Anda di halaman 1dari 32

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

KOTA BOGOR SECARA BIOLOGIS

MUHAMMAD INOKI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK

MUHAMMAD INOKI. Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Kota Bogor Secara
Biologis. Dibimbing oleh SRI MULIJANI dan DWI DARMAYANTI.
Limbah rumah sakit PMI di Kota Bogor dan rumah sakit pembanding dengan
sistem pengolahan yang sama, tetapi menggunakan koagulan polialuminium
klorida, dianalisis parameter padatan tersuspensi total, pH, kebutuhan oksigen
kimia (COD), kebutuhan oksigen biokimia, amonia, fosfat, dan koliform total.
Semua parameter telah memenuhi baku mutu KepMLH No. 58/MNLH/12/1995,
kecuali nilai COD pada bulan ketiga, diduga karena pemakaian detergen yang
berlebihan. Uji t berpasangan terhadap parameter limbah sebelum dan sesudah
pengolahan menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Karena itu, sistem pengolahan
air limbah di rumah sakit PMI Bogor telah efektif, meskipun belum sebaik rumah
sakit pembanding.

ABSTRACT

MUHAMMAD INOKI. Biological Hospital Wastewater Treatment in Bogor.


Supervised by SRI MULIJANI and DWI DARMAYANTI.
Hospital wastes from PMI Hospital and from other hospital in Bogor, as
reference, using same waste treatment system, but with polyaluminium chloride
addition as coagulant, were analyzed for several parameters: total suspended solids,
pH, chemical oxygen demand, biochemical oxygen demand, ammonia, phosphate,
and total coliform. All parameters had fulfilled the quality standard from Kep
MLH No. 58/MNLH/12/1995, except the COD value for the third month, probably
because excessive usage of detergent. Paired t-test to the waste parameters before
and after treatment showed significantly different results. Therefore, the
wastewater treatment in PMI Hospital has been effective, although still not as well
as reference hospital.
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT
KOTA BOGOR SECARA BIOLOGIS

MUHAMMAD INOKI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Kota Bogor secara Biologis
Nama : Muhammad Inoki
NIM : G44086001

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Sri Mulijani, MSi Dwi Darmayanti VS, ST, MSi


NIP 19630401 199103 2 001 NIP 19730604 200501 2 008

Diketahui

Ketua Departemen Kimia

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS


NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal lulus:
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul
Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Secara Biologis Rumah Sakit Kota Bogor.
Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, dan semoga kita semua menjadi pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Sri Mulijani, MSi dan Dwi
Darmayanti VS, ST, MSi selaku pembimbing yang senantiasa memberikan
arahan, dorongan semangat, dan doa kepada penulis selama melaksanakan
penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepala Laboratorium
Kesehatan Daerah (drg Erna Djam’ah Wilagasoemantri), Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kota Bogor Ibu Lilis Sukartini, dan Kepala Seksi Analisa
Dampak Lingkungan Ibu Mari Mariam BE.
Terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada Ibunda tercinta, istri,
serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Toni, Ahmad, Habib Priyono, Leli Purnamasari, Kun
Soleha, Sudartono, Heri Suherman, Giri Winawirawan, dan staf Labkesda lainnya
yang telah membantu memberi masukan dan saran.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.

Bogor, Februari 2012

Muhammad Inoki
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 Mei 1976 dari Ayah H. Tatang
Ruhijat (alm) dan Ibu Hj. Titin Sutini. Penulis adalah putra ketujuh dari delapan
bersaudara. Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri I Ciawi Kabupaten Bogor
dan pada tahun 1995 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB),
diterima di Departemen Kimia Program Studi Diploma II, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada tahun 1997. Bulan Juli–Agustus 2008
penulis melaksanakan praktik lapangan di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
Citeurep Bogor dengan judul Analisis Kuantitatif Pasir Besi sebagai bahan baku
semen. Pada tahun 2000 penulis lulus seleksi masuk Universitas Padjadjaran
Bandung, diterima di Departemen Kimia Program Studi Diploma III, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada tahun 2002. Bulan
Februari–April 2002, penulis melaksanakan praktik lapangan di Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi Bandung dengan judul Analisis Umur Tanah dengan
Instrument Geiger Muller. Tahun 2002–2003 penulis bekerja di PT Metro Lintas
Nusa Sentul Bogor sebagai Supervisor Quality Control. Tahun 2003–2004 penulis
bekerja sebagai staf laboratorium di PT Pyridam Farma, Tbk. Pada tahun 2004
penulis lulus ujian seleksi nasional penerimaan pegawai negeri sipil dan
ditempatkan di kota Bogor.
Dalam melaksanakan tugas penulis ditempatkan di Laboratorium Kesehatan
Daerah (Labkesda) sebagai koordinator di laboratorium kesehatan masyarakat dan
melakukan hubungan kerja sama meliputi pelatihan, analisis pengujian, kalibrasi
dengan laboratorium lainnya, di antaranya Laboratorium Terpadu IPB, Balai
Besar Industri Agro (BBIA), Balitvet, PPLI, MBrio, Bogor Labs dll. Penulis aktif
menghadiri seminar baik yang diadakan provinsi maupun Komite Akreditasi
Nasional. Tahun 2010 penulis mendapatkan sertifikasi konpetensi yang
diselenggarakan TELLAPI.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah Cair Rumah Sakit....................................................................... 1
Proses Pengolahan Biologi ...................................................................... 1
Gambaran Unit Proses Biologi ............................................................... 2
Dasar Mikrobiologi ................................................................................. 2
Proses Lumpur Aktif ............................................................................... 3
Karakteristik Air Limbah ........................................................................ 4
pH dan Suhu ............................................................................................ 5
Padatan Tersuspensi Total (TSS) ............................................................ 5
Oksigen Terlarut (DO) ............................................................................ 5
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) ..................................................... 5
Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) .......................................................... 6
Fosfat ....................................................................................................... 6
Amonia .................................................................................................... 6
Koliform Total ........................................................................................ 6
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ........................................................................................ 7
Metode Penelitian.................................................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Padatan Tersuspensi Total (TSS) ............................................................ 8
Kadar COD dan BOD ............................................................................. 9
Kadar Fosfat ............................................................................................ 10
Kadar Amonia ......................................................................................... 10
Koliform Total ....................................................................................... 10
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11
LAMPIRAN ....................................................................................................... 13

vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Rantai reaksi aerob ........................................................................................ 2
2. Proses pemecahan lumpur aktif .................................................................... 3
3. Hubungan oksigen terlarut dengan nisbah F/M pada flok aerob .................. 4
4. Titik pengambilan sampel pada bak inlet...................................................... 7
5. Titik pengambilan sampel pada bak outlet.................................................... 7

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Bagan alir penelitian .................................................................................... 13
2 Hasil penelitian.............................................................................................. 14
3 Skema pengolahan limbah cair rumah sakit pembanding ............................. 21
4 Skema pengolahan limbah cair rumah sakit PMI kota Bogor....................... 22

