MUHAMMAD INOKI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK
MUHAMMAD INOKI. Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Kota Bogor Secara
Biologis. Dibimbing oleh SRI MULIJANI dan DWI DARMAYANTI.
Limbah rumah sakit PMI di Kota Bogor dan rumah sakit pembanding dengan
sistem pengolahan yang sama, tetapi menggunakan koagulan polialuminium
klorida, dianalisis parameter padatan tersuspensi total, pH, kebutuhan oksigen
kimia (COD), kebutuhan oksigen biokimia, amonia, fosfat, dan koliform total.
Semua parameter telah memenuhi baku mutu KepMLH No. 58/MNLH/12/1995,
kecuali nilai COD pada bulan ketiga, diduga karena pemakaian detergen yang
berlebihan. Uji t berpasangan terhadap parameter limbah sebelum dan sesudah
pengolahan menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Karena itu, sistem pengolahan
air limbah di rumah sakit PMI Bogor telah efektif, meskipun belum sebaik rumah
sakit pembanding.
ABSTRACT
MUHAMMAD INOKI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Kota Bogor secara Biologis
Nama : Muhammad Inoki
NIM : G44086001
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul
Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Secara Biologis Rumah Sakit Kota Bogor.
Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, dan semoga kita semua menjadi pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Sri Mulijani, MSi dan Dwi
Darmayanti VS, ST, MSi selaku pembimbing yang senantiasa memberikan
arahan, dorongan semangat, dan doa kepada penulis selama melaksanakan
penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepala Laboratorium
Kesehatan Daerah (drg Erna Djam’ah Wilagasoemantri), Kepala Badan
Lingkungan Hidup Kota Bogor Ibu Lilis Sukartini, dan Kepala Seksi Analisa
Dampak Lingkungan Ibu Mari Mariam BE.
Terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada Ibunda tercinta, istri,
serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Toni, Ahmad, Habib Priyono, Leli Purnamasari, Kun
Soleha, Sudartono, Heri Suherman, Giri Winawirawan, dan staf Labkesda lainnya
yang telah membantu memberi masukan dan saran.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
Muhammad Inoki
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 Mei 1976 dari Ayah H. Tatang
Ruhijat (alm) dan Ibu Hj. Titin Sutini. Penulis adalah putra ketujuh dari delapan
bersaudara. Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri I Ciawi Kabupaten Bogor
dan pada tahun 1995 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB),
diterima di Departemen Kimia Program Studi Diploma II, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada tahun 1997. Bulan Juli–Agustus 2008
penulis melaksanakan praktik lapangan di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
Citeurep Bogor dengan judul Analisis Kuantitatif Pasir Besi sebagai bahan baku
semen. Pada tahun 2000 penulis lulus seleksi masuk Universitas Padjadjaran
Bandung, diterima di Departemen Kimia Program Studi Diploma III, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada tahun 2002. Bulan
Februari–April 2002, penulis melaksanakan praktik lapangan di Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi Bandung dengan judul Analisis Umur Tanah dengan
Instrument Geiger Muller. Tahun 2002–2003 penulis bekerja di PT Metro Lintas
Nusa Sentul Bogor sebagai Supervisor Quality Control. Tahun 2003–2004 penulis
bekerja sebagai staf laboratorium di PT Pyridam Farma, Tbk. Pada tahun 2004
penulis lulus ujian seleksi nasional penerimaan pegawai negeri sipil dan
ditempatkan di kota Bogor.
