Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“APLIKASI TEKNIK NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN”

KELOMPOK 4

NUGI MAULANA 1911012210020


NAFISAH 1911012120006
DINA SOFIA 1911012220011
HUSNA AZIZAH 1911012320005
HANNA HABIBAH 1911012120002
MUNA MASYU ABBAS 1911012220002
ITQAN ATHAYA Al KHALILY 1911012220017

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
PENDAHULUAN

Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang menakjubkan di bidag ilmu


dan teknologi, termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan.
Terobosan penting dalam diagnosis dan terapi berbagai penyakit termasuk
penyakit yang menjadi lebih penting secara epidemilogis sebagai konsekuensi
logis dari pembangunan disegala bidang yang telah meningkatkan kondisi seosiall
ekonomi masyarakat. Penggunaan isotope radioaktif dalam kedokteran telah
dimulai pada tahun 1901 oleh Henri Danilos yang menggunakan radium untuk
pengobatan penyakit tuberculosis pada kulit. Namun yang dianggap bapak ilmu
kedokteran nuklis adalah George C. De Hevessy, dialah yang meletakan dasar
prinsip penuntut dengan menggunakan zat radioaktif. Waktu itu dia menggunakan
radioisotope alam Pb dengan ditemukannya radioisotope buatan maka
radioisotope alam tidak lagi digunakan. Radioisotope buatan yang banyak dipakai
pada masa awal perkembangan kedokteran nuklir adalah I. akan tetapi
pemakaiannya kini telah terdesak oleh tc selain karena sifatnya yang ideal dari
segi proteksi dan pembentukan citra juga dapat diperlukan untuk diagnostic dan
terapi, khususnya kanker kelenjar tiroid. Perkembangan ilmu kedokteran nuklir
yang sangat pesat tersebut memungkinkan berkat dukungan dari perkembangan
teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra terutama dengan digunakannya
computer untuk pengolahan data sehingga sistem instrumentasi yang dahulu
hanya menggunakan detector radiasi biasa dengan sistem elektronik yang
sederhana, kini telah berkembang menjadi peralatan canggih kamera gamma dan
kamera positron yang dapat menampilkan citra alat tubuh, baik dua dimensi
maupun tiga dimensi serta static maupun dinamik.
ISI

1. RADIODIAGNOSTIK

Teknik nuklir memiliki peran yang cukup penting dalam mengatasi


masalah kesehatan berbagai belahan dunia. Dalam dunia kedokteran pemanfaatan
teknik nuklir meliputi tindakan radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir.
Salah satu pemanfaatan nuklir dalam kegiatan radiodiagnostik adalah penggunaan
sinar-X. Daya tembus sinar-X sangat kuat sehingga memegang peranan yang
sangat besar dalam kegiatan medis. Data statistik menunjukkan bahwa sekitar
50% keputusan medis harus didasarkan pada diagnosa sinar-X. Bahkan untuk
beberapa negara maju, angka tersebut bisa lebih besar lagi. Efek ini muncul
apabila tubuh manusia mendapatkan paparan radiasi dengan dosis yang
berlebihan. Penggunaan radiasi dalam bidang radiodiagnostik mencakup kegiatan
yang cukup luas dan terus menunjukkan peningkatan dari aktu ke waktu. Hal ini
terlihat dengan adanya pelayanan radiodiagnostik di puskesmas tingkat kecamatan
dan pelayanan kesehatan tingkat klinik. Berbagai jenis pemeriksaan dpat
dilakukan secara langsung dengan radiodiagnostik seperti pengambilan foto
thorak (dada), abdomen (rongga perut), pinggul, kaki, tangan, kepala maupun gigi
(Milvita, 2009).

Ilmu radiologi adalah ilmu yang mencakup dua bidang penting yaitu
radiodiagnostik dan radioterapi.Makna radioterapi adalah pengobatan penyakit
dengan menggunakan radiasi.Sedangkan radiodiagnostik adalah diagnosis
menggunkan sinar pengion. Pemeriksaan radiodiagnostik secara umum
menggunakan sinar-X (Sidiq, 2016). Sinar-X adalah pancaran gelombang
elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya sinar
ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek sehingga
dapat menembus benda-benda. Sinar-X ditemukan oleh sarjana fisika
berkebangsaan Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895. Proses terbentuknya
sinar-X di dalam tabung roentgen ada katoda dan anoda dan bila katoda (filament)
dipanaskan lebih dari 20.000 derajat C sampai menyala dengan mengantarkan
listrik dari transformator, Karena panas maka electron-electron dari katoda
(filament) terlepas, Dengan memberikan tegangan tinggi maka electronelektron
dipercepat gerakannya menuju anoda (target), Elektron-elektron mendadak
dihentikan pada anoda (target) sehingga terbentuk panas (99%) dan sinar X (1%),
Sinar X akan keluar dan diarahkan dari tabung melelui jendela yang disebut
diafragma, Panas yang ditimbulkan ditiadakan oleh radiator pendingin (Souisa,
2014.

Tindakan radiodiagnostik bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan/


kerusakan pada organ dan kanker pada tubuh dengan menggunakan pesawat sinar-
X energi rendah dengan hasil dalam bentuk citra anatomi. Dosis radiasi yang
digunakan dalam radiodiagnostik tidak berbahaya bagi pasien pada interval waktu
tertentu karena relatif setara dengan dosis radiasi alam dan jauh lebih rendah dari
dosis yang digunakan dalam radioterapi. Jika sebuah film ditempatkan pada
bayangan seorang pasien, film tersebut akan menghasilkan citra dari bagian dalam
tubuh pasien misalnya tulang akan tampak terang pada film. Jika seseorang perlu
memeriksa kondisi organ dalam tubuhnya misalnya usus atau ginjal,maka pasien
tersebut harus menggunakan medium kontras baik dengan cara diminum atau
disuntik. Medium tersebut akan menuju organ target dan memberikan citra organ
yang jelas pada gambar sinar-X. Pemeriksaan dada dengan sinar-X dapat
mengungkapkan penyakit misalnya tuberculosis dan penyakit paru lainnya pada
tahap awal sehingga dapat diberikan pengobatan segera (Alatas. 2009).