vii
viii
1

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA


Keberadaan limbah pada umumnya tidak
Limbah Cair Rumah Sakit
dikehendaki di lingkungan. Salah satu yang
cukup dikhawatirkan ialah limbah rumah
Limbah cair rumah sakit merupakan salah
sakit. Rumah sakit merupakan institusi
satu sumber pencemaran air yang sangat
kesehatan dengan inti kegiatan pelayanan
potensial. Hal ini disebabkan oleh kandungan
preventif, rehabilitatif, dan promotif. Kegiatan
senyawa organik yang cukup tinggi, senyawa
tersebut dapat berdampak positif dan negatif.
kimia yang berbahaya, serta mikroorganisme
Dampak positif ialah meningkatnya kesehatan
patogen di dalamnya (Said 2003). Limbah cair
masyarakat, sedangkan dampak negatifnya
rumah sakit berasal dari seluruh kegiatan
antara lain pencemaran sampah dan limbah
rumah sakit yang meliputi limbah domestik
medis maupun non-medis yang dapat
cair, yakni buangan kamar mandi, dapur, air
menimbulkan penyakit. Upaya penyehatan
pencuci pakaian; limbah cair klinis, misalnya
lingkungan rumah sakit diperlukan untuk
air bekas membilas luka atau darah; air limbah
melindungi masyarakat dan karyawan dari
laboratorium; dan lain-lain (Said 2003).
bahaya pencemaran tersebut. Hasil penelitian
Berdasarkan KepMNLH No.58/MNLH/12/
Ditjen P2MPL Direktorat Penyediaan Air dan
1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah
Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan
Sakit, setiap rumah sakit wajib menyediakan
Kabupaten dan Kota menyebutkan bahwa
sarana pengelolaan limbah cair maupun padat
rumah sakit di Indonesia yang memiliki
sebelum dibuang ke saluran umum.
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) baru
Karakteristik air limbah meliputi sifat
sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut, limbah
fisika, kimia, dan biologi. Dengan mengetahui
cair yang setelah diolah, memenuhi baku
jenis cemaran dalam air limbah, unit proses
mutu baru mencapai 52% (Giyatmi 2003).
yang dibutuhkan dapat ditentukan. Sebagai
Limbah cair rumah sakit umumnya banyak
contoh, kontaminasi oleh padatan tersuspensi
mengandung mikroorganisme (bakteri, virus,
membutuhkan unit proses sedimentasi atau
dsb.), senyawa kimia, dan obat-obatan yang
penapisan dan penghilangan debu. Dalam
dapat membahayakan kesehatan masyarakat
pembuangan air limbah, prinsip yang penting
di sekitarnya. Limbah yang bersumber dari
adalah mengurangi emisi dan mengembalikan
laboratorium paling perlu diwaspadai karena
bahan-bahan yang masih berguna ke dalam
bahan-bahan kimia yang digunakan untuk uji
sumbernya. IPAL yang baik hanya perlu
laboratorium tidak dapat diurai hanya dengan
sedikit perawatan, aman dalam pengoperasian,
aerasi atau lumpur aktif. Bahan-bahan itu
hemat energi, dan produk samping (misalnya,
mengandung logam berat dan inveksikus yang
lumpur) minimum (Qasim 1985).
harus disterilisasi atau dinormalkan terlebih
dahulu. Untuk foto röntgen, misalnya,
Proses Pengolahan Biologi
terkandung bahan radioaktif yang cukup
berbahaya. Pengelolaan limbah cair yang baik
Unit proses biologi memanfaatkan aktivitas
sangat dibutuhkan agar mutu efluen tidak
mikroorganisme untuk mengurai cemaran
melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh
secara alami. Sebagian besar air limbah
pemerintah, dalam hal ini KepMNLH No.58/
mengandung zat organik sehingga proses
MNLH/12/1995.
biologi merupakan tahapan yang penting.
Berangkat dari hal tersebut, dilakukan
Dibandingkan dengan proses alami, proses
penelitian untuk mengevaluasi limbah cair
biologi biasanya lebih cepat dan membutuhkan
Rumah Sakit PMI Kota Bogor dan satu rumah
tempat lebih sedikit. Namun, peningkatan
sakit lainnya sebagai pembanding berdasarkan
intensitas menyebabkan proses lebih sensitif
KepMNLH No.58/MNLH/12/1995. Jenis dan
sehingga memerlukan proses kontrol yang
sumber data yang digunakan adalah data
intensif dan teliti (Alkitri et al.2005).
primer dan sekunder. Uji non-parametrik dan
Pengolahan air limbah secara biologi
uji t berpasangan dilakukan terhadap
bertujuan membersihkan zat-zat organik atau
parameter kebutuhan oksigen secara kimia
mengubahnya menjadi bentuk yang kurang
(COD), kebutuhan oksigen secara biokimia
berbahaya, termasuk penggunaan kembali baik
(BOD), padatan tersuspensi total (TSS),
secara langsung maupun taklangsung dengan
fosfat, pH, suhu, amonia, dan koliform total.
memanfaatkan residu yang berasal dari proses
Hasil outlet dibandingkan dengan baku mutu
untuk keperluan pertanian. Tujuan tersebut
KepMNLH No.58/MNLH/12/1995.
dapat dicapai jika proses diatur dalam kondisi
2

yang spesifik, antara lain meliputi waktu memisahkan mikroorganisme yang terkumpul
tinggal, konsentrasi oksigen, atau perubahan dari cairan. Selanjutnya, mikroorganisme atau
kondisi proses yang terkendali seperti dalam lumpur distabilkan di dalam pelumat dan
kasus pembersihan fosforus (Siregar 2005). dikurangi kandungan airnya di dalam bak-bak
Tujuan lebih lanjut bergantung pada media pengering sebelum menuju pembuangan akhir
yang diolah. Pengolahan air limbah domestik (Said 1999).
pada umumnya bertujuan membersihkan zat-
zat organik, mula-mula diubah bentuknya Dasar Mikrobiologi
menjadi lumpur, kemudian dibuang. Seluruh
proses biologi tersebut hanya merupakan Pada tahap pertama rantai aerob (Gambar
proses transformasi, bukan pembersihan. Zat- 1), senyawa organik diambil oleh bakteri,
zat organik terlarut diubah menjadi partikulat kemudian diubah menjadi massa bakteri
yang kemudian dapat dihilangkan melalui dengan menghasilkan air, karbon dioksida, dan
sedimentasi atau filtrasi (Sugiharto 1991). amonia. Pada tahap kedua, biomassa yang
dihasilkan pada tahap pertama digunakan oleh
Gambaran Unit Proses Biologi mikroorganisme lain, misalnya siliata. Tahap
ini juga menghasilkan air, karbon dioksida,
Proses biologi lazim digolongkan dalam 2 dan amonia. Pada tahap selanjutnya, amonia
kriteria dasar. Kriteria pertama adalah dinitrifikasi oleh bakteri menjadi nitrit (NO2-)
aktivitas metabolik, yakni aerob dan anaerob. dan nitrat (NO3-). Jika diurai lebih lanjut pada
Kriteria kedua adalah reaktor yang membatasi kondisi anoksik, nitrat akan direduksi menjadi
mikroorganisme, ditandai oleh proses pertum- gas nitrogen dan dilepaskan ke atmosfer.
buhan bakteri yang melekat atau tersuspensi.
Proses aerob ditandai oleh adanya molekul Zat Bakteri Bertambahnya
oksigen yang terlarut. Selain proses aerob dan Organik lumpur
anaerob, dikenal proses anoksik yang ditandai
oleh tidak adanya oksigen terlarut serta H2O
CO2
penggunaan oksigen dalam senyawa kimia NH3
secara terus-menerus oleh mikroorganisme. N
Proses ini digunakan dalam denitrifikasi. Pada i Penurunan
proses aliran lambat, pertumbuhan bakteri t biomassa oleh
cukup untuk menggantikan kehilangan bakteri aktivitas siliata
r dan
akibat aliran keluar, sedangkan pada proses o autooksidasi
dengan kecepatan tinggi dan waktu tinggal s
hidraulik pendek, pengembalian (recycling) o Kelekatan
bakteri merupakan cara yang paling banyak m lumpur
digunakan untuk mengontrol densitas bakteri H2O
o CO2
di dalam reaktor (Siregar 2001). n
Dalam attached growth process, a NH3
mikroorganisme tumbuh di permukaan bahan s
pendukung di dalam reaktor dan tidak terbawa
keluar sehingga tidak perlu pengembalian Nitrobacter
massa bakteri. Biasanya digunakan batuan
sebagai bahan pengisi, tetapi bahan pengisi NO2 NO3
plastik mulai banyak digunakan dalam proses
aerob maupun anaerob, karena densitas
pengemasan yang lebih tinggi dan kebutuhan Gambar 1 Rantai reaksi aerob.
volume reaktor lebih kecil untuk kapasitas
pengolahan yang sama (Siregar 2001). Pada proses lumpur aktif dengan kecepatan
Unit proses biologi hanya sebagian dari tinggi, proses hanya meliputi tahap pertama.
keseluruhan sistem pengolahan. Umumnya, Dengan peningkatan waktu reaksi secara
tahapan proses dalam IPAL skala besar bertahap, proses nitrifikasi dan denitrifikasi
meliputi pembersihan bahan kasar, pasir, dengan kecepatan rendah dapat terjadi.
bahan yang mengapung, dan yang dapat Kecuali untuk denitrifikasi yang membutuhkan
mengendap. Unit pengolahan berturut-turut kondisi anoksik, lama proses (waktu tinggal
terdiri atas penyaring, grit chamber, dan bak mikroorganisme di dalam sistem) merupakan
sedimentasi (dan floatasi). Proses biologi parameter kendali yang penting.
diikuti oleh bak sedimentasi untuk
3

