Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN KONTOSIO

DI SUSUN OLEH :

1. Desy Sulistyorini 14.401.10.025


2. Devy Astiarini 14.401.10.026
3. Devy Yonitivita H 14.401.10.027
4. Farid Wahyu Wibowo 14.401.10.037
5. Febri Firzan 14.401.10.038
6. Fery Anggriawan 14.401.10.039
7. Sherlia Hersita 14.400.10.081
8. Sigit Priyanto 14.401.10.082
9. Yudha Dwi Kristanto 14.401.10.091

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2010-2011

Akes Rustida |ASUHAN KEPERAWATAN KONTOSIO i


KATA PENGATAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN KONTOSIO, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

                                                                                     Krikilan, 24 oktober 2011

Penulis

Akes Rustida |ASUHAN KEPERAWATAN KONTOSIO ii


KONTOSIO
DEFINISI
Kontusi adalah cedera pada jaringan lunak, diakibatkan oleh kekerasan tumpu (misalnya;
pukulan,tendangan, atau jatuh). Terputusnya banyak pembulu darah kecil yang terjadi
mengakibatkan Perdarahan ke jaringan lunak (ekimosis, memar). Hematoma terjadi bila perdarahan
cukup banyak sampai terjadi timbunan darah. Gejalah lokal (nyeri, bengkak, dan perubahan warna)
dapat dengan mudah dikontrol dengan pemberian kompres dingin intermiten. Kebanyakan kontusi
akan hilang dalam 1 sampai 2 minggu.
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan, atau stres
yang berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopi tidak komplet dengan perdarahan ke dalam
jaringan. Pasien rasa sakit atau nyeri mendadak dengan nyeri tekan lokal pada pemakaian otot dan
kontraksi isometrik.
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas namun masih memungkinkan mobilitas.
Ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembulu darah akan terputus dan
terjadilah edema, sendi terasa nyeri tekan dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. Derajat
distsabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam nsetelah cedera akibat
pembengkakan dan perdarahan yang terjadi. Pasien harus diperiksa dengan sinar-X untuk
mengevaluasi bila ada cidera tulang. Fraktur avulsi (suatu fragmen tulang tertarik oleh ligamen atau
tendon) dapat terjadi pada sprain.

PENATALAKSANAAN

Penanganan kontusi, strain, sprain meliputi istirahat, meninggikan bagian yang sakit,
pemberian kmpres dingin, dan pemasangan balut tekan. Istirahat akan mencegah cedera tambahan
dan mempercepat penyembuhan. Kompres dingin basah atau kering diberikan secara intermiten 20
sampai 30 menit selama 24 sampai 48 jam pertama setelah cedera dapat menyebabkan
vasokontriksi, yang akan mengurangi perdarahan, edema, dan ketidaknyamanan.
Harus diperhatikan jangan sampai terjadi kerusakan kulit dan jaringan akibat suhu ndingin
yang berlebihan. Balut tekan elastis dapat mengontrol perdarahan, mengurangi edema, dan
menyongkong jaringan yang cidera. Status neurovaskuler ekstermitas yang cedera dipantau sesering
mungkin. Bila sprain cukup berat (robekan serabut, otot dan terputusnya ligamen), mungkin perlu
dilakukan perbaikan bedah atau imobilisasi gips sehingga sendi tidak akan kehilangan stabilitasnya.
Selama penyembuhan , otot, ligamen, atau tendon yang cedera harus diistirahatkan dan
memperbaiki diri. Setelah stadium inflamasi akut (misalnya; setealh 24 sampai 48 jam setelah
cedera) dapat diberikan kompres panas secara intermiten (selama 15 sampai 30 menit, 4 kali sehari)
untuk mengurangi spasme otot dan memperbaiki vasodilatasi, absorpsi dan perbaikan. Tergantung
beratnya cedera, latihan aktif dan pasif progesif boleh dimulai dalam 3 sampai 5 hari.
Sprain yang berat mungkin perlu diimobilisasi 1 sampai 3 minggu sebelum latihan dengan
perlundungan dimulai. Latihan awal yang berlebihan dalm perjalanan terapi dapat memperlama
penyembuhan. Strain dan sprain memerlukan berbulan-bulan sampaiberminggu-minggu untuk
sembuh. Pembidaian mungkin diperlukan untuk mencegah cedera ulang.