Pemanfaatan sumber radiasi semakin pesat. Salah satu sumber radiasi yang
digunakan adalah sinar-X. Beberapa peralatan medis yang menggunakan prinsip
sinar-X yaitu pesawat sinar-X konvensional, CT-scan, mammografi, dental, dan
fluoroskopi. Selain manfaatnya yang besar, penggunaan radiasi sinar-X dalam
dunia medis juga memiliki potensi risiko yang cukup berbahaya bagi manusia dan
lingkungan bila tidak memperhatikan prinsip-prinsip proteksi radiasi. Besarnya
dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi maupun pasien dapat diketahui
menggunakan detektor. Setiap detektor harus memiliki respon yang baik terhadap
radiasi yang diterimanya. Keseragaman respon detektor terhadap perubahan
energi dapat dilihat dengan nilai faktor koreksi. Hal tersebut diperlukan agar
detektor menunjukkan nilai dosis radiasi yang sesuai dengan energi radiasi yang
mengenainya (Yeni, 2019).
2. Radioterapi

Birbair, et al (2014)menyatakan bahwa pertumbuhan jaringan yang tidak


normal dan berlebihan disebut neoplasma. Pertumbuhan tumor tidak terkoordinasi
dengan pertumbuhan normal jaringan di sekitarnya, dan bahkan jika pemicu
aslinya dihilangkan, tumor akan terus tumbuh secara tidak normal. Pertumbuhan
abnormal ini biasanya membentuk benjolan. Tumor dapat berubah menjadi ganas
dan membentuk kanker. Kanker merupakan penyakit yang menyebabkan
kematian tinggi di seluruh dunia. Menurut data WHO, 8,8 juta orang meninggal
karena kanker pada 2015. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, angka
prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,4% dengan jumlah penderita sekitar
347.792 orang(KEMENKES,2015).

Berbagai cara telah dikembangkan untuk menangani penyakit kanker,


salah satunya adalah dengan radioterapi atau radioterapi. Radioterapi adalah terapi
yang menggunakan radiasi dari energi radioaktif. Radioterapi adalah suatu
modalitas pengobatan tumor ganas yang menggunakan partikel atau gelombang
berenergi tinggi seperti sinar X, gamma, elektron atau proton untuk
menghancurkan atau merusak sel(Chandra dan Rahman,2016). Banyak pasien
kanker yang pergi ke rumah sakit menerima radioterapi. Terkadang radiasi
diterima sebagai monoterapi, terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan /
atau pembedahan. Tidak jarang pasien kanker menerima lebih dari satu jenis
radiasi.

1. JENIS- JENIS RADIOTERAPI

Terapi radiasi dapat digunakan sebagai terapi penyembuhan, paliatif dan


preventif (profilaksis). Terapi kuratif biasanya monoterapi untuk menyembuhkan
kanker, seperti limfoma Hodgkin stadium awal, karsinoma nasofaring, kanker
kulit tertentu, dan kanker glotis stadium awal. Terapi paliatif bertujuan untuk
meredakan gejala kanker dengan menerapkan dosis radiasi paliatif, sehingga
meningkatkan kualitas hidup. Aplikasinya meliputi otak dan tulang ibu serta
sindrom vena cava superior. Terapi profilaksis (preventif) adalah terapi yang
dirancang untuk mencegah kemungkinan terjadinya metastasis atau kekambuhan
melalui penerapan radioterapi (misalnya, radioterapi tekanan penuh untuk
leukemia limfoblastik akut dan kanker paru-paru sel kecil)(Orth et al,2014).

Berdasarkan waktu penggunaannya, radioterapi terdiri dari radioterapi


adjuvan yang diberikan setelah dilakukannya metode pegobatan tertentu,
radioterapineoadjuvan, dan radiokemoterapi. Radioterapineoadjuvan dilakukan
sebelum dilakukannya tindakan dengan metode lain, misalnya radioterapi
preoperasi, sedangkan radiokemoterapi yaitu pemberian radioterapi yang
dilakukan bersamaan dengan kemoterapi. Penghantaran radiasi terhadap lokasi
kanker dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu radioterapi eksternal dan
brachytherapy(endocurientherapy atau disebut sealed-source radiotherapy).
Radioterapi eksternal adalah radioterapi yang dipaparkan ke tubuh secara
eksternal menggunakan mesin perawatan, sedangkan pada brachytherapy, sumber
radiasi temporer atau permanen ditempatkan ke dalam rongga tubuh, metode ini
digunakan dalam perawatan rutin kanker ginekologi dan prostat serta pada situasi
yang membutuhkan perawatan berulang(Fitratuzzakiyah et al, 2017).