Meskipun sampai tingkat tertentu McKinney telah menghubungkan flokulasi


mikroorganisme mampu menyesuaikan diri dengan nisbah makanan terhadap
dengan perubahan kondisi lingkungan, mikroorganisme (nilai F/M) dan menunjukkan
beberapa kebutuhan dasar harus dipenuhi bahwa mikroorganisme (bakteri) di dalam
pada saat proses berlangsung. Pemenuhan lumpur aktif akan menggumpal dengan cepat
kebutuhan dasar ini dilakukan dengan pada kondisi kelaparan. Flokulasi ini
membuat desain yang tepat dan melaksanakan diakibatkan oleh pembentukan lapisan lumpur
pengoperasian yang memenuhi syarat. polisakarida yang lengket sehingga
Air limbah yang diolah bersifat mikroorganisme menempel. Flagela juga
biodegradabel (dapat diuraikan secara biologi) terjerat dalam bahan lumpur tersebut.
apabila nisbah BOD/COD berkisar antara Organisme bentuk filamen terdapat di dalam
0.5–0.6 yang menandakan air limbah tersebut kebanyakan lumpur aktif, kecuali pada limbah
dapat diolah. Nisbah BOD/COD yang dari industri kimia dan petrokimia. (Palm et al.
mendekati nol menunjukkan bahwa air limbah 1987) telah mengidentifikasi 3 macam lumpur
tersebut mengandung zat yang bersifat toksik. aktif, yaitu filamentous bulking, non-bulking,
Kisaran pH yang disukai dalam proses dan pin-point seperti ditunjukkan pada
aerob berkisar 6.5–8.0. Kisaran nilai pH yang Gambar 2.
sangat sempit ini berakibat terhadap kepekaan
proses sehingga dibutuhkan kontrol pH yang Keadaan 1
lebih teliti. Nilai pH dapat dipengaruhi dan Filamentous Bulking
diubah oleh proses pengolahan itu sendiri. Di
Perpanjangan
negara-negara tropis, suhu air limbah
filamen
biasanya berada dalam kisaran yang
menguntungkan bagi proses pengolahan
biologi, yaitu 20−30 oC. Suhu yang lebih Kerangka
tinggi diterapkan dalam proses aerob filamen
termofilik, yakni mencapai 60 oC. Keadaan 2 Non- Bulking
Kriteria desain yang diperoleh dari
literatur biasanya diterapkan di negara
beriklim sedang. Suhu berpengaruh terhadap
kecepatan proses, maka penggunaan kriteria
desain tanpa pertimbangan yang teliti dapat
menyebabkan pengoperasian yang tidak
efisien. Untuk kehidupannya, mikroorganisme Keadaan 3 Pin-point
membutuhkan beberapa jenis hara dan unsur
kelumit. Di dalam air limbah domestik, Partisi terdispersi
jumlah keduanya memadai, namun di dalam
air limbah sering kali kekurangan. (Siregar
2005).
Gambar 2 Proses pemecahan lumpur aktif.
Proses Lumpur Aktif (Activated Sludge)
Proses lumpur aktif banyak dipakai untuk
pengolahan air limbah secara biologis. Di Lumpur non-bulking dihasilkan dari operasi
dalam sistem ini, bakteri disuspensikan untuk plug-flow atau selector plant configuration, atau
terus bergerak dan tidak mengendap melalui dari limbah yang kompleks. Lumpur pinpoint
adukan, arus resirkulasi, atau gerakan lain dihasilkan dari operasi dengan nisbah F/M yang
yang ditimbulkan oleh aerator (Wesley 1989). rendah pada umur lumpur yang lama. Lumpur
Dengan demikian, lumpur aktif mengandung aktif jenis filamentous bulking yang mudah
populasi bakteri aktif untuk pengolahan air menyumbat sistem resirkulasi lumpur dan
limbah. Pada proses kontinu, lumpur aktif peralatan aerasi, dihasilkan dari air limbah yang
yang terbawa bersama air limbah hasil mengandung glukosa, sakarosa, laktosa, dan
pengolahan dipisahkan dalam tangki bahan sejenis, pada kondisi kekurangan oksigen
pengenap. Sebagian disirkulasikan kembali ke terlarut. Pada konsentrasi oksigen kurang dari
tangki aerasi, sebagian lainnya diambil 0.1 mg/L, terbentuk filamen tipis 1−4 μm. Untuk
sebagai hasil pekatan. Beningan yang proses biologis aerob yang baik, hubungan
dihasilkan oleh proses lumpur aktif relatif antara konsentrasi oksigen terlarut dalam limbah
jernih dan memenuhi syarat untuk dibuang. dan nisbah F/M ditunjukkan pada Gambar 3.
4

dalam kontak dengan pertumbuhan biologi dan


4
bukan pH larutan masuk. Larutan limbah
Oksigen terlarut untuk flok aer
terencerkan ketika masuk ke dalam tangki
3
aerasi dan ternetralkan oleh CO2 yang
dihasilkan bakteri. Untuk limbah yang bersifat
2
asam dan basa, hasil akhir adalah bikarbonat
(HCO3¯) yang merupakan larutan penyangga
1
efektif untuk sistem aerasi pada pH tetap
sekitar 8.
0
0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 Karakteristik Air Limbah
Nisbah F/M

Gambar 3 Hubungan oksigen terlarut dengan Karakteristik air limbah yang lazim diukur
nisbah F/M pada flok aerob. antara lain suhu, pH, alkalinitas, padatan,
kebutuhan oksigen, nitrogen, dan fosforus. pH
Chudoba (1985) menunjukkan bahwa menggambarkan kondisi keasaman air limbah.
kecepatan pertumbuhan organisme sangat Skalanya 1−14, kisaran nilai pH 1−7 termasuk
dipengaruhi oleh konsentrasi bahan organik kondisi asam, pH 7−14 termasuk basa, dan pH
dan nisbah F/M. Sistem campuran dengan 7 netral. Alkalinitas merupakan ukuran
konsentrasi bahan organik rendah cenderung kemampuan air limbah untuk dinetralisasi.
memberikan pertumbuhan lumpur berbentuk Kontributor utama alkalinitas adalah ion
filamen. Pada konsentrasi bahan organik yang bikarbonat, karbonat, dan hidroksida.
tinggi, flok yang terbentuk menarik bahan Beberapa proses yang bergantung pada pH
organik dari larutan lebih cepat daripada adalah koagulasi, disinfeksi, pelumatan, dan
penarikan filamen. Oleh karena itu, untuk pembentukan lumpur.
memperoleh gradien konsentrasi bahan Kadar padatan meliputi total padatan
organik yang tinggi digunakan sistem operasi tersuspensi dan terlarut, sebagai fraksi atsiri
pengolahan biologis secara plug-flow, yang digunakan untuk menentukan kepekatan
pemakaian selector atau contactor (Wesley air limbah, efisiensi proses, dan beban unit
1989). proses. Pengukuran yang bervariasi terhadap
konsentrasi residu diperlukan untuk menjamin
Pengaruh Suhu dan pH Pada Proses
kemantapan proses kontrol (Siregar 2005).
Oksidasi Biokimia
Kebutuhan oksigen dalam air limbah
Variasi suhu sangat berpengaruh pada ditunjukkan melalui 3 cara, yaitu kebutuhan
proses pengolahan limbah secara biologi. Ada oksigen teoretis, biokimia (BOD), dan kimia
3 daerah suhu, yaitu mesofilik (4−39 oC), (COD). Kebutuhan oksigen teoretis adalah
termofilik (55 oC), dan psikrofilik (lebih kecil jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses
dari 4 oC). Untuk pertimbangan ekonomis dan oksidasi fraksi organik dalam air menjadi
alasan geografis, kebanyakan proses biologis karbon dioksida dalam air:
aerob dioperasikan pada daerah mesofilik.
Pada daerah suhu tersebut, laju reaksi biologi C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O
akan bertambah dengan naiknya suhu sampai
suhu maksimum 31 oC (Wesley 1989). Di atas BOD adalah oksigen yang diperlukan oleh
35.5 oC terjadi penurunan jumlah flok biologi. mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa
Protozoa akan menghilang pada suhu 40 oC kimia. Nilai BOD bermanfaat untuk
dan pada 43.3 oC flok menjadi rusak dan mengetahui apakah air limbah telah
terdispersi kembali dalam larutan karena mengalami biodegradasi, yakni dengan
kecepatan pengenapan menurun tajam. Oleh membandingkan BOD dengan COD. Oksidasi
karena itu, direkomendasikan suhu berjalan lambat dan secara teoretis waktunya
maksimum kolam aerasi adalah 35.5 oC. tidak terbatas. Dalam 5 hari (BOD5), oksidasi
Penurunan suhu kolam aerasi akan karbon organik mencapai 60−70% dan dalam
menyebabkan kenaikan jumlah padatan 20 hari mencapai 95%.
tersuspensi dalam efluen. COD adalah kebutuhan oksigen dalam
Kebanyakan proses oksidasi biokimia proses oksidasi secara kimia. Nilai COD selalu
mempunyai daerah pH efektif yang relatif lebih besar daripada nilai BOD karena
sempit, yaitu 5−9 dengan kondisi optimum kebanyakan senyawa lebih mudah teroksidasi
pada pH 6.5−8.5 (Wesley 1989). Nilai pH secara kimia daripada secara biologi.
tersebut adalah pH dari campuran larutan Pengukuran COD memerlukan waktu lebih
5