Dalam melaksanakan tugas penulis ditempatkan di Laboratorium Kesehatan
Daerah (Labkesda) sebagai koordinator di laboratorium kesehatan masyarakat dan
melakukan hubungan kerja sama meliputi pelatihan, analisis pengujian, kalibrasi
dengan laboratorium lainnya, di antaranya Laboratorium Terpadu IPB, Balai
Besar Industri Agro (BBIA), Balitvet, PPLI, MBrio, Bogor Labs dll. Penulis aktif
menghadiri seminar baik yang diadakan provinsi maupun Komite Akreditasi
Nasional. Tahun 2010 penulis mendapatkan sertifikasi konpetensi yang
diselenggarakan TELLAPI.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah Cair Rumah Sakit....................................................................... 1
Proses Pengolahan Biologi ...................................................................... 1
Gambaran Unit Proses Biologi ............................................................... 2
Dasar Mikrobiologi ................................................................................. 2
Proses Lumpur Aktif ............................................................................... 3
Karakteristik Air Limbah ........................................................................ 4
pH dan Suhu ............................................................................................ 5
Padatan Tersuspensi Total (TSS) ............................................................ 5
Oksigen Terlarut (DO) ............................................................................ 5
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) ..................................................... 5
Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) .......................................................... 6
Fosfat ....................................................................................................... 6
Amonia .................................................................................................... 6
Koliform Total ........................................................................................ 6
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ........................................................................................ 7
Metode Penelitian.................................................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Padatan Tersuspensi Total (TSS) ............................................................ 8
Kadar COD dan BOD ............................................................................. 9
Kadar Fosfat ............................................................................................ 10
Kadar Amonia ......................................................................................... 10
Koliform Total ....................................................................................... 10
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11
LAMPIRAN ....................................................................................................... 13
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Rantai reaksi aerob ........................................................................................ 2
2. Proses pemecahan lumpur aktif .................................................................... 3
3. Hubungan oksigen terlarut dengan nisbah F/M pada flok aerob .................. 4
4. Titik pengambilan sampel pada bak inlet...................................................... 7
5. Titik pengambilan sampel pada bak outlet.................................................... 7
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan alir penelitian .................................................................................... 13
2 Hasil penelitian.............................................................................................. 14
3 Skema pengolahan limbah cair rumah sakit pembanding ............................. 21
4 Skema pengolahan limbah cair rumah sakit PMI kota Bogor....................... 22
vii
viii
1
yang spesifik, antara lain meliputi waktu memisahkan mikroorganisme yang terkumpul
tinggal, konsentrasi oksigen, atau perubahan dari cairan. Selanjutnya, mikroorganisme atau
kondisi proses yang terkendali seperti dalam lumpur distabilkan di dalam pelumat dan
kasus pembersihan fosforus (Siregar 2005). dikurangi kandungan airnya di dalam bak-bak
Tujuan lebih lanjut bergantung pada media pengering sebelum menuju pembuangan akhir
yang diolah. Pengolahan air limbah domestik (Said 1999).
pada umumnya bertujuan membersihkan zat-
zat organik, mula-mula diubah bentuknya Dasar Mikrobiologi
menjadi lumpur, kemudian dibuang. Seluruh
proses biologi tersebut hanya merupakan Pada tahap pertama rantai aerob (Gambar
proses transformasi, bukan pembersihan. Zat- 1), senyawa organik diambil oleh bakteri,
zat organik terlarut diubah menjadi partikulat kemudian diubah menjadi massa bakteri
yang kemudian dapat dihilangkan melalui dengan menghasilkan air, karbon dioksida, dan
sedimentasi atau filtrasi (Sugiharto 1991). amonia. Pada tahap kedua, biomassa yang
dihasilkan pada tahap pertama digunakan oleh
Gambaran Unit Proses Biologi mikroorganisme lain, misalnya siliata. Tahap
ini juga menghasilkan air, karbon dioksida,
Proses biologi lazim digolongkan dalam 2 dan amonia. Pada tahap selanjutnya, amonia
kriteria dasar. Kriteria pertama adalah dinitrifikasi oleh bakteri menjadi nitrit (NO2-)
aktivitas metabolik, yakni aerob dan anaerob. dan nitrat (NO3-). Jika diurai lebih lanjut pada
Kriteria kedua adalah reaktor yang membatasi kondisi anoksik, nitrat akan direduksi menjadi
mikroorganisme, ditandai oleh proses pertum- gas nitrogen dan dilepaskan ke atmosfer.
buhan bakteri yang melekat atau tersuspensi.
