Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ETIKA INDUSTRI

Oleh :

ANUGRAH INDAH

16TKM095

IIIA

POLITEKNIK ATI MAKASSAR


2018
KATA PENGANTAR

Sebagai insan yang bariman kepada Tuhan Yang Maha esa, maka selayaknya kita selalu
memanjatkan rasa syukur kita,karena barkat rahmat dan hidaya-nyalah sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah ETIKA INDUSTRI

Dalam pembuatan Makalah ini sekalipun terdapat banyak hambatan dan tantangan,namun
itu semua tidak manjadi semua halangan bagi penulis untuk menyelesaikan tugas yang telah di
berikan kepada kami,dengan demikian atas segala bantuan bimbingan dari dosen serta karja
sama dari teman-teman sehingga tugas ini dapat di selesaikan dengan baik.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan dan
kekurangan,khususnya pada mata kuliah yang berkaitan dengan materi ini,demikian saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Makassar, Oktober 2018

PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
A. DEFINISI ETIKA......................................................................................................
B. JENIS-JENIS ETIKA................................................................................................
C. MACAM-MACAM ETIKA......................................................................................
D. ETIKA UMUM DAN ETIKA KHUSUS..................................................................
E. PERBEDAAN PROFESI,PROFESSIONAL DAN PROFESIONALISME.............
F. CIRI-CIRIPROFESI,PROFESSIONAL DAN PROFESIONALISME....................
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
A. KESIMPULAN..........................................................................................................
B. SARAN......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerja merupakan kekhasan bagi manusia. Melalui kerja manusia


mengekspresikan dirinya, sehingga melalui kerja orang bisa lebih dikenal siapa dia
sebenarnya. Oleh karena itu, kerja bagi kita bukan hanya sekedar untuk mendapat upah
atau gaji, jabatan atau kekuasaan, dan berbagai maksud-maksud lainnya. Dalam dan
melalui kerja manusia mengungkapkan dirinya lebih otentik sebagai manusia yang
disiplin, bertanggung jawab, jujur, tekun, pantang menyerah, punya visi, dan sebagainya;
atau sebaliknya, tidak disiplin, tidak bisa dipercaya, tidak dapat diandalkan, tidak
bertanggung jawab, dan sebagainya. Dunia kerja merupakan sarana bagi perwujudan dan
sekaligus pelatihan diri untuk menjadi semakin baik.
Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu lebih mendalami topik-topik
yang berkaitan dengan peningkatan kualitas diri pribadi sebagai seorang pekerja maupun
sebagai sebagai seorang profesional. Terutama lebih ditekankan untuk menghayati
prinsip-prinsip ethos kerja, menggunakan atau mengelola waku dengan baik dan efisien,
melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok sebagai karyawan maupun majikan,
menghayati budaya organisasi atau perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat
kerja, dan meningkatkan profesionalitas kerja sebagai jawaban atas berbagai perubahan
yang ada di masyarakat, yang telah membawa dampak pada tingginya tuntutan dalam
dunia kerja atau profesi.
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi etika?

2. Apa jenis-jenis etika?

3. Apa macam-macam etika?

4. Apa itu etika umum dan etika khusus?

5. Apa perbedaan profesi,professional dan profesionalisme?

6. Apa ciri-ciri profesi,professional dan profesionalisme?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui etika

2. Untuk mengetahui jenis-jenis etika

3. Untuk mengetahui macam-macam etika

4. Untuk mengetahui etika umum dan etika khusus

5. Untuk mengetahui perbedaan profesi,professional dan profesionalisme

6. Untuk mengetahui ciri-ciri profesi,professional dan profesionalisme


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi etika

Etika (dalam bahasa Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”)

adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari

nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika

mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung

jawab.

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-

pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena

pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah

diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai

etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.

Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah

tingkah laku manusia.


Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku

manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut

baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Salah satu tujuan etika adalah untuk

mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia

dalam ruang dan waktu tertentu.

