh sel digunakan
stomata. Berdasarkan perolehan data, rerata untuk meneruskan informasi sinyal arus ion
jumlah stomata terbuka lebih tinggi ke dalam lingkungan sel. Regulasi stomata
dibandingkan dengan jumlah stomata berkaitan erat dengan respon stres dan
tertutup pada kedua area. Rerata jumlah sensor cahaya yang berkaitan dengan ABA.
stomata terbuka dan tertutup di area tertutup Sistem penginderaan cahaya biru dan merah
berturut-turut sebesar 43 sel dan 8 sel, penting untuk regulasi stomata. Biosintesis
sedangkan di area terbuka yaitu sebesar 18 lilin (wavex) berhubungan dengan
sel dan 26 sel. Intensitas cahaya dan suhu perkembangan dan pergerakan stomata.
udara di area tertutup relatif lebih rendah Proses ini diatur dalam produksi sinyal
dibandingkan dengan di area terbuka, kimia (Mukha et al., 2015).
sehingga kelembaban udara di area tertutup Hasil analisis lain diperoleh data
lebih tinggi dibandingkan dengan area bahwa rerata kerapatan stomata di area

156
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 6 Nomor 2, Juli 2019

tertutup yaitu sebesar 259,86 sel/mm2 lebih bahwa tipe parasitik sel penutup diiringi
tinggi daripada area terbuka yaitu sebesar sebuah sel tetangga atau lebih dengan
224.20 sel/mm2. Kerapatan stomata sumbu panjang sel tetangga sejajar dengan
berhubungan erat dengan proses sumbu sel penutup dan celah.
metabolisme ataupun fisiologis tumbuhan KESIMPULAN
(Mulyani, 2006). Kerapatan stomata Berdasarkan hasil pengamatan dapat
termasuk rendah jika <300 stomata per mm2, disimpulkan bahwa :
sedang jika berkisar 300-500 stomata per 1. Estimasi waktu dan perbedaan intensitas
mm2, dan tinggi jika >500 stomata per mm2 cahaya memengaruhi karakteristik
(Tambaru, 2012). Hasil analisis stomata daun Hibiscus tiliaceus L. di
menunjukkan bahwa kerapatan stomata kedua area (tertutup dan terbuka).
daun H. tiliaceus termasuk ke dalam 2. Rerata panjang dan lebar porus stomata
golongan rendah yaitu <300 stomata per terendah dan tertinggi, jumlah stomata
mm2. Jumlah stomata yang semakin banyak terbuka dan tertutup, serta kerapatan
menyebabkan tingkat kerapatannya semakin stomata di area tertutup berturut-turut
tinggi (Lestari, 2006). Kerapatam stomata adalah 6 μm (pagi dan siang), 2,77 μm
menentukan konduktansi stomata dalam (siang), 6,93 μm (pagi), 3,83 μm (siang),
mengatur proses difusi gas (Kumekana et 43 sel, 8 sel, dan 259,86 sel/mm2,
al., 2013). Hasil pengamatan lainnya sedangkan di area terbuka berturut-turut
menunjukkan bahwa jenis stomata pada 5,5 μm (pagi), 2,97 μm (siang), 7 μm
daun H. tiliaceus yaitu jenis parasitik. (siang dan sore), 4,1 μm (siang), 18 sel,
Pandey dan Chadha, (1996) menuturkan 26 sel, dan 224,20 sel/mm2.
3.