Proses aerob ditandai oleh adanya molekul Zat Bakteri Bertambahnya
oksigen yang terlarut. Selain proses aerob dan Organik lumpur
anaerob, dikenal proses anoksik yang ditandai
oleh tidak adanya oksigen terlarut serta H2O
CO2
penggunaan oksigen dalam senyawa kimia NH3
secara terus-menerus oleh mikroorganisme. N
Proses ini digunakan dalam denitrifikasi. Pada i Penurunan
proses aliran lambat, pertumbuhan bakteri t biomassa oleh
cukup untuk menggantikan kehilangan bakteri aktivitas siliata
r dan
akibat aliran keluar, sedangkan pada proses o autooksidasi
dengan kecepatan tinggi dan waktu tinggal s
hidraulik pendek, pengembalian (recycling) o Kelekatan
bakteri merupakan cara yang paling banyak m lumpur
digunakan untuk mengontrol densitas bakteri H2O
o CO2
di dalam reaktor (Siregar 2001). n
Dalam attached growth process, a NH3
mikroorganisme tumbuh di permukaan bahan s
pendukung di dalam reaktor dan tidak terbawa
keluar sehingga tidak perlu pengembalian Nitrobacter
massa bakteri. Biasanya digunakan batuan
sebagai bahan pengisi, tetapi bahan pengisi NO2 NO3
plastik mulai banyak digunakan dalam proses
aerob maupun anaerob, karena densitas
pengemasan yang lebih tinggi dan kebutuhan Gambar 1 Rantai reaksi aerob.
volume reaktor lebih kecil untuk kapasitas
pengolahan yang sama (Siregar 2001). Pada proses lumpur aktif dengan kecepatan
Unit proses biologi hanya sebagian dari tinggi, proses hanya meliputi tahap pertama.
keseluruhan sistem pengolahan. Umumnya, Dengan peningkatan waktu reaksi secara
tahapan proses dalam IPAL skala besar bertahap, proses nitrifikasi dan denitrifikasi
meliputi pembersihan bahan kasar, pasir, dengan kecepatan rendah dapat terjadi.
bahan yang mengapung, dan yang dapat Kecuali untuk denitrifikasi yang membutuhkan
mengendap. Unit pengolahan berturut-turut kondisi anoksik, lama proses (waktu tinggal
terdiri atas penyaring, grit chamber, dan bak mikroorganisme di dalam sistem) merupakan
sedimentasi (dan floatasi). Proses biologi parameter kendali yang penting.
diikuti oleh bak sedimentasi untuk
3
Gambar 3 Hubungan oksigen terlarut dengan Karakteristik air limbah yang lazim diukur
nisbah F/M pada flok aerob. antara lain suhu, pH, alkalinitas, padatan,
kebutuhan oksigen, nitrogen, dan fosforus. pH
Chudoba (1985) menunjukkan bahwa menggambarkan kondisi keasaman air limbah.
kecepatan pertumbuhan organisme sangat Skalanya 1−14, kisaran nilai pH 1−7 termasuk
dipengaruhi oleh konsentrasi bahan organik kondisi asam, pH 7−14 termasuk basa, dan pH
dan nisbah F/M. Sistem campuran dengan 7 netral. Alkalinitas merupakan ukuran
konsentrasi bahan organik rendah cenderung kemampuan air limbah untuk dinetralisasi.
memberikan pertumbuhan lumpur berbentuk Kontributor utama alkalinitas adalah ion
filamen. Pada konsentrasi bahan organik yang bikarbonat, karbonat, dan hidroksida.
tinggi, flok yang terbentuk menarik bahan Beberapa proses yang bergantung pada pH
organik dari larutan lebih cepat daripada adalah koagulasi, disinfeksi, pelumatan, dan
penarikan filamen. Oleh karena itu, untuk pembentukan lumpur.
memperoleh gradien konsentrasi bahan Kadar padatan meliputi total padatan
organik yang tinggi digunakan sistem operasi tersuspensi dan terlarut, sebagai fraksi atsiri
pengolahan biologis secara plug-flow, yang digunakan untuk menentukan kepekatan
pemakaian selector atau contactor (Wesley air limbah, efisiensi proses, dan beban unit
1989). proses. Pengukuran yang bervariasi terhadap
konsentrasi residu diperlukan untuk menjamin
Pengaruh Suhu dan pH Pada Proses
kemantapan proses kontrol (Siregar 2005).