MANIFESTASI KLINIS
 Nyeri
 Perubahan Warna (kebiruan)
 Bengkak
 Hiperklamia

KONSEP AKSKEP
PENGKAJIAN
• Data subyektif :
• Data biografi : umur dan jenis kelamin
• Pengkajian dapat difokuskan pada KELUHAN : adanya nyeri, kekakuan, kelemahan, kram,
kemerahan, pembengkakan, deformitas, terbatasnya penggerakan atau ROM (Range Of
Motion ), gangguan sensasi, munculnya sensasi abnormal, atau factor-faktor lain yang
mengganggu aktivitas.
• Riwayat penyakit sekarang : (PQRST)
penyebab memar, bagaimana keadaannya, dimana letaknya, berapa skala nyerinya, kapan
mulai munculnya.
• Riwayat kesehatan dahulu :
Menanyakan kepada klien apakah klien pernah menderita penyakit ini sebelumnya dan
apakah klien pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.
• Aktivitas sehari-hari
tanyakan aktivitas klien atau pekerjaan yang dilakukan klien sehari-hari
• Keluhan yang didapat dari klien umumnya klien mengeluh nyeri.
Data Obyektif
 Inspeksi :
terlihat adanya pembengkakan, warna kemerahan / kebiruan pada bagian tubuh tertentu.
 Palpasi :
terasa nyeri, perubahan suhu, adanya benjolan.

Diagnose Keperawatan
1. Nyeri b/d adanya pembengkakan
2. Gangguan citra tubuh b/d adanya bengkak / perubahan bentuk wajah
3. Gangguan pola tidur b/d adnya rasa sakit di sekitar wajah

Intervensi Keperawatan
1. Nyeri b/d adanya pembengkakan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang dirasakan klien
hilang dan tidak terdapat edema atau kemerahan lagi
Intervensi :
 Observasi letak dan keadaan memar serta TTV klien
R/ mempermudah penatalaksanaan dan mengetahui kondisi fisik klien.
 Berikan kompres dingin selama 15-30 menit
R/ pemberian kompres dingin dapat menyebabkan vasokontriksi, yang akan
mengurangi perdarahan dan edema.
 Berikan balut tekan elastis
R/ dapat mengontrol perdarahan, mengurangi edema, dan menyokong jaringan
yang cidera.
 Kolaborasi dg dokter dalam pemberian analgesik
R/ analgesik dapat mengurangi rasa nyeri secara farmakologi.
 Menginstruksikan klien untuk banyak istirahat. Terutama mengistirahatkan bagian
yang sakit.
R/ istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat proses
penyembuhan.
PEMBALUTAN

Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh tertentu agar tidak
bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
TUJUAN
1. menahan sesuatu – misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan sebagainya – agar tidak
bergeser dari tempatnya
2. menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan)
3. menunjang bagian tubuh yang cedera
4. menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak
5. menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.

MACAM
1. Mitella (pembalut segitiga)
2. Dasi (cravat)
3. Pita (pembalut gulung)
4. Plester (pembalut berperekat)
5. Pembalut lainnya
6. Kassa steril

1. MITELLA (pembalut segitiga)


Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang
kaki antara 50-100 cm
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul,
telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.
2. DASI (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita dengan
kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain),
rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
Cara membalut:
o Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya saling
menarik
o Kedua ujung diikatkan secukupnya.
3. PITA (pembalut gulung)
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah
kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
o 2,5 cm : untuk jari-jari
o 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
o 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
o 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
o 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
o Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
o Pastikan bahwa perban tergulung kencang
o Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari
proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke
proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau
bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
o Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara
bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi duapertiga bagian
sebelumnya.
o Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau
jepitan perban.

4. PLESTER (pembalut berperekat)


Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk
merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan plester disebut
strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi
gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya difiksasi dengan plester.
Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi dengan kasa
yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester:
o luka diberi antiseptik
o tutup luka dengan kassa
o baru letakkan pembalut plester.
5. PEMBALUT LAINNYA
Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru dibuka
saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.
Sofratulle: kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk menutup luka-
luka kecil.
6. Kassa steril
Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan dibungkus
sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan.
Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah
ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.

Prosedur Pembalutan:
1. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:
Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan
ukuran pembalut bila menggunakan pita)
Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai/tidak?)
2. Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
3. Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang
mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan
desinfeksi luka terbuka:
Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama
didesinfeksi.
Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan
darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak
hanyut ketika disiram dibersihkan.
Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi
dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:
Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang
lebih mantap dapat diberikan.
Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.
Pengikatan dengan tourniquet.
o Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
o Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari
di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
o Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau
kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu
dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah
menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
o Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan
kasa steril.
Elevasi bagian yang terluka
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di
sebelah distal.
Tidak mudah kendor atau lepas.

DAFTAR PUSTAKA

 Suddarth & Burnner. Buku ajar KMB edisi 8 vol.3.ECG.2002


 Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3.2003
 Wilkinson, Judith M.. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC
 NANDA Edisi 2005

Anda mungkin juga menyukai