DAFTAR PUSTAKA
Awal AM, Sonia Nazmi, Sonia Nasrin, Rainforest Tree Species in Central
Taauhidur R, & Shaikh Jamal. 2016. Amazonia. Journal Acta Amazoniza,
Evaluation of pharmacological activity 41 (2) : 205-212.
of Hibiscus tiliaceus. J. Springerplus, Campbell NA, JB Reece, &LG Mitchell.
5 (1) : 1290. doi: 10.1186/s40064-016- 2003. Biologi. Alih Bahasa :L.Rahayu,
2891-0. E.I.M Adil, N Anita, Andri ,W.F
BBKSDA Jawa Barat. 2016. Pangandaran. Wibowo, W.Manalu. Jakarta: Penerbit
Artikel online. On line at Erlangga.
http://bbksdajabar.ksdae.menlhk.go.id/ Elevitch C & Thomson LA. 2006. Hibiscus
[diakses 14 November 2018]. tiliaceus L. Journal Spesies Profile for
Camargo M & Marenco R. 2011. Density, Pasific Island Agroforestry, 1 (2).
Size and Distribution of Stomata in 35
157
ISSN e-journal 2579-7557
Tia Setiawati & Inneke Febrihardianti Syams: Karakteristik Stomata Berdasarkan Estimasi Waktu dan
Perbedaan Intensitas Cahaya Pada Daun Hibiscus tiliaceus Linn. di Pangandaran, Jawa Barat

Fahn A. 1992. Anatomi tumbuhan. of stomatal size and density among


Yogyakarta: Gadjah Mada Press. ecotypes of Aster hispidus
Gardner FP, RB Pearce, & RL Mitchell. (Asteraceae). American Journal of
1985. Physiology of Crop Plant Sciences, 4 : 524-527.
Plants.The Iowa State University http://dx.doi.org/10.4236/ajps.2013.43
Press, pp. 1-73. 067.
Golec AD & Szarejko I. 2013. Open or Lakitan B. 1996. Fisiologi pertumbuhan
close the gate – stomata action under dan perkembangan tanaman. Jakarta:
the control of phytohormones in PT Raja Grafindo Persada.
drought stress conditions. J. Plant Lakna L. 2017. Difference between stoma
Science, 4 (138) : 1-16. and stomata. Artikel Online. On line at
Haryani S. 2010. Jumlah dan distribusi http://pediaa.com [diakses 3 Maret
stomata pada daun beberapa spesies 2019].
tanaman dikotil dan monokotil. Mukha D, Boris Ostretsov, Dzmitry Mukha,
Buletin Anatomi dan Fisiologi, XVIII & Leonid Brodsky. 2015. Stomatal
(2). movement and stomatal formation
Haryanti S & Meirina T. 2009. Optimalisasi mechanisms utilize the same
pembukaan porus stomata daun regulatory genes. Botanica Pacifica. A
kedelai (Glycine max (L) merril) pada journal of plant science and
pagi hari dan sore. Jurnal Bioma, 11 conservation, 4 (2): 95-101. doi:
(1). ISSN: 1410-8801. 10.17581/bp.2015.04207.
Hidayat EB. 1995. Anatomi tumbuhan Mulyani S. 2006. Anatomi tumbuhan.
berbiji. Bandung: ITB Press. Yogyakarta: Kanisius.
Hopkins WG. 2004. Introduction to Plant Pandey SN & A Chandha. 1996. A Texbook
Physiology. New York: John Wiley & of botany plant anatomy and economic
Sons. Inc. botany Volume III. Vikas Publishing
Izza F & Ainun N Laily. 2015. Karakteristik House PVT LTD New Delhi, pp. 96-
stomata tempuyung dan hubungannya 103.
dengan transpirasi tanaman. Seminar Ramproshad S, Afroz T, Mondal B, Haque
Nasional Konservasi dan A, Ara S, Khan R, & Ahmed S. 2012.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Antioxidant and antimicrobial
Universitas Islam Negeri Maulana activities of leaves of medicinal plants
Malik Ibrahim. Malang. Hibiscus tiliaceus L. Pharmacol
Jara-Rojas F. 2009. Model validation for Online, 3 : 82–87.
estimating the leaf stomatal Rosa RM, Melecchi M I, da Costa
conductance in cabernet sauvignon Halmenschlager R, Abad FC, Simoni
grapevines. Chilean J. Agric. Res., 69 CR, Caramao EB, Henriques JA, Saffi
(1) : 88-96. J, & de Paula Ramos AL. 2006.
Jose PLF & Rosy MS. 2004. Comparative Antioxidant and antimutagenic
stomatal conductance and chlorophyll properties of Hibiscus tiliaceus L.
a fluorescence in leaves vs. fruit of the methanolic extract. J Agric Food
cerrado legume tree, Dalbergia Chem, 54 : 7324-7330. doi:
miscolobium, Braz. J. Plant Physiol., 10.1021/jf061407b.
16 (2) : 89-93. Salisbury & Ross. 1995. Fisiologi
Kumekawa Y, Haruki Miyata, Kyohei tumbuhan. ITB Press. Bandung.
Ohga, Hiroshi Hayakawa, Jun Santosa S. 1990. Fisiologi tumbuhan.
Yokoyama, Katsura Ito, Shin-Ichi metabolisme dan pertumbuhan pada
Tebayashi, Ryo Arakawa, & Tatsuya tumbuhan tingkat tinggi. Yogyakarta.
Fukuda. 2013. Comparative analyses