Oksidasi Biokimia
Kebutuhan oksigen dalam air limbah
Variasi suhu sangat berpengaruh pada ditunjukkan melalui 3 cara, yaitu kebutuhan
proses pengolahan limbah secara biologi. Ada oksigen teoretis, biokimia (BOD), dan kimia
3 daerah suhu, yaitu mesofilik (4−39 oC), (COD). Kebutuhan oksigen teoretis adalah
termofilik (55 oC), dan psikrofilik (lebih kecil jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses
dari 4 oC). Untuk pertimbangan ekonomis dan oksidasi fraksi organik dalam air menjadi
alasan geografis, kebanyakan proses biologis karbon dioksida dalam air:
aerob dioperasikan pada daerah mesofilik.
Pada daerah suhu tersebut, laju reaksi biologi C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O
akan bertambah dengan naiknya suhu sampai
suhu maksimum 31 oC (Wesley 1989). Di atas BOD adalah oksigen yang diperlukan oleh
35.5 oC terjadi penurunan jumlah flok biologi. mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa
Protozoa akan menghilang pada suhu 40 oC kimia. Nilai BOD bermanfaat untuk
dan pada 43.3 oC flok menjadi rusak dan mengetahui apakah air limbah telah
terdispersi kembali dalam larutan karena mengalami biodegradasi, yakni dengan
kecepatan pengenapan menurun tajam. Oleh membandingkan BOD dengan COD. Oksidasi
karena itu, direkomendasikan suhu berjalan lambat dan secara teoretis waktunya
maksimum kolam aerasi adalah 35.5 oC. tidak terbatas. Dalam 5 hari (BOD5), oksidasi
Penurunan suhu kolam aerasi akan karbon organik mencapai 60−70% dan dalam
menyebabkan kenaikan jumlah padatan 20 hari mencapai 95%.
tersuspensi dalam efluen. COD adalah kebutuhan oksigen dalam
Kebanyakan proses oksidasi biokimia proses oksidasi secara kimia. Nilai COD selalu
mempunyai daerah pH efektif yang relatif lebih besar daripada nilai BOD karena
sempit, yaitu 5−9 dengan kondisi optimum kebanyakan senyawa lebih mudah teroksidasi
pada pH 6.5−8.5 (Wesley 1989). Nilai pH secara kimia daripada secara biologi.
tersebut adalah pH dari campuran larutan Pengukuran COD memerlukan waktu lebih
5
singkat dibandingkan dengan BOD. Jika menunjukkan jumlah oksigen (O2) yang
korelasi antara BOD dan COD diketahui, tersedia dalam suatu perairan. Semakin besar
kondisi air limbah dapat diketahui. nilai DO air, semakin baik mutu air tersebut.
Nitrogen terdapat dalam limbah organik Sebaliknya nilai DO yang rendah,
dalam 4 bentuk, yaitu nitrogen organik, menunjukkan bahwa air telah tercemar.
nitrogen (ion amonium dan amonia bebas), Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh
nitrit, dan nitrat. Fosforus merupakan unsur mana badan air mampu menampung biota air
penting dalam proses metabolisme organisme. seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu,
Pada proses biologis, diperlukan konsentrasi kemampuan air untuk membersihkan cemaran
minimum untuk mencapai kerja yang juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam
optimum. Fosforus terdapat dalam air limbah air. Oleh sebab itu, pengukuran parameter ini
dalam bentuk fosfat (Sugiharto 1991) sangat dianjurkan di samping parameter lain
seperti BOD dan COD (Wesley 1989).
pH dan Suhu Di dalam suatu badan air, oksigen berperan
menguraikan komponen-komponen kimia
pH digunakan untuk menyatakan tingkat
menjadi lebih sederhana. Oksigen
keasaman atau kebasaan suatu larutan,
mengoksidasi zat organik sehingga tidak lagi
didefinisikan sebagai logaritma aktivitas ion
membahayakan lingkungan. Oksigen juga
hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
dibutuhkan oleh mikroorganisme, baik yang
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur
aerob maupun anaerob, dalam proses
secara eksperimental, maka nilainya
metabolismenya. Dengan adanya oksigen
didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala
dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam
pH bukanlah skala mutlak. Ia bersifat relatif
menguraikan kandungan zat organik dalam air.