Etika sendiri terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu meta-etika (studi konsep

etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan

nilai-nilai etika).

Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengertian etika secara umum adalah suatu

peraturan atau norma yang bisa digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang

berkaitan dengan sifat yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang serta

merupakan suatu kewajiban dan tanggungan jawab moral.

 Etika Menurut Para Ahli

1. Menurut Aristoteles

Ia mendefinisikan arti etika menjadi 2 pengertian yaitu: Terminius Technicus dan

Manner and Cutom. Terminius Technicus ialah sebuah etika yang dipelajari sebagai suatu

ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan manusia.


Sedangkan Manner and Cutom adalah sebuah pembahasan etika yang

berhubungan dengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalam diri manusia.

Sangat terkait dengan “baik & buruknya” suatu perilaku, tingkah, atau perbuatan

manusia.

2. Menurut K Bertens

 Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi

pegangan bagi seorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.arti

ini dapat juga disebut sistem nilai dalam hidup manusia perseorngan atau hidup

bermasyrakat

 Etika dipakai dalam arti kumpulan asas dan nilai moral,yang dimaksud disi adalah

kode etik

 Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk .arti sini sama

dengan filsafat moral

3. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruk, hak dan kewajiban moral.

Selain itu Etika adalah kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak. Etika juga

diartikan nilai mengenai benar dan salah yabg dianut masyarakat.


B. Jenis-jenis etika

1. Etika Filosofis

Secara harfiah etika filosofis dapat dianggap sebagai etika berasal dari aktivitas

berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, etika sebenarnya

adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.

Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dipisahkan

dari filsafat. Oleh karena itu, jika Anda ingin tahu unsur-unsur etika maka kita harus

bertanya juga tentang unsur-unsur filsafat. Berikut ini menjelaskan dua sifat etika:

 Filsafat non-empiris diklasifikasikan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu pengetahuan

empiris adalah ilmu berdasarkan fakta atau beton. Tapi filosofi ini tidak terjadi, filosofi

mencoba untuk melampaui beton seakan bertanya apa yang ada di balik gejala beton.

 Cabang filsafat praktis untuk berbicara tentang sesuatu “ada”. Misalnya, filsafat hukum

mempelajari apa itu hukum. Tetapi etika tidak terbatas pada itu, tapi bertanya tentang

“apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat praktis

karena langsung berhubungan dengan apa yang harus dan tidak harus menjadi manusia.

Tapi ingat bahwa etika tidak praktis dalam arti menyajikan resep siap pakai.
2. Etika Teologis

Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika

teologis tidak terbatas pada agama tertentu, tapi setiap agama dapat memiliki etika

teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara

umum, karena banyak unsur di dalamnya yang dalam etika secara umum, dan dapat

dipahami sebagai memahami etika secara umum.

3. Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis

Ada perdebatan tentang posisi etis etika filosofis dan teologis di ranah etika.

Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika, ada tiga jawaban yang diusulkan

penting untuk pertanyaan di atas, yaitu:

 Revisionisme

Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354-430), yang menyatakan bahwa

kewajiban untuk merevisi etika teologis, benar dan meningkatkan etika filosofis.

 Sintesis

Jawaban yang diusulkan oleh Thomas Aquinas (1225-1274) yang

mensintesis etika filosofis dan etika teologis sehingga dua jenis etika, untuk

melestarikan identitas masing-masing, menjadi sebuah entitas baru. Hasilnya

adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum, sedangkan etika

teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus.


 Diaparalelisme

Jawaban yang diberikan oleh F.E.D. Schleiermacher (1768-1834) yang

menganggap etika teologis dan etika filosofis sebagai fenomena paralel. Hal ini

dapat sedikit seperti sepasang rel kereta api paralel.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi

tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:

a) Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan

tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.

b) Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik

buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.

Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya

ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih

bersifat sosiologik.

c) Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan

evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam

hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan

merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.
C. Macam-macam etika

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap
dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan.