2. Teknik Radioterapi
a. Radioterapi konformal 3-D

Radioterapi konformal tiga dimensi (3D) merupakan konsep perencanaan


radioterapi dengan menggunakan data volume CT-Scan. Penggunaan CT scan saat
menentukan volume target membantu mengurangi kesalahan geografis. Dengan
perkembangan teknologi pencitraan diagnostik dan terapi radiasi, penggunaan
perencanaan radiasi 3D yang dikombinasikan dengan pengaturan berkas sinar
yang lebih kompleks dapat menghasilkan cakupan berkas yang sesuai dengan
bentuk tumor(Kodrat et al,2016).

b. Stereotactic Radiosurgery (SRS)

Didefinisikan sebagai menggunakan Sinar pengion terfokus, rendering Ambil satu


dosis tinggi Target ablasi yang tepat Presisi tinggi karena menggunakan prinsip
Stereotaktik atau navigasi. karena Pakai dosis besar, SRS harus
diimplementasikan Diperbaiki dan proses diperbaiki Verifikasi eksposur terpandu
gambar modern. Oleh karena itu, dalam SRS terdapat beberapa prinsip yang
diperlukan Perhatikan fiksasi kaku, dosis Radiasi tinggi, temukan target melalui
navigasi Verifikasi stereotaktik dan berbasis gambar 3 Radiosurgery dapat
dilakukan dengan pesawat Terapi radiasi berdasarkan sinar gamma yang diketahui
Sebagai alat yang berbasis pisau gamma dan radiasi Sinar-X (foton), seperti
akselerator linier (LINAC), Cyberknife® atau Tomotherapy®(Kodrat dan
Novirianty,2016).

c. Stereotactic radiotherapy

Prinsipnya mirip dengan stereotactic radiosurgery, tetapi menggunakan alat yang


bisa bergerak bebas mengitari tubuh pasien. Dengan demikian bisa digunakan
untuk mengobati kanker otak maupun kanker di bagian tubuh yang lain. Bedanya
adalah, stereotactic radiotheraphy diberikan dalam dosis kecil beberapa kali sehari
untuk mengurangi efek samping(Lagendijk et al, 2014)

d. Radioimunotherapy

Radioimunoterapi adalah terapi target potensial yang menggunakan antibodi


monoklonal berlabel radionuklida. Prinsip terapi bertarget atau terapi tertarget
adalah melalui interaksi spesifik antara antibodi monoklonal berlabel radionuklida
dan reseptor atau antigen yang diekspresikan oleh sel kanker, disertai dengan
radiasi beta yang dipancarkan oleh radionuklida. Ini berperan dalam
menghancurkan atau menghambat pertumbuhan sel kanker secara
selektif(Ritawidya et al, 2014).

Proses Radioterapi

Terapi radiasi biasanya diberikan setiap hari lima hari dalam seminggu selama 6-7
minggu. Itu tergantung pada ukuran, lokasi, jenis kanker, kesehatan umum pasien
dan perawatan lain yang diberikan. Namun untuk keperluan paliatif (misalnya
untuk meredakan nyeri akibat kanker yang bermetastasis ke tulang), biasanya
dibutuhkan waktu 2-3 minggu. Setiap perawatan hanya berlangsung 1-5 menit.
Selama perawatan, pasien tidak akan merasakan apa-apa, hanya menerima rontgen
(rontgen). Namun selama perawatan, pasien harus tetap diam agar pancaran
radiasi mengenai sasaran. Oleh karena itu, bisa dibuat masker atau penyangga
agar bagian tubuh yang diterapi radiasi tidak mengalami perubahan posisi(Darby
et al,2011)

Efek samping radioterapi

Efek samping dari terapi radiasi bervariasi dari pasien ke pasien. Umumnya, efek
samping ini bergantung pada dosis terapeutik, organ target, dan kondisi
keseluruhan pasien. Setiap terapi radiasi dapat menyebabkan beberapa efek
samping seperti kelelahan, reaksi kulit (kekeringan, kemerahan, nyeri, perubahan
warna dan bisul), penurunan sel darah, kehilangan nafsu makan, diare, mual dan
muntah. Kebotakan dapat terjadi, tetapi hanya di area yang menerima terapi
radiasi(Fithrony et al,2012).