singkat dibandingkan dengan BOD. Jika menunjukkan jumlah oksigen (O2) yang
korelasi antara BOD dan COD diketahui, tersedia dalam suatu perairan. Semakin besar
kondisi air limbah dapat diketahui. nilai DO air, semakin baik mutu air tersebut.
Nitrogen terdapat dalam limbah organik Sebaliknya nilai DO yang rendah,
dalam 4 bentuk, yaitu nitrogen organik, menunjukkan bahwa air telah tercemar.
nitrogen (ion amonium dan amonia bebas), Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh
nitrit, dan nitrat. Fosforus merupakan unsur mana badan air mampu menampung biota air
penting dalam proses metabolisme organisme. seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu,
Pada proses biologis, diperlukan konsentrasi kemampuan air untuk membersihkan cemaran
minimum untuk mencapai kerja yang juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam
optimum. Fosforus terdapat dalam air limbah air. Oleh sebab itu, pengukuran parameter ini
dalam bentuk fosfat (Sugiharto 1991) sangat dianjurkan di samping parameter lain
seperti BOD dan COD (Wesley 1989).
pH dan Suhu Di dalam suatu badan air, oksigen berperan
menguraikan komponen-komponen kimia
pH digunakan untuk menyatakan tingkat
menjadi lebih sederhana. Oksigen
keasaman atau kebasaan suatu larutan,
mengoksidasi zat organik sehingga tidak lagi
didefinisikan sebagai logaritma aktivitas ion
membahayakan lingkungan. Oksigen juga
hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
dibutuhkan oleh mikroorganisme, baik yang
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur
aerob maupun anaerob, dalam proses
secara eksperimental, maka nilainya
metabolismenya. Dengan adanya oksigen
didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala
dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam
pH bukanlah skala mutlak. Ia bersifat relatif
menguraikan kandungan zat organik dalam air.
terhadap sekumpulan larutan standar yang
Reaksi yang terjadi dalam penguraian tersebut
pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
adalah Mikroorganisme
internasional (Depkes RI 1995). Suhu adalah
ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Komponen Organik + O + Nutrien CO2 ++
2
Alat ukur suhu disebut termometer. H2O + sel baru + Nutrien + Energi

Padatan Tersuspensi Total (TSS) Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)


Padatan tersuspensi total adalah semua zat
padat (pasir, lumpur, dan liat) atau partikel Parameter BOD dan atau COD digunakan
yang tersuspensi dalam air, dapat berupa untuk menentukan tingkat penurunan mutu air
komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, akibat masuknya bahan organik dari luar.
zooplankton, bakteri, fungi, ataupun BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut
komponen mati (abiotik) seperti partikel- yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup
partikel anorganik. Zat padat tersuspensi untuk memecah atau mengoksidasi bahan
merupakan tempat berlangsungnya reaksi- organik dalam air (Connell & Miller 1995).
reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi Oleh karena itu, nilai BOD menunjukkan
sebagai bahan pembentuk endapan paling jumlah atau kadar bahan organik dalam air,
awal yang dapat menghalangi kemampuan tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah
produksi zat organik di suatu perairan. oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme
Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan untuk mengoksidasi atau menguraikan bahan-
bagian yang lebih dalam menjadi tidak bahan organik tersebut. Nilai BOD tinggi
berlangsung efektif akibat terhalangi oleh zat menunjukkan bahwa mikroorganisme
padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak menghabiskan banyak oksigen untuk
berlangsung sempurna. Zat padat tersuspensi mengoksidasi bahan organik dalam air
di laut antara lain berasal dari darat melalui sehingga dalam air terjadi defisit oksigen.
aliran sungai, ataupun dari udara dan Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh
perpindahan karena resuspensi endapan akibat dalam air disebabkan oleh banyaknya
pengikisan (Permana et al.1980). makanan yang tersedia (bahan organik). Oleh
karena itu, secara tidak langsung BOD selalu
Oksigen Terlarut ( DO) dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam
air. BOD5 merupakan penentuan kadar BOD
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) baku, yaitu pengukuran jumlah oksigen yang
merupakan salah satu parameter penting dihabiskan dalam waktu 5 hari oleh
dalam analisis mutu air. Nilai DO biasanya mikroorganisme pengurai secara aerob dalam
diukur dalam bentuk konsentrasi yang suatu volume air pada suhu 20 oC. Uji COD di
6

sisi lain, mengukur semua bahan organik, baik ditimbulkan dapat merugikan. Proses
yang dapat diurai oleh mikroorganisme pengolahan yang lazim dilakukan untuk
maupun yang tidak dapat diurai. Oleh karena menghilangkan atau mengurangi kandungan
itu, hasil uji COD akan lebih tinggi dari pada hara (amonia /nitrit) secara teoretis antara lain
hasil uji BOD (Said 1999). presipitasi, klorinasi dengan aerasi, dan unit
lumpur aktif dengan sistem aerasi (Siregar
Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) 2001).
Presipitasi biasanya dilakukan untuk
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
menghilangkan logam-logam berat, hara, serta
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
zat anorganik yang terlarut dalam limbah cair.
organik yang ada dalam 1 liter sampel air
Caranya, pH limbah awal, biasanya sekitar 8–
(Sugiharto 1991). Sampel direfluks selama 2
9, dinaikkan dengan menambahkan basa
jam dengan perak sulfat (Ag2SO4) sebagai
hingga mencapai 11 dan terbentuk endapan.
katalis. Merkuri(II) sulfat digunakan untuk
Metode ini dapat menurunkan kadar amonia
menghilangkan gangguan klorida yang
dari 200 ppm menjadi 50 ppm.
umumnya ada di dalam air.
Klorinasi lazim dilakukan dengan
(CHO) + Cr O 2- + H+ Δ
n 2 7 O +HO
2 2 penambahan kalsium hipoklorit disertai
Ag2SO4 + Cr3+ dengan aerasi. Di samping terjadi pergeseran
kesetimbangan amonia, di dalam limbah juga
Untuk memastikan semua zat organik berlangsung proses disinfeksi. Kalsium
habis teroksidasi, zat pengoksidasi K2Cr2O7 hipoklorit adalah oksidator kuat yang akan
digunakan berlebih. Sisa K2Cr2O7 selanjutnya menghancurkan zat-zat organik termasuk
ditentukan melalui titrasi dengan fero ammonia dan nitrit serta membunuh bakteri-
amonium sulfat (FAS), dengan reaksi sebagai bakteri patogen yang ada dalam air.
berikut: Penggunaan teknik ini harus hati-hati dan
wajib memakai alat pelindung diri (PPE) yang
6 Fe2+ + Cr2O72- + 14 H+ 6 Fe3+ + 2 memadai, seperti respirator dan sarung tangan
3+
Cr + 7 H2O polietilena (Berlanga 1998).
Indikator feroin digunakan untuk menentukan
titik akhir titrasi, yaitu di saat warna hijau- Koliform Total
biru larutan berubah menjadi cokelat-merah.
Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blangko Bakteri koliform merupakan golongan
merupakan K2Cr2O7 awal, karena blangko mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai
diharapkan tidak mengandung zat organik indikator. Bakteri ini dapat menjadi sinyal
yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7 (Mahida untuk menentukan suatu sumber air telah
1986). terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini
Fosfat menghasilkan zat etionin yang dapat
menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri
Fosfat merupakan senyawa yang mudah pembusuk ini juga menghasilkan bermacam-
larut dalam air. Fosfat dalam air limbah cair macam racun seperti indol dan skatol yang
rumah sakit harus dipantau kadarnya karena dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya
kandungan fosfat yang tinggi akan berlebih di dalam tubuh. Bakteri koliform
menyebabkan tumbuh suburnya alga dan dapat digunakan sebagai indikator karena
organisme lainnya, yang akhirnya menurunkan densitasnya berbanding lurus dengan tingkat
konsentrasi oksigen terlarut dan menyebabkan pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi
pencemaran lingkungan. Kadar fosfat dalam patogen pada air seperti virus, protozoa, dan
badan air tawar adalah 0.01 mg/L (Alkatiri et parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki
al. 2005). daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen
Amonia serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan.
Dalam limbah cair rumah sakit, kadar atau
Salahsatu permasalahan yang ada dalam jumlah bakteri koliform total harus dipantau
limbah cair rumah sakit ialah kandungan secara berkala. Mikroorganisme koliform
amonia (NH3) yang melebihi ambang batas. termasuk bakteri Gram negatif, tidak berspora,
Amonia dan nitrit termasuk senyawa aerob, berbentuk batang, dan dapat
pencemar yang berasal dari senyawa hara memfermentasikan laktosa dengan asam
NH3–N atau NO2–N. Dalam kondisi anaerob menjadi gas pada suhu 37 oC selama 48 jam.
(kurang oksigen), dampak lingkungan yang Koliform dapat digunakan sebagai indikator
7