D. Etika umum dan etika khusus


1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia    bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak
ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari
oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga
berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan
dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan
teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian :
1) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
2) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat   dipisahkan
satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung
maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa
pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia
terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau
terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling
aktual saat ini adalah sebagai berikut :
a) Sikap terhadap sesame
b) Etika keluarga
c) Etika profesi
d) Etika politik
e) Etika lingkungan
f) Etika idiologi
Sistem Penilaian Etika :
a) Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik
atau jahat, susila atau tidak susila.
b) Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau
telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi
tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan
namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari
dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-cita,niat hati, sampai ia
lahir keluar  berupa perbuatan nyata.
c) Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai
pada 3 (tiga) tingkat :
1) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi
masih berupa rencana dalam hati, niat.
2) Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
3) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau
buruk.

E. perbedaan profesi,professional dan profesionalisme


1. profesi
a) Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
b) Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c) Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d) Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
2. Professional
a) Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
b) Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
c) Hidup dari situ.
d) Bangga akan pekerjaannya.
3. Profesionalisme
sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain)
sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional.
Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan
profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994).
Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang
profesional (Longman, 1987).

F. ciri-ciri profesi,professional dan profesionalisme


1. profesi
a) Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
b) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
c) Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
d) Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
e) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
2. Professional
a) Memiliki kemampuan dan pengetahuan yang tinggi.
b) Memiliki kode etik.
c) Memiliki tanggung jawab profesi serta integritas yang tinggi.
d) Memiliki jiwa pengabdian kepada masyarakat.
e) Memiliki kemampuan yang baik dalam perencanaan program kerja.
f) Menjadi anggota organisasi dari profesinya.

3. Profesionalisme
a) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal
Seseorang yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha
mewujudkan dirinya sesuai dengan piawai yang telah ditetapkan. Ia akan
mengidentifikasi dirinya kepada sesorang yang dipandang memiliki piawaian
tersebut. Yang dimaksud dengan “piawai ideal” ialah suatu perangkat perilaku
yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan.
b) Meningkatkan dan memelihara imej profesion
Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk
selalu meningkatkan dan memelihara imej profesion melalui perwujudan perilaku
profesional. Perwujudannya dilakukan melalui berbagai-bagai cara misalnya
penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa, sikap tubuh badan, sikap hidup
harian, hubungan dengan individu lainnya.
c) Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang
dapat meningkatkan dan meperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampiannya.
d) Mengejar kualiti dan cita-cita dalam profesion
Profesionalisme ditandai dengan kualiti darjat rasa bangga akan profesion
yang dipegangnya. Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu memiliki rasa
bangga dan percaya diri akan profesionnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

etika secara umum adalah suatu peraturan atau norma yang bisa digunakan

sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan sifat yang baik dan buruk

yang dilakukan oleh seseorang serta merupakan suatu kewajiban dan tanggungan jawab

moral.kumpulan Ide, Pikiran, gagasan atau ketentuan yang baik dan bermoral yang dibuat

dan dilaksanakan oleh kelompok atau orang-orang yang berkeahlian dalam bidang

tertentu, yang berprofesional, untuk menjunjung tinggi kemulian profesi mereka demi

tangunjawabnya terhadap profesi mereka, masyarahkat, lingkungan dan Tuhan Yang

Maha Esa.

B. SARAN

Penulis dapat menyarangkan bahwa pada dasarnya ETIKA adalah

mencermingkan kepribadian dalam menjalani talenta keprofesian-nya yang harus dapat

dijunjung tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Belassi, W. and Tukel, OI (1996) A new framework for determining critical

Fan, L., Ho, C. and Ng, V. (2001b) Effect of professional socialisation on quantity Fan,

L., Ho, C. dan Ng, V. (2001b) Pengaruh sosialisasi profesional pada kuantitas

Hong Kong Ethics Development Centre (HKEDC) (1996) Ethics for Professionals Hong

Kong Etika Pembangunan Pusat (HKEDC) (1996) Etika untuk Profesional

Anda mungkin juga menyukai