Penyusun :
Nama :Ajeng Andini Setiawan
Nim :(2013411001)
Beverages
Beberapa minuman perlu disajikan padkondisi dingin saja, beberapa minuman perlu
disajikan pada kondisi beku. Tempat yang baik dalam menyimpan minuman adalah
chiller ataupun freezer.
Menghindari kontaminasi antar bahan cukuplah mudah, seorang pengelola dapur perlu
menyiasati dengan penyusunan tata letak bahan sesuai karakteristiknya.
Sayuran segar dan buah-buahan perlu ditempatkan pada wadah tertentu dan dijauhkan
dari telur dan produk susu. Pada beberapa lemari pendingin, tata letak menjadi lebih
mudah karena sudah dipisahkan dengan rak bertingkat dan laci-laci kecil di dalamnya.
Namun dalam lemari pendingin yang tidak terlalu banyak rak, pemisahan bahan yang
disimpan perlu dilakukan dengan menggunakan wadah sendiri supaya lebih mudah.
Pisahkan bahan kering dengan bahan basah. Akan menyebalkan apabila tepung yang
hendak diolah perlu dibuang sebagian hanya karena terdapat tetesan minyak di dalamnya.
Pisahkan bahan tabur dengan bahan krim. Produk makanan yang menggunakan krim atau
mentega sebagai bahan utama, tidak akan lembut apabila mentega telah terkontaminasi
tepung. Tidak ada cara untuk memisakan tepung yang telah melekat pada mentega. Maka
dari itu, sebelum terlanjur, lakukan pemisahan pada kedua bahan tersebut.
Bahan yang baru datang diletakkan pada bagian dalam lemari penyimpanan atau bagian
bawah bahan sejenis yang sudah ada. Hal ini untuk mendukung alur penyimpanan dan
pengambilan bahan makanan.
Alur penyimpanan
Akan ada saat dimana bahan makanan yang ada dalam tempat penyimpanan menumpuk
karena bahan yang lama masih sedikit dan belum habis tapi pengelola dapur sudah
membeli bahan baru. Oleh karena itu, perlu dilakukan alur penyimpanan dan
pengambilan bahan makanan yang seimbang.
Keseimbangan penyimpanan dan pengambilan bahan makanan dapat dicapai dengan
metode FIFO, yaitu metode First In First Out. Artinya barang yang terlebih dahulu
dimasukkan pada tempat penyimpanan harus terlebih dulu dikeluarkan pula. Hal ini
dimaksudkan supaya tidak ada bahan yang terlalu lama disimpan sehingga berkurang
kesegarannya.
Metode FIFO sangat dipengaruhi oleh tata letak penyimpanan seperti yang sudah
dijelaskan pada poin sebelumnya.
Sebuah restoran wajib hukumnya untuk melakukan inventaris bahan. Hal ini dilakukan
guna menunjang efisiensi produksi. Data jumlah dan waktu bahan masuk dan keluar perlu
dibukukan dengan baik untuk menghindari miskalkulasi produksi. Akan tetapi, tidak
hanya sebuah restoran, dapur rumah tangga pun juga dapat dilakukan inventaris bahan.
Tidak perlu serumit restoran dengan menggunakan dokumen yang kompleks. Sekedar
mengingat bahan-bahan yang masih tersedia di dapur pun sudah merupakan inventarisasi
bahan.
Inventaris bahan sebaiknya dilakukan secara berkala tidak hanya mendata jumlah dan
waktu penyimpanan, namun juga dapat dilakukan pengendalian mutu bahan. Apabila ada
bahan makanan yang sudah rusak, perlu dipisahkan dengan bahan yang masih utuh.
Bahan yang masih segar perlu dipisahkan dari bahan yang sudah busuk. Hal ini dilakukan
supaya bahan yang sudah rusak tidak mempengaruhi bahan lainnya.
2.Kantong plastik tanpa lubang : Tidak ada perubahan atau sama dengan skor (kontrol)
3.Kantong plastik berlubang : Tidak ada perubahan atau sama dengan skor (kontrol)
4.Kantong gandum : Tidak ada perubahan atau sama dengan skor (kontrol)
5.Karung plastik :Berat akhir tepung terigu masih sama dengan berat awal yaitu 76
g,namun warna dari tepung terigu berubah di minggu pertama yang
awalnya berwarna putih kemudian berubah menjadi putih
kusam.Bertekstur halus dan sedikit berbau apek,serta tidak terdapat
mikroba.
6.Kantong kertas : Tidak ada perubahan atau sama dengan skor (kontrol)
2.Kantong plastik tanpa lubang : Tidak ada perubahan atau sama dengan skor (kontrol)
3.Kantong plastik berlubang : Tidak ada perubahan atau sama dengan skor (kontrol)
4.Kantong gandum : Tidak ada perubahan atau sama dengan skor (kontrol)
5.Karung plastik :Berat akhir tepung terigu masih sama dengan berat awal yaitu 76
g,namun warna dari tepung terigu berubah di minggu pertama yang
awalnya berwarna putih kemudian berubah menjadi putih
kusam.Bertekstur halus dan sedikit berbau apek,serta tidak terdapat
mikroba.
6.Kantong kertas : Tidak ada perubahan atau sama dengan skor (kontrol)
4.2 Hasil Pengamatan Ikan Lele
4.2.1 Tabel Hasil Pengamatan Bahan Makanan Segar
Jenis Berat Tempat Perlakua Hari Pengamatan Berat Mikrobiol
BM Awal Penyimpana n ke Warn Tekstu Aroma Akhi ogi
n a r r
Ikan Kontrol 0
Lele 75 g Suhu Ruang Tanpa 2 Hitam Lembek Bau 58 g Sedikit
Pengemas Kecokl Membu Busuk Mikroba
atan suk
58 g 4 Hitam Lembek Bau 15 g Banyak
Pekat Membu Sangat Mikroba
suk Menye
ngat
69 g Plastik 2 Hitam Lembek Bau 66 g Sedikit
Kecokl Membu Busuk Mikroba
atan suk
66 g 4 Hitam Lembek Bau 68 g Banyak
Pekat Membu Menye Mikroba
suk ngat
69 g Cooling Tanpa 2 Hitam Agak Amis 56 g Tidak ada
Pengemas Keabu- Lembek mikroba
abuan
56 g 4 Hitam Agak Amis 43 g Tidak ada
Kemer Kering mikroba
ahan
79 g Plastik 2 Hitam Agak Amis 78 g Tidak ada
Keabu- Lembek mikroba
abuan
78 g 4 Hitam Agak Amis 72 g Tidak ada
Keabu- Lembek mikroba
abuan
65 Chilling Tanpa 2 Hitam Agak Amis 54 g Tidak ada
Pengemas Keabu- Lembek mikroba
abuan
54 g 4 Hitam Agak Amis 47 g Tidak ada
Kemer Kering Mikroba
ahan
73 g Plastik 2 Hitam Agak Amis 70 g Tidak ada
Keabu- Lembek mikroba
abuan
70 g 4 Hitam Agak Amis 67 g Tidak ada
Keabu- Lembek mikroba
abuan
94 g Freezing Tanpa 2 Hitam Keras Amis 89 g Tidak ada
Pengemas Keabu- mikroba
abuan
89 g 4 Hitam Keras Amis 88 g Tidak ada
Keabu- mikroba
abuan
86 g Freezing Plastik 2 Hitam Keras Amis 83 g Tidak ada
Keabu- mikroba
abuan
83 g 4 Hitam Keras Amis 84 g Tidak ada
Keabu- mikroba
abuan
1.Suhu Ruang Tanpa Pengemas :Berat awal ikan lele yaitu 75 g,kemudia setelah di
diamkan selama 2 hari berat nya menjadi 58 g,warna
ikan menjadi hitam kecoklatan,tekstur ikan menjadi
lembek membusuk dan beraroma busuk,serta sudah
terdapat mikroba.
2.Suhu Ruang dengan Plastik :Berat awal ikan lele yaitu 69 g,kemudian setelah di
diamkan selama 2 hari berat nya menjadi 66 g,warna
ikan menjadi hitam kecoklatan,tekstur ikan menjadi
lembek membusuk dan berair di dalam plastik
aromanya pun busuk,serta sudah terdapat mikroba.
3.Suhu Cooling Tanpa Pengemas : Berat awal ikan lele yaitu 69 g,kemudian setelah di
diamkan selama 2 hari berat nya menjadi 56 g,warna
ikan hitam keabu-abuan,tekstur ikan agak lembek dan
aromanya amis,serta tidak terdapat mikroba.
4.Suhu Cooling dengan Plastik : Berat awal ikan lele yaitu 79 g,kemudian setelah di
diamkan selama 2 hari berat nya menjadi 78 g,warna
ikan hitam keabu-abuan,tekstur ikan agak lembek dan
aromanya amis,serta tidak terdapat mikroba.
5.Suhu Chilling Tanpa Pengemas : Berat awal ikan lele yaitu 65 g,kemudian setelah di
diamkan selama 2 hari berat nya menjadi 54 g,warna
ikan hitam keabu-abuan,tekstur ikan agak lembek dan
aromanya amis,serta tidak terdapat mikroba.
6.Suhu Chilling dengan Plastik : Berat awal ikan lele yaitu 73 g,kemudian setelah di
diamkan selama 2 hari berat nya menjadi 70 g,warna
ikan hitam keabu-abuan,tekstur ikan agak lembek dan
aromanya amis,serta tidak terdapat mikroba.
7.Suhu Freezing Tanpa Pengemas: Berat awal ikan lele yaitu 94 g,kemudian setelah di
diamkan selama 2 hari berat nya menjadi 89 g,warna
ikan hitam keabu-abuan,tekstur ikan menjadi keras dan
aromanya amis,serta tidak terdapat mikroba.
8.Suhu Freezing dengan Plastik : Berat awal ikan lele yaitu 86 g,kemudian setelah di
diamkan selama 2 hari berat nya menjadi 83 g,warna
ikan hitam keabu-abuan,tekstur ikan menjadi keras dan
aromanya amis,serta tidak terdapat mikroba.
1.Suhu Ruang Tanpa Pengemas :Berat awal ikan lele yaitu 58 g di hari kedua,kemudian
setelah di diamkan selama 4 hari berat nya menjadi 15
g,warna ikan menjadi hitam pekat,tekstur ikan menjadi
lembek membusuk dan beraroma bau yang sangat
menyengat ,serta sudah terdapat banyak sekali mikroba.
2.Suhu Ruang dengan Plastik :Berat awal ikan lele yaitu 66 g di hari kedua,kemudian
setelah di diamkan selama 4 hari berat nya bertambah
menjadi 68 g,karena terdapat air di dalam plastik yang
membuat berat ikan bertambah, warna ikan menjadi
hitam pekat,tekstur ikan menjadi lembek membusuk
dan berair di dalam plastik beraroma bau yang sangat
menyengat,serta sudah terdapat banyak sekali mikroba.
3.Suhu Cooling Tanpa Pengemas : Berat awal ikan lele yaitu 56 g di hari kedua,kemudian
setelah di diamkan selama 4 hari berat nya menjadai 43
g,warna ikan menjadi hitam kemerahan,tekstur ikan
agak lembek dan aromanya amis,serta tidak terdapat
mikroba.
4.Suhu Cooling dengan Plastik : Berat awal ikan lele yaitu 78 g di hari kedua,kemudian
setelah di diamkan selama 4 hari berat nya menjadi 72
g,warna ikan hitam keabu-abuan,tekstur ikan agak
lembek dan aromanya amis,serta tidak terdapat
mikroba.
5.Suhu Chilling Tanpa Pengemas : Berat awal ikan lele yaitu 54 g di hari kedua,kemudian
setelah di diamkan selama 4 hari berat nya menjadi 47
g,warna ikan menjadi hitam kemerahan,tekstur ikan
agak kering dan aromanya amis,serta tidak terdapat
mikroba.
6.Suhu Chilling dengan Plastik : Berat awal ikan lele yaitu 70 g di hari kedua,kemudian
setelah di diamkan selama 4 hari berat nya menjadi 67
g,warna ikan hitam keabu-abuan,tekstur ikan agak
lembek dan aromanya amis,serta tidak terdapat
mikroba.
7.Suhu Freezing Tanpa Pengemas: Berat awal ikan lele yaitu 89 g di hari kedua,kemudian
setelah di diamkan selama 4 hari berat nya menjadi 88
g,warna ikan hitam keabu-abuan,tekstur ikan menjadi
keras dan aromanya amis,serta tidak terdapat mikroba.
8.Suhu Freezing dengan Plastik : Berat awal ikan lele yaitu 83 g di hari kedua,kemudian
setelah di diamkan selama 4 hari berat nya menjadai 84
g,warna ikan hitam keabu-abuan,tekstur ikan menjadi
keras dan aromanya amis,serta tidak terdapat mikroba.
DAFTAR PUSTAKA
https://pengetahuanmakanan.wordpress.com/2017/01/16/teknik-penyimpanan-untuk
menjaga-kualitas-bahan-makanan/
http://repository.unimus.ac.id/2727/5/13.%20BAB%20II.pdf
http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4031/3/BAB%20II.pdf