dalam pengawasan sanitasi (Cowan & Steel’s Sampel kemudian dibawa ke laboratorium
1974). untuk dihomogenkan dengan shaker sebelum
digunakan untuk analisis. Hal tersebut berlaku
untuk pada bak ekualisasi maupun aerasi,
BAHAN DAN METODE kecuali pada bak outlet diambil sampel yang
akan dibuang pada badan air (Gambar 4).
Bahan dan Alat Pengambilan sampel yang representatif
akan memengaruhi hasil analisis, diharapkan
Sampel yang digunakan dalam penelitian sampel yang digunakan betul-betul mewakili
adalah limbah cair rumah sakit bagian inlet, dari yang dianalisis.
proses, dan outlet. Bahan yang digunakan
meliputi larutan bufer pH 4, 7, 10, larutan
pelumat kalium dikromat 0.01667 M, asam
sulfat, indikator feroin, larutan standar fero
amonium sulfat (FAS) 0.1 M, larutan basa
azida, larutan mangan, indikator kanji 1%,
KIO3 0.1 N, natrium tiosulfat 0.025 N, bufer
fosfat, larutan magnesium sulfat, larutan
kalsium klorida, larutan besi(III) klorida, a
larutan NaOH 1 N, larutan aliltiourea, asam
sulfat 5 N, larutan kalium antimonil tartat,
larutan amonium molibdat, asam askorbat 0.1
M, fenol, larutan natrium hipoklorit, larutan
nitroprusida, dan larutan standar amonia.
Peralatan yang digunakan selama Gambar 4 Titik pengambilan sampel pada
penelitian adalah spektrofotometer ultraviolet- outlet.
tampak (UV-Vis) Labomed USA, pH-meter, Pengujian Oksigen Terlarut (DO)
tanur, oven, desikator, inkubator, penghitung Sampel sebanyak 125 mL dimasukkan ke
koloni, dan alat-alat kaca. dalam botol 125 mL, tanpa ada gelembung
udara. Dengan cepat ditambahkan 1 mL
METODE PENELITIAN larutan mangan dan 1 mL larutan azida basa ke
dalam botol dengan menggunakan pipet dan
Sebelum analisis, metode penelitian ditutup segera sehingga tidak ada udara dalam
dilakukan perencanaan dan persiapan botol.
pengambilan sampel yang meliputi penentuan Botol lalu segera dibolak-balikan hingga
posisi dan jumlah titik, peralatan yang terbentuk gumpalan, lalu botol didiamkan
digunakan dan keselamatan kerja yang tepat beberapa menit sampai semua gumpalan
(sesuai kebutuhan), kondisi sampel selama mengendap. Setelah endapan memisah dari
pengambilan (pemindahan, penyimpanan, dan larutan, ditambahkan 1 mL asam sulfat melalui
pengangkutan). Pada bak inlet sampel diambil dinding botol lalu dikocok sampai semua
mengikuti garis diagonal dengan kedalaman endapan larut. Sebanyak 100 mL larutan
yang berbeda-beda di titik a, b, c dan bagian tersebut dipipet ke dalam labu erlemeyer lalu
dekat sudut dinding (Gambar 3). dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0.025
N hingga bewarna kuning pucat. Sebanyak 1
mL indikator kanji 1% ditambahkan, lalu
dikocok, kemudian titrasi dilanjutkan sampai
warna biru hilang.
c
Pengujian COD

b Sampel sebanyak 2.5 mL dimasukkan ke


dalam tabung reaksi yang bersih dan kering,
lalu ditambahkan 1.5 mL larutan pelumat dan
a 3.5 mL larutan asam sulfat. Tabung atau
ampul ditempatkan dalam reaktor COD,
dipanaskan pada suhu 150 oC selama 2 jam.
Setelah 2 jam, tabung didinginkan ke suhu
Gambar 3 Titik pengambilan contoh pada bak kamar, dipindahkan ke erlenmeyer 100 mL
inlet.
8

dan ditambahkan indikator feroin 2–3 tetes, sebagai koloni bakteri koliform yang terbentuk
sebelum titrasi dengan larutan FAS 0.1 M dalam cawan petri. Hasil perhitungan
yang telah distandardisasi sampai terbentuk dinyatakan sebagai jumlah bakteri per gram
warna merah bata. atau per mililiter dengan mengalikan jumlah
koloni koliform dalam cawan dengan faktor
Pengujian TSS pengenceran yang digunakan.

Sampel sebanyak 100 mL yang telah Teknik Pengolahan dan Analisis Data
dihomogenisasi diukur dengan alat
Spektroquant Nova 60 A. Pengukuran Pengolahan dan analisis data dalam
dilakukan dengan program TSS, yaitu 032, penelitian ini dilakukan dengan uji t dengan
yang terdapat pada alat tersebut. menggunakan program komputer SPSS versi
10.0. Interpretasi hasil ialah sebagai berikut:
Pengujian Amonia Cara Fenat (a) Jika t hitung ≤ 0.01 maka nilai hasil uji
dinyatakan sangat signifikan; (b) Jika p > 0.01
Sampel sebanyak 25 mL dimasukkan ke maka nilai hasil uji dinyatakan signifikan; dan
dalam erlenmeyer 100 mL, lalu ditambahkan (c) Jika p > 0.05 maka hasil uji dinyatakan
1 mL larutan fenol dan 1 mL natrium tidak signifikan.
nitroprusida dan dihomogenkan. Selanjutnya
ditambahkan 2.5 mL larutan pengoksidasi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
labu segera ditutup dengan plastik atau
parafin film. Campuran dibiarkan selama 1 Telah dilakukan analisis terhadap limbah
jam untuk pembentukan warna. Sejumlah cair Rumah Sakit PMI kota Bogor dan
volume larutan tersebut kemudian didapatkan data sekunder dari Badan
dipindahkan ke dalam kuvet, dibaca dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor
dicatat serapannya pada panjang gelombang (Tabel 1). Parameter COD, BOD-5, TSS, dan
640 nm. fosfat pada Tabel 1 melebihi baku mutu yang
telah ditetapkan KepMNLH No.58/MNLH/12
Pengujian Kadar Fosfat Dengan /1995 sehingga perlu dilakukan evaluasi
Spektrofotometer Cara Asam Askorbat kembali berupa pengamatan dan analisis mutu
limbah cair. Data primer hasil pengujian
Sampel sebanyak 50 mL dimasukkan ke selengkapnya diberikan pada Lampiran 2.
dalam erlemeyer, lalu ditambahkan 8 mL Selanjutnya data tersebut dianalisis statistik
larutan campuran (amonium molibdat, kalium dengan uji t. Uji statistik ini dimaksudkan
antimonil tartat, dan asam askorbat) dan untuk mengetahui perbedaan kadar sebelum
dihomogenkan. Sejumlah larutan tersebut dan sesudah pengolahan, sekaligus untuk
dipindahkan ke kuvet, dibaca dan dicatat mengetahui tingkat penurunan kadar oleh
serapannya pada panjang gelombang 880 nm pengolahan limbah yang telah dilakukan.
dalam kisaran waktu 10–30 menit.
Kadar TSS
Pengujian Koliform Total dengan
metode Plate Count Dari hasil uji laboratorium limbah cair
rumah sakit PMI kota Bogor, didapatkan kadar
Sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke TSS setelah pengolahan adalah <25 mg/L
dalam botol yang berisi 9 mL bufer pepton- (limit deteksi alat Spectroquant Nova 60 A).
air, hingga membuat deret pengenceran 10–1, Kadar tersebut telah berada di bawah baku
102, dan 10–3. Dari setiap pengenceran mutu yang ditetapkan. Penurunan yang terjadi
dipindahkan 1 mL, ke dalam cawan petri dikarenakan proses aerasi. Menurut Putranto
steril. Media violet red bile agar (VRBA) (2001), apabila lumpur aerasi tidak pernah
yang telah dicairkan pada suhu kamar dibuang keluar atau tidak diolah lebih lanjut,
dituangkan ke dalam petri sebanyak 10–15 maka akan meningkatkan kadar TSS. Karena
mL lalu digoyangkan dengan hati-hati hingga itu, seharusnya tidak semua lumpur
isinya bercampur merata (homogen) dan dikembalikan ke bak aerasi, 10% saja, 90%
dibiarkan membeku (5–10 menit). Cawan sisanya dapat dilakukan pengolahan tersendiri.
petri diinkubasi dengan posisi terbalik pada Pada bak aerasi, bakteri akan tumbuh subur
suhu 36 + 1 oC selama 24 jam. Koloni karena banyaknya asupan makanan dari
berwarna merah gelap yang berukuran 0,5 lumpur aktif yang dikembalikan. Lumpur yang
mm atau lebih dihitung dan dinyatakan
9