terhadap sekumpulan larutan standar yang
Reaksi yang terjadi dalam penguraian tersebut
pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
adalah Mikroorganisme
internasional (Depkes RI 1995). Suhu adalah
ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Komponen Organik + O + Nutrien CO2 ++
2
Alat ukur suhu disebut termometer. H2O + sel baru + Nutrien + Energi
sisi lain, mengukur semua bahan organik, baik ditimbulkan dapat merugikan. Proses
yang dapat diurai oleh mikroorganisme pengolahan yang lazim dilakukan untuk
maupun yang tidak dapat diurai. Oleh karena menghilangkan atau mengurangi kandungan
itu, hasil uji COD akan lebih tinggi dari pada hara (amonia /nitrit) secara teoretis antara lain
hasil uji BOD (Said 1999). presipitasi, klorinasi dengan aerasi, dan unit
lumpur aktif dengan sistem aerasi (Siregar
Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) 2001).
Presipitasi biasanya dilakukan untuk
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
menghilangkan logam-logam berat, hara, serta
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
zat anorganik yang terlarut dalam limbah cair.
organik yang ada dalam 1 liter sampel air
Caranya, pH limbah awal, biasanya sekitar 8–
(Sugiharto 1991). Sampel direfluks selama 2
9, dinaikkan dengan menambahkan basa
jam dengan perak sulfat (Ag2SO4) sebagai
hingga mencapai 11 dan terbentuk endapan.
katalis. Merkuri(II) sulfat digunakan untuk
Metode ini dapat menurunkan kadar amonia
menghilangkan gangguan klorida yang
dari 200 ppm menjadi 50 ppm.
umumnya ada di dalam air.
Klorinasi lazim dilakukan dengan
(CHO) + Cr O 2- + H+ Δ
n 2 7 O +HO
2 2 penambahan kalsium hipoklorit disertai
Ag2SO4 + Cr3+ dengan aerasi. Di samping terjadi pergeseran
kesetimbangan amonia, di dalam limbah juga
Untuk memastikan semua zat organik berlangsung proses disinfeksi. Kalsium
habis teroksidasi, zat pengoksidasi K2Cr2O7 hipoklorit adalah oksidator kuat yang akan
digunakan berlebih. Sisa K2Cr2O7 selanjutnya menghancurkan zat-zat organik termasuk
ditentukan melalui titrasi dengan fero ammonia dan nitrit serta membunuh bakteri-
amonium sulfat (FAS), dengan reaksi sebagai bakteri patogen yang ada dalam air.
berikut: Penggunaan teknik ini harus hati-hati dan
wajib memakai alat pelindung diri (PPE) yang
6 Fe2+ + Cr2O72- + 14 H+ 6 Fe3+ + 2 memadai, seperti respirator dan sarung tangan
3+
Cr + 7 H2O polietilena (Berlanga 1998).
Indikator feroin digunakan untuk menentukan
titik akhir titrasi, yaitu di saat warna hijau- Koliform Total
biru larutan berubah menjadi cokelat-merah.
Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blangko Bakteri koliform merupakan golongan
merupakan K2Cr2O7 awal, karena blangko mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai
diharapkan tidak mengandung zat organik indikator. Bakteri ini dapat menjadi sinyal
yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7 (Mahida untuk menentukan suatu sumber air telah
1986). terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini
Fosfat menghasilkan zat etionin yang dapat
menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri
Fosfat merupakan senyawa yang mudah pembusuk ini juga menghasilkan bermacam-
larut dalam air. Fosfat dalam air limbah cair macam racun seperti indol dan skatol yang
rumah sakit harus dipantau kadarnya karena dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya
kandungan fosfat yang tinggi akan berlebih di dalam tubuh. Bakteri koliform
menyebabkan tumbuh suburnya alga dan dapat digunakan sebagai indikator karena
organisme lainnya, yang akhirnya menurunkan densitasnya berbanding lurus dengan tingkat
konsentrasi oksigen terlarut dan menyebabkan pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi
pencemaran lingkungan. Kadar fosfat dalam patogen pada air seperti virus, protozoa, dan
badan air tawar adalah 0.01 mg/L (Alkatiri et parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki
al. 2005). daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen
Amonia serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan.