3. Kedokteran Nuklir

Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan


sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radionuklida buatan (radiofarmaka)
untuk tujuan diagnostik, terapi dan paliatif dengan berdasarkan perubahan
fisiologi, anatomi, biokimia, metabolisme dan molekuler dari suatu organ
atau sistem dalam tubuh. Pada kedokteran nuklir, radioisotop dapat dimasukkan
ke dalam tubuh pasien (in vivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan
biologis antara lain darah, cairan lambung, urin dan lainnya yang diambil dari
tubuh pasien (in vitro). Radiofarmaka merupakan obat yang dibuat dengan
formulasi unik yang mengandung radioisotop yang digunakan dalam bidang
kesehatan seperti untuk diagnosis dan terapi, penggunaan radiofarmaka sama
halnya dengan penggunaan obat biasa. Pengaplikasian radiofarmaka juga hanya
dilakukan di rumah sakit tertentu yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir
(Islamiaty & Halimah, 2018). Adanya perkembangan penggunaan radiofarmaka
tidak membuat penggunaan radiofarmaka dilakukan secara bebas. Efek radiasi
yang ditimbulkan dapat membahayakan keamanan pasien maupun pihak lain yang
berhubungan dengan penggunaan radiofarmaka. Bahaya dari efek radiasi terjadi
ketika dosis yang radioisotop yang berikan dalam kadar yang tinggi. Efek radiasi
tersebut menyebabkan terbentuknya radikal bebas atau terputusnya ikatan kimia
yang menyebabkan terjadinya kerusakan DNA atau jaringan dalam waktu singkat
maupun jangka panjang. Oleh karena itu, di Indonesia pembuatan radiofarmaka
dilakukan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan diawasi oleh Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) (Levita dan Mutakin, 2015).
Dosis radiasi yang diterima oleh pasien setelah pemberian radiofarmaka
ditentukan oleh sifat fisik radionuklida, metabolism radiofarmaka dalam tubuh
pasien, dan aktivitas yang diberikan. Tingkat radioaktivitas yang terdapat dalam
tubuh pasien sedikit demi sedikit akan berkurang karena peluruhan fisik dan
eliminasi biologik yang dialami oleh radiofarmaka. Pemeriksaan kedokteran
nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnostik berbagai penyakit seperti
penyakit jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguan fungsi ginjal,
menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada
tulang, mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan
menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari
diagnostik dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini berkembang
pesat. Radiofarmaka yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui mulut,
suntikan, atau dihirup lewat hidung, akan memberikan informasi berupa:
1. Citra organ atau bagian tubuh pasien yang diperoleh dengan bantuan alat
kamera gamma atau kamera positron (teknik imaging) memberikan informasi
fungsional berdasarkan pada perubahan biokimiawi-fisiologi yang
menimbulkan pola emisi radiasi yang mencerminkan fungsi organ atau bagian
tubuh yang diperiksa. Dapat pula dengan teknik non-imaging in vivo
(renograf, tiroid uptake, heliprobe, dan lainya).
2. Kurva hubungan aktivitas dan waktu yang menunjukkan kinetika radioisotop
dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan nilai yang menggambarkan
akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu, di samping citra
atau gambar yang diperoleh dengan kamera gamma atau kamera positron
3. Radioaktivitas yang terdapat dalam sampel darah, urin, atau lainnya yang
diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yan dirangkaikan pada
detektor radiasi (teknik non-imaging in vitro).
Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging
memberikan informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan
(imaging) pada kedokteran nuklir dalam beberapa hal berbeda dengan pencitraan
dalam radiologi. Dua alat imaging yang sangat bermanfaat dalam kedokteran
nuklir adalah Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission
Computed Tomography (SPECT). Kedua peralatan ini memberikan informasi
fungsi dan anatomi organ dan sangat cocok untuk memantau proses dinamik
seperti metabolisme sel atau aliran darah dalam jantung, paru, dan juga otak.
Keduanya menggunakan kamera gamma untuk mendeteksi sinar gamma yang
dipancarkan radioisotop tertentu yang ada dalam tubuh pasien.
Pada studi in vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan
biologis yang kemudian direaksikan dengan suatu zat yang telah ditandai dengan
radioisotop. Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan detektor sinar gamma yang
dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini biasanya
dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon-hormon tertentu dalam darah
pasien seperti insulin, tiroksin dan juga penanda tumor (CA 15-3, CA-125, PSA
dan lainnya).
Radioisotop yang digunakan sebagai perunut di dalam tubuh
mempunyai waktu paro fisik maupun biologik yang singkat untuk
menunjang diagnostik dan terapi, antara lain Iodium-131 (I-131), Teknisium (Tc-
99m), Talium-201 (Tl201), Galium-67 (Ga-67), Indium-111 (In-111), Fluorin-18
(F-18), dan Iodium-125 ( I-125). Radioisotop tersebut dikemas dengan bahan obat
tertentu untuk mencapai organ target sesuai keinginan dan disebut dengan
radiofarmaka. Bahan obat non radioaktif atau yang disebut dengan kit ini antara
lain MDP, DTPA, MAG3, MIBI, Tetrofosmin, Infekton, ECD, IDA, mebrofenin,
dan Sulfur koloid.
Bila untuk keperluan diagnostik, radioisotop yang diberikan dalam dosis yang
sangat kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang
besar untuk mematikan sel penyusun kanker. Tindakan terapi pada kedokteran
nuklir antara lain terutama digunakan terhadap kanker tiroid dan hipotiroid
dengan NaI-131(diminumkan), kanker hati dengan Y-90 (disuntikan), anak sebar
di tulang dengan P-32, Sr, dan Sm (disuntikan), dan osteoartritis dengan rhenium
(disuntikan intra synovial).
4. Sterilisasi Alat dan Produk Kesehatan
Dalam bidang kesehatan terdapat beberapa alat dan produk kesehatan
contohnya seperti kateter,jarum suntik, sarung tangan bedah,dan hermodialiser
yang penggunaan nya berkontak langsung dengan jaringan dan cairan tubuh. Oleh
karena itu beberapa alat atau produk tersebut perlu untuk disterilisasi agar bebas
dari mikroorganisme hidup terutama yang bersifat potogen. Stcrilisasi adalah
suatu proses untuk mcnghilangkan atau menginaktivasi mikroorganisme hidup
(bakteri. jamur, virus dan organisme bersel satu lainnya) yang terdapat pada suatu
produk (Darwis,D,2006) . Beberapa dari produk alat kesehatan terbuat dari bahan
polimer yang tidak tahan terhadap pemanasan dengan suhu tinggi, karena itu
sterilisasi yang dapat digunakan adalah sterilisasi dingin menggunakan gas etilen
oksida (ETO) atau radiasi. Namun, sterilisasi dengan gas ETO memiliki beberapa
kelemahan diantaranya ialah :

a. Bersifat toksik pada manusia,


b. meninggalkan residu gas yang bersifat karsinogenik pada produk,
c. polusi terhadap lingkungan,
d. memerlukan karantina produk 7-14 hari.

Cara sterilisasi dcngan gas etilen oksida sudah mulai ditinggalkan karna adanya
bahaya yang ditimbulkan gas ETO bersifat toksik dan karsinogenik
(West,G,1996).