dihasilkan dari proses aerasi akan diendapkan


di tanki penjernih sehingga siklus berputar.
300
Kadar COD dan BOD 250
COD adalah jumlah oksigen yang 200
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat Konsentrasi
organik pada sampel air. Karena itu, COD 150 Inlet
(mg/L)
merupakan ukuran pencemaran air oleh zat- 100
zat organik yang secara alamiah dapat Outlet
dioksidasi melalui proses kimia, dan yang 50 BM
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
di dalam air. Empat kali uji laboratorium 0
limbah cair untuk parameter COD 1 2 3 4
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Rerata
kadar COD sebelum pengolahan mencapai Bulan
284, 226, 185, dan 282 mg/L (Gambar 5). Hal
ini dikarenakan pada bak inlet terkandung
banyak sekali senyawa organik yang dapat Gambar 5 Hasil pengukuran kadar COD.
dioksidasi secara kimia. Contohnya antara Hasil uji t-berpasangan menunjukkan
lain protein, lemak, karbohidrat yang berasal bahwa kadar COD mempunyai nilai p = 0.01.
dari darah, dan sisa makanan. Hasil analisis Dengan p < 0.05, dapat ditarik simpulan
tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan bahwa ada perbedaan antara kadar COD
dengan Baku Mutu Air Limbah untuk sebelum dan sesudah pengolahan. Nilai df = 3
Kegiatan Rumah Sakit yang menetapkan dan nilai t = 5.817. Jadi, pengolahan limbah
batas maksimum kadar COD yang masih cair dapat menurunkan kadar COD.
diperkenankan adalah 80 mg/L. Kadar COD
sesudah pengolahan turun menjadi 31.68,
30.78, 82.09, dan 52.27 mg/L (Gambar 5). 90
Kadar COD ini juga masih di bawah baku 80
mutu, kecuali pada bulan ketiga. Artinya pada 70
bulan ke-3, penggunaan jumlah zat kimia 60
yang dapat dioksidasi mengalami peningkatan Konsentrasi 50
di rumah sakit tersebut. (mg/L) 40 COD
Kadar COD yang besar berhubungan
dengan kadar BOD yang kecil. Hal ini 30 BOD
dikarenakan semakin banyak senyawa kimia 20
yang dapat teroksidasi, semakin sedikit 10
mikroorganisme yang hidup. Selain itu, 0
senyawa kimia mudah sekali teroksidasi 1 2 3 4
sedikit dibandingkan dengan cara biologis Bulan
yang membutuhkan waktu lama. Hubungan
antara COD dan BOD diperlihatkan pada Gambar 6 Hubungan kadar COD dan BOD
Gambar 6. pada bak outlet
Tabel 1 Data sekunder pengujian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor

Tahun Suhu pH BOD-5 COD TSS NH -N PO -P Koliform Total


3 4
30 80 30 0.1 1000 jumlah /100
6–9 2 mg/L
Baku Mutu 30 oC mg/L mg/L mg/L mg/L ml
2006 28 7.54 38.89 98.8 5 0.1 3.17 350
2007 - - - - - - - -
2008 27.5 7.2 8 23 52 0.018 2.91 84
2009 28.1 7.6 15 64 19 0.006 0.925 110
Sumber: BPLH (2010)
10

Kadar Fosfat yang melebihi nilai ambang, amonia dan nitrit


termasuk senyawa pencemar yang berasal dari
Fosfat merupakan senyawa yang mudah hara, dari senyawa NH3–N atau NO2–N.
larut dalam air. Fosfat dalam limbah cair Dalam kondisi anaerob (kurang oksigen),
rumah sakit harus dipantau kadarnya karena mungkin timbul dampak lingkungan yang
kandungan fosfat yang tinggi akan merugikan. Proses pengolahan yang lazim
menyebabkan suburnya alga dan organisme dilakukan untuk menghilangkan atau
lainnya sehingga menurunkan konsentrasi mengurangi kandungan amonia /nitrit meliputi
oksigen terlarut dan juga menyebabkan proses presipitasi, klorinasi dengan aerasi, dan
pencemaran lingkungan. Kadar fosfat dalam unit lumpur aktif dengan sistem aerasi (Siregar
badan air tawar adalah 0.01 mg/L (Alkatiri et 2005). Hasil pengukuran rerata kadar amonia
al. 2005). sebelum pengolahan adalah 1.38, 2.31, 1.70,
Kadar fosfat limbah cair rumah sakit PMI dan 1.63 mg/L. Hasil tersebut masih berada di
kota Bogor sebelum dan setelah pengolahan atas baku mutu (0.1 mg/L) sehingga perlu
didapatkan masih di bawah baku mutu, dilakukan pengolahan. Kadar amonia sesudah
kecuali pada bulan kedua (Gambar 7). Hal ini proses pengolahan turun menjadi 0.18, 0.02,
dikarenakan penggunaan detergen yang tidak 0.05, dan 0.05 mg/L, dan telah berada di
ramah lingkungan yang banyak pada bulan bawah baku mutu, kecuali pada proses
kedua. pengambilan bulan pertama. Menurut Putranto
Fosfat yang terdapat pada air limbah (2001), meningkatnya kadar amoniak dapat
rumah sakit dapat berasal dari limbah dikarenakan proses aerasi yang kurang baik
makanan, dapur, dan limbah dari tempat atau tidak dilakukan pengolahan lumpur lebih
pencucian karena pemakaian detergen yang lanjut.
berlebih. Fosfat merupakan unsur penting Lumpur dalam bak penjenih tidak pernah
dalam proses metabolisme organisme dibuang keluar, tetapi dikembalikan ke bak
biologis. Kandungan fosfat dalam IPAL aerasi sehingga jasad bakteri yang merupakan
bersumber sebagian besar dari penggunaan protein akan dicerna kembali oleh
detergen tidak ramah lingkungan yang mikroorganisme di dalam bak aerasi. Pada bak
berlebihan yang berasal dari proses laundry. aerasi, bakteri tumbuh subur karena banyaknya
asupan makanan dari lumpur aktif yang
dikembalikan. Kemudian lumpur yang
2 dihasilkan dari proses aerasi diendapkan di
1.8 tangki penjernih sehingga siklus berputar
1.6
1.4 kembali. Karena itu, limbah cair yang menuju
Konsentrasi 1.2 Inlet badan air kadar nitrogennya akan menurun.
1
(mg/L)
0.8
Outlet Hasil uji t-berpasangan menunjukkan
0.6 BM bahwa kadar amoniak mempunyai nilai p =
0.4 0.005. Dengan p < 0.05, dapat ditarik simpulan
0.2
0
bahwa ada perbedaan antara kadar amoniak
1 2 3 4 sebelum dan sesudah pengolahan. Nilai df = 3
Bulan dan nilai t = 7.453. Jadi, pengolahan limbah
cair dapat menurunkan kadar amoniak.
Gambar 7 Hasil pengukuran kadar fosfat
Kadar Koliform Total
Hasil uji t-berpasangan menunjukkan
bahwa kadar fosfat mempunyai nilai p = Dalam limbah cair rumah sakit, kadar atau
0.176. Dengan p > 0.05, dapat ditarik jumlah bakteri koliform total harus dipantau
simpulan bahwa tidak ada perbedaan antara secara berkala demi mencegah terjadinya
kadar fosfat sebelum dan sesudah pengolahan. pencemaran lingkungan. Mikroorganisme
Nilai df = 3 dan t = -1.766. Jadi, pengolahan koliform termasuk bakteri Gram negatif, tidak
limbah cair belum secara optimum berspora, aerob, berbentuk batang, dan dapat
menurunkan kadar fosfat. memfermentasikan laktosa dengan asam
menjadi gas pada suhu 37 oC selama 48 jam.
Kadar Amonia Koliform dapat digunakan sebagai indikator
dalam pengawasan sanitasi (Cowan & Steel’s
Salah satu permasalahan limbah cair 1974).
rumah sakit ialah kandungan amonia (NH3) Pada bulan pertama, kandungan koliform
total limbah cair rumah sakit di atas baku mutu
11

yang telah ditetapkan dikarenakan pompa Giyatmi 2003. Efektivitas pengolahan limbah
yang memasok disinfektan tidak berfungsi cair rumah sakit Dokter Sardjito
dengan baik. Pada bulan-bulan berikutnya, Yogyakarta terhadap pencemaran
telah digunakan pompa yang berfungsi radioaktif [disertasi].Yogyakarta: Program
dengan baik. Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup


SIMPULAN DAN SARAN Nomor 58/MENLH/12/1995. 1995. Baku
Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan di RS.
Simpulan Jakarta.

Evaluasi hasil pengolahan limbah cair Mahida UN. 1986. Pencemaran Air dan
rumah sakit kota Bogor secara biologis tahun Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: CV
2010 masih mendapatkan parameter di atas Rajawali.
baku mutu KepMNLH No. 58/MENLH/12/
1995, dan bila dibandingkan dengan rumah McKinney RE. 1963. Advance in Biological
sakit pembanding dengan pengolahan yang Waste Treatment. New York: Pergamon Pr.
sama, tetapi menggunakan PAC, hasil analisis
rumah sakit pembanding lebih baik dan luas Palm JC et al. 1980. Three generic types of
tanah yang digunakan pengolahan limbah cair activate sludge. J Water Pollut Control
lebih efisien. Feed 52:484-531

Saran Said NI. 1999. Teknologi pengolahan air


limbah rumah sakit dengan sistem
Diperlukan pengawasan dan informasi “biofilter anaerob-aerob”. Di dalam:
terhadap pemakaian dosis detergen yang Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan
bersifat biodegradabel dalam proses laundry. Limbah. Jakarta: 29 Juli 2009; hlm 78-80.

