Anda di halaman 1dari 3

Kali Pertama Nenek Menangkap Pencuri

Di sebuah desa yang asri, tinggallah nenek Gembloh bersama cucunya. Nenek
Gembloh terkenal kaya raya di desa itu. Sawah dan ladang peninggalan almarhum
keluarganya yang luas kini jatuh di tangan nenek Gembloh. Suatu sore, saat menyiapkan
makan malam, Nenek berkata kepada cucunya,

“Tolong ambilkan telur bebek yang Nenek simpan di bawah ranjang, Cu.”

Si cucu segera masuk kamar. Namun, tiba-tiba terdengar teriakan,

“Nenek Gembloh, nenek Gembloh! Cepat kemari!!”

Nenek Gembloh segera berlari dengan kaki yang setengah kuat menompa badannya
yang keriput menuju kamar. Wajah cucunya tampak pucat dan ketakutan. Tangannya
menunjuk ke bawah ranjang. Nenek Gembloh segera berlutut dengan melongok ke bawah
kolong ranjang. Oh Tuhan, seru nenek Gembloh dalam hati. Di kolong ranjang ada wajah
tertutup topeng yang menakutkan. Itu pasti pencuri, pikir nenek Gembloh.

Walau kini hati nenek Gembloh diselimuti rasa takut, namun ia menutupi dengan
bersikap tenang seakan tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Sambil memeluk cucunya dia
berkata,

“Kenapa takut, Cu? Paman ini hanya ingin menginap semalam di rumah kita. Dia
takut menggangu kita, maka dia diam-diam dan mengenakan topeng seperti ini. Ayo
persilahkan Paman keluar.”

Pemuda yang berada di kolong ranjang itu pun keluar, tanpa menunggu dipanggil.
Pemuda itu berdiri di hadapan nenek Gembloh. Tubuhnya terlihat kekar dan kuat. Aku tidak
mungkin melawannya, pikir nenek Gembloh. Maka dengan ramah, Nenenk berkata,

“Anak muda, tentu kamu belum makan. Ayo makan bersama kami di dapur!”

Pemuda itu mengikuti nenek Gembloh dan cucunya ke dapur. Sambil berjalan ia berkata di
dalam hati,

“Nenek Gembloh ini pasti sudah pikun. Tapi biarlah saya makan sampai kenyang
dulu, mumpung gratis. Nanti setelah dia tidur, baru aku jalankan misi rahasiaku.”

Selesai makan, nenek Gembloh berkata,


“Anak muda, kamu tentu ingin tahu tentang keluargaku, kan?”

Pemuda itu menggangukan kepalanya.

“Saya akan ceritakan tentang ayahku dulu...” kata nenek Gembloh

Pemuda itu berfikir, biarlah nenek tua ini bercerita sepuas-puasnya. Sebentar lagi dia
akan menangis kehilangan barang -barangnya.

“Suatu hari, desa ini penuh dengan buah mangga. Panen mangga di seluruh rumah
membuat ibuku tergoda ingin memakan mangga segar siang-siang pada waktu itu. Aku waktu
itu masih kecil, 5 tahun. Namun ketika ayahku memanjat pohon mangga, ayahku salah
memilih dahan pohon yang sudah rapuh. Ayahku jatuh dan langsung berteriak, TOLONG!
TOLONG! TOLOOOONG....” nenek Gembloh berteriak meniru cara ayah minta tolong.

“Nek, bicaramu pelan sedikit. Nanti menggangu tetangga,” kata pencuri itu.

“Namun saat itu ibu sedang di dapur, menyiapkan pisau dan piring. Ayahku langsung
berteriak kembali, TOLONG! TOLOONG! CEPATLAH DATANG... TOLONG SAYA!”
lanjut nenek Gembloh.

Pencuri iru kembali mengingatkan nenek Gembloh supaya jangan berteriak. Namun
nenek seolah tidak mendengarnya dan membuat teriakan yang lebih keras lagi. Alhasil
teriakan nenek Gembloh membuat para tetangga datang ke rumahnya. Pencuri ditangkap
dengan mudah. Cucunya lalu berkata sambil memeluk nenek Gembloh,

“Nek, Nenek pintar sekali. Sekarang aku tau cara menghadapi orang jahat.”

TAMAT

Aisyah Prastiwi Putri biasa dipanggil Aisyah adalah seorang siswa di SMAN
1 Ponorogo. Ia lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 29 Maret 2000. Selain
menghabiskan waktu untuk mengenyam bangku per-SMAan, ia juga gemar
berdoa dan berkhayal dengan fantasi di otaknya.

Anda mungkin juga menyukai