Secara umum ada dua jenis radiasi pengion yang banyak digunakan untuk
sterilisasi yaitu :
1. Sinar gamma yang dipancarkan dari radioisotop cobalt-60 atau cesium-137
2. Berkas elektron (electron heam) merupakan elektron berenergi tinggi yang
dihasilkan dari akselerator elektron atau mesin berkas elektron.
Baik radiasi berkas elektron atau radiasi sinar gamma memberikan efek yang
sama terhadap materi yang diradiasi yaitu terjadinya perubahan terhadap berbagai
ikatan kimia dan molekuler sel reproduktif dari mikroorganisme(Darwis,D,2006).

Sterilisasi radiasi memiliki beberapa kelebihan dari pada sterilisasi dengan metode
lain, diantara nya ialah :
I. Tidak menimbulkan kenaikan temperatu
2. Dapat menembus kedalam seluruh bagian produk dan dalam kemasan akhir
3. Waktu iradiasi merupakan satu-satunya variable yang dikontrol sehingga proses
dapat dikontrol dengan tepat.
4. Tidak meninggalkan residu.
5. Tidak memerlukan karantina produk setelah diiradiasi
6. Proses sterilisasi cepat (hanya dalam beberapa menit) untuk teknik berkas
elektron.
a. International Standardization Organization (ISO) yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam menentukan dosis sterilisasi, validasi, verifikasi serta persyaratan
lainnya dari produk kesehatan yang akan disterilkan

Di dalam International Standard Organization (ISO) 13409 disebutkan bahwa


dosis radiasi (gamma atau berkas elektron) minimum 25 kGy dapat digunakan
untuk mensterilkan suatu produk kesehatan tanpa memperhitungkan jumlah
kontaminasi awal mikroba (bioburden) yang terdapat pada produk yang akan
disterilkan [8]. Beberapa material seperti selulosa dapat mengalami degradasi
akibat interaksinya dengan radiasi gamma/berkas elektron. Besarnya dosis iradiasi
yang diperlukan untuk mensterilkan suatu produk sangat tergantung pada jumlah
kontaminasi awal mikroba (bioburden) yang terdapat pada produk yang akan
disterilkan. Semakin sedikit bioburden suatu produk, semakin kecil dosis iradiasi
yang diperlukan untuk mensterilkan produk tersebut, karena pemberian dosis
iradiasi yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada produk yang
disterilkan. Oleh karena itu, diperlukan dosis yang tepat untuk mendapatkan
produk yang steril sekaligus meminimalkan kerusakan yang mungkin terjadi pada
suatu produk(Darwis, 2009)

Inational Standardization Organization (ISO) yang dapat digunakan sebagai acuan


dalam menentukan dosis sterilisasi, validasi, verifikasi serta persyaratan lainnya
dari produk kesehatan yang akan disterilkan. Secara umum ada dua jenis
sterilisasi radiasi pengion yang telah banyak digunakan yaitu :

1. Sinar gamma, yang dipancarkan dari radioisotop Cobal-60 atau cesium-


137.
2. Berkas elektron, yang merupakan elektron berenergi tinggi yang
dihasilkan dari akselerator elektron atau mesin berkas elektron.

Radiasi ionisasi dapat diperoleh dua sumber yang berbeda seperti radioisotop
dengan sinar gamma dan juga mesin berkas elektron (MBE). Namun, baik
radioisotop maupun berkas elektron memilki pengaruh yang sama terhadap materi
yang diradiasi yaitu sel menjadi reproduktif dari mikroorganisme dan terjadinya
perubahan terhadap ikatan-ikatan kimianya. Adapun keuntungan menggunakan
sterilisasi radiasi dibandingkan dengan sterilisasi lainnya adalah :

1. Sterilisasi tidak menimbulkan kenaikan suhu yang berarti.

2. Waktu radiasi merupakam satu-satunya variable yang kontrol, sehingga proses


meradiasi dapat dikontrolkan secara tepat.

3. Tidak memerlukan tempat terpisah setelah produk diradiasi.

4. Proses sterilisasi cepat (hanya dalam hitungna menit) untuk pengguna berkas
elektron.

5. Tidak meninggalkan residu.

Standar ISO 11140-1 telah dirancang oleh Organisasi Standar Internasional (ISO)
untuk menggambarkan sifat dan metode uji indikator kimia yang digunakan dalam
sterilisasi bahan perawatan kesehatan.

b. Sterility Assurance Level (SAL). SAL adalah probabilitas mikroorganisme


hidup dalam suatu produk setelah proses sterilisasi dan dinyatakan dalam nilai
10n. Proses radiasi merupakan suatu teknologi isotop dan radiasi dengan
memanfaatkan radiasi ionisasi (radiasi energi tinggi) untuk tujuan sterilisasi,
sintesis dan modifikasi material sehingga menghasilkan suatu produk yang
bermanfaat, mempunyai kualitas yang baik dan aman 6-8. Proses radiasi
merupakan bagian dari teknologi. Suatu produk dikatakan steril apabila tidak ada
satupun mikroorganisme hidup pada produk tersebut. Sterilisasi adalah suatu
proses untuk membunuh atau menginaktivasi semua mikroorganisme yang
terdapat pada suatu produk. Ada 3 macam metode sterilisasi yang digunakan yaitu
sterilisasi panas (panas basah dan panas kering), sterilisasi dingin (filtrasi, radiasi)
dan sterilisasi dengan bahan kimia seperti etilen oksida.

