Anda di halaman 1dari 7

PEKAN 11 Tugas Paper Individu

Nama : Faliani Chandra Tjiang

NIM : K011201133

Kelas : PAN 18 Kesmas D

Dosen Pengampu : Dr. Mansyur Radjab, M.Si.


Implementasi Pancasila dalam Pembentukan Aturan Peraturan Perundang-Undangan

Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan syarat dalam rangka


pembangunan hukum nasional yang hanya dapat terwujud apabila didukung oleh metode
yang baik, yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat peraturan perundang-
undangan. Indonesia merupakan negara hukum yang mempunyai kewajiban melaksanakan
pembangunan hukum nasional yang baik, yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan
berkelanjutan dalam sistem hukum nasional. Konsep pembentukan peraturan perundang-
undangan di Indonesia meliputi beberapa konsep yaitu konsep pembentukan peraturan
perundang-undangan harus sesuai dengan konsep negara hukum Pancasila. Dalam
membentuk suatu peraturan perundang-undangan, tentunya membutuhkan suatu konsep
dalam rencana untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan yang baik. Peraturan
perundang-undangan yang baik yaitu suatu peraturan perundang-undangan yang memiliki
dasar atau landasan yang disebut dengan Grundnorm. Bagi bangsa Indonesia, Grundnorm
merupakan landasan bagi pembentukan peraturan perundang-undangan. Grundnorm
merupakan pondasi bagi terbentuknya hukum yang memiliki keadilan. Pancasila merupakan
Grundnorm bagi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, jika pembentukan peraturan perundang-
undangan di Indonesia tidak sesuai dengan Pancasila, maka peraturan perundang-undangan
belum memiliki dasar yang kuat untuk diundangkan. Dengan demikian peraturan perundang-
undangan belum memenuhi konsep dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang
ada. Peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
penjabat yang berwenang melalui prosedur yang diterapkan dalam peraturan perundang-
undangan. Hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia merujuk ke
Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 yang terdiri atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945);


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR);
3. Undang-Undang (UU)/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu);
4. Peraturan Pemerintah (PP);
5. Peraturan Presiden (Perpres);
6. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi
7. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota
Berarti jika dilihat secara hierarki, UUD 1945 berada pada tingkatan tertinggi.
Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai
dengan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Ini
artinya Pancasila menjadi hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan sehingga setiap
materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
NKRI yang berasaskan Pancasila sebagai dasar fundamentalnya. Konsep negara hukum
Pancasila merupakan konsep negara hukum asli dari Indonesia menjadi asas yang utama
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik meliputi asas kejelasan tujuan, asas
kelembagaan atau penjabat pembentuk yang tepat, asas kesesuaian antara jenis,
hierarki, dan materi muatan, asas dapat dilaksanakan, asas kedayagunaan dan
kehasilgunaan, asas kejelasan rumusan, asas keterbukaan .

Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang Politik,


Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hukum

Penjabaran keempat pokok pikiran Pembukaan ke dalam pasal-pasal UUD NRI Tahun
1945 mencakup empat aspek kehidupan bernegara, yaitu: politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan yang disingkat menjadi POLEKSOSBUD HANKAM. Aspek
Politik dituangkan dalam pasal 26, pasal 27 ayat (1), dan pasal 28. Aspek ekonomi
dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33, dan pasal 34. Aspek sosial budaya dituangkan
dalam pasal 29, pasal 31, dan pasal 32. Aspek pertahanan keamanan dituangkan dalam pasal
27 ayat (3) dan pasal 30 (Bakry, 2010:276). Pasal 26 ayat (1) dengan tegas mengatur siapa-
siapa saja yang dapat menjadi warga negara Republik Indonesia. Pasal 26 ayat (2)
menyatakan bahwa penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia. Pasal 27 ayat (1) menyatakan kesamaan kedudukan warga negara di
dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Pasal 28 menetapkan hak
warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya, yang diatur dengan undang-undang. Pasal 26, 27 ayat (1),
dan 28 di atas adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan
kemanusiaan yang adil dan beradab yang masing-masing merupakan pancaran dari sila
keempat dan kedua Pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan
nasional bidang politik di negara Republik Indonesia. Dengan kata lain, pembuatan kebijakan
negara dalam bidang politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan
pemegang kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu sistem politik yang
dikembangkan adalah sistem yang memperhatikan Pancasila sebagai dasar-dasar moral
politik. Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 33 ayat (1) menyatakan perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, ayat (2) ditetapkan bahwa
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara, dan pada ayat (3) ditegaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya pada 33 ayat (4) ditetapkan bahwa perekonomian
nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Pasal 34 ayat (1) mengatur
bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Pada ayat (2)
dinyatakan negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan. Adapun Pasal 34 ayat (4) ditetapkan bahwa negara bertanggungjawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Pasal 27
ayat (2), pasal 33, dan pasal 34 adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan
rakyat dan keadilan sosial yang masing-masing merupakan pancaran dari sila keempat dan
kelima Pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan sistem
ekonomi Pancasila dan kehidupan ekonomi nasional. Pembuatan kebijakan negara dalam
bidang ekonomi di Indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang
bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan.

Pasal 29 ayat (1) menyatakan negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam pasal 29 ayat (2) ditetapkan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Pasal 31 ayat (1) menetapkan setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan. Selanjutnya pada ayat (2) dikemukakan bahwa setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah wajib membiayainya. Dalam ayat (3) pasal ini
diatur bahwa pemerintah wajib mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-undang. Dalam ayat (4) bahwa
negara memprioritas anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Dalam pasal 31 ayat (5)
ditetapkan pula bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia. Pasal 32 ayat (1) menyatakan negara memajukan kebudayaan
nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Selanjutnya, ayat (2) Pasal 32
menyatakan negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional. Pasal 29, pasal 31, dan pasal 32 di atas adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, dan persatuan yang masing-
masing merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ketiga Pancasila. Ketika pokok
pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan
kebudayaan nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka
implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial budaya
mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
Indonesia harus diwujudkan dalam proses pembangunan masyarakat dan kebudayaan di
Indonesia. Pasal 27 ayat (3) menetapkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam pembelaan negara. Pasal 30 ayat (1) menyatakan hak dan kewajiban setiap warga
negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pada ayat (2) pasal ini
dinyatakan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung. Selanjutnya pada ayat (3) pasal 30 ayat ini juga dijelaskan bahwa Tentara
Nasional Indonesia terdiri dari atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara,
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara. Dalam ayat (4) pasal 30 dinyatakan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. Ayat (5)
menyatakan susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan
warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait
dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang. Pasal 27 ayat (3) dan pasal
30 adalah penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila
pertama Pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang pertahanan
keamanan nasional. Berdasarkan penjabaran pokok pikiran persatuan tersebut, maka
implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang pertahanan
keamanan harus diawali dengan kesadaran bahwa Indonesia adalah negara hukum. Ketentuan
mengenai empat aspek kehidupan bernegara, sebagaimana tertuang ke dalam pasal-pasal
UUD NRI Tahun 1945 tersebut adalah bentuk nyata dari implementasi Pancasila sebagai
paradigma pembangunan atau kerangka dasar yang mengarahkan pembuatan kebijakan
negara dalam pembangunan bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan di Indonesia . Berdasarkan kerangka dasar inilah, pembuatan kebijakan negara
ditunjukan untuk mencapai cita-cita nasional kehidupan bernegara di Indonesia. PHDI
menyampaikan kebijakan negara baik di pemerintah pusat maupun daerah seharusnya
mencerminkan nilai-nilai Pancasila, yang dimana KS Arsana mengatakan bahwa Pancasila
adalah sumber tertinggi dari semua hukum yang ada di Indonesia. Menurutnya, yang
dibutuhkan saat ini dan ke depan adalah aturan-aturan yang memandu untuk
mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Setiap program dan kebijakan
pemerintah pusat yang selalu berlandaskan pada ideologi Pancasila seperti program KIS,
KIP, dan juga PHK.

Ketua umum PP GMKI Sahat Martin Philip Sinurat mengatakan dalam konteks
pemerintah, Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum. Sayangnya menurut Sahat,
dalam berbagai kebijakan dan peraturan serta program yang dibuat pemerintah, masih terlihat
adanya inkonsistensi terhadap nilai-nilai Pancasila. Sebagai salah satu contoh, menurutnya
adalah kebijakan pemerintah di bidang maritime dan perikanan. Presiden Jokowi sudah
membuat kebijakan yang baik untuk mendorong terciptanya ekonomi yang berkeadilan,
sayangnya masih ada oknum pemerintah di tingkat pusat hingga daerah yang tidak dapat
menerjemahkan kebijakan tersebut dengan tetap berpedoman kepada nilai-nilai Pancasila.
Menurutnya pembangunan di bidang maritim dan perikanan diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat di kawasan pesisir seperti para nelayan dan pekerja sektor
perikanan. Sayangnya saat ini, kebijakan yang ada justru menjauhkan masyarakat pesisir dari
laut yang selama ini menjadi tempat mata pencahariannya. “Pengangguran bertambah dan
banyak penduduk yang akhirnya terpaksa harus beralih profesi,” tandasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuddin M. Mukhtasar, Pancasila sebagai Dasar Negara.

Febriansyah Ferry Irawan, 2016, Konsep Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di


Indonesia.

Hutomo Dimas, 2019, Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber Hukum Negara.

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cdbb96764783/kedudukan-pancasila-
sebagai-sumber-hukum-negara/

Diakses pada tanggal 23 November 2020

Rep, Fuji E Permana Red, Muhammad Hafil, 2020, Kebijakan Pemerintah Harus
Mencerminkan Nilai Pancasila.

https://republika.co.id/berita/qcw60w430/kebijakan-pemerintah-harus-mencerminkan-nilai-
pancasila

Diakses pada tanggal 23 November 2020

Rilis.ID, 2017, GMKI: Banyak Kebijakan Pemerintah Tak Cerminkan Pancasila,Jakarta

http://m.rilis.id/GMKI-Banyak-Kebijakan-Pemerintah-Tak-Cerminkan-Pancasila

Diakses pada tanggal 23 November 2020

Anda mungkin juga menyukai