Anda di halaman 1dari 14

Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir (Kosim, 2012).

Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang
baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya
sendiri.

Etiologi
Faktor –fakor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm (prematur) atau
berat badan lahir rendah adalah:
1. Faktor ibu
 Gizi saat hamil yang kurang
 Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
 Penyakit menahun ibu: Hipertensi, jantung
 Faktor pekerja yang terlalu berat
2. Faktor kehamilan
 Hamil dengan hidramnion
 Hamil ganda
 Pendarahan antepartun
 Komplikasi: hamil: pre-eklamsia / eklamsia, KPD

1
3. Faktor janin
 Cacat bawaan
 Infeksi dalam rahim
4.Faktor yang masih belum diketahui
(Manuaba, 1998)

Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain
(Subramanian, 2006) :
o Hipotermia
o Hipoglikemia
o Gangguan cairan dan elektrolit
o Hiperbilirubinemia
o Sindroma gawat nafas
o Paten duktus arteriosus
o Infeksi
o Perdarahan intraventrikuler
o Apnea of Prematurity
o Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
o Gangguan perkembangan
o Gangguan pertumbuhan
o Gangguan penglihatan (Retinopati)
o Gangguan pendengaran
o Penyakit paru kronis
o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (Subramanian, 2006).
1). Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
o Umur ibu

2
o Riwayat hari pertama haid terakir
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
o Kenaikan berat badan selama hamil
o Aktivitas
o Penyakit yang diderita selama hamil
o Obat-obatan yang diminum selama hamil
2). Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
o Berat badan
o Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
 Tulang rawan telinga belum terbentuk.
 Masih terdapat lanugo.
 Refleks masih lemah.
 Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium
minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.
o Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
 Tidak dijumpai tanda prematuritas.
 Kulit keriput.
 Kuku lebih panjang
3). Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
o Pemeriksaan skor ballard
o Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
o Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
o Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.
o USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih

3
Penatalaksanaan/ terapi
1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)
(Kosim, 2012. )
2 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap
paling kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama
3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
o Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap
2 jam) bila perlu.
o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

4
Bayi Sakit
o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda
siap untuk menyusu.
 Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan
nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
 Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi
menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan
untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram


Bayi Sehat
o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan
dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya
memakan waktu lebih dari 1 minggu)
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.

5
Bayi Sakit
o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
IV secara perlahan.
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
o Beri ASI peras melalui pipa lambung
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.

6
d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan.
o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

Tanda kecukupan pemberian ASI:


o BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari
o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap à ASI akan menetes dari
payudara yg lain.
(Suradi, 2006)

Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti
kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan
hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
o Ukur suhu tubuh dengan berkala
o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
o Jaga dan pantau patensi jalan nafas
o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

7
o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
o Pantau berat badan bayi secara periodik
o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir
<1500>
o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.
Indikasi bayi BBLR pulang:
o Suhu bayi stabil.
o Toleransi minum oral baik à terutama ASI.
o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah

2). Pemantauan setelah pulang


Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :

8
o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
o Hitung umur koreksi.
o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
o Awasi adanya kelainan bawaan.

Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan
lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi
neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila
hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah (Behrman, 2004).

Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (Mochtar, 1998; Prawirohardjo, 2002):
o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat
dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih
mampu
o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

9
PENGKAJIAN

I. Identitas Pasien
Nama : Bayi A
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 1 hari
BBL : 1450 gram
A–S : 2-5-7
Tanggal Lahir : 17 Februari 2013

II. Keluhan Utama :


Lahir dengan sesak nafas.

III. Riwayat Penyakit Sekarang :


Bayi lahir di bidan dengan keluhan lahir tanpa menangis dan belum cukup bulan,
kemudian bayi di rujuk ke RSUD Kanjuruhan. Bayi masuk UGD menggunakan O2 dengan
tangis merintih, napas tidak adekuat, tampak retraksi dinding dada, terlihat biru pada bibir,
ekstremitas tampak memar. Setelah di suction, terdapat cairan ketuban yang keluar.
Bayi dilahirkan spontan dengan letak sungsang. Sebelum 12 jam setelah ketuban
pecah, timbul kontraksi adekuat hingga timbulnya persalinan.

IV. Riwayat Kehamilan Ibu :


Ibu bayi mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Ibu bayi biasa ANC di
puskesmas yang diperiksa oleh bidan 5 kali. Ibu bayi mengaku usia kehamilannya 7 bulan.
sebelum melahirkan, ibu mengalami riwayat keluar air merembes, keruh, dan tidak bau,
disertai dengan perut yang mules. Selama hamil, ibu bayi tidak pernah sakit atau pun
minum obat-obatan. Riwayat oyok 2 kali.