Sterilisasi radiasi produk kesehatan merupakan salah satu aplikasi teknologi


proses radiasi yang berkembang sangat pesat. Hal ini disebabkan karena radiasi
ionisasi mempunyai kemampuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme
pathogen. Beberapa produk kesehatan seperti syringes, hidrogel, katup jantung
buatan, jarum suntik, kantung darah, internal kateter, obat suntik, obat mata dan
produk-produk yang berkontak langsung dengan darah mempunyai salah satu
persyaratan yaitu steril. Sebagian besar produk kesehatan tidak tahan panas dan
akan mengalami kerusakan bila diperlakukan dengan sterilisasi panas. Oleh sebab
itu diperlukan cara sterilisasi dingin. Sterilisasi dengan gas etilen oksida telah
mulai ditinggalkan karena adanya residu gas yang bersifat karsinogenik dan waktu
sterilisasi yang lama 11, sedangkan cara penyaringan hanya dapat digunakan
untuk produk yang akan disterilkan berupa larutan.

Radiasi pengion merupakan salah satu alternatif sterilisasi dingin yang dapat
digunakan untuk mensterilkan produkproduk yang tidak tahan panas seperti
alatalat kedoteran dan tissue graft karena sterilisasi radiasi dilakukan pada suhu
kamar dan tidak menimbulkan kenaikan suhu. Teknologi radiasi untuk sterilisasi
telah mengalami kemajuan yang sangat pesat pada dua dekade terakhir. Teknik ini
merupakan pilihan untuk beberapa produk kesehatan dan merupakan metode yang
paling mungkin untuk mensterilkan bahanbahan polimer yang sensitif terhadap
pemanasan. Radiasi dapat menembus ke seluruh bagian produk untuk mencapai
tingkat sterility assurance level (SAL) yang telah ditetapkan. Produk yang
disterilkan dengan cara radiasi pada dosis toleransi maksimum yang dapat
membunuh populasi mikroorganisme tanpa menimbulkan efek kerusakan pada
produk yang disterilkan. Ada dua jenis radiasi pengion yang banyak digunakan
untuk sterilisasi yaitu sinar gamma yang dipancarkan dari radioisotop cobalt-60
atau cesium-137 dan berkas elektron (elektron beam) merupakan elektron
berenergi tinggi yang dihasilkan dari akselerator elektron atau mesin berkas
electron.

5. Bank Jaringan di Indonesia


Bank jaringan dan/atau sel yang selanjutnya disebut Bank adalah suatu
badan hukum yang bertujuan untuk menyaring, mengambil, memproses,
menyimpan, dan mendistribusikan jaringan biologi dan/atau sel untuk keperluan
pelayanan kesehatan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Jaringan
biologi tersebut berasal dari jaringan yang didermakan oleh donor yang bebas dari
berbagai penyakit menular, kuman dan virus seperti HIV, Hepatitis B/C, Siphylis,
dll, dan diproses sebagai bahan biomaterial alami sehingga dapat digunakan
kembali dengan aman untuk kesehatan. Bahan baku yang digunakan dapat berasal
dari jaringan manusia (allograft) atau jaringan hewan (xenograft).
Saat ini di Indonesia telah berdiri empat Bank Jaringan yang siap melayani
kebutuhan pasien, yaitu:
1. Bank Jaringan Riset Batan (BJRB) atau Batan Research Tissue Bank (BRTB)
yang menyediakan allograft, xenograft, dan jaringan amnion liofilisasi steril
radiasi untuk keperluan klinik.
2. Pusat Biomaterial/Bank Jaringan RSUP Dr. Sutomo, Surabaya yang
merupakan bank tulang sejak tahun 1999. Fasilitas yang ada meliputi alograft,
xenograft, dan amnion steril radiasi.
3. Bank Jaringan RSUP Dr. M. Jamil, Padang, memproduksi amnion steril radiasi
sejak tahun 1997.
4. Bank Jaringan RSK Sitanala, Tangerang memproduksi amnion steril radiasi
sejak tahun 1993.
Kegunaan bank jaringan antara lain untuk meningkatkan mutu kesehatan
dan kualitas hidup masyarakat serta menyediakan jaringan pengganti yang selalu
tersedia untuk kebutuhan pasien terutama di bidang bedah tulang (ortopedi),
bedah mulut/gigi, bedah rekonstruksi, bedah plastic dan bedah mata. Fungsi lain
dari bank jaringan adalah mengurangi morbiditas akibat pemakaian jaringan
sendiri (autograft), menghindarkan pasien dari ketidaknormalan struktur tubuh
akibat pengambilan jaringan autograft untuk pengganti jaringan di bagian tubuh
lainnya serta dapat menurunkan biaya rumah sakit.

Pelayanan bank jaringan adalah salah satu upaya untuk menggiatkan


kesadaran masyarakat untuk bersedia terlibat dalam kegiatan transplantasi
jaringan sebagai pendonor. Transplantasi jaringan adalah proses pengangkatan
jaringan dari satu organisme, kemudian diimplantasikan melalui proses
pembedahan ke organisme lain yang diharapkan mampu memberikan struktur
dan/atau fungsi seperti normal kembali (Devanita,2020). Jaringan tubuh yang
dapat digunakan untuk transplantasi yaitu: kulit, tulang dan amnion.
Jaringan kulit tersedia pada bank jaringan kulit dengan proses
pengambilan dari pendonor yang sebelumnya sudah dilakukan tes terhadap
jaringannya. Jika lolos tes, maka dapat digunakan sebagai bahan graft, dikemas
dan disimpan sehingga dapat digunakan kembali sebagai graft. Jaringan kulit
tersebut dapat diambil dari donor hidup maupun yang sudah meninggal.
Keberhasilan donor jaringan kulit dipengaruhi oleh jumlah sel yang masih hidup
di dalam jaringan tersebut. Skin Grafts dengan viabilitas dibawah 80 % tidak
dapat disimpan dan digunakan sebagai donor.
Tulang yang dapat digunakan untuk transplantasi jaringan adalah caput
femoralis yang diambil dari pendonor. Jaringan tulang dapat digunakan sebagai
pengganti alami untuk pasien dengan kecacatan dan rekonstruksi persendian.
Graft tulang dapat berfungsi sebagai kekuatan mekanik dan/atau sebagai fungsi
biologi. Sebagai contoh graft tulang femur bagian atas digunakan untuk
memperbaiki total hip arthroplasty harus memiliki kekuatan mekanik, sedang
tulang demineralized bone matrix (DBM) digunakan dalam posterior lateral spinal
fusion yang berfungsi untuk merangsang pembentukan jaringan baru tulang, tidak
memerlukan fungsi mekanik. Kebutuhan tulang alograft dan xenograft di
Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, sedang produksi graft tulang dari
Bank Jaringan di Indonesia hanya mencapai sekitar 2000 graft per tahun. Saat ini
untuk menanggulangi keterbatasan penyediaan tulang alograft, BJRB telah
melakukan inovasi dengan memanfaatkan tulang xenograft yang berasal dari sapi
muda. Penelitian tentang sifat fisik, mekanik dan kimia terhadap tulang xenograft
sterilisasi radiasi menunjukkan bahwa mutu xenograft dari sapi muda sesuai
standar untuk implantasi.
Membran amnion atau membran fetus terdiri dari membran amnion dan
chorion. Amnion merupakan lapisan dalam yang tipis, kuat dan mengkilat, terdiri
atas sel epitel pipih dan kuboid serta jaringan penunjang mesenkhim. Sedang
chorion merupakan lapisan terluar yang lebih padat dan tebal. Chorion
dihubungkan dengan jaringan mesenkhim oleh amnion. Bagian terluar chorion
dibentuk oleh sel epitel transisional yang tebal. Jaringan amnion terdiri dari
lapisan: epithelium, membran basalis, lapisan compactum, lapisan fibroblast, dan
lapisan spongiosa dengan ketebalan antara 0,02 dan 0,4 mm. Di seluruh lapisan
membran amnion tidak ditemukan adanya pembuluh darah, limfa dan saraf.
Komposisi amnion terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan bermacam-macam
growth factor yang memiliki berbagai fungsi biologi spesifik yang mempunyai
kelebihan bila digunakan sebagai penutup luka maupun transplantasi.
Amnion digunakan sebagai terapi pada luka bakar di negara-negara
berkembang. Definisi Jaringan amnion diambil dari plasenta pada saat proses
persalinan. Membrane amnion tersebut dibersihkan menggunakan cairan Sodium
hypochlorite 0,25% kemudian dikeringkan dan di lyophilized. Amnion yang
dikeringkan dengan metode lyophilized memiliki waktu hidup lebih lama yaitu
lima tahun dan dapat disimpan pada suhu ruangan. Penyimpanan amnion dapat
menggunakan gliserol 85% setelah dilakukan pembersihan dan memberikan waktu
hidup selama 2 tahun apabila disimpan di suhu 4 ° C. Jaringan amnion dapat
digunakan sebagai penutup luka sementara pada luka bakar yang luas dan kronik.
Pemanfaatan membran amnion siap pakai di Indonesia cukup luas, antara lain
sebagai penutup luka operasi, penutup luka pada sunat, luka bakar, penutup ulkus
plantar pada penderita kusta, ulkus pada penderita diabetes, pterygium,
symblepharon, kerusakan kornea, dan rekontstruksi vagina.
KESIMPULAN
Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang menakjubkan di bidang
ilmu dan teknologi, termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta
kesehatan. Terobosan penting dalam bidang ilmu dan teknologi ini memberikan
sumbangan yang sangat berharga dalam diagnosis dan terapi berbagai penyakit
termasuk penyakit penyakit yang menjadi lebih penting secara epidemilogis
sebagai konsekuensi logis dari pembangunan di segala bidang yang telah
meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Akan tetapi pemakaiannya kini
telah terdesak oleh Tc 99m selain karena sifatnya yang ideal dari segi proteksi dan
pembentukan citra juga dapat diperoleh dengan mudah serta relatif murah
harganya sehingga banyak penemu yang menciptakan aplikasi teknik pengobatan
dengan nuklir seperti aplikasi radiodiagnostik, radioterapi, kedokteran nuklir,
sterilisai alat dan produk kesehatan, bank jaringan di Indonesia.
DAPUS PUSTAKA

Alatas, Zubaidah dkk. 2009. Buku Pintar Nuklir. Jakarta: Badan


Tenaga Nuklir Nasional.
Birbrair A, Zhang T, Wang ZM, Messi ML, Olson JD, Mintz A, Delbono O,.
2014. "Type-2 pericytes participate in normal and tumoral angiogenesis". Am. J.
Physiol., Cell Physiol. 307 :25–38.

Chandra, A., & Rahman, S. (2016). Fungsi Tiroid Pasca Radioterapi Tumor
Ganas Kepala-Leher. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3).745-749

Darby S, McGale P, Correa C, Taylor C, Arriagada R, Clarke M,. 2011. "Effect of


radiotherapy after breast-conserving surgery on 10-year recurrence and 15-year
breast cancer death: meta-analysis of individual patient data for 10,801 women
in 17 randomised trials". Lancet. 37: 1707–1716.

Darwis, D., 2006. Sterilisasi produk kesehatan (Health care products) dengan
radiasi berkas elektron. Risalah Pertemuan Presentasi Ilmiah Teknologi
Akselerator dan Aplikasinya, 78-86.
Darwis, D, dkk. 2009. Penentuan Dosis Sterilisasi Membran Selulosa Mikroba
Dengan Iradiasi Berkas Elektron berdasarkan ISO 11137, 5(1), 1-12.
Darwis , D,& Basril, A. 2010. Aplikasi Isotop dan Radiasi Dalam Pembuatan dan
Pengembangan Bahan Biomaterial Untuk Keperluan KLINIS. 4(1), 15-
16.
Devanita, S. L. A., Henky, D. Rustyadi, I. B. P. Alit. 2020. Pengetahuan dan
Persepsi Mahasiswa Universitas Udayana Angkatan Tahun 2017 terhadap
Keberadaan Pelayanan Bank Jaringan di Indonesia. E-Jurnal Medika
Udayana, 9: 21-30.

FITHRONY, M. T., Rahayu, S. Y., & Nawangsih P, C. (2012). Pengaruh


radioterapi area kepala dan leher terhadap Curah Saliva (Doctoral
dissertation, Fakultas Kedokteran).

Fitriatuzzakiyyah, N., Sinuraya, R. K., & Puspitasari, I. M. (2017). Terapi Kanker


dengan Radiasi: Konsep Dasar Radioterapi dan Perkembangannya di
Indonesia. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 6(4), 311-320.
Islamiaty, R. R., & Halimah, E. 2018. Tinjauan Pustaka Mengenai Karakteristik
Radioisotop yang Digunakan pada Pembuatan
Radiofarmaka. Farmaka. 16(1): 222-230.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pusat data dan informasi


kesehatan: Stop kanker. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia;

KODRAT, H., & NOVIRIANTHY, R. (2016). Stereotactic Radiosurgery pada


Benign Skull Base Tumor. Indonesian Journal of Cancer, 10(1), 35-39.

Kodrat, H., Susworo, R., Amalia, T., & Sabariani, R. R. (2016). Radioterapi
Konformal Tiga Dimensi dengan Pesawat Cobalt-60. Radioterapi &
Onkologi Indonesia, 7(1).

Lagendijk JJ, Raaymakers BW, Van den Berg CA, Moerland MA, Philippens ME,
van Vulpen M (November 2014). "MR guidance in radiotherapy". Physics
in Medicine and Biology. 59 (21): 349-369.

Levita, J. & Mutakin. 2015. Radioiodinasi pada Pembuatan Radiofarmaka.


Yogyakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 20130/M tentang Penyelenggaraan Bank
Jaringan Dan/Atau Sel. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/PMK%20No.%2062%2
0ttg%20Penyelenggaraan%20Bank%20Jaringan%20Dan%20Atau%20Sel.
pdf (akses 7 Desember 2020)

Milvita, D. 2009. Analisis Dosis Radiasi Yang Diterima Anak Dalam Kegiatan
Radiodiagnostik Foto Thorak Pada Beberapa Rumah Sakit Di Kota
Padang. JURNAL ILMU FISIKA UNIVERSITAS ANDALAS, 1(1), 11-16

Orth M, Lauber K, Niyazi M, Friedl AA, Li M, Maihöfer C, et al. Current


concepts in clinical radiation oncology. Radiat Environ Biophys.
2014;53(1):1–29. doi: 10.1007/s00411-013-0497-2.
RITAWIDYA. I, SRI., S1, CECEP T., R, MASKUR M. , MARTALENA., R,
BASUKI., H., MUHAMMAD., S. , ABDUL., M dan JOHAN., M. 2014.
Metoda Penyiapan Konjugat (DOTA)n-[Dendrimer PAMAM]
(Trastuzumab)m Sebagai Bahan Radiofarmaka Radioimunoterapi (177Lu
DOTA)n-[Dendrimer PAMAM]-(Trastuzumab). JURNAL ILMU
KEFARMASIAN INDONESIA. 12: 222-231

Sidik, F., & Sunandar, H. 2016. PERANCANGAN APLIKASI PENGOLAHAN


CITRA MENINGKATKAN KUALITAS FOTO RONTGEN
MENGGUNAKAN METODE MEDIAN FILTERING. JURIKOM
(Jurnal Riset Komputer), 3(6).
Souisa, F., Ratnawati, R., & Sudarsana, B. 2014 PENGARUH PERUBAHAN
JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK
PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, TYPPE CGR. BULETIN
FISIKA, 15(2), 15-21.
West,G. 1996. Radiation Sterilization: Regulation, UNDP/RCAIIAEA RTC
:Kuala Lumpur, Malaysia

Yeni, N. C., Milvita, D., & Prasetio, H. 2019. Kalibrasi TLD-100 di Udara
Menggunakan Radiasi Sinar-X Pada Rentang Radiation Qualities in
Radiodiagnostic (RQR). JURNAL ILMU FISIKA| UNIVERSITAS
ANDALAS, 11(2), 81-87.
DESKRIPSI TUGAS KELOMPOK 4
TENTANG APLIKASI NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN
1. Dina Sofia menjelaskan tentang materi radiodiagnostik
2. Itqan Athaya menjelaskan tentang radioterapi
3. Nafizah mendeskripsikan tentang kedokteran nuklir
4. Muna masyu abbas disini berbagi tugas dengan husna azizah yang dimana
muna menjelaskan tentang sterilisasi alat sedangka husna menjelaskan
tentag produk kesehatan
5. Hanna menjelaskan tentang bank jaringan di Indonesia
6. Nugi Maulana disini bertugas menyatukan semua makalah dan membuat
PPT makalah tersebut dan menggabungkannya menjadi satu file.

Anda mungkin juga menyukai