Dalam limbah cair rumah sakit, kadar atau
Salahsatu permasalahan yang ada dalam jumlah bakteri koliform total harus dipantau
limbah cair rumah sakit ialah kandungan secara berkala. Mikroorganisme koliform
amonia (NH3) yang melebihi ambang batas. termasuk bakteri Gram negatif, tidak berspora,
Amonia dan nitrit termasuk senyawa aerob, berbentuk batang, dan dapat
pencemar yang berasal dari senyawa hara memfermentasikan laktosa dengan asam
NH3–N atau NO2–N. Dalam kondisi anaerob menjadi gas pada suhu 37 oC selama 48 jam.
(kurang oksigen), dampak lingkungan yang Koliform dapat digunakan sebagai indikator
7
dalam pengawasan sanitasi (Cowan & Steel’s Sampel kemudian dibawa ke laboratorium
1974). untuk dihomogenkan dengan shaker sebelum
digunakan untuk analisis. Hal tersebut berlaku
untuk pada bak ekualisasi maupun aerasi,
BAHAN DAN METODE kecuali pada bak outlet diambil sampel yang
akan dibuang pada badan air (Gambar 4).
Bahan dan Alat Pengambilan sampel yang representatif
akan memengaruhi hasil analisis, diharapkan
Sampel yang digunakan dalam penelitian sampel yang digunakan betul-betul mewakili
adalah limbah cair rumah sakit bagian inlet, dari yang dianalisis.
proses, dan outlet. Bahan yang digunakan
meliputi larutan bufer pH 4, 7, 10, larutan
pelumat kalium dikromat 0.01667 M, asam
sulfat, indikator feroin, larutan standar fero
amonium sulfat (FAS) 0.1 M, larutan basa
azida, larutan mangan, indikator kanji 1%,
KIO3 0.1 N, natrium tiosulfat 0.025 N, bufer
fosfat, larutan magnesium sulfat, larutan
kalsium klorida, larutan besi(III) klorida, a
larutan NaOH 1 N, larutan aliltiourea, asam
sulfat 5 N, larutan kalium antimonil tartat,
larutan amonium molibdat, asam askorbat 0.1
M, fenol, larutan natrium hipoklorit, larutan
nitroprusida, dan larutan standar amonia.
Peralatan yang digunakan selama Gambar 4 Titik pengambilan sampel pada
penelitian adalah spektrofotometer ultraviolet- outlet.
tampak (UV-Vis) Labomed USA, pH-meter, Pengujian Oksigen Terlarut (DO)
tanur, oven, desikator, inkubator, penghitung Sampel sebanyak 125 mL dimasukkan ke
koloni, dan alat-alat kaca. dalam botol 125 mL, tanpa ada gelembung
udara. Dengan cepat ditambahkan 1 mL
METODE PENELITIAN larutan mangan dan 1 mL larutan azida basa ke
dalam botol dengan menggunakan pipet dan
Sebelum analisis, metode penelitian ditutup segera sehingga tidak ada udara dalam
dilakukan perencanaan dan persiapan botol.
pengambilan sampel yang meliputi penentuan Botol lalu segera dibolak-balikan hingga
posisi dan jumlah titik, peralatan yang terbentuk gumpalan, lalu botol didiamkan
digunakan dan keselamatan kerja yang tepat beberapa menit sampai semua gumpalan
(sesuai kebutuhan), kondisi sampel selama mengendap. Setelah endapan memisah dari
pengambilan (pemindahan, penyimpanan, dan larutan, ditambahkan 1 mL asam sulfat melalui
pengangkutan). Pada bak inlet sampel diambil dinding botol lalu dikocok sampai semua
mengikuti garis diagonal dengan kedalaman endapan larut. Sebanyak 100 mL larutan
yang berbeda-beda di titik a, b, c dan bagian tersebut dipipet ke dalam labu erlemeyer lalu
dekat sudut dinding (Gambar 3). dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0.025
N hingga bewarna kuning pucat. Sebanyak 1
mL indikator kanji 1% ditambahkan, lalu
dikocok, kemudian titrasi dilanjutkan sampai
warna biru hilang.
c
Pengujian COD
dan ditambahkan indikator feroin 2–3 tetes, sebagai koloni bakteri koliform yang terbentuk
sebelum titrasi dengan larutan FAS 0.1 M dalam cawan petri. Hasil perhitungan
yang telah distandardisasi sampai terbentuk dinyatakan sebagai jumlah bakteri per gram
warna merah bata. atau per mililiter dengan mengalikan jumlah
koloni koliform dalam cawan dengan faktor
Pengujian TSS pengenceran yang digunakan.