V. Riwayat Persalinan :

10
Bayi lahir spontan letak sungsang dengan indikasi ketuban pecah dini, BBL 1450
gram. Apgar skor 2 - 5 - 7. tangis (-), sianosis (+).
VI. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : lemah
 Ballard score : 15 (30 minggu)
1. Tanda – Tanda Vital :
 Suhu : 36,4 oC
 HR : 150 x/menit
 Respirasi : 58 x/menit
 Tekanan Darah : Tidak dievaluasi
2. Menilai Pertumbuhan :
 Berat Badan : 1450 gram
 Panjang Badan : 39 cm
 Lingkar Kepala : 28 cm
3. Penilaian Umum :
 Aktivitas : menurun
 Warna Kulit : kemerahan
 Cacat Bawaan Yang Tampak : (-)
4. Kepala
Bentuk kepala : simetris, lonjong, anemis (-), Ikterik (-), caput sucendaneum (-),
dan cephal hematom (-), Reflek Hisap (-), pembesaran kel. Tiroid (-),
leher pendek (-).
5. Thoraks
Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+) subcostal.
Palpasi : gerakan dinding dada simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Penilaian pernapasan : napas teratur (+), tachypnea (-), stridor (-), tarikan dinding dada
(+/+) subcostal, sianosis (+).

6. Jantung
S1S2 tunggal regular, mur – mur (-), gallop (-).
7. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)
Auskultasi : bising usus Normal
Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.
Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen
8. umbilicus

11
Umbilikus bersih, warna kuning kehijauan (-), edema (-), kemerahan (-) pada pangkal
umbilicus.
9. Genitalia
Normal. Hipospadia (-), epispadia (-), hidrokel (-), rugae testis (+) halus.
10. Anus dan rektum
Anus (+), mekoninum (-) 24 jam pertama.
11. Ekstremitas
Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-), hematom (+/+)

VIII. Diagnosis Kerja


BBLKB/BBLR/SMK
Sepsis Neonatal

IX. Planning Diagnosa


DL, Diff. Count , GDA, Serum elektrolit

X. Rencana Terapi
 IVFD D10% 6 tts/menit (mikro)
 Ampicillin inj 2 x 75 mg
 Vit K 1x1 mg
 Gentamicin eye drop ODS
 Puasa
 Rawat umbilikus
 Termoregulasi

XI. Planning Monitoring


 Vital sign
 Intake (puasa)
 BAK/BAB
 BB/hari

FOLLOW UP
Hari/ tgl S O A P
I  Minum (-)  RR: 52 x/m BBLR/BBLKB/SMK  O2 2 l/m.
17/2/2013  Sesak (+)  N: 140 x/m + sepsis neonatal  D10% 6
 BAB (+)  S : 36,4 ttsµ/m
meko  Retraksi (+)  Ampicilin
subcostal. Sulb
 Sianosis (-) 2x75mg.
BB: 1450 g  Vit K 1x1mg
 Gentamycine

12
ED ODS
 PUASA

II  Minum (-) RR: 58 x/m BBLKB/BBLR/SMK  O2 CPAP


18/2/2013  Sesak (+) N: 140 x/m + sepsis neonatal +  D10% 6
 BAB (+) S : 34,8 HMD ttsµ/m.
meko Retraksi (+)  Ampicilin
subcostal Sulb
BB: 1400 g 2x75mg
 Aminofilin
8mg
 PUASA
 Naikkan
suhu 1°
III  Minum (-) RR: 52 x/m. BBLKB/BBLR/SMK  O2 CPAP
19/2/2013  Aktifitas (+) N: 140 x/m. + sepsis neonatal +  D10% 6
kurang Retraksi (+) HMD ttsµ/m.
 Menangis BB: 1400 g.  Ampicilin
(+) tidak Sulb
keras 2x75mg
 BAB (+)  Aminofilin
meko + 3X3mg
kuning  PUASA
IV  Minum (-) RR: 52 x/m. BBLKB/BBLR/SMK  O2 CPAP
 BAB N: 150 x/m.
20/2/2013 (+) + sepsis neonatal +  CN10% 6
meko + Retraksi (+) ttsµ/m.
kuning BB: 1400 g HMD  Ampicilin
Sulb
2x75mg
 Aminofilin
3X3mg
 ASI/BBLR
8x1cc
V  Minum (+) RR: 52 x/m. BBLKB/BBLR/SMK  O2 CPAP
 Muntah (-) N: 160 x/m.
21/2/1013 + sepsis neonatal +  CN10% 6
 BAB (+) Retraksi (+) ttsµ/m.
kuning BB: 1400 g HMD  Ampicilin
Sulb
2x75mg
 Aminofilin
3X3mg
 ASI/BBLR
8x2cc
VI  Minum (+) RR: 56 x/m. BBLKB/BBLR/SMK  O2 CPAP
 Muntah (-) N: 150 x/m.
22/2/2013 + sepsis neonatal +  CN10% 8
 BAB (+) Bising jantung ttsµ/m.
kuning (+) HMD  Ampicilin
Retraksi (+) Sulb
BB: 1400 g 2x75mg
 Genta 1x8
mg/16jam
 Aminofilin
3X3mg
 ASI/BBLR
8x2cc

13
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak,
edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya
Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson Textbook of
pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 550-8.
Kosim, Sholeh. 2012. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta
Manuaba ,IBG. 1998. Ilmu Kebid anan,Penyakit kandungan,dan KB untuk pendidikan
Bidan ,Jakarta ,EGC
Mochtar ,rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta .EGC
Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
Prawiroharjo, sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional .Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta ,Balai Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah
(Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from :
http://www.digilib.litbang.depkes.go.id [diakses tanggal 15 Maret 2013]
Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from : http://www.eMedicine.com.
Last Update : September 25, 2006. [diakses pada tanggal Maret 2013]
Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable from :
http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2006. [diakses pada tanggal 16 Maret 2013]

14

Anda mungkin juga menyukai