158
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 6 Nomor 2, Juli 2019

Shaikh J U, Grice ID, & Tiralongo E. 2009. Disertasi. Pascasarjana Universitas


Cytotoxic effects of Bangladeshi Hasanuddin Makassar. 197
medicinal plant extracts. e-CAM. Tambe V & Bhambar R. 2014.
Shemer Axxell P, Andisheh B, Maria, Phytochemical screening and
Israelsson N, Cawas B Engineer, anthelmintic activity of wood and
Bastiaan OR Bargmann, AB Stephan, leaves of Hibiscus tiliaceus Linn.
& Julian Schroeder. 2015. Guard Cell World J Pharm Pharm Sci, 3 (10) :
Photosynthesis is Critical for Stomatal 880–889.
Turgor Production, Yet does not Treshow M. 1970. Environtment and plant
Directly Mediate CO2- and ABA- respont. Mc.Graw Hill Company.
Induced Stomatal Closing. The Plant Widiastuti Libria, Tohari, & Sulistyaningsih
Journal, 83 : 567–58. doi: E. 2004. Pengaruh intensitas cahaya
10.1111/tpj.12916 dan kadar daminosida terhadap iklim
Suhaimi S. 2017. Pengaruh kadar timbal mikro dan pertumbuhan tanaman
(Pb) terhadap kerapatan stomata dan krisan dalam Pot. Ilmu pertanian, 11
kandungan klorofil pada glodokan (2) : 35-42.
(Polyalthia Longifolia Sonn) sebagai Wu, G. Hui Liu, Lei Hua, Qi Luo, Yixue
peneduh Kota Di Langsa. Journal of Lin, Pengcheng He, Shiwei Feng,
Islamic Science and Technology, 3 (1). Juxiu Liu, & Qing Ye. 2018.
Taiz L & Zeiger E. 2002. Plant physiology. Differential responses of stomata and
Massachusetts: Sinauer Associates, photosynthesis to elevated temperature
Inc. Publichers. in two co-occurring subtropical forest
Taluta H, Henny L, Marhaenus R. 2017. tree Species. Front Plant Sci, 9 (467).
Pengukuran panjang dan lebar pori doi: 10.3389/fpls.2018.00467.
stomata daun beberapa varietas Zhou HH, Chen YN, Li W H, & Chen YP.
tanaman kacang tanah (Arachis 2010. Photosynthesis of Populus
hypogaea L.). Jurnal Mipa Unsrat euphratica in relation to groundwater
Online, 6 (2) : 1-5. depths and high temperature in arid
Tambaru E. 2012. Potensi absorpsi karbon environment, northwest China.
dioksida pada beberapa jenis pohon Photosynthetica, 48 :257–268.
hutan Kota di Kota Makassar.

159
ISSN e-journal 2579-7557

Anda mungkin juga menyukai