Sampel sebanyak 100 mL yang telah Teknik Pengolahan dan Analisis Data
dihomogenisasi diukur dengan alat
Spektroquant Nova 60 A. Pengukuran Pengolahan dan analisis data dalam
dilakukan dengan program TSS, yaitu 032, penelitian ini dilakukan dengan uji t dengan
yang terdapat pada alat tersebut. menggunakan program komputer SPSS versi
10.0. Interpretasi hasil ialah sebagai berikut:
Pengujian Amonia Cara Fenat (a) Jika t hitung ≤ 0.01 maka nilai hasil uji
dinyatakan sangat signifikan; (b) Jika p > 0.01
Sampel sebanyak 25 mL dimasukkan ke maka nilai hasil uji dinyatakan signifikan; dan
dalam erlenmeyer 100 mL, lalu ditambahkan (c) Jika p > 0.05 maka hasil uji dinyatakan
1 mL larutan fenol dan 1 mL natrium tidak signifikan.
nitroprusida dan dihomogenkan. Selanjutnya
ditambahkan 2.5 mL larutan pengoksidasi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
labu segera ditutup dengan plastik atau
parafin film. Campuran dibiarkan selama 1 Telah dilakukan analisis terhadap limbah
jam untuk pembentukan warna. Sejumlah cair Rumah Sakit PMI kota Bogor dan
volume larutan tersebut kemudian didapatkan data sekunder dari Badan
dipindahkan ke dalam kuvet, dibaca dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor
dicatat serapannya pada panjang gelombang (Tabel 1). Parameter COD, BOD-5, TSS, dan
640 nm. fosfat pada Tabel 1 melebihi baku mutu yang
telah ditetapkan KepMNLH No.58/MNLH/12
Pengujian Kadar Fosfat Dengan /1995 sehingga perlu dilakukan evaluasi
Spektrofotometer Cara Asam Askorbat kembali berupa pengamatan dan analisis mutu
limbah cair. Data primer hasil pengujian
Sampel sebanyak 50 mL dimasukkan ke selengkapnya diberikan pada Lampiran 2.
dalam erlemeyer, lalu ditambahkan 8 mL Selanjutnya data tersebut dianalisis statistik
larutan campuran (amonium molibdat, kalium dengan uji t. Uji statistik ini dimaksudkan
antimonil tartat, dan asam askorbat) dan untuk mengetahui perbedaan kadar sebelum
dihomogenkan. Sejumlah larutan tersebut dan sesudah pengolahan, sekaligus untuk
dipindahkan ke kuvet, dibaca dan dicatat mengetahui tingkat penurunan kadar oleh
serapannya pada panjang gelombang 880 nm pengolahan limbah yang telah dilakukan.
dalam kisaran waktu 10–30 menit.
Kadar TSS
Pengujian Koliform Total dengan
metode Plate Count Dari hasil uji laboratorium limbah cair
rumah sakit PMI kota Bogor, didapatkan kadar
Sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke TSS setelah pengolahan adalah <25 mg/L
dalam botol yang berisi 9 mL bufer pepton- (limit deteksi alat Spectroquant Nova 60 A).
air, hingga membuat deret pengenceran 10–1, Kadar tersebut telah berada di bawah baku
102, dan 10–3. Dari setiap pengenceran mutu yang ditetapkan. Penurunan yang terjadi
dipindahkan 1 mL, ke dalam cawan petri dikarenakan proses aerasi. Menurut Putranto
steril. Media violet red bile agar (VRBA) (2001), apabila lumpur aerasi tidak pernah
yang telah dicairkan pada suhu kamar dibuang keluar atau tidak diolah lebih lanjut,
dituangkan ke dalam petri sebanyak 10–15 maka akan meningkatkan kadar TSS. Karena
mL lalu digoyangkan dengan hati-hati hingga itu, seharusnya tidak semua lumpur
isinya bercampur merata (homogen) dan dikembalikan ke bak aerasi, 10% saja, 90%
dibiarkan membeku (5–10 menit). Cawan sisanya dapat dilakukan pengolahan tersendiri.