Siregar SA. 2005. Instalasi Pengolahan Air


DAFTAR PUSTAKA Limbah. Jakarta: Kanisius.
Alkatiri S, Kuntaman, Mulyastuti TH. 2005. Siregar TM. 2001. Pengaruh penambahan
Efektivitas hasil pengolahan air limbah inokulum pada pengolahan limbah cair
rumah sakit [skripsi]. Surabaya: Fakultas rumah sakit: studi kasus pengolahan limbah
Kedokteran, Universitas Airlangga cair RSUD Pasar Rebo, Jakarta
menggunakan M-bio pada reaktor fixed-
Berlanga B, penemu; … 1998. Process, film aerobic [tesis]. Jakarta: Program
formula and installation for the treatment Pascasarjana, Universitas Indonesia.
and sterilization of biological, solid,
liquid, ferrous metallic, non-ferrous Sugiharto, A. 1991. Dasar-dasar Pengelolaan
metallic, toxic and dangerous hospital Air Limbah. Jakarta: UI Pr.
waste material. US patent 5 820 541.
Wesley E. 1989. Industrial Water Pollution
Chudoba J. 1985 Microbial growth Control, Ed ke-2. Singapura: Mc Graw-
characteristics.18:47-78 J. gen. Microbiol. Hill.
Connell WD, Miller GJ. 1995. Kimia dan
Ekotoksikologi Pencemaran. Koestoer Y,
penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan
dari: Aquatic Invironment.

Cowan ST & Steel’s. 1974. Manual for The


Identification of Medical Bacteria. Ed ke-
2. Cambridge: Cambridge Univ Pr.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. 1995. Pedoman Sanitasi Rumah
Sakit di Indonesia. Jakarta
LAMPIRAN
13

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Populasi

Pengambilan sampel

Limbah sebelum diolah Subjek Limbah setelah diolah

Kadar COD, BOD, amonia, pH, fosfat, Kadar COD, BOD, amonia, pH, fosfat,
dan koliform total dan koliform total

Uji t-berpasangan
14

Lampiran 2 Hasil Penelitian

a. Pengukuran Konsentrasi Fosfat

Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4


No Konsentrasi
A [PO43-] A [PO43-] A [PO43-] A [PO43-]
1 0.0 0.000 0.000 0.000 0.000
2 0.2 0.068 0.077 0.072 0.078
3 0.4 0.154 0.172 0.161 0.172
4 0.8 0.378 0.355 0.386 0.394
5 1.0 0.518 0.419 0.521 0.549
Persamaan kurva y = - 0.02683 + y = - 0.002 + y = - 0.016 + y = - 0.0237 +
standar 0.5217 x 0.4305 x 0.5118 x 0.5465 x
R2 = 0.9879 R2 = 0.9976 R2 = 0.9892 R2 = 0.9894
6 Inlet 0.054 0.1549 0.398 0.9292 0.098 0.2228 0.112 0.2483
7 0.056 0.1588 0.400 0.9338 0.100 0.2267 0.115 0.2538
8 0.054 0.1549 0.396 0.9245 0.097 0.2209 0.110 0.2447
9 Proses 0.165 0.3677 0.551 1.2846 0.058 0.1447 0.052 0.1385
10 0.168 0.3734 0.549 1.2799 0.062 0.1525 0.050 0.1349
11 0.168 0.3734 0.548 1.2776 0.060 0.1486 0.052 0.1385
12 Outlet 0.179 0.3945 0.549 1.2799 0.183 0.3889 0.063 0.1587
13 0.182 0.4003 0.546 1.2729 0.185 0.3928 0.059 0.1513
14 0.178 0.3926 0.548 1.2776 0.186 0.3948 0.062 0.1568

b. Pengukuran Konsentrasi Amonia

Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4


No Konsentrasi
A [NH3] A [NH3] A [NH3] A [NH3]
1 0.0 0 0 0 0
2 0.1 0.051 0.040 0.032 0.042
3 0.2 0.091 0.049 0.082 0.086
4 0.3 0.148 0.075 0.120 0.128
5 0.5 0.214 0.176 0.208 0.221
6 1.0 0.366
Persamaan kurva y = 0.0059 + y = - 0.0056 + y = - 0.0043 + y = - 0.0018 +
standar 0.4312 x 0.3345 x 0.4214 x 0.4416 x
R2 = 0.9906 R2 = 0.9469 R2 = 0.9976 R2 = 0.9994
6 Inlet 0.600 1.3777 0.768 2.3129 0.712 1.7000 0.720 1.6343
7 0.598 1.3731 0.766 2.3069 0.714 1.7048 0.718 1.6298
8 0.608 1.3963 0.770 2.3189 0.710 1.6953 0.722 1.6389
9 Proses 0.027 0.0489 0.002 0.0227 0.062 0.1573 0.052 0.1217
10 0.025 0.0442 0.001 0.0197 0.060 0.1526 0.050 0.1172
11 0.027 0.0489 0.001 0.0197 0.061 0.1550 0.052 0.1217
12 Outlet 0.083 0.1787 0.001 0.0197 0.018 0.0529 0.022 0.0538
13 0.080 0.1718 0.001 0.0197 0.020 0.0577 0.021 0.0515
14 0.082 0.1764 0.001 0.0197 0.016 0.0482 0.020 0.0493
15

c. Pengukuran COD

Standardisasi FAS oleh larutan pelumat


Volume larutan pelumat (K2Cr2O7 0.01667 M) = 5 mL
Volume akuades = 10 mL
Indikator feroin

Pengukuran ke - Volume FAS (mL) Konsentrasi FAS [M] Rerata


1 5.0 0.1000 0.0990
5.1 0.0980
2 5.2 0.0962 0.0962
5.2 0.0962
3 5.2 0.0962 0.0962
5.2 0.0962
5.1 0.0980 0.0980
4 5.1 0.0980

Contoh perhitungan untuk pengukuran ke-1 ulangan ke-1:


VK
2 Cr 2 O 7
× 0.1000 5 × 0.1000
[FAS] = = = 0.1000 M
VFAS 5.0

Pengukuran ke -1 Pengukuran ke -2 Pengukuran ke -3 Pengukuran ke -4


Nama
sampel VFAS COD VFAS COD VFAS COD VFAS COD
(mL) (mg/L) (mL) (mg/L) (mL) (mg/L) (mL) (mg/L)
Blangko 1.4 1.6 1.7 1.5
1.4 1.6 1.7 1.5
Inlet 0.5 285.12 0.9 215.49 1.1 184.70 0.6 282.24
0.5 285.12 0.9 215.49 1.1 184.70 0.6 282.24
0.51 281.95 0.8 246.72 1.1 184.70 0.6 282.24
Proses 1.3 31.68 1.5 30.78 1.6 30.78 1.4 31.36
1.3 31.68 1.5 30.78 1.6 30.78 1.4 31.36
1.3 31.68 1.5 30.78 1.5 61.57 1.4 31.36
Outlet 1.3 31.68 1.5 30.78 1.4 92.35 1.3 62.72
1.3 31.68 1.5 30.78 1.4 92.35 1.3 62.72
1.3 31.68 1.5 30.78 1.5 61.57 1.4 31.36

Contoh perhitungan untuk pengukuran ke-1 ulangaan ke-1:


(VFAS blangko − VFAS contoh)
COD = × [FAS] × 8000
Vcontoh

=
(1.4 − 0.5) × 0.0990 × 8000
2.5
= 285.1200 mg/L
16

d. Pengukuran BOD

1. Standardisasi Natrium Tiosulfat 0.025 N oleh KIO3

Ulangan ke - Volume KIO3 (mL) Volume Na2S2O3 (mL) Faktor Na2S2O3 Rerata
1 10 0.0 – 7.5 1.0667 1.0462
2 10 7.5 – 15.3 1.0256

8
F= = 1.0667
7.5

2. Kadar BOD outlet

Pengukuran Volume DO0 Volume DO5 BOD5


ke - Na2S2O3 (mL) (mg/L) Na2S2O3 (mL) (mg/L) (mg/L) Rerata
1 3.51 7.61 3.10 6.72 0.89 1.42
3.49 7.57 3.00 6.50 1.07
3.50 7.60 3.05 5.30 2.30
2 3.72 8.20 3.00 6.50 1.70 2.07
3.78 8.20 2.95 6.40 1.80
3.70 8.02 3.05 5.30 2.72
3 3.00 6.50 2.80 6.07 0.43 0.40
2.90 6.29 2.75 5.96 0.33
3.00 6.50 2.75 5.96 0.54
4 4.30 9.32 3.10 6.72 2.60 3.40
4.40 9.54 2.85 6.18 3.36
4.40 9.54 3.05 5.30 4.24

Contoh perhitungan untuk pengukuran ke-1 ulangaan ke-1:


(V 1)Vbotol BOD 1000
BOD0 = VNa2S2O3 × faktor Na2S2O3 × × × 0.2
(V 2)Vbotol uji yang dititrasi V1 − 2

125 1000
= 3.51 × 1.0667 × × × 0.2
100 125 − 2
= 7.61 mg O/L

(V 1)VbotolBOD 1000
BOD5 = VNa2S2O3 × faktor Na2S2O3 × × × 0.2
(V 2)Vbotol uji yang dititrasi V1 − 2

125 1000
= 3.10 × 1.0667 × × × 0.2
100 125 − 2
= 6.72 mg O/L

Jadi kadar BOD ialah BOD0 − BOD5


= 7.61 − 6.72
= 0.89 mg O/L
17

e. Data primer analisis kualitas limbah cair Rumah Sakit PMI


Parameter
Ulangan
Area ke - TSS pH COD BOD [NH3] [PO4] Koliform Total
Inlet 1 68 6.25 285.12 – 1.378 0.155 58 × 104
2 70 6.27 285.12 – 1.373 0.159 59 × 104
3 64 6.25 281.95 – 1.396 0.155 62 × 104
Rerata 67 6.26 284.06 – 1.382 0.156 59.67 × 104
1 97 6.55 215.49 – 2.313 0.929 84 × 104
2 98 6.57 215.49 – 2.307 0.934 73 × 104
3 95 6.6 246.72 – 2.319 0.925 79 × 104
Rerata 97 6.57 225.90 – 2.313 0.930 78.7 × 104
1 85 7.00 184.70 – 1.700 0.223 59 × 104
2 84 7.02 184.70 – 1.705 0.227 12.5 × 104
3 84 7.02 184.70 – 1.695 0.221 14 × 104
Rerata 84 7.01 184.70 – 1.700 0.224 28.5 × 104
1 93 7.38 282.24 – 1.634 0.248 35 × 104
2 92 7.40 282.24 – 1.630 0.254 49 × 104
3 93 7.38 282.24 – 1.639 0.245 63 × 104
Rerata 93 7.39 282.24 – 1.634 0.249 49 × 104
Proses 1 575 6.50 31.68 – 0.049 0.368 –
2 578 6.52 31.68 – 0.044 0.373 −
3 577 6.54 31.68 – 0.049 0.373 −
Rerata 577 6.52 31.68 – 0.047 0.371 −
1 577 7.08 30.78 – 0.023 1.285 −
2 578 7.10 30.78 – 0.020 1.280 −
3 576 7.08 30.78 – 0.020 1.278 −
Rerata 577 7.09 30.78 – 0.021 1.281 −
1 578 7.10 30.78 – 0.157 0.145 −
2 579 7.12 30.78 – 0.153 0.153 −
3 578 7.12 61.57 – 0.155 0.149 −
Rerata 578 7.11 41.05 – 0.155 0.149 −
1 620 7.08 31.36 – 0.122 0.139 −
2 611 7.10 31.36 – 0.117 0.135 −
3 612 7.10 31.36 – 0.122 0.139 −
Rerata 614 7.09 31.36 – 0.120 0.138 −
Outlet 1 <25 6.96 31.68 0.89 0.179 0.395 1.8 × 104
2 <25 6.98 31.68 1.07 0.172 0.400 1.92 × 104
3 <25 6.98 31.68 2.30 0.176 0.393 1.79 × 104
Rerata <25 6.97 31.68 1.42 0.176 0.396 1.84 × 104
1 <25 6.80 30.78 1.70 0.020 1.280 138
2 <25 6.82 30.78 1.80 0.020 1.273 127
3 <25 6.82 30.78 2.72 0.020 1.278 156
Rerata <25 6.81 30.78 2.07 0.020 1.277 140
1 <25 7.01 92.35 0.43 0.053 0.389 5
2 <25 7.00 92.35 0.33 0.058 0.393 8
3 <25 7.01 61.57 0.54 0.048 0.395 10
Rerata <25 7.01 82.09 0.40 0.053 0.392 7
1 <25 7.01 62.72 2.60 0.054 0.159 <10
2 <25 7.01 62.72 3.36 0.052 0.151 <10
3 <25 7.06 31.36 4.24 0.049 0.157 <10
Rerata <25 7.03 52.27 3.40 0.052 0.156 <10
18

f. Data Sekunder Pengujian BPLH Kota Bogor Rumah Sakit dengan Sistem Aerasi Secara
Biologi dengan Koagulan PAC

Tahun Suhu pH BOD5 COD TSS NH3-N PO4-P Koliform Total


Baku
Mutu 30 6–9 30 80 30 0.1 2 10.000
Satuan o
C (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) Koloni/100 mL
2006 29.0 7.15 6.31 15.68 7.6 0.151 2.89 350
2007 28.8 7.00 12 28 10 0.084 0.41 400
2008 27.8 7.10 12 33 50 0.0011 1.95 90
2009 27.9 7.60 16 45 6 0.060 0.871 105

g. Data Primer Rumah Sakit Pembanding dengan Sistem Aerasi secara Biologi dengan
Koagulan PAC

1. Pengukuran COD

Standardisasi FAS oleh larutan pelumat


Volume larutan pelumat (K2Cr2O7 0.01667 M) = 5 mL
Volume akuades = 10 mL
Indikator feroin

Pengukuran ke - Volume FAS (mL) Konsentrasi FAS (M) Rerata


1 5.0 0.1000 0.0990
2 5.1 0.0980

Contoh perhitungan untuk pengukuran ke-1 ulangan 1:


V K2Cr2O7 × 0.1000 5 × 0.1000
[FAS] = = = 0.1000 M
VFAS 5.0

Pengukuran ke -1
Nama sample
VFAS (mL) COD (mg/L)
Blangko 1.4
1.4
Inlet 0.2 384
0.2 384
0.2 384
Proses 1.3 31.68
1.3 31.68
1.3 31.68
Outlet 1.3 31.68
1.3 31.68
1.3 31.68

Contoh perhitungan untuk pengukuran ke-1 ulangaan ke-1:


(VFAS blangko − VFAS contoh)
COD = × [FAS] × 8000
Vcontoh

=
(1.4 − 0.2) × 0.0990 × 8000
2.5
= 384 mg/L
19

2. Pengukuran NH3 dan PO4

ID/Konsentrasi Pengukuran NH3 Pengukuran (PO43-)


No
[NH3] [PO43-] A [NH3] A [PO43-]
1 0 0.0 0.000 0.000
2 0.1 0.2 0.033 0.072
3 0.2 0.4 0.063 0.161
4 0.3 0.8 0.085 0.386
5 0.5 1.0 0.160 0.521
Persamaan kurva y = - 0.000743 + y = - 0.0160 +
standar 0.3134 x 0.5118 x
R2 = 0.9936 R2 = 0.9952
6 Inlet 0.238 0.762 0.844 1.681
7 0.239 0.765 0.844 1.681
8 0.238 0.762 0.844 1.681
9 Proses 0.221 0.708 0.162 0.348
10 0.220 0.704 0.163 0.350
11 0.219 0.701 0.163 0.350
12 Outlet 0.168 0.538 0.098 0.121
13 0.167 0.535 0.098 0.121
14 0.168 0.538 0.098 0.121

3. Pengukuran kadar BOD Outlet

Pengukuran Volume DO0 Volume Na2S2O3 DO5 BOD5


ke - Na2S2O3 (mL) (mg/L) (mL) (mg/L) (mg/L) Rerata
1 4.30 9.33 3.10 6.73 2.60 2.78
4.40 9.55 3.10 6.73 2.82
4.40 9.55 3.05 6.62 2.93

Contoh perhitungan untuk pengukuran ke-1 ulangaan ke-1:


(V 1)V botol BOD 1000
BOD0 = VNa2S2O3 × faktor Na2S2O3 × × × 0.2
(V 2)V botol uji yang dititrasi V1 − 2

125 1000
= 4.30 × 1.0667 × × × 0.2
100 125 − 2
= 9.33 mg O/L

(V 1)V botol BOD 1000


BOD5 = VNa2S2O3 × faktor Na2S2O3 × × × 0.2
(V 2)V botol uji yang dititrasi V1 − 2

125 1000
= 3.10 × 1.0667 × × × 0.2
100 125 − 2
= 6.73 mg O/L

Jadi kadar BOD ialah BOD0 – BOD5


= 9.33 – 6.73
= 2.60 mg O/L
20

h. Hasil pengukuran dengan menggunakan uji t-berpasangan parameter inlet dan outlet

Parameter N Standar Deviasi t df Sig.(2-tailed)


pH 4 0.4488 -0.657 3 0.558
COD 4 66.1576 5.817 3 0.010
Amoniak 4 0.45077 7.458 3 0.005
Fosfat 4 0.18832 -1.763 3 0.176
Koliform Total 4 207901.19 5.146 3 0.014
21

Lampiran 3. Skema pengolahan limbah cair rumah sakit pembanding

Dapur
PAC Filter

Klinik Torn

Domestik Bak Homogenisasi Bak Bak Bak


dan aerasi Aerasi Klorinasi Klorinasi

Operasi

Bak Pengendap 1

Laboratorium
Bak Pengendap 2

F
i
Badan l
Torn
Air Kolam Ikan t
e
r
22

Lampiran 4. Skema sistem pengolahan limbah cair Rumah Sakit PMI Kota Bogor

1 2 3

4 5

7
6

Anda mungkin juga menyukai