petri diinkubasi dengan posisi terbalik pada Pada bak aerasi, bakteri akan tumbuh subur
suhu 36 + 1 oC selama 24 jam. Koloni karena banyaknya asupan makanan dari
berwarna merah gelap yang berukuran 0,5 lumpur aktif yang dikembalikan. Lumpur yang
mm atau lebih dihitung dan dinyatakan
9
yang telah ditetapkan dikarenakan pompa Giyatmi 2003. Efektivitas pengolahan limbah
yang memasok disinfektan tidak berfungsi cair rumah sakit Dokter Sardjito
dengan baik. Pada bulan-bulan berikutnya, Yogyakarta terhadap pencemaran
telah digunakan pompa yang berfungsi radioaktif [disertasi].Yogyakarta: Program
dengan baik. Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
Evaluasi hasil pengolahan limbah cair Mahida UN. 1986. Pencemaran Air dan
rumah sakit kota Bogor secara biologis tahun Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: CV
2010 masih mendapatkan parameter di atas Rajawali.
baku mutu KepMNLH No. 58/MENLH/12/
1995, dan bila dibandingkan dengan rumah McKinney RE. 1963. Advance in Biological
sakit pembanding dengan pengolahan yang Waste Treatment. New York: Pergamon Pr.
sama, tetapi menggunakan PAC, hasil analisis
rumah sakit pembanding lebih baik dan luas Palm JC et al. 1980. Three generic types of
tanah yang digunakan pengolahan limbah cair activate sludge. J Water Pollut Control
lebih efisien. Feed 52:484-531
Populasi
Pengambilan sampel
Kadar COD, BOD, amonia, pH, fosfat, Kadar COD, BOD, amonia, pH, fosfat,
dan koliform total dan koliform total
Uji t-berpasangan
14
c. Pengukuran COD
=
(1.4 − 0.5) × 0.0990 × 8000
2.5
= 285.1200 mg/L
16
d. Pengukuran BOD
Ulangan ke - Volume KIO3 (mL) Volume Na2S2O3 (mL) Faktor Na2S2O3 Rerata
1 10 0.0 – 7.5 1.0667 1.0462
2 10 7.5 – 15.3 1.0256
8
F= = 1.0667
7.5
125 1000
= 3.51 × 1.0667 × × × 0.2
100 125 − 2
= 7.61 mg O/L
(V 1)VbotolBOD 1000
BOD5 = VNa2S2O3 × faktor Na2S2O3 × × × 0.2
(V 2)Vbotol uji yang dititrasi V1 − 2
125 1000
= 3.10 × 1.0667 × × × 0.2
100 125 − 2
= 6.72 mg O/L
f. Data Sekunder Pengujian BPLH Kota Bogor Rumah Sakit dengan Sistem Aerasi Secara
Biologi dengan Koagulan PAC
g. Data Primer Rumah Sakit Pembanding dengan Sistem Aerasi secara Biologi dengan
Koagulan PAC
1. Pengukuran COD
Pengukuran ke -1
Nama sample
VFAS (mL) COD (mg/L)
Blangko 1.4
1.4
Inlet 0.2 384
0.2 384
0.2 384
Proses 1.3 31.68
1.3 31.68
1.3 31.68
Outlet 1.3 31.68
1.3 31.68
1.3 31.68
=
(1.4 − 0.2) × 0.0990 × 8000
2.5
= 384 mg/L
19
125 1000
= 4.30 × 1.0667 × × × 0.2
100 125 − 2
= 9.33 mg O/L
125 1000
= 3.10 × 1.0667 × × × 0.2
100 125 − 2
= 6.73 mg O/L
h. Hasil pengukuran dengan menggunakan uji t-berpasangan parameter inlet dan outlet
Dapur
PAC Filter
Klinik Torn
Operasi
Bak Pengendap 1
Laboratorium
Bak Pengendap 2
F
i
Badan l
Torn
Air Kolam Ikan t
e
r
22
Lampiran 4. Skema sistem pengolahan limbah cair Rumah Sakit PMI Kota Bogor
1 2 3
